Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-binasiswa/46 |
|
e-BinaSiswa edisi 46 (6-4-2015)
|
|
e-BinaSiswa -- Remaja dan Tokoh Alkitab (2) Edisi 46/April 2015 DAFTAR ISI: KESAKSIAN PASKAH: YOHANES 3:16 ARTIKEL: BERANI BERBEDA BAHAN MENGAJAR: BERANI MENJADI DANIEL Shalom, Daniel, Sadrakh, Mesakh, dan Abednego adalah orang-orang muda dari Israel yang pola pikirnya mengenai Allah sudah diperbarui. Mereka tahu benar apa artinya takut akan Allah sehingga tindakan mereka berbeda dengan orang-orang yang belum mengenal Allah. Sebagai pembina generasi muda, kita hendaknya mendorong remaja yang kita layani untuk menjadi pengikut Kristus yang makin serupa dengan Dia, dan memuridkan mereka. Dengan begitu, tindakan dan cara pikir mereka pun akan makin berbeda dari orang-orang duniawi. Dalam rangka memperingati hari Paskah pada bulan ini, e-BinaSiswa juga menyajikan kesaksian Paskah yang akan menunjukkan betapa kita ini berharga di mata Kristus. Selamat memperingati karya Kristus dalam Paskah tahun ini. Kiranya edisi e-BinaSiswa kali ini dapat memberkati pelayanan kita sekalian. Redaksi Tamu e-BinaSiswa, Yans Albert < http://remaja.sabda.org > KESAKSIAN PASKAH: YOHANES 3:16 Yohanes 3:16, "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal." Pada suatu malam bersalju yang dingin dan gelap di Chicago, seorang bocah laki-laki sedang menjual koran di pojok jalan, orang-orang berlalu lalang dalam dinginnya malam itu. Bocah laki-laki itu sangat kedinginan sampai-sampai ia tidak bersemangat menjual dagangannya. Ia berjalan menghampiri seorang polisi dan berkata, "Pak, apakah Anda tahu sebuah tempat di mana seorang bocah miskin dapat tidur malam ini? Anda tahu? Saya tidur dalam sebuah peti kayu di ujung jalan menuju lorong kecil itu, dan di sana sangat dingin pada malam ini. Pasti akan sangat nyaman jika saya dapat tidur di tempat yang hangat." Polisi itu menatap bocah laki-laki itu dan berkata, "Susuri jalan ini menuju rumah besar bercat putih itu dan ketuklah pintunya. Saat mereka membuka pintu, katakan saja `Yohanes 3:16,` dan mereka akan mengizinkanmu masuk ke dalam rumah." Demikianlah bocah laki-laki itu melakukannya. Ia menaiki tangga, mengetuk pintu rumah tersebut, dan dibukanyalah pintu rumah itu oleh seorang wanita. Bocah itu menengadah dan berkata, "Yohanes 3:16." Kemudian, kata wanita itu, "Masuklah, Nak." Wanita itu membawanya masuk dan mendudukkannya di sebuah kursi goyang di depan sebuah perapian kuno yang besar, dan kemudian ia berlalu. Bocah itu duduk di kursi goyang itu selama beberapa waktu sambil berkata dalam hati, "Yohanes 3:16 .... Aku tidak paham, tetapi jelas hal itu telah menghangatkan seorang bocah yang kedinginan." Kemudian, wanita itu kembali dan bertanya, "Apa kamu lapar?" Jawabnya, "Yah, tidak terlalu. Saya belum makan selama beberapa hari, dan rasanya sedikit makanan saja sudah cukup untukku." Wanita itu membawanya ke dapur dan menyuruhnya duduk di depan sebuah meja yang penuh dengan makanan enak. Ia makan dan makan sampai-sampai ia kekenyangan. Lalu, ia berkata dalam hatinya, "Yohanes 3:16 .... Wah, aku benar-benar tidak paham, tetapi jelas hal itu telah mengenyangkan seorang bocah yang kelaparan." Wanita itu membawanya ke loteng menuju sebuah kamar mandi dengan bak mandi besar yang penuh dengan air hangat, dan bocah itu pun berendam di bak mandi itu selama beberapa saat. Saat ia berendam, ia berkata dalam hatinya, "Yohanes 3:16 .... Wow, Aku jelas tidak mengerti, tetapi kata-kata itu jelas telah membuat seorang bocah yang kotor menjadi bersih. Aku tidak pernah mandi -- benar-benar mandi -- seumur hidupku. Aku mandi hanya sekali saat dulu berdiri di depan sebuah pipa air besar kuno yang menyemburkan air." Wanita itu masuk dan kemudian membawanya keluar menuju sebuah ruangan, lalu menidurkannya di atas sebuah kasur kuno besar yang terbuat dari kulit, menyelimutinya hingga sebatas leher, menciumnya sambil berucap selamat malam, dan mematikan lampu kamar. Saat bocah itu terbaring dalam gelap dan melihat salju yang turun di malam gelap itu melalui jendela, ia berkata dalam hatinya, "Yohanes 3:16 .... Aku sungguh tidak memahaminya, tetapi jelas kata-kata itu telah membuat seorang bocah yang kelelahan dapat beristirahat." Keesokan harinya, wanita tadi masuk ke kamar dan kemudian membawanya turun menuju ke meja besar yang penuh dengan makanan. Setelah bocah itu makan, wanita itu kembali membawanya ke kursi goyang di depan sebuah perapian besar dan mengambil sebuah Alkitab kuno yang besar. Wanita itu duduk di depannya dan menatap wajah muda bocah laki-laki itu. "Apakah kamu memahami arti kata-kata Yohanes 3:16?" tanyanya lembut. Bocah itu menjawab, "Tidak, Bu. Saya tidak paham. Saya baru pertama kali mendengarnya saat seorang polisi mengatakannya." Wanita itu membuka Alkitab pada Yohanes 3:16 dan mulai menjelaskan padanya soal Yesus. Di situ, di depan perapian kuno yang besar itu, bocah laki-laki itu menyerahkan hati dan hidupnya kepada Yesus. Ia duduk di sana dan berpikir, "Yohanes 3:16 .... Aku tidak memahaminya, tetapi jelas hal itu telah menyelamatkan seorang bocah yang tersesat." Anda tahu, saya harus mengaku bahwa saya pun juga tidak memahaminya, bagaimana Tuhan bersedia mengirimkan anak-Nya untuk mati demi saya, dan bagaimana Yesus mau melakukan pengorbanan seperti itu. Saya tidak mengerti penderitaan Bapa dan setiap malaikat di surga saat mereka melihat Yesus menderita dan mati. Saya tidak memahami besarnya kasih Yesus kepadaku yang tetap membuat Yesus bertahan di kayu salib sampai pada kesudahannya. Saya tidak memahami semuanya itu, tetapi semua itu jelas membuat hidup ini layak untuk dijalani. (t/Dian) Diambil dari: Nama situs: Situs Paskah Indonesia Alamat URL: http://paskah.sabda.org/yohanes_3_16 Judul asli artikel: John 3:16 Penulis artikel: Tidak dicantumkan Tanggal akses: 26 Januari 2015 ARTIKEL: BERANI BERBEDA Bagaimana perasaan kita jika semua anggota rombongan sepakat mengenakan baju hitam sesuai kesepakatan sedangkan kita satu-satunya orang yang berbaju putih? Canggung. Kita merasa canggung menjadi satu- satunya orang yang berbeda. Berbeda dianggap aneh, dan tidak ada orang yang mau dianggap aneh. Golongan usia yang paling takut berbeda dengan kelompok teman adalah remaja. Pada tahap usia ini, remaja sedang memisahkan diri dari orang tua. Sebagai gantinya, mereka mati-matian menyamakan diri dengan kelompoknya. Di sini, terjadi konformisme (Lat. "con" berarti sama dan "forma" berarti bentuk). Mereka meniru gaya bicara, model pakaian, potongan rambut, dan perilaku teman supaya serupa, agar bisa diterima dalam lingkaran kelompok itu. Tanpa memperhitungkan keburukannya, mereka langsung mematuhi kelompok. Peniruan dan konformisme ini wajar terjadi pada tahap usia remaja karena mereka sedang berada dalam proses mencari identitas ego. Mereka belum mempunyai orisinalitas atau keaslian sendiri. Akibatnya, mereka meniru ke sana-sini. Krisis orisinalitas ini biasanya berlangsung beberapa bulan atau tahun. Yang menjadi persoalan adalah jika kecenderungan meniru ini berlangsung berkepanjangan, yaitu jika kita sudah menjadi pemuda atau dewasa, tetapi masih suka meniru. Hal itu dapat merugikan diri kita sendiri. Misalnya, kita jadi sulit membuat keputusan. Kita mudah terbawa. Kita takut berbeda dari orang lain, baik berbeda pendapat, berbeda minat, atau berbeda penampilan. Kita seakan-akan takut menjadi diri sendiri. Kita mencari aman dengan cara menyamakan diri. Kita bersikap konformistis, yaitu cepat menyerah dan menyesuaikan diri dengan norma lingkungan sekitar tanpa pertimbangan yang rasional. Kita tidak berani berbeda karena kita menganggap berbeda itu buruk, padahal berbeda juga punya konotasi positif. Sebuah kisah tentang pemuda yang berani berbeda dari lingkungan adalah kisah Sadrakh, Mesakh, dan Abednego yang terdapat dalam kitab Daniel. Mereka adalah tenaga kerja Israel yang dibawa paksa ke Babel. Sebagai negara penjajah, Babel memanfaatkan tenaga-tenaga terpelajar dan terampil dari wilayah jajahan. Sadrakh, Mesakh, dan Abednego mendapat pekerjaan yang penting di istana raja. Pada suatu hari, semua pejabat dan staf istana diundang menghadiri upacara agama Babel, yaitu peresmian patung dewa emas setinggi 27 meter. Hadirin yang beragama lain tidak diberi kebebasan beragama sehingga mereka wajib ikut menyembah patung itu. Lalu, Sadrakh, Mesakh, dan Abednego, yang menganut agama lain berkata dengan sopan, tetapi tegas, kepada raja, "Baginda yang mulia ... hendaknya Tuanku maklum bahwa kami tidak akan memuja dewa Tuanku dan tidak pula menyembah patung emas yang Tuanku dirikan itu" (Daniel 3:16-18, BIMK). Raja geram. Ia melemparkan ketiga pembangkang itu ke dalam perapian. Akan tetapi, kemudian raja terbelalak karena ketiga pembangkang itu ternyata tidak terbakar sedikit pun. Ajaib! Lalu, siapa itu? Ternyata, tampak seorang malaikat berdiri mendampingi ketiga pemuda itu. Raja segera mengeluarkan ketiga pemuda itu dari perapian sambil berlirih terkagum-kagum, "Pujilah Allah yang disembah Sadrakh, Mesakh, dan Abednego." (Daniel 3:28, BIMK) Lalu, yang empunya cerita membulatkan kisah dramatis ini dengan catatan bahwa sejak hari itu, di kerajaan Babel berlaku kebebasan untuk menganut agama yang berbeda- beda. Kitab Daniel ditulis sekitar tahun 165 sM. Ketika itu, umat Yahudi disiksa karena berbeda agama oleh raja Suriah yang bernama Antiokhus IV Epifanes. Demi zamannya, penulis menyamarkan diri sebagai tokoh Daniel yang hidup sekitar 450 tahun sebelumnya. Tujuan cerita jelas untuk menguatkan dan menyemangatkan umat agar berani berbeda dan berani jadi diri sendiri. Menjadi berbeda memang ada risikonya. Mungkin kita satu-satunya murid yang berambut kribo di kelas. Mungkin kita satu-satunya orang dengan etnik dan berlogat A di kantor. Mungkin kita satu-satunya orang yang beragama B di perumahan itu. Risikonya bisa jadi kita dicemooh dan mendapat cibiran. Padahal, berbeda adalah suatu keniscayaan. Artinya, mau tidak mau, tiap orang pasti berbeda. Penampilan dan perawakan tiap orang berbeda, apalagi pendapat dan perasaan tiap orang. Tiap individu adalah unik. Dua anak kembar yang mempunyai struktur genetik yang identik pun pada usia dewasa akan memilih jalan hidup dan keyakinan yang berbeda. Di dunia ada begitu banyak orang, tetapi tiap orang punya sidik jari yang berlainan. Oleh sebab itu, kita tidak usah canggung menjadi satu-satunya orang yang berlogat A atau satu-satunya orang yang beragama B di lingkungan kita. Tidak usah kita menyombongkan perbedaan itu, tetapi sebaliknya, tidak usah pula kita menyembunyikannya. Meskipun berbeda, kita bisa berpadu dengan lingkungan sekitar. Masak orang hanya bisa bergaul dengan sesama etniknya? Masak orang hanya bisa bekerja sama dengan sesama penganut agamanya? Sungguh sempit pandangan semacam itu. Tiap orang berbeda. Justru perbedaan itulah yang membuat dia punya keistimewaan. Apakah yang membuat seorang penyanyi, pemusik, penari, pemahat, pelukis, atau penulis menjadi unggul dan "ngetop"? Sebab, ia tidak mencontek. Sebab, ia lain dari yang lain. Sebab, ia orisinal. Sebab, ia berani menjadi dirinya sendiri. Kalau bisa menjadi diri sendiri, mengapa kita tidak mau menjadi diri kita sendiri? Kalau bisa mengembangkan diri sendiri, apa perlunya menjiplak diri orang lain? Apa salahnya jadi diri sendiri dan berbeda dengan orang lain? Diambil dan disunting dari: Judul buku: Selamat Berpadu -- 33 Renungan tentang Perbedaan Judul bab: Berani Beda Penulis: Andar Ismail Penerbit: BPK Gunung Mulia, Jakarta 2008 Halaman: 108 -- 111 BAHAN MENGAJAR: BERANI MENJADI DANIEL Ditulis oleh: Amidya A. LANDASAN ALKITAB Daniel 1:1-21 B. PELAJARAN - Latar belakang Daniel: Daniel adalah seorang pemuda Ibrani yang dibawa dari Yehuda menuju ke pembuangan di kerajaan Babilonia. Daniel tidak dibawa ke Babel seorang diri, melainkan bersama-sama dengan Misael, Hananya, dan Azarya, juga sejumlah besar penduduk negeri Yehuda (Daniel 1:6). Nama Daniel berarti "Allah adalah hakimku", ketika tiba di Babel, namanya diubah menjadi Beltsazar (Daniel 1:6-7). Sekalipun menjadi seorang tawanan, ia justru terpilih menjadi pejabat kerajaan Babel dan Media. Sepanjang hidupnya, Daniel senantiasa menjadi sosok yang takut akan Tuhan. Daniel adalah sosok yang berintegritas. Sekalipun ia tinggal di negeri asing dan bersama-sama dengan orang yang tidak mengenal Allah, tetapi Daniel tidak mengikuti cara hidup dan keyakinan orang Kasdim (orang- orang Babel) dengan tidak menajiskan dirinya dengan makanan ataupun kepercayaan orang Kasdim yang menyembah patung. Tiga kali dalam sehari, Daniel berlutut, berdoa, dan memuji Allah dengan pandangan yang diarahkan ke Yerusalem (Daniel 6:10-11). Sepanjang hidupnya, Daniel telah berhasil memegang teguh imannya di tengah bangsa yang tidak mengenal Tuhan. - Apa saja penyertaan Tuhan dalam hidup Daniel? 1. Tuhan memelihara hidup Daniel di negeri asing. Hidup sebagai seorang tawanan di negeri asing tentu tidak mudah. Rasa rindu untuk kembali ke tanah air, rindu dengan situasi dan lingkungan daerah asal, rindu untuk beribadah kepada Tuhan di Bait Suci, tentu semuanya itu dirasakan oleh Daniel dan ketiga sahabatnya, yaitu Sadrakh, Mesakh, dan Abednego, serta rakyat Yehuda. Jika bukan Tuhan yang memelihara dan menempatkan Daniel dan sahabatnya di negeri asing, seorang tawanan, yang adalah budak bagi kerajaan Babel, tidak mungkin dipimpin dan dibentuk menjadi pejabat istana kerajaan Babel dan Media. 2. Tuhan memberikan hikmat kepada Daniel. Hikmat yang Tuhan berikan kepada Daniel adalah hikmat untuk menafsirkan mimpi (Daniel 2), menafsirkan tulisan di dinding yang berbunyi "Mene, mene, tekel, ufarsin" (Daniel 5), dan mendapat penglihatan mengenai masa yang akan datang (Daniel 7-12). Dalam hal hikmat kecerdasan, dituliskan dalam Daniel 1:20 bahwa Daniel, Sadrakh, Mesakh, dan Abednego sepuluh kali lebih cerdas dari semua orang berilmu dan ahli jampi di seluruh kerajaan Babel. 3. Tuhan memberikan pertolongan ketika Daniel dalam situasi mencekam. Dalam kitab Daniel pasal 6 dituliskan mengenai Daniel yang berada di dalam gua singa. Setelah Babel ditaklukkan oleh Media, daerah kekuasaan Babel menjadi milik Media sebagai kerajaan baru yang berkuasa. Darius, orang Media, diangkat menjadi raja dan mengangkat 120 wakil raja di seluruh wilayah kekuasaan Media dan mengangkat pula tiga orang pejabat tinggi, salah satu dari tiga pejabat tinggi itu adalah Daniel. Akan tetapi, pejabat tinggi yang lain mencari dakwaan atas Daniel dan mengadukannya kepada raja, hingga akhirnya Daniel dimasukkan ke dalam gua singa. Di gua singa, Tuhan mengirimkan malaikat-Nya untuk mengatupkan mulut singa-singa itu sehingga semua singa di dalam gua itu tidak mengapa- apakan Daniel. Itulah kasih setia dan perlindungan Tuhan Allah yang sungguh dahsyat dan ajaib dalam kehidupan Daniel. C. DISKUSI 1. Ceritakan kembali siapa itu Daniel dan bagaimana sikap Daniel sebagai pengikut Tuhan! 2. Dalam sehari, Daniel tiga kali berlutut, berdoa dan memuji Tuhan. Dalam sehari berapa kali kita berdoa dan memuji Tuhan? Sudahkah kita melakukannya? 3. Tuhan adalah Allah yang memelihara hidup kita. Ceritakan kebaikan dan kasih setia Tuhan dalam hidup kita masing-masing! 4. Dari tokoh Daniel, pelajaran apa yang kita dapatkan dan dapat diteladani? D. APLIKASI Sebagai remaja Kristen, kita seharusnya memiliki integritas dalam hidup dan mampu mempertahankan iman kita di tengah situasi yang sulit sekalipun. Sama seperti Daniel yang memiliki integritas untuk setia menyembah Allah dan menjaga kekudusan hidupnya. Dengan menjaga kekudusan hidup, kita sudah memancarkan salib Kristus yang ada dalam diri kita dan kita mampu menjadi terang di mana pun kita berada. Mari kita belajar untuk tidak berkompromi dengan ketidakbenaran, tetapi beranilah menjadi Daniel! Sumber bacaan: 1. Jeane Ch., Obaja. 2012. "Survei Ringkas Perjanjian Lama". Surabaya: Momentum. 2. "Daniel". Dalam http://alkitab.sabda.org/dictionary.php?word=DANIEL Kontak: binasiswa(at)sabda.org Redaksi: Adiana, Bayu, dan Amidya Berlangganan: subscribe-i-kan-untuk-siswa(at)hub.xc.org Berhenti: unsubscribe-i-kan-untuk-siswa(at)hub.xc.org Arsip: http://sabda.org/publikasi/e-binasiswa/arsip BCA Ps. Legi Solo, No. 0790266579, a.n. Yulia Oeniyati (c) 2015 -- Yayasan Lembaga SABDA < http://ylsa.org >
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |