Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-binasiswa/53 |
|
e-BinaSiswa edisi 53 (2-11-2015)
|
|
e-BinaSiswa -- Remaja dan Keluarga (1) Edisi 53/November 2015 DAFTAR ISI: RENUNGAN: LIKE FATHER LIKE SON ARTIKEL: UNIVERSITAS KELUARGA STOP PRESS: SUMBER BAHAN NATAL BERKUALITAS DARI SABDA Salam Kasih dalam Kristus, Keluarga adalah subjek pendidikan bagi anak. Anak lahir, tumbuh, dan berkembang dalam sebuah keluarga. Ajaran, nilai-nilai, dan karakter akan diperoleh seorang anak di dalam keluarganya masing-masing. Oleh karena itu, keluarga menjadi komunitas yang penting. Tidak sebatas untuk lahir, tetapi semua anak akan bertumbuh dalam keluarga mereka. Simaklah sebuah renungan yang akan menolong kita untuk memahami bahwa dalam Kristus, kita dapat memutuskan mata rantai yang tidak baik dari keluarga kita, dan kita dapat mengambil keputusan untuk hidup benar di hadapan Tuhan. Simak pula sebuah artikel yang berjudul "Universitas Keluarga". Harapan kami, setiap pembaca dapat memahami peranan ibu dan ayah sebagai seorang "dosen" di Universitas Keluarga, anak-anak sebagai "mahasiswa", dan karakter, nilai-nilai, dan keterampilan dari dosen menjadi materi ajar bagi para mahasiswa dalam Universitas Keluarga. Selamat menyimak sajian e-BinaSiswa edisi kali ini. Tuhan Yesus memberkati! Pemimpin Redaksi e-BinaSiswa, Amidya < amidya(at)in-christ.net > < http://remaja.sabda.org > RENUNGAN: LIKE FATHER LIKE SON Bacaan: 2 Raja-Raja 22:1-20 Kita sering mendengar pepatah yang mengatakan "Like Father Like Son", seperti apa ayahnya demikian juga anaknya. Buah jatuh tak jauh dari pohonnya, artinya sifat, karakter, temperamen, kebiasaan seseorang tak akan jauh beda dari orangtuanya. Jika orangtuanya seorang preman, tak heran kalau anaknya kecil-kecil juga sudah jadi preman. Kalau orangtuanya malas bekerja, maka anaknya kelak juga akan jadi pengangguran sukses. Akan tetapi, sebaliknya, jika orangtuanya memiliki kebiasaan baik, semangat yang kuat dan menjadi orang sukses, maka anaknya juga akan berhasil. Itu sebabnya, seandainya kita boleh memilih tentu kita akan memilih terlahir dari keluarga yang baik-baik dan memiliki orangtua ideal. Sayangnya, kita tidak bisa menentukan lahir dari rahim siapa. Kita tidak bisa memilih lahir dari keluarga ningrat atau terhormat. Kita tak bisa memilih lahir dari kaum borju dengan gaya hidup yang serba jet-set. Kita tidak bisa memilih lahir dari keluarga pendeta atau rohaniwan. Sebaliknya, mungkin kita terlahir dari keluarga yang sama sekali tidak pernah kita harapkan! Apakah itu berarti nasib kita akan sama persis dengan keluarga kita yang sangat berantakan? Dalam Alkitab ada contoh yang luar biasa. Seseorang yang berhasil mengubah nasib dan membalikkan fakta! Namanya Yosia. Riwayat orangtuanya dan nenek moyangnya tidak baik untuk diceritakan, bahkan sangat memalukan. Betapa tidak? Ayahnya seorang penyembah berhala dan melakukan hal yang sangat jahat di mata Tuhan. Kakeknya dicatat Alkitab sebagai seseorang yang berbuat keji di hadapan Tuhan, mendirikan mezbah Baal, dan membawa Israel ke dalam penyembahan berhala, bahkan ia juga yang mempersembahkan anaknya sendiri sebagai korban dalam api. Dengan latar belakang keluarga seperti itu, tentu karakter dan kebiasaan Yosia tidak lebih baik dari orangtua atau kakeknya. Namun, ia berhasil membalikkan fakta yang ada. Ia memutuskan rantai kutuk dalam keluarganya dan membawa Kerajaan Yehuda kembali kepada Tuhan! Perubahan yang luar biasa. Apa yang bisa kita petik dari hal ini? Kita selalu punya kesempatan untuk mengubah masa lalu. Masalahnya, apakah kita cukup memiliki keberanian untuk melakukannya ataukah kita lebih suka berdalih bahwa keadaan kita yang buruk adalah akibat keadaan orangtua kita juga buruk. Marilah membuat perubahan dan membalikkan fakta bahwa pepatah "Like Father Like Son" dapat diputuskan dalam kekristenan. Telusurilah pohon keluarga Anda. Jika ada kecenderungan buruk yang diturunkan dari generasi ke generasi, saatnya Anda memutuskan rantai itu! Diambil dan disunting dari: Nama situs: Renungan Youth Alamat URL: http://www.renunganyouth.com/2013/07/like-father-like-son.html Penulis renungan: Tidak dicantumkan Tanggal akses: 6 Juli 2015 ARTIKEL: UNIVERSITAS KELUARGA Keluarga layak disebut sebuah universitas, tempat pembelajaran ilmu keluarga. Di "universitas" ini, setiap pesertanya belajar cara mewariskan nilai-nilai luhur, termasuk bagaimana menjadi istri dan suami, serta ayah dan ibu. Universitas ini memiliki lima fakultas utama yakni: suami, istri, ayah, ibu, dan anak. Universitas yang dikelola dengan baik, suasananya akan menyenangkan dan disukai "mahasiswa"-nya, yakni anak-anak. Keluarga seperti ini laksana "Universitas Bintang Lima". Kasih Utama Di "kampus" ini, setiap anak menerima kasih utama dari orangtua. Sebagai "dosen", ayah dan ibu mempunyai prioritas mengajar anak-anak. Meski sibuk bekerja di luar, "kampus" ini tidak akan diabaikan begitu saja. Terlalu mahal harganya jika mereka mengorbankan "kampus" tercinta yang bernama keluarga. Hebatnya, di sini, setiap anak diterima apa adanya dengan kehangatan dan kasih yang tulus. Semua mahasiswa yang pandai atau kurang, cantik atau tidak, diterima sama, tidak ada pembedaan atau difavoritkan. Meski di luar nyaman, setiap anak rindu bisa selalu kembali ke "kampus"-nya. Apalagi saat tidak aman, rasanya di "kampus" tercintanya ada keteduhan yang tidak didapat di tempat lain. "Home sweet home". Pelajaran Utama Ada beberapa subjek "kuliah" utama di "Universitas Keluarga" ini. Di antaranya: mahasiswa belajar tentang iman, etika dalam pergaulan sosial, dan moral yang baik (jujur, berintegritas, bertanggung jawab). Di samping itu ada pelajaran vital lainnya, yakni menghormati otoritas (orangtua, hukum negara, dan hak orang lain), nilai-nilai keluarga (kasih, kebersamaan, mengutamakan keluarga, dan saling menghormati). Orangtua sebagai dosen merupakan pendidik pertama dan utama yang menanamkan semua mata kuliah ini. Terutama untuk mahasiswa balita. Makin dini belajar nilai itu, maka akan tertanam dengan baik. Kapan anak lulus? Wisudanya adalah saat si anak menikah. orangtua melepaskannya sebagai "alumni" yang dianggap sudah mampu berdiri sendiri, membangun keluarga sendiri. Dosen dan Buku Utama Universitas Keluarga ini layaknya universitas terbuka. Buku wajib "mahasiswa: Universitas Keluarga adalah teladan orangtua, kehidupan ayah dan ibu. Merekalah dosen utama di sekolah ini. Meski setiap mahasiswanya tidak membayar, tetapi bukan berarti universitas ini tanpa biaya. Harga utama dalam pendidikan ini adalah kasih dan pengorbanan sang dosen. Tanpa itu, ilmu apa pun yang diajarkan akan sia-sia. Tutur kata, perilaku, emosi, dan relasi kehidupan "para dosen" ini dibaca mahasiswa setiap hari. Semua itu diserap anak-anak dari orangtuanya. Menjadi sosok teladan bagi anak tidaklah mudah. Apalagi mengajari setiap anak keterampilan utama menjadi suami/istri atau ayah/ibu. Para dosen berusaha agar setiap mahasiswanya belajar dengan baik dan mudah. Jangan sampai anak membaca buku "orangtua menjadi ayah yang `plin-plan` atau ibu yang tidak konsisten dan janjinya sulit dipegang". Sebab, buku demikian sangat berbahaya bagi anak. Bisa-bisa mereka akan menirunya. Hindarilah! Jangan sampai perilaku, sikap, dan kata-kata kita menjadi "buku horor" yang menakutkan anak. Misalnya, mereka melihat dan mengalami kekerasan di rumah yang dilakukan orangtua mereka sendiri. Ini bisa meracuni jiwa mereka sepanjang kehidupan. Ingat, orangtua adalah dosen utama. Di samping itu, jangan melupakan "dosen tamu" yaitu: kakek, nenek, guru sekolah, guru les, dan pembina iman anak. Sangat berbahaya jika kita tidak menjaga pengaruh dosen tamu ini. Pastikan ajaran mereka sesuai dengan kurikulum orangtua. Keterampilan Utama Teladan hidup berupa ajaran, perkataan, perbuatan, kesalehan, menjadi menu santapan tiap hari. Suka atau tidak, langsung atau tidak, sadar atau tidak, anak-anak "membaca" semua itu. Anak pria belajar keterampilan menjadi ayah dari ayahnya. Dari dosen bernama ayah ini, mereka belajar menjadi pria yang mengasihi istri, kepemimpinan pria, humor ala pria, dan mengelola emosi secara sehat. Sebagian besar akan diwarisi si anak saat ia dewasa dan menikah kelak. Anak putri belajar cara-cara menjadi ibu dan istri, dari ibunya. Ia akan belajar bagaimana sifat-sifat istri yang baik dan saleh, tunduk dan menghormati suami, serta mengelola emosi dengan sehat. Semua ia adopsi dari ibunya. Pokoknya sebagian besar kesan dari ibu akan dibawanya hingga kelas dewasa dan menikah. Diambil dan disunting dari: Judul buku: Banyak Cocok Sedikit Cekcok Judul artikel: Universitas Keluarga Penulis: Julianto Simanjuntak Penerbit: Visi Press, Bandung 2014 Halaman: 13 -- 16 STOP PRESS: SUMBER BAHAN NATAL BERKUALITAS DARI SABDA Natal kian menjelang, dan Anda yang aktif terlibat dalam pelayanan pasti sudah mulai berpikir untuk mempersiapkan bahan-bahan guna mempersiapkan acara Natal. Nah, dengan gembira kami menginformasikan bahwa Yayasan Lembaga SABDA (YLSA) telah menyediakan berbagai bahan seputar Natal, yang dapat Anda temukan di situs Natal Indonesia. Melalui situs Natal, Anda akan mendapatkan banyak bahan seperti: Renungan Natal, Artikel Natal, Cerita/Kesaksian Natal, Drama Natal, Puisi Natal, Tips Natal, Bahan Mengajar Natal, Blog Natal, Resensi Buku Natal, Gambar/Desain Natal, Lagu Natal, dll.. Situs ini sangat interaktif karena semua pengunjung bisa mendaftarkan diri, berpartisipasi aktif dengan mengirimkan tulisan, menulis blog, memberikan komentar, dan mengucapkan selamat Natal kepada pengunjung yang lain. Anda juga dapat ikut meramaikan komunitas Natal YLSA dengan bergabung menjadi anggota di Facebook Natal. Mari, kita bersama-sama menyongsong perayaan hari kedatangan Kristus ke dunia 2000 tahun yang lalu dengan menjadi berkat demi kemuliaan nama-Nya. - Situs Natal: http://natal.sabda.org/ - Facebook Natal: http://fb.sabda.org/natal Kontak: binasiswa(at)sabda.org Redaksi: Amidya dan Odysius Berlangganan: subscribe-i-kan-untuk-siswa(at)hub.xc.org Berhenti: unsubscribe-i-kan-untuk-siswa(at)hub.xc.org Arsip: http://sabda.org/publikasi/e-binasiswa/arsip BCA Ps. Legi Solo, No. 0790266579, a.n. Yulia Oeniyati (c) 2015 -- Yayasan Lembaga SABDA < http://ylsa.org >
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |