Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-binaanak/106 |
|
e-BinaAnak edisi 106 (17-12-2002)
|
|
><> Milis Publikasi Elektronik untuk Para Pembina Anak <>< Daftar Isi: Edisi 106/Desember/2002 ----------- o/ SALAM DARI REDAKSI o/ ARTIKEL : Ibu yang Hebat o/ TIPS MENGAJAR : Acara Hari Ibu o/ BAHAN MENGAJAR (1) : Sifat-sifat yang Diinginkan Ibumu o/ BAHAN MENGAJAR (2) : Memelihara Seperti Gembala o/ KESAKSIAN : Kue Arbei Raksasa Buatan Ibu o/ DARI ANDA UNTUK ANDA : Minta Penjelasan ********************************************************************** Korespondensi dan kontribusi bahan dapat dikirimkan ke staf Redaksi: <submit-BinaAnak@sabda.org> atau <owner-i-kan-BinaAnak@xc.org> ********************************************************************** o/ SALAM DARI REDAKSI Salam kasih dalam Yesus Kristus, Merayakan Hari Ibu di Sekolah Minggu merupakan hal yang sangat menyenangkan, karena ibu adalah tokoh yang paling dikenal oleh anak- anak dan yang memberi pengaruh paling besar dalam hidup mereka. Selain menjadi kesempatan bagi guru-guru SM untuk berkenalan dengan ibu anak-anak SM Anda, ini juga merupakan kesempatan yang indah untuk mengajarkan bagaimana menghormati orang tua kepada anak-anak. Hari Ibu pada tahun ini, tgl. 22 Desember 2002, tepat jatuh pada hari Minggu. Nah, tepat sekali untuk dirayakan bersama anak-anak SM Anda, bukan? Silakan simak sajian kami minggu ini, kami yakin Anda akan mendapat banyak ide dan inspirasi untuk merayakannya, seperti sajian Tips dan Bahan-bahan Mengajar. Jadikanlah perayaan Hari Ibu di Sekolah Minggu Anda sebagai hari istimewa dan penuh kenang-kenangan bagi anak-anak dan ibu-ibu mereka. Bagi Anda yang sudah menjadi Ibu, kami segenap Redaksi mengucapkan: Selamat Hari Ibu! Tim Redaksi "Ibumu seperti pohon anggur dalam kebun anggur, yang tertanam dekat air, berbuah dan bercabang karena air yang berlimpah-limpah." (Yehezkiel 19:10) < http://www.sabda.org/sabdaweb/?p=Yehezkiel+19:10 > ********************************************************************** o/ ARTIKEL IBU YANG HEBAT ============== Seorang guru taman kanak-kanak dari kota kami bertanya di kelas sebelum Hari Ibu, "Mengapa kalian menganggap bahwa ibu kalian yang terhebat?" Jawaban murid-muridnya sungguh mengharukan. Perhatikan jenis-jenis jawaban yang banyak muncul. Hal-hal kecil yang dikerjakan bersama- sama nampak menonjol. Amat menarik untuk memperhatikan hal-hal apa yang tidak ada dalam daftar. Inilah daftar jawaban dari pertanyaan "mengapa kalian menganggap bahwa ibu kalian yang terhebat?" 1. Ibu saya sering bermain bersama saya. 2. Karena ia bermain halma semalam dan ia memberikan obat untuk mengobati flu saya. 3. Karena ia membelikan saya barang-barang. 4. Karena ibu saya mencucikan baju untuk kami dan mencium saya kalau saya akan berangkat ke sekolah. 5. Karena ia masak, mencuci baju, dan mengasihi. 6. Karena ia memasak makan malam dan memotong rumput. 7. Karena ia masak untuk kami. 8. Karena ia memanggang kentang dan membuat makan malam, dan merawat adik laki-laki saya. 9. Saya tidak dapat memikirkan kata yang tepat. 10. Karena ia memeluk saya dan ia sangat cantik. 11. Karena ia mencium dan memeluk saya dan merawat saya. 12. Ia adalah tukang masak yang terbaik dan membuatkan saya sup yang enak. 13. Ia memasak makanan saya dan membawa saya ke tempat tidur. 14. Ia membuatkan daging panggang untuk ayah saya. 15. Ia membersihkan rumah, merapikan tempat tidur, mencuci piring sehingga kami bisa makan sepanjang waktu. 16. Karena ia memberi hadiah untuk ulang tahun saya. 17. Karena ia merapikan tempat tidur dan menyelimuti kami pada waktu malam. 18. Karena ia menolong saya, Jeff, Greg dan ayah main ping-pong. 19. Karena ia menolong kami mengerjakan hal-hal. Ia memasak makanan dan memanggil kami bila waktu makan tiba. 20. Karena saya mengasihinya, dan ayah sangat mencintainya, adik saya tidak mau menciumnya, tapi suatu saat nenek mencium adik saya sewaktu ia sedang tidur. Ha! 21. Saya tidak tahu mengapa. 22. Karena ia membuat jagung brondong dan selalu baik pada saya. 23. Karena ia memberikan obat-obatan yang saya perlukan dan ia merawat saya. Sumber: Judul Buku: Tujuh Kebutuhan Anak Pengarang : John M. Drescher Penerbit : BPK Gunung Mulia, Jakarta, 1992 Halaman : 45 - 46 ********************************************************************** o/ TIPS MENGAJAR ACARA HARI IBU ============== Acara Hari Ibu diselenggarakan pada bulan Desember minggu ke-3 atau ke-4. Untuk acara Hari Ibu ini, Sekolah Minggu mengedarkan undangan kepada semua Ibu dari murid SM ataupun ibu-ibu yang belum ke gereja. Acara Hari Ibu juga dapat diadakan pada saat ibadah SM. Saran-saran: ------------ 1. Dalam acara Hari Ibu, Sekolah Minggu atau murid-murid SM menyiapkan hadiah yang sederhana untuk ibu mereka. Hadiah ini bisa berupa kembang, sapu tangan, atau gambar dari anak-anak SM yang akan dihadiahkan kepada ibunya. 2. Ibu-ibu diundang ke depan untuk foto bersama. 3. Tanyakan kesan-kesan para ibu tentang acara Hari Ibu. 4. Doa khusus untuk ibu-ibu yang dipimpin oleh gembala sidang atau pemimpin Sekolah Minggu. 5. Mintalah salah seorang anak SM untuk membacakan puisi tentang "Ibu". 6. Berilah penghargaan kepada ibu yang usianya paling tua atau yang anaknya paling banyak. 7. Bagi ibu-ibu yang baru pertama kali ke gereja, dapat diminta untuk mengisi formulir data agar Sekolah Minggu atau gereja dapat membuat tindak lanjut dengan cara mengundang ibu tersebut untuk mengikuti kegiatan-kegiatan yang diadakan di gereja. Sumber: Judul Buku: Buku Pintar Sekolah Minggu jilid 2 Penerbit : Gandum Mas, Malang, 1996 Halaman : 70 ********************************************************************** o/ BAHAN MENGAJAR (1) Acara ini khusus diadakan untuk merayakan Hari Ibu di Sekolah Minggu Anda. Mintalah anak-anak SM Anda untuk mengajak ibu mereka menghadiri Sekolah Minggu dalam rangka perayaan tersebut. Bisa juga Anda mengundang ibu-ibu tersebut dengan mengunjungi mereka atau membuat kartu undangan khusus. Kalau bisa, cerita untuk acara ini dibawakan oleh salah seorang ibu atau guru SM yang sudah menjadi seorang ibu. ACARA HARI IBU DI SEKOLAH MINGGU: ================================= Sifat-sifat yang Diinginkan Ibumu Persiapan: ---------- Sediakanlah bunga mawar secukupnya untuk dibagikan satu-satu kepada setiap ibu pada waktu acara dilangsungkan. Jika bunga mawar hidup sukar didapat, buatlah dari kertas krep saja. Nyanyian Bersama: ----------------- Anak-anak kecil Tuhan Cinta; Kasih Ibu kepada saya. Cerita (oleh seorang ibu): -------------------------- Menjadi seorang Ibu Kristen merupakan berkat yang terbesar dan tanggung jawab yang terbesar bagi orang perempuan. Rumah tangga bahagia tidak terjadi begitu saja, tetapi merupakan hasil dari usaha yang bersatu. Jika para ibu dapat menyatakan keinginannya hari ini, barangkali mereka ingin agar anak-anaknya memiliki sifat-sifat ini. 1. Kasih. ------ Kasih yang dinyatakan melalui kata-kata dan perbuatan terhadap seluruh anggota keluarga akan membuat rumah tangga itu bahagia (Roma 12:10). 2. "Hormatilah ayahmu dan ibumu", adalah perintah Allah. ----------------------------------------------------- Terimalah nasihat orang tuamu. Itu berdasarkan pengetahuan yang diperoleh melalui pengalaman (Amsal 13:1). 3. Taatilah orangtuamu dalam segala hal. ------------------------------------- Mereka berusaha membimbing kita dan menjauhkan kita dari kesalahan yang akan merugikan kita (Kolose 3:20). 4. Hidup berkenan kepada Allah adalah dasar untuk kebahagiaan sejati. ---------------------------------------------------------- Anak-anak dapat memperkenalkan Allah dengan hidup bagi Dia di manapun mereka berada. 5. Kesopanan. ---------- Kesopanan adalah bagaikan oli atau minyak yang dapat mengurangi pergeseran (perselisihan) yang tidak perlu (Amsal 15:1). 6. Bersih dan rapi. ---------------- Kerapihan dalam hidup pribadi kita akan menghasilkan keharmonisan yang lebih besar dalam keluarga. 7. Usaha. ------ Pikirlah dengan serius cara-cara kamu dapat menjadikan rumahmu itu menjadi suatu tempat yang lebih berbahagia. Hindarilah perselisihan (1Petrus 4:8). [Tulislah di papan tulis kata-kata di atas pada waktu disebutkan.] Pembacaan Puisi: ---------------- Seorang anak membacakan puisi ini pada saat ibu-ibu diberikan bunga mawar oleh anak-anak mereka. Sekuntum Mawar untuk Ibu ------------------------ Seandainya mawar-mawar ini dapat berkata, saya tahu apa yang dikatakannya; Akan dikatakan pada ibu-ibu kami bahwa kami ingin menghormatinya hari ini. Sangat lembut harum baunya, Semerbak memenuhi udara. Ibu-ibu, tamu yang kami hormati, Kami ingin nyatakan cinta kami setiap hari. Doa: ---- Tutuplah acara ini dengan doa ucapan syukur dan penutup. Bahan diedit dari sumber: Judul Buku: Buku Pintar Sekolah Minggu jilid 1 Penerbit : Gandum Mas, Malang, 1997 Halaman : 60 ********************************************************************** o/ BAHAN MENGAJAR (2) MEMELIHARA SEPERTI GEMBALA ========================== Alat Peraga: ------------ Gambar Yesus dengan kawanan domba. Ayat Alkitab: ------------- Yesaya 40:11 Tema: ----- Ibu Membimbing Kita Seperti Gembala. Penyampaian Cerita: ------------------- [Tunjukkan gambar kawanan domba yang Anda sediakan.] Gambar ini memperlihatkan Yesus bersama domba-domba. Dan kita dapat melihat sifat Yesus yang baik dan penuh kasih dari cara Dia memelihara domba-domba-Nya. Lihatlah, bagaimana Dia menggendong domba di tangan-Nya. Semua domba lain berkumpul dekat kaki Yesus. Seorang gembala menjalankan tugas yang penting. Gembala memelihara domba-dombanya dengan memberi mereka makan, tidak membiarkan mereka pergi jauh, dan dengan merawat mereka kalau mereka terluka. Sebagai anak-anak, kita tidak membutuhkan seorang gembala seperti domba-domba itu, tetapi kita membutuhkan ibu. Seorang ibu melakukan tugas-tugas yang sama seperti yang dilakukan oleh seorang gembala. Seorang ibu memberi makan anak-anaknya dan mengetahui kemana mereka pergi. Seorang ibu membimbing anak-anaknya dan dia melindungi anak-anaknya sekuat tenaga. Ada banyak cara seorang ibu menunjukkan kasih sayangnya kepada anak- anaknya. Kasih seorang ibu itu bukan hanya ditunjukkan melalui pelukan dan ciuman dan mengatakan, "Ibu sayang kamu," tetapi juga ditunjukkan melalui segala hal yang dilakukannya bagi anak-anaknya. Hari ini adalah Hari Ibu. Inilah hari yang tepat untuk mengingat ibumu dan mengucapkan terima kasih kepada ibumu atas semua yang telah dia lakukan bagimu. Kamu dapat menunjukkan kasih sayang kamu kepada ibumu dengan pelukan dan ciuman, serta melakukan hal-hal yang baik baginya. Dan kamu dapat berterima kasih kepada Tuhan karena telah memberimu ibu. Doa: ---- Ya Tuhan, terima kasih untuk ibu yang Tuhan berikan kepada kami, yang selalu membimbing kami dan menyayangi kami seperti gembala. Amin! Bahan diedit dari sumber: Judul Buku: Ceritakan untuk Anak-anak Sekolah Minggu: Sebuah Sumber Ibadah Pengarang : Donna McKee Rhodes Penerbit : Gospel Press, Batam Halaman : 75 - 77 ********************************************************************** o/ KESAKSIAN KUE ARBEI RAKSASA BUATAN IBU ============================ Waktu saya masih seorang gadis kecil, nenek teman saya, orang Polandia, selalu menambah satu kursi tambahan di ruang makan keluarga mereka pada Hari Natal. Saya masih ingat, dengan aksen Inggris yang kental, nenek itu menjelaskan, "Kita harus selalu siap untuk menyambut Tuhan di dalam hati kita dan rumah kita. Siapa yang tahu kapan Ia akan datang kembali?" Setiap Hari Natal, kata-katanya pasti muncul dalam ingatan saya, sama seperti gemerlapnya pohon terang. Namun sejak suami saya bergurau menyebut "'Kue Arbei Raksasa' Buatan Ibu", kata-kata itu memiliki arti yang jauh lebih dalam daripada yang pernah saya bayangkan. Seandainya Natal tahun itu tidak jatuh pada hari Sabtu, mungkin tiga hari sebelumnya saya tidak akan pernah berpikir untuk mengundang lima puluh keluarga tetangga menikmati kue dan minuman pada pesta hari Minggu sore. Suami saya dan ketiga anak laki-laki saya yang masih remaja mencoba mengendurkan semangat saya dengan berbagai alasan: tidak ada cukup waktu untuk mempersiapkan ... terlalu dekat dengan Hari Natal ..., terlambat untuk mengirim undangan. Karena saya sudah dapat mengantisipasi keberatan mereka, saya langsung menyela, "Saya sudah mengundang melalui telepon. Sejauh ini tanggapan mereka baik sekali! Hampir setiap orang berkata, 'Sepertinya menyenangkan -- kami akan berusaha datang.'" "Lagi pula bukankah Natal merupakan waktu untuk menebarkan kasih kepada tetangga kita? Jangan ditunda-tunda lagi!" Apa yang tidak diketahui oleh suami saya dan ketiga anak laki-laki saya ialah hal yang tersembunyi di balik gagasan saya yang tiba- tiba ini, yaitu angan-angan yang terus saya kembangkan dalam kehidupan pernikahan saya: membuat pesta Natal yang meriah seperti yang terpampang di majalah keluarga edisi Natal. Unsur-unsur yang mendukung pesta semacam itu tidak banyak -- rumah yang dihias dengan indah, hidangan khas Natal yang berlimpah-ruah, wajah ramah tuan dan nyonya rumah, cahaya lilin yang lembut dan tamu yang memenuhi ruangan yang wajahnya tersenyum gembira penuh penghargaan. Tanpa mempedulikan kecemasan dan peringatan mereka, saya tetap melanjutkan, "Kita bisa menaruh lampu-lampu Natal pada kedua pohon cemara di dekat pintu masuk, menjalin pita dan hiasan Natal di sepanjang tangga, menggantung buah 'mistletoe'*1 di ruangan dekat pintu masuk dan deretan daun 'poinsettia'*2 menghias jendela." Lalu saya menambah dengan penuh keyakinan, "Saya tahu kita bisa mengerjakannya, asalkan kita semua bekerja sama." [Red.: *1 (Mistletoe: tanaman hijau sepanjang tahun dengan buah kecil berwarna putih yang tumbuh sebagai parasit pada beberapa pohon tertentu -- jika ada dua orang yang berdiri di bawah tanaman mistletoe tersebut, itu berarti salah satu dari orang tersebut harus memberi ciuman kepada orang yang satu lagi.) *2 (Poinsettia: sejenis tanaman tropis dengan bunga kecil berwarna kuning dan berdaun merah -- biasanya tanaman ini berbunga di musim Natal.)] "Nah, anak-anak," keluh suami saya pasrah, "sepertinya Ibu benar- benar menginginkan 'Kue Arbei Raksasa' untuk Natal hari Minggu sore ini." Mereka semua tahu bahwa rencana ini tidak bisa diubah lagi. Bagaimana kami menyelesaikan persiapannya sejak tanggal 22 sampai 26 Desember masih belum terbayangkan karena kami masih harus merangkai daun, membersihkan karpet dua kali, membereskan lemari dinding yang penuh sesak dengan hadiah-hadiah yang baru dibuka, memanggang serta menyusun kue-kue yang baru keluar dari oven sepanjang siang dan malam. Hari Minggu, jam tiga sore, kami sudah siap. Meja makan kami penuh dengan kue Natal seperti mosaik yang tersusun dari berbagai bentuk dan jenis kue buatan sendiri yang membangkitkan selera. Saya berdiri di dekat semangkuk minuman buah beri. Suami saya dan anak-anak ada di dekat pintu depan. Anjing spaniel kami yang senang melompat, berbaring di dekat perapian mengenakan rompi beludru berwarna merah, khusus untuk kesempatan ini. Semuanya hampir sempurna. Hanya kurang tamu yang memeriahkan rumah kami. Setelah satu jam berlalu, saya merasakan ada yang tidak beres. Hanya sedikit tetangga yang datang. Pesta itu sangat sepi dan lengang. Setelah dua jam berlalu saya merasa seolah-olah kue-kue itu jatuh berantakan di sekitar saya. Hanya ada sedikit tamu yang datang lagi, mengucapkan selamat Hari Natal. Saya tetap menunggu dan berharap pada menit-menit terakhir akan ada tamu berdatangan, tetapi harapan itu tidak pernah mewujud. Apa yang salah? Bukankah sewaktu ditelepon setiap orang kedengarannya tertarik dan berjanji mau datang? Pada saat itu saya sama sekali belum siap mendengar berbagai penjelasan yang akan muncul: "Anak-anak yang lelah", "Tamu yang tidak terduga", "Pulang terlambat", apalagi alasan "Maaf, kami lupa." Tentu saja waktu saya mengundang lewat telepon, saya berusaha supaya tidak terdengar terlalu mengharapkan. Rupanya nada saya terlalu memaksa. Waktu kami membereskan piring dan cangkir, suami saya mencoba menghibur saya, "Semuanya berjalan lancar. Saya rasa orang-orang yang datang benar-benar menikmatinya." "Kue-kue itu rasanya sungguh nikmat," sela si bungsu. "Ya, tetapi bagaimana dengan begitu banyak kue yang masih tersisa," tanya kakaknya. "Meskipun kita semua memakannya, sisanya pasti masih banyak." Saya memandang pada tumpukan permen jeruk asem, buah-buahan yang berbentuk segi empat, tetesan air jeruk manis dan kuah kari, permen coklat dan manisan buah almond, belum lagi gambar-gambar yang biasa digunting pada Hari Natal. Sisa kue yang begitu banyak sama sekali tidak pernah terpikirkan oleh saya. "Saya akan menyimpan semuanya ke dalam lemari," kata saya. "Bila kalian tahu kue ini harus diapakan, lakukan saja, tidak usah memberitahu saya." Saya membanting pintu lemari dengan pedih dan kecewa. Tidak ada seorang pun yang menyebut-nyebut 'kue' atau 'pesta' di rumah kami sepanjang minggu itu. Karena itu, saya merasa heran sewaktu membuka lemari pada akhir minggu dan tidak menemukan satu kue pun yang tersisa. Ke mana perginya kue-kue itu? Saya sendiri hanya dapat memberi penjelasan untuk dua kotak kue. Saya membawanya ke panti asuhan. Di sana, teman saya yang tuna netra meraba-raba kue yang saya letakkan dalam tangannya, dan ia tampak senang mengenali bentuk bintang, malaikat, serta kue jahe berbentuk anak laki-laki. Malam itu, di ruang makan, semua misteri saya terjawab. Suami saya memberikan satu kotak untuk teman kerjanya yang pergelangan kakinya terkilir pada Hari Natal. Anak laki-laki kami yang sulung memberikan dua kotak untuk temannya yang bekerja sebagai relawan di penjara terdekat dan kue itu dibawanya ke sana. Anak laki-laki kami yang kedua memberikan satu kotak untuk tetangga baru kami yang pindah tiga hari sesudah Natal. Anak bungsu kami, dalam perjalanannya mengantar koran, memberikan satu kotak untuk seorang ibu yang belum lama kehilangan suami dan anak laki-lakinya dalam kecelakaan yang tragis. Tiba-tiba saya merasa lebih dari satu misteri yang sudah terjawab. Termasuk kata-kata yang menggema dari masa kanak-kanak saya, "Kita harus selalu siap untuk menyambut Tuhan di dalam hati dan rumah kita." Tetapi sebenarnya saya tidak mengundang siapa pun. Saya juga tidak menyediakan tempat. Hati saya meluap dengan kebanggaan dan kesombongan untuk mewujudkan pesta sempurna seperti yang terpampang di majalah. Tidak ada tempat bagi Tuhan di sana. Justru setelah pesta selesai saya baru memberi kesempatan bagi kami semua untuk menyediakan tempat bagi Dia. "Tahukah kalian," tanya saya perlahan, "bahwa kita merayakan pesta Natal yang kedua? Pesta yang sangat sukses. Semua yang diundang datang. Bahkan ada tamu yang tidak diundang, tamu yang sangat istimewa." "Apa maksudmu?" tanya suami saya kebingungan. "Siapa?" tanya anak-anak serempak. Lalu dengan mantap saya berkata, "Ingat, Segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku." (Lihat/Baca Matius 25:35-40) Semua mata saling berpandangan; tidak ada keraguan di dalam hati maupun dalam benak kami siapa "Tamu" yang istimewa itu. -Deana Kohl- Bahan diedit dari sumber: Judul Buku: Kisah Nyata Seputar Natal Penerbit : Yayasan Kalam Hidup, Bandung, 1998 Halaman : 20 - 23 ********************************************************************** o/ DARI ANDA UNTUK ANDA Dari: From: "Rudyanto Liman (dnet)" <liman@> >Terima kasih atas emailnya, sungguh berbobot dan aplikatif. Namun >terus terang saya bingung atau mungkin lebih tepat saya lupa, >apakah saya pernah submit? Mohon diberi penjelasan. (Saya jangan >diremove, ini cuman ingin tahu aja). > >Terima kasih atas perhatiannya. > >Rudy Redaksi: Terima kasih untuk dukungan yang Anda berikan. Mengenai terdaftarnya Anda sebagai pelanggan e-BinaAnak, kalau memang Anda tidak pernah merasa mendaftarkan diri pasti ada rekan Anda yang dipakai Tuhan untuk mendaftarkan e-mail Anda. PUJI TUHAN! Surat Anda sangat sesuai dengan suasana Natal. Kita yang tidak bisa menyelamatkan diri kita, mendapatkan keselamatan itu dalam Yesus Kristus. Begitu juga dengan Anda yang tidak mendaftarkan diri dalam e-BinaAnak, tetapi Anda mendapatkannya. WOW ... !!! Jangan lupa juga untuk membagikan berkat kepada rekan Anda yang lain dengan cara mendaftarkan alamat e-mail mereka sebagai penerima e-BinaAnak. Anda dapat mengirimkan alamat e-mail mereka kepada Tim Redaksi e-BinaAnak: ==> <Staf-BinaAnak@sabda.org> atau melalui situs di alamat: ==> http://www.sabda.org/pepak/e-binaanak/ ==> http://www.sabda.org/publikasi/e-binaanak/ Akhirnya kami ucapkan Selamat Natal, Tuhan memberkati! ********************************************************************** Untuk berlangganan kirim e-mail ke: <subscribe-i-kan-BinaAnak@xc.org> Untuk berhenti kirim e-mail ke: <unsubscribe-i-kan-BinaAnak@xc.org> Untuk Arsip e-BinaAnak: http://www.sabda.org/publikasi/e-binaanak/ Pusat Elektronik Pelayanan Anak Kristen: http://www.sabda.org/pepak/ ********************************************************************** Staf Redaksi: Oeni dan Davida Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA Didistribusikan melalui sistem network I-KAN Copyright(c) e-BinaAnak 2002 YLSA
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |