Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/bio-kristi/161

Bio-Kristi edisi 161 (8-6-2016)

François Mauriac

SABDA Arsip Publikasi Bio-Kristi

Publikasi Elektronik Biografi Kristiani
François Mauriac

Edisi 161/Juni 2016

Salam damai dalam Kristus,

François Mauriac barangkali merupakan sebuah nama yang cukup asing bagi kita. Namun, di benua Eropa, khususnya Perancis, ia memiliki nama yang besar dalam dunia kepenulisan. Selain menjadi novelis dan penulis esai, Mauriac juga merupakan seorang penyair, dramawan, wartawan, serta salah seorang ahli kehidupan politik di Perancis. Penghargaan Nobel di bidang sastra pada tahun 1952 semakin mengukuhkan dirinya sebagai salah satu sastrawan terbaik dan berbakat dunia. Sebagai pengikut Kristus, ia menghidupi imannya dengan tulisan-tulisan yang menentang paham totalitarianisme serta fasisme yang pada saat itu kental mewarnai beberapa negara Eropa pada masa-masa Perang Dunia II. Namanya pun masuk dalam jajaran penulis Katolik Perancis yang meneliti realitas buruk kehidupan modern dalam terang kekekalan. Untuk semakin membukakan wawasan kita dalam mengetahui kiprah tokoh besar dari Perancis ini, maka publikasi Bio-Kristi pada bulan Juni ini akan mengupas tentang hidup dan karya dari François Mauriac.

Nah, selamat membaca, Tuhan Yesus memberkati!

Pemimpin Redaksi Bio-Kristi,
N. Risanti

KARYA
FRANÇOIS CHARLES MAURIAC

Novelis, pengarang esai, penyair, dramawan, wartawan Perancis, pemenang Hadiah Nobel untuk Sastra pada tahun 1952. François Mauriac termasuk dalam penulis tradisi lama Katolik Romawi Perancis, yang meneliti masalah tentang yang baik dan yang jahat dalam diri manusia dan di dunia.

"Tidak ada kebetulan dalam pilihan bacaan kita. Semua sumber kita terkait." (dalam Mauriac?s Memoires Intérieures, 1959)

Gambar: François Mauriac
François Mauriac

François Mauriac lahir di Bordeaux, sebagai putra bungsu dari Jean-Paul Mauriac, seorang pengusaha kaya. Ketika Mauriac belum genap berumur dua tahun, ayahnya meninggal, dan keluarga itu tinggal bersama kakek nenek mereka. Ibunya adalah seorang Katolik yang taat, yang dipengaruhi oleh pemikiran teologi Jansen (Jansenisme adalah gerakan teologis Katolik, terutama di Perancis, yang menekankan dosa asal, kejatuhan manusia, perlunya anugerah ilahi, dan predestinasi - Red.). Sejak usia tujuh tahun, Mauriac belajar di sekolah yang dikelola oleh ordo Marianite (sebuah konggegrasi kesusteran Katolik di Perancis - Red.). Penulis itu tidak pernah berhenti menyatakan pentingnya pendidikan usia dini meskipun ia tidak senang bersekolah di Ste Marie.

Setelah menyelesaikan studi di University of Bordeaux, Mauriac menerima lisensinya (setara dengan MA) pada tahun 1905. Tahun berikutnya, ia pergi ke Paris, bersiap untuk memasuki École des Chartes (sebuah sekolah besar di Perancis yang mengkhususkan diri dalam ilmu sejarah - Red.), di mana ia diterima pada tahun 1908. Namun, Mauriac berada di sekolah itu hanya beberapa bulan dan kemudian memutuskan untuk mengabdikan diri sepenuhnya di bidang sastra.

Karya-karya Mauriac menunjukkan pengaruh dari beberapa penulis. Meskipun ia menerbitkan studi tentang Racine dan Marcel Proust, Pascal mungkin adalah pemikir yang paling penting baginya. Gaya Mauriac adalah puitis, penuh kesan yang halus. Ia berkata, "Saya percaya bahwa hanya puisi yang penting, dan bahwa hanya melalui unsur-unsur puitis yang terdapat di dalam sebuah karya seni dari genre apa pun yang bekerja dalam karya itu, yang layak untuk dipertahankan. Seorang novelis besar pada awalnya adalah seorang penyair besar." Mauriac memulai karier sastra sebagai penyair bersama dengan Les Mains jointes (1909). Banyak novelnya yang terhubung pada syairnya. Namun, prosa Mauriaclah yang selalu menarik perhatian lebih baik dari para kritikus dan juga masyarakat yang membaca. Ia pernah mengatakan bahwa Orages (1925) dan Le Sang d 'Atys (1941) membentuk gletser dari mana semua novelnya mengalir. (Mauriac: Puisi dari Novelis oleh Paul Cooke, 2003, hal 246.) Sandiwara Mauriac tidak pernah dapat menyamai kesuksesan novelnya, tetapi Asmodé ditampilkan 100 kali selama tahun 1937 -- 1938 di Comédie Française.

Pada tahun 1913, Mauriac menikah dengan Jeanne Lafon; anak pertama mereka, Claude, menjadi seorang novelis juga. Selama Perang Dunia I, Mauriac bertugas di Balkan sebagai perawat rumah sakit Palang Merah. Setelah perang, ia menulis dua novel, tetapi dalam Le Baiser au Lépreux (The Kiss to the Leper - Ciuman untuk Penderita Kusta, tahun 1922) itulah ia menemukan suara hatinya sendiri. Kisah tragis itu adalah tentang seorang pemuda kaya, tetapi berwajah buruk menyeramkan, yang hancur karena dijodohkan dengan gadis petani yang cantik. Novel Mauriac berikutnya berisi tentang jiwa-jiwa yang tersiksa, yang semakin dipandang dengan rasa tidak suka oleh golongan sayap kanan Katolik, bahkan oleh pers Katolik yang umumnya memberi label kepada penulis ini sebagai seorang yang murtad, yang terobsesi dengan karakter yang hina. Le Désert de l 'amour (1925) melanjutkan tema Mauriac tentang kesia-siaan cinta. Novel tersebut mengisahkan seorang janda muda yang dingin secara seksual, yang menimbulkan gairah pada dokternya dan juga putranya.

Thérèse Desqueyroux (1927), yang ditulis berdasarkan kisah nyata sidang pembunuhan atas Madame Henriette-Blance Canaby, diakui sebagai salah satu novel Perancis terbaik. Wanita itu dituduh mencoba meracuni suaminya, tetapi suaminya menolak untuk bersaksi melawan istrinya. Dalam cerita itu, seorang istri muda, Thérèse, terdorong untuk membunuh suaminya, seorang tuan tanah yang kasar. Karya ini dipengaruhi oleh beberapa tema utama yang terdapat dalam seluruh fiksi Mauriac: kehidupan penindasan di daerah pedalaman Perancis, tekanan seksual, dosa asal, dan penebusan. Keindahan liar pedesaan di selatan Bordeaux memberikan latar belakang yang bertentangan dengan tokoh-tokoh yang digambarkan Mauriac. Terpesona oleh nasib Thérèse, Mauriac melanjutkan menulis dua cerita pendek dan satu novel lagi tentang perempuan itu.

Gambar: Le Nœaud De Vipères
Sampul buku Le Nœaud De Vipères

Karya awal Mauriac menggambarkan pergumulan nafsu dan hati nurani, tetapi seusai krisis spiritual, ia menyelesaikan konflik ini dengan kemurahan hati: "Kekristenan tidak mendukung kedagingan. Kekristenan menekan hal itu". Sebagai buntut dari krisis agamanya, Mauriac menulis novel yang menekankan kekuatan kasih Allah, dan mengembangkan teknik, di mana suara penulis, seorang pengamat -- yang bersifat seperti Tuhan -- mengungkapkan pendapatnya sendiri. Satu pengecualian adalah Le Nœaud De Vipères (1932, Viper 's Tangle -- Jeratan Ular Beludak), sebuah drama keluarga, salah satu novel terbesar Mauriac. Ditulis dalam bentuk rangkaian huruf dan diceritakan dengan menggunakan sudut pandang orang pertama, mengisahkan tentang seorang pria tua bernama Louis, seorang ateis dan misanthrophic, yang karena bertekad untuk menyembunyikan uang dari istri dan anak-anaknya sehingga mengawali suatu perlawanan terhadap dirinya. Sekali lagi, materialisme menciptakan kendala bagi pertumbuhan rohani. Kematian istrinya membuat Louis menyelidiki jiwanya.

Mauriac terpilih pada tahun 1933 pada sebuah jabatan di Académie Française , tetapi agaknya bertentangan dengan suasana hatinya yang konservatif setelah mengadopsi pandangan yang lebih liberal. Seiring dengan pemikiran politiknya yang berkembang, ia mulai berkontribusi dalam surat kabar Perancis Le Figaro , di mana ia sering menyerang munculnya Fasisme (paham politik yang mengutamakan atau meninggikan kekuasaan yang absolut tanpa mengutamakan prinsip demokrasi, yang muncul selama masa perang dunia II - Red.). Selama Perang Saudara Spanyol, ia berkampanye secara aktif untuk Partai Republik meskipun pada awalnya ia mendukung tindakan Franco (pemimpin de facto Spanyol dari tahun 1939 hingga tahun 1975 - Red.). Ketika Para Jenderal Franco menyatakan bahwa mereka memimpin perang suci, yang dengan begitu menghubungkan kekristenan dan fasisme, Mauriac menyatakan kemarahannya dalam sebuah artikel yang diterbitkan pada tanggal 30 Juni 1938. Dia juga menarik pujiannya untuk Mussolini dari sebuah artikel yang diterbitkan ulang pada tahun 1937.

Gambar: Le Figaro
Le Figaro

Pada awal pendudukan Jerman di Perancis dalam Perang Dunia II, Mauriac pada awalnya mendukung Pétain, tetapi kemudian bergabung dengan pihak de Gaulle . Setelah menulis dengan nama samaran Forez yang mengajukan protes terhadap tirani Jerman, ia terpaksa menyembunyikan diri dengan keluarganya selama beberapa waktu. Karya ini, Le Cahier Noir (1943), diterbitkan oleh Les Editions de Minuit dan kemudian diselundupkan ke London, di mana ini digunakan sebagai alat propaganda. La Pharisienne, yang terbit pada tahun 1941, dibaca sebagai alegori menyerahnya Perancis ke Nazi Jerman. Yang perlu diperhatikan adalah fakta bahwa Mauriac merupakan satu-satunya anggota dari Académie Française yang bergabung dengan gerakan perlawanan seperti Front Nasional dan Comité Nationale des Ecrivains. (François Mauriac: The Making of an Intellectual oleh Edward Welch, 2006, hal 56.)

Mauriac adalah pendukung de Gaulle dan kebijakannya di Maroko, tetapi mengutuk praktik penyiksaan oleh tentara Perancis di Aljazair. Sebagai akibat dari simpatinya terhadap rezim Gaullist, Mauriac kehilangan perannya sebagai seorang analis politik dan suara berpikir-bebas, terutama dari sudut pandang kubu sebelah kiri. Jean-Paul Sartre adalah salah satu penulis yang mengungkapkan kekecewaannya tentang kesetiaan antusias Mauriac kepada Presiden. Dari pertengahan 1950-an, Mauriac menulis sebuah kolom surat kabar mingguan, Bloc-Notes, yang menjangkau khalayak orang banyak. Dia juga menerbitkan serangkaian memoar pribadi dan biografi de Gaulle, yang mewujudkan visinya sendiri tentang Perancis. Pada tahun 1955, Mauriac bertemu dengan penulis muda Elie Wiesel, yang selamat dari Auschwitz dan Buchenwald, dan mendorongnya untuk menulis memoar Yiddishnya: "Kamu salah tidak berbicara .... Dengarkan orang tua seperti saya: seseorang harus berbicara. Seseorang juga harus berbicara." Sebagian besar fokus Mauriac dalam tulisan-tulisannya nanti adalah tentang kehancuran dan mekanisasi dunia di sekelilingnya. Mauriac meninggal pada tanggal 1 September 1970, di Paris. (t/Jing-Jing)

Diterjemahkan dari:
Nama situs : Authors Calendar
Alamat URL : http://authorscalendar.info/mauriac.htm
Judul asli artikel : François Charles Mauriac (1885-1970)
Penulis artikel : Petri Liukkonen
Tanggal akses : 28 April 2016

TAHUKAH ANDA?
MERAIH PENGHARGAAN NOBEL DAN MENJADI MENTOR ELIE WIESEL
Ditulis oleh: N. Risanti

"The deep spiritual insight and the artistic intensity with which he has in his novels penetrated the drama of human life" (wawasan rohani mendalam dan intensitas artistik yang terdapat dalam novel-novelnya, menembus kisah kehidupan manusia - Red.) adalah alasan mengapa François Mauriac dianugerahi penghargaan Nobel dalam bidang sastra pada tahun 1952. Meskipun novel-novel Mauriac bersifat suram, dengan drama psikologis keras yang diatur dalam suasana ketegangan tak henti-hentinya, tetapi dalam inti setiap karyanya ia selalu menempatkan jiwa religius yang bergulat dengan masalah dosa, anugerah, dan keselamatan.

Gambar: Mauriac menerima hadiah nobel
Mauriac menerima hadiah nobel

Mauriac menjadi orang pertama yang mendapat manuskrip "Night" dari Elie Wiesel. Karya tersebut kemudian berhasil menghantar Elie Wiesel menjadi pemenang Nobel Perdamaian pada tahun 1986 karena isinya yang berbicara untuk menentang kekerasan, penindasan, dan rasisme. Mauriaclah orang yang menantang Wiesel untuk menulis tentang pengalamannya dalam peristiwa Holocaust Nazi terhadap kaum Yahudi selama Perang Dunia II sehingga dunia mendapat pelajaran berharga dari tulisannya. Relasi keduanya banyak terjalin melalui surat-menyurat yang berlangsung mulai tahun 1954 sampai sebelum Mauriac meninggal pada tahun 1970. Melalui kesempatan wawancara yang dilakukan oleh Wiesel muda, yang pada awalnya banyak didominasi tentang kesaksian Mauriac akan cinta kasih Yesus, sang peraih Nobel itu kemudian menjadi mentor Elie Wiesel yang pada akhirnya juga meraih penghargaan Nobel seperti dirinya.

Sumber referensi:
1. The Editors of Encyclopædia Britannica. "François Mauriac French author". Dalam: http://www.britannica.com/biography/Francois-Mauriac
2. Mathias, Anita. "How François Mauriac mentored Elie Wiesel for the Love of Jesus". Dalam: http://anitamathias.com/2011/06/17/how-Francois-mauriac-mentored-elie-wiesel-for-the-love-of-jesus/"
3. Lucado, Max. "A Picture of Patience". Dalam: https://maxlucado.com/a-picture-of-patience/

Stop Press! SITUS SEJARAH ALKITAB INDONESIA

Tahukah Anda bahwa hingga saat ini sudah ada paling sedikit 22 Alkitab yang pernah diterjemahkan dan diterbitkan dalam bahasa Melayu-Indonesia? Tahukah pihak-pihak yang telah menerjemahkan Alkitab yang selama ini kita miliki? Bagaimana kisah-kisah di balik penerjemahan Alkitab?

Gambar: Situs Sejarah Alkitab Indonesia

Situs Sejarah Alkitab Indonesia hadir untuk memberikan Anda informasi paling lengkap tentang seluk-beluk penerjemahan Akitab di Indonesia, mulai dari sejarah, bagan data, dan berbagai artikel menarik yang perlu untuk diketahui.

Segeralah berkunjung ke situs Sejarah Alkitab Indonesia dan perkaya pengetahuan dan wawasan Anda tentang Alkitab Anda selama ini!

Anda terdaftar dengan alamat: $subst( 'Recip.EmailAddr ').
Anda menerima publikasi ini karena Anda berlangganan publikasi Bio-Kristi.
Redaksi: N. Risanti, Margaretha I., Odysius, dan Santi T.
Berlangganan | Berhenti | Arsip
BCA Ps. Legi Solo, No. 0790266579, a.n. Yulia Oeniyati
©, 2016 -- Yayasan Lembaga SABDA

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org