|
Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
https://sabda.org/https://sabda.org/publikasi/e-binaanak/1 |
|
e-BinaAnak edisi 1 (15-3-2000)
|
|
><> Milis Publikasi Elektronik untuk Para Pembina Anak <><
Daftar Isi: Edisi 001/2000
-----------
SALAM DARI REDAKSI
ARTIKEL : Sejarah Sekolah Minggu
TIPS MENGAJAR : Agar Anak Tidak Mudah Bosan di Kelas
SERBA SERBI : Membuat Buku Data Anak
**********************************************************************
Korespondensi dan kontribusi bahan dapat dikirimkan ke staf Redaksi
di: <submit-BinaAnak@sabda.org> atau <owner-i-kan-BinaAnak@xc.org>
**********************************************************************
o/ SALAM DARI REDAKSI
Salam sejahtera dalam Tuhan Yesus Kristus!
Puji syukur kepada Tuhan karena Milis Publikasi Elektronik
e-BinaAnak ini dapat diterbitkan bertepatan dengan Hari Doa Anak
sedunia, yaitu bulan Maret 2000. Pada bulan ini para pelayan Tuhan
dan badan-badan misi Kristen yang tergabung dalam pelayanan anak
sedang bersama-sama berdoa agar Tuhan membangkitkan semakin banyak
orang yang mau memberikan komitmen dan perhatian pada kebutuhan
rohani anak-anak di seluruh dunia.
Mengapa para pelayan anak mendapat perhatian besar? Karena para
pelayan anak (yaitu pengurus dan guru-guru Sekolah Minggu, pemimpin
dan pembina sel anak, dan mereka yang terlibat dalam pelayanan
anak) adalah orang-orang yang berperan besar dalam pendidikan
kerohanian anak. Merekalah orang-orang yang dipercaya untuk
membangun iman anak-anak. Dan bagi merekalah, e-BinaAnak
terpanggil, yaitu untuk ikut membekali para pelayan anak Indonesia,
di manapun mereka berada. Kerinduan kami adalah supaya melalui
tulisan-tulisan yang kami kirimkan, para pelayan anak dapat
meningkatkan kesungguhan dan kualitas pelayanannya bagi kemuliaan
nama Tuhan.
Usaha memberikan bekal kepada para pelayan anak ini adalah sesuai
dengan penyataan Alkitab bahwa Tuhan sendiri yang telah memilih
murid-muridNya dan memperlengkapi mereka dengan kemampuan khusus
untuk meningkatkan pelayanannya:
"Dialah yang memberikan baik rasul-rasul maupun
nabi-nabi, baik pemberita Injil maupun gembala-gembala
dan pengajar-pengajar, untuk memperlengkapi orang kudus
bagi pekerjaan pelayanan, bagi pembangunan tubuh Kristus,
sampai kita semua telah mencapai kesatuan iman dan
pengetahuan yang benar tentang anak Allah, kedewasaan
penuh, dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan
kepenuhan Kristus." Efesus 4:17-18
Oleh karena itu marilah kita siapkan diri untuk diisi dan dibentuk
sesuai dengan FirmanNya !! :-) ....dan teach the little kids...
Selamat belajar dan melayani,
Redaksi -- Tabita
"Tetapi sekarang, ya Tuhan, Engkaulah Bapa kami! Kamilah tanah
liat Engkaulah yang membentuk kami, dan kami sekalian adalah
buatan tanganMu." (Yesaya 64:8)
**********************************************************************
o/ ARTIKEL
SEJARAH SEKOLAH MINGGU
Banyak sekali guru Sekolah Minggu dan para pembina anak yang belum
tahu cerita tentang bagaimana pelayanan Sekolah Minggu pertama kali
diselenggarakan. Oleh karena itu dalam edisi perdana, kami akan
menyajikan terlebih dahulu sebuah artikel tentang sejarah Sekolah
Minggu.
Kalau kita menelusuri kembali ke jaman Perjanjian Lama, maka
sebenarnya Alkitab telah memberikan perhatian yang serius terhadap
pembinaan rohani anak. Pada masa itu pembinaan rohani anak
dilakukan sepenuhnya dalam keluarga (Ul. 6:4-7). Sejak sebelum
usia 5 tahun anak telah dididik oleh orang tuanya untuk mengenal
Allah Yahweh. Pada masa pembuangan di Babilonia (500SM), ketika
Tuhan menggerakkan Ezra dan para ahli kitab untuk membangkitkan
kembali kecintaan bangsa Israel kepada Taurat Tuhan, maka dibukalah
tempat ibadah sinagoge dimana mereka dapat belajar Firman Tuhan
kembali, termasuk diantara mereka adalah anak-anak kecil. Orangtua
wajib mengirimkan anak-anaknya yang berusia di bawah 5 tahun ke
sekolah di sinagoge. Di sana mereka dididik oleh guru-guru
sukarelawan yang mahir dalam kitab Taurat. Anak-anak dikelompokkan
dengan jumlah maksimum 25 orang dan dibimbing untuk aktif berpikir
dan bertanya, sedangkan guru adalah fasilitator yang selalu siap
sedia menjawab pertanyaan-pertanyaan mereka.
Ketika orang-orang Yahudi yang dibuang di Babilonia diijinkan
pulang ke Palestina, maka mereka meneruskan tradisi membuka tempat
ibadah sinagoge ini di Palestina sampai masa Perjanjian Baru.
Tuhan Yesus ketika masih kecil, juga sama seperti anak-anak Yahudi
yang lain, menerima pengajaran Taurat di sinagoge. Dan pada usia
12 tahun Yesus sanggup bertanya jawab dengan para ahli Taurat di
Bait Allah. Tradisi mendidik anak-anak secara ketat terus
berlangsung sampai pada masa rasul-rasul (1Tim. 3:15) dan gereja
mula-mula. Namun, tempat untuk mendidik mereka perlahan-lahan
tidak lagi dipusatkan di sinagoge tetapi di gereja, tempat jemaat
Tuhan berkumpul.
Tetapi sayang sekali pada Abad Pertengahan gereja tidak lagi
memelihara kebiasaan mendidik anak seperti abad-abad sebelumnya.
Bahkan orang dewasapun tidak lagi mendapatkan pengajaran Firman
Tuhan dengan baik. Barulah pada masa Reformasi, gerakan
pengembalian kepada pengajaran Alkitab dibangkitkan lagi, dan
pendidikan terhadap anak-anak mulai digalakkan kembali, khususnya
melalui kelas Katekismus. Untuk itu hanya para pekerja gereja
sajalah yang diijinkan untuk terlibat dalam pembinaan. Namun
sedikitnya orang yang terlatih untuk mengajarkan kelas Katekismus
ini menyebabkan pelayanan anak ini menjadi mundur bahkan
perlahan-lahan tidak lagi menjadi perhatian utama gereja dan
diadakan hanya sebagai prasyarat bagi anak-anak yang akan menerima
konfirmasi (baptis sidi).
Barulah pada abad 18, seorang wartawan Inggris bernama Robert
Raikes, digerakkan oleh rasa cinta kepada anak-anak, membuat suatu
gerakan yang akhirnya mendorong lahirnya pelayanan Sekolah Minggu!
Pada masa akhir abad 18, Inggris sedang dilanda suatu krisis
ekonomi yang sangat parah. Setiap orang bekerja keras untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya, bahkan anak-anak dipaksa bekerja untuk
bisa mendapatkan penghidupan yang layak. Pada saat itu wartawan
Robert Raikes, mendapat tugas untuk meliput berita tentang
anak-anak gelandangan di Gloucester bagi sebuah harian (koran)
milik ayahnya. Apa yang dilihat Robert sangat memprihatinkan sebab
anak-anak gelandangan itu harus bekerja dari hari Senin sampai
Sabtu. Apa yang dilakukan anak-anak pada hari Minggu itu? Hari
Minggu adalah satu-satunya hari libur mereka sehingga mereka
habiskan untuk bersenang-senang, tapi karena mereka tidak pernah
mendapat pendidikan (karena tidak bersekolah), anak-anak itu
menjadi sangat liar, mereka minum-minum dan melakukan berbagai
macam kenakalan dan kejahatan.
Melihat keadaan itu Robert Raikes bertekad untuk mengubah keadaan.
Ia dengan beberapa teman mencoba melakukan pendekatan kepada
anak-anak tersebut dengan mengundang mereka berkumpul di sebuah
dapur milik Ibu Meredith di kota Scooty Alley. Di sana selain
anak-anak mendapat makanan, mereka juga diajarkan sopan santun,
membaca dan menulis. Tapi hal paling indah yang diterima anak-anak
di situ adalah mereka mendapat kesempatan mendengar cerita-cerita
Alkitab.
Pada mulanya pelayanan ini sangat tidak mudah. Banyak anak-anak
itu datang dengan keadaan yang sangat bau dan kotor. Namun dengan
cara pendidikan yang disiplin, kadang dengan pukulan rotan, tapi
dilakukan dengan penuh cinta kasih, anak-anak itu akhirnya belajar
untuk mau dididik dengan baik, sehingga semakin lama semakin banyak
anak datang ke dapur Ibu Meredith. Semakin banyak juga guru disewa
untuk mengajar mereka, bukan hanya untuk belajar membaca dan
menulis tapi juga Firman Tuhan. Perjuangan yang sangat sulit tapi
melegakan. Dan dalam waktu 4 tahun sekolah minggu itu semakin
berkembang bahkan ke kota-kota lain di Inggris, dan jumlah
anak-anak yang datang ke sekolah hari minggu terhitung mencapai
250.000 anak di seluruh Inggris.
Mula-mula, gereja tidak mengakui kehadiran gerakan Sekolah Minggu
yang dimulai oleh Robert Raikes ini. Tetapi karena kegigihannya
menulis ke berbagai publikasi dan membagikan visi pelayanan anak ke
masyarakat Kristen di Inggris, dan juga atas bantuan John Wesley
(pendiri gereja Methodis), akhirnya kehadiran Sekolah Minggu
diterima oleh gereja. Mula-mula oleh gereja Methodis, akhirnya
gereja-gereja protestan lain. Ketika Robert Raikes meninggal dunia
thn. 1811, jumlah anak yang hadir di Sekolah Minggu di seluruh
Inggris mencapai lebih dari 400.000 anak. Dari pelayanan anak ini,
Inggris tidak hanya diselamatkan dari revolusi sosial, tapi juga
diselamatkan dari generasi yang tidak mengenal Tuhan.
Gerakan Sekolah Minggu yang dimulai di Inggris ini akhirnya
menjalar ke berbagai tempat di dunia, termasuk negara-negara Eropa
lainnya dan ke Amerika. Dan dari para misionaris yang pergi
melayani ke negara-negara Asia, akhirnya pelayanan anak melalui
Sekolah Minggu juga hadir di Indonesia.
Sumber:
Pedoman Pelayanan Anak oleh Ruth Laufer (YPPII, Malang)
Pola Mengajar Sekolah Minggu oleh Mavis L.A. (Kalam Hidup, Bandung)
**********************************************************************
o/ TIPS MENGAJAR
Agar Anak Tidak Mudah Bosan di Kelas
------------------------------------
Tahukah anda bahwa anak-anak perlu bergerak dan bermain? Akan
sangat sulit mengajak anak untuk bisa diam lebih dari 5 menit.
Oleh karena itu supaya anak tidak mudah bosan selama mendengarkan
cerita anda, selingilah cerita itu dengan berbagai aktivitas badan,
misalnya, menirukan suara-suara tertentu, mengangkat tangan,
melakukan gerakan tertentu yang sesuai dengan cerita anda, atau
bahkan dengan menyanyi lagu yang mendukung cerita anda. Buatlah
agar suasana kelas gembira dan penuh tawa, karena hal itu sangat
dibutuhkan untuk anak merasa aman dan diterima, dan pasti anak-
anak akan menjadi betah di kelas anda.
**********************************************************************
o/ SERBA SERBI
Membuat Buku Data Anak
----------------------
Cara terbaik guru mengenal anak adalah dengan membuat buku catatan
tentang data-data dari anak-anak didiknya. Dengan data-data yang
dikumpulkan itu guru akan lebih mudah mengikuti perkembangan anak,
dan betul-betul mengenalnya secara pribadi.
Bagaimana caranya mendapatkan data-data anak tsb.?
1. Lakukan kunjungan (visitasi) ke rumah anak dan bertemu dengan
orang tuanya.
2. Lakukan wawancara dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada
anak.
3. Lakukan wawancara dengan teman dekat anak untuk melengkapi data
yang kurang.
Data-data apa yang perlu dicatat?
1. Nama anak dan Tanggal lahir
2. Nama orang tua Anak (berikan kesan yang anda dapatkan dari mereka)
3. Jumlah saudara
4. Alamat rumah (berikan catatan tentang kondisi rumah)
5. Nama sahabat atau teman dekatnya (catat juga kesan dari mereka)
6. Permainan apa yang paling ia sukai
7. Warna apa yang paling ia sukai
8. Siapa orang yang paling ia kagumi
9. Penyakit apa yang sering mengganggunya
10. Apakah binatang kesayanannya
11. Nilai-nilainya di sekolah
12. Ketrampilan apa yang dikuasai (menggambar/menyanyi/dll.)
13. Nyanyian apa yang paling disukai, dan mengapa?
14. Aktivitas apa yang paling ia sukai
***********************************************************************
Untuk berlangganan kirim e-mail ke: <subscribe-i-kan-BinaAnak@xc.org>
Untuk berhenti kirim e-mail ke: <unsubscribe-i-kan-BinaAnak@xc.org>
Untuk arsip: http://hub.xc.org/scripts/lyris.pl?enter=i-kan-BinaAnak
***********************************************************************
Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA
Didistribusikan melalui sistem network I-KAN
Copyright(c) e-BinaAnak 2000 YLSA
|
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |