Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-binaanak/110 |
|
e-BinaAnak edisi 110 (22-1-2003)
|
|
><> Milis Publikasi Elektronik untuk Para Pembina Anak <>< Daftar Isi: Edisi 110/Januari/2003 ----------- o/ SALAM DARI REDAKSI o/ ARTIKEL (1) : Video Games dan Pendidikan o/ ARTIKEL (2) : Dampak Negatif Permainan Ding-dong o/ BAHAN MENGAJAR (1) : Naga o/ BAHAN MENGAJAR (2) : Anak-anak Punya Kuasa o/ DARI ANDA UNTUK ANDA : Cerita untuk Kelas Remaja ********************************************************************** Korespondensi dan kontribusi bahan dapat dikirimkan ke staf Redaksi: <submit-BinaAnak@sabda.org> atau <owner-i-kan-BinaAnak@xc.org> ********************************************************************** o/ SALAM DARI REDAKSI Salam dalam kasih dan penyertaan-Nya, Kami yakin topik kita kali ini (Video Games) sangat populer di kalangan anak-anak. Ada banyak macam permainan video ini, dari yang paling murah sampai yang sangat mahal, dari yang baik sampai yang buruk. Oleh karena itu sangat baik jika guru dan para pelayan anak, khususnya orangtua-orangtua yang memiliki anak-anak yang gemar memainkan video games, untuk mengetahui lebih jelas tentang pengaruh permainan ini bagi anak-anak didik mereka. Sebagai guru maupun orangtua yang memiliki tanggungjawab dalam mendidik anak, tugas kita ialah mengarahkan dan membekali mereka agar tidak terpengaruh akan dampak negatif dari adanya video games. Tapi juga jangan sampai kita mengekang mereka dari kemajuan teknologi. Nah, inilah tantangan yang perlu dipikirkan oleh kita semua, yaitu bagaimana kita dapat membekali anak-anak kita dengan Firman Tuhan dan memiliki iman yang kuat agar mereka dapat menilai manakah keunggulan intelektual manusia yang tidak melawan hukum Allah. Dua artikel yang kami sajikan akan menolong kita untuk melihat alat "Video Games" ini dari sudut kaca mata pendidik, bagaimana dampak video games terhadap pendidikan? Apakah dampak positif media ini dapat dimanfaatkan untuk mendidik anak-anak agar lebih menghargai Firman Tuhan dan nilai-nilai kekristenan? Selamat merenungkan! Tim Redaksi "sehingga kita bukan lagi anak-anak, yang diombang-ambingkan oleh rupa-rupa angin pengajaran, oleh permainan palsu manusia dalam kelicikan mereka yang menyesatkan, tetapi dengan teguh berpegang kepada kebenaran di dalam kasih kita bertumbuh di dalam segala hal ke arah Dia, Kristus, yang adalah Kepala." (Efesus 4:14-15) < http://www.sabda.org/sabdaweb/?p=Efesus+4:14-15 > ********************************************************************** o/ ARTIKEL (1) Berikut ini adalah sebuah artikel yang ditulis tahun 1994 dengan contoh kasus yang terjadi di Amerika Serikat. Jika Anda bandingkan keadaan saat itu dengan keadaan sekarang di Indonesia, maka kita lihat hal ini tidak jauh berbeda, karena jaman "Video Games" sudah betul-betul datang di Indonesia. Untuk mengetahui lebih lanjut tentang pengaruhnya terhadap pendidikan, silakan simak artikel ini lebih lanjut. VIDEO GAMES DAN PENDIDIKAN ========================== Kreativitas manusia dalam memanfaatkan teknologi komunikasi untuk kepentingan hiburan maupun komersial memang luar biasa. Mulai dari pengembangan teknologi di bidang pertelevisian sampai pada penciptaan video games, video watch, dll. Di kota-kota besar Indonesia terutama di pusat-pusat perbelanjaan, sering kita jumpai video arcade (pergelaran video games) yang menawarkan perbagai macam jenis permainan, dan dipenuhi oleh anak- anak dan remaja. Dengan membayar harga yang relatif murah untuk ditukar dengan koin, mereka betah menghabiskan waktu berjam-jam terlibat dalam kesenangan bermain video games. Di satu sisi, kehadiran video games memang dapat menumbuhkan apresiasi anak maupun remaja pada teknologi. Pada saat yang sama, permainan ini dapat pula merangsang kreativitas maupun daya reaksi (dengan catatan ia tidak memainkan game yang sama berulang-ulang, sehingga mengenal trick permainan). Namun, di sisi lain permainan ini dapat menimbulkan ketergantungan, manakala penggemarnya terkena video games addict (kecanduan video games). Seseorang dapat menghabiskan waktu dan uangnya sekaligus untuk menikmati permainan ini. Dampak negatif dari permainan ini akan sangat terasa, manakala pemainnya tidak dapat mengendalikan diri. Pada saat seseorang mulai merasa, bahwa permainan ini bukan sekedar untuk dinikmati dalam waktu senggang sebagai aktivitas rekreasional, maka bencana mulai menghadang. Di Amerika Serikat, keprihatinan terhadap popularitas permainan ini di kalangan anak-anak dan remaja, menyebabkan para pendidik mulai mendesak pemerintah agar mengambil langkah-langkah preventif. Bahkan bintang yang menjadi idola anak-anak, mendesak pemerintah agar memberikan ratings (penilaian) terhadap materi video games yang dijual secara bebas. Hal ini ditujukan pada materi video games yang mengekspose seks maupun kekerasan. Di Amerika Serikat saat ini, cukup banyak materi video games yang justru mengagungkan kekerasan, dan mengajar anak-anak untuk menikmati kekerasan lewat keikutsertaan aktif sebagai pengendali permainan. Dalam video games, nilai yang tinggi justru diperoleh lewat sikap yang agresif dan penggunaan kekerasan secara sistematis. Dengan cara ini, pemain merasa, bahwa kekerasan memperoleh ganjaran (reward) dan kekerasan yang lebih tinggi akan memperoleh imbalan yang tinggi pula. Melarang peredaran video games tersebut tampaknya cukup sulit, namun memberikan ratings pada labelnya akan membantu orangtua untuk ikut mengetahui apa yang dilakukan anak-anaknya dengan video games. Ketidakpedulian pendidik maupun orangtua akan materi video games yang penuh dengan sadisme, dikhawatirkan akan menghasilkan anak-anak atau remaja yang bersikap menikmati sadisme tanpa sadar. Di Jakarta misalnya, di pelbagai tempat gelar video, permainan yang mengasyikkan karena sarat kekerasan sangat diminati anak-anak maupun remaja. Judul video games seperti Superman maupun Ninja dan sejenisnya sangat mengobral kekuatan fisik dan pelumpuhan lawan secara berlebihan. Permainan semacam inilah yang menjadi favorit pengunjung. Sekalipun moral ceritanya tetap mengangkat kemenangan kekerasan atas kebathilan, namun perilaku sadistis yang diterapkan seolah-olah memberi legitimasi atas tindakan apa pun, sejauh demi menegakkan kebenaran. Padahal para pengusaha alat-alat elektronik sudah meramalkan, video games masa depan, akan lebih realistis penampilannya dengan berkembangnya apa yang disebut Virtual Reality Technology. Di Barat selama ini telah berkembang Compact Disc Games (CDG) yang menampilkan citra aktual wanita yang dapat dikendalikan oleh pemainnya untuk melakukan adegan-adegan seks. Sekalipun CDG tersebut diperuntukkan bagi orang dewasa, siapa yang dapat menjamin, bahwa materi tersebut tidak mungkin jatuh ke tangan anak-anak atau remaja? Remaja dan anak-anak kita yang bermukim di kota-kota besar pada umumnya telah akrab dengan video games. Kasus yang terjadi di Amerika Serikat dengan video games yang sarat kekerasan bukan mustahil dapat dijumpai di video arcade Indonesia. Sudah saatnya para pendidik dan orangtua mewaspadai materi video games yang dimainkan oleh putra-putri mereka. Bahan diedit dari sumber: Koleksi Kliping Perpustakaan "H.F. TAN" Jakarta Judul Koran: Kompas, edisi tahun 1994 Penulis : Eduard Depari Halaman : 4 ********************************************************************** o/ ARTIKEL (2) Walaupun artikel ini ditulis tahun 1993, tetapi secara prinsip, isi dari artikel ini masih sangat relevan dengan keadaan sekarang (dengan berbagai jenis permainan lain seperti Sega, PlayStation, Komputer, dll.). Silakan simak pendapat, saran dan komentar- komentarnya, kami yakin ada manfaat yang dapat Anda ambil. DAMPAK NEGATIF PERMAINAN DING-DONG: =================================== Anak-anak yang Ketagihan Menjadi Malas Belajar Munculnya pendapat yang pro dan kontra terhadap sesuatu yang baru, adalah hal yang wajar. Demikian pula dengan permainan video games, ding-dong yang kini bertebaran di banyak tempat di kota-kota besar. Permainan yang tampaknya diminati anak-anak, termasuk kalangan pelajar. Dan permainan yang sejenis itu, ternyata telah pula dimiliki oleh mereka yang tergolong mampu. Peralatan elektronik dengan berbagai bentuk permainan, mulai dari pertempuran di ruang angkasa sampai pertarungan antara ksatria perkasa dengan si jahat, memang menarik perhatian anak-anak, pelajar SD sampai SMTA, bahkan juga sebagian orang tua. Bermain ding-dong, sangat mengasyikkan jika dilakukan pada saat iseng. Berarti, yang mempunyai waktu luang dan cukup uang, dapat bermain sepuas-puasnya. Hanya saja, untuk sekali bermain harus disediakan koin bernilai Rp 300,- sampai Rp 500,- Lama-kelamaan, permainan yang cukup mengasyikkan ini, membuat anak- anak ketagihan. Permainan yang sekaligus melatih mata serta keterampilan tangan dalam menekan tombol-tombol agar bisa menang, ternyata disebutkan, lebih banyak menimbulkan akibat negatif ketimbang yang positif. Ny. Mindamora, guru BP (Bimbingan dan Penyuluhan) SMAN 8, Jalan Bukit Duri Jakarta Selatan mengungkapkan, warna-warna pada mesin ding-dong itu sangat kontras. Jadi, kalau mata terus memandang pada layar monitornya, malah bisa silau dan memusingkan. Jika memandang terlalu lama pada layar itu, mata bisa cepat rusak. Bagi anak-anak TK, SD dan SMP, pantaslah jika mereka tertarik pada permainan yang fantastis tersebut. Sebab, permainan itu sesuatu hal yang baru bagi mereka, tutur Mindamora lebih jauh. Tetapi bagi pelajar SMA, permainan itu agaknya sudah tak terlalu menarik. Sebaliknya, mereka lebih tertarik pada permainan biliar, yang memerlukan perhitungan tepat. Namun itupun hanya berlaku bagi pelajar SMA yang masih banyak santainya. Hal itu dibenarkan pula oleh guru BP SMAN 8 yang lain, Dra. Ny. Susintowati. Ia mengutip komentar Ketua Umum OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah), SMAN 8 yang mengatakan, permainan tersebut sudah tidak menarik. Ketika di SMP, memainkan ding-dong mungkin karena ingin tahu. Tetapi setelah di SMA, siswa sudah tak berminat karena waktu luang yang makin sempit. Juga terlalu banyak menghamburkan uang, padahal uang saku yang diterima dari orang tua terbatas. Memang, ada permainan yang menyajikan sesuatu yang menggiurkan. Berdasarkan cerita sejumlah murid, ada permainan ding-dong yang selalu dikerubungi orang banyak. Pasalnya, bila pemain menang dan skornya tinggi, ada bonus berupa munculnya gambar wanita cantik di layar. Bila pemainnya menang lagi, maka gambar berikutnya akan lebih menarik lagi. DISIPLIN "Kami tidak melarang anak-anak memiliki dan bermain video games atau ding-dong. Terlebih lagi, jika untuk bermain itu, tidak diperlukan biaya. Cuma kadang-kadang, anak-anak tidak bisa mengontrol waktu. Mereka merasa baru saja mulai bermain, tetapi ternyata sudah dua jam," kata Dra. Christina Maria Prasetyowati, Staf Pengajar BP SMPK Santa Maria Fatima kepada Pembaruan di Jakarta. Bila si anak bisa mengatur waktu, kapan dapat bermain dan kapan harus belajar, saya kira tidak ada masalah. Permainan itu bisa dilakukan di waktu senggang seperti petang hari, setelah mandi. Yang penting dan perlu diperhatikan, harus ketat dan disiplin dalam pengaturan waktu bermain. Berarti, perlu bantuan dari orang tua untuk mengawasi, katanya lagi. Permainan ini, sebenarnya tidak menambah kecerdasan anak. Yang lebih berperan dalam permainan tersebut ialah kebiasaan. Dengan begitu, anak yang sudah terbiasa bermain, akan lebih lancar karena ia sudah mengetahui teknik-tekniknya. KETAGIHAN Yang jelek dari permainan ding-dong ialah anak-anak harus mengeluarkan uang. Jelas itu merugikan. Paling tidak si anak memerlukan dana untuk bermain. Tidak mengherankan kalau uang jajan mereka, akan habis di tempat ding-dong. Secara umum, permainan tersebut akan memberikan dampak tertentu pada sikap anak, yakni malas belajar. Entah itu cepat atau lambat. Tentu saja, kalau sampai si anak terlalu sering bermain, ia akan menjadi ketagihan. Kalau sampai si anak ketagihan bermain dan ternyata tidak mempunyai uang, bukan mustahil ia akan mencari uang dengan jalan yang tidak benar, seperti mencuri. AF Ratri Murtiningsih, Staf Pengajar BP SMP Yayasan Perguruan Cikini malah mengatakan kepada Pembaruan bahwa permainan ding-dong sangat berkaitan dengan uang. Permainan ini apapun alasannya, tidak bisa ditoleransi. Kehadirannya tidak baik bagi para pelajar. Bisa saja anak menjadi seorang pencuri, penodong, suka ngompas karena ketagihan bermain ding-dong. Kalau keinginan bermain muncul, dan tidak mempunyai uang, maka pelajar yang bersangkutan mungkin saja akan melakukan tindakan negatif seperti disebutkan di atas, kata Murtiningsih. Jika permainan itu tidak memerlukan pengeluaran uang, ada positifnya bagi anak. Paling tidak, ia akan lebih tangkas, teliti dan terlatih berkonsentrasi. Walaupun begitu, keasyikan bermain bisa membuat anak malas belajar. "Pada prinsipnya saya tidak setuju dengan permainan ding-dong. Sebaiknya permainan ini ditiadakan saja. Saya sama sekali tidak melihat sisi yang positif dari permainan ini. Malahan permainan ini bisa dimasukkan pada golongan permainan judi," jelas Murtiningsih. Dan kemungkinan tersebut di atas bisa saja terjadi, walaupun untuk membuktikan diperlukan suatu penelitian. "Kendati begitu, saya pikir ada juga sedikit segi positifnya. Anak menjadi lebih tangkas dan lebih teliti," kata Dra. Christina Maria Prasetyowati. DIBATASI Tak dapat disangkal, permainan ding-dong sangat disenangi anak-anak dan remaja. Sebab permainan ini sudah berlangsung di beberapa tempat, maka usaha, yang bisa dilakukan sekolah ialah mengelimir pengaruh negatif yang mungkin ditimbulkan. Jika lokasi tempat permainan ding-dong ini dekat sekolah, memang sulit mengawasi anak- anak. Menurut Sri Hartati, dengan kesibukan murid-murid, pengaruh permainan tersebut bisa dikurangi. Murid-murid setelah pulang sekolah, hanya sempat makan siang, sebagian besar mengikuti les di luar. Sore menjelang magrib, mereka pulang makan dan mengerjakan PR (pekerjaan rumah), kemudian belajar untuk menghadapi pelajaran besok pagi. Kalau tidak begitu pasti mereka ketinggalan pelajarannya. "Untuk memberantas memang agak sulit. Jika mesin-mesin itu dihilangkan begitu saja, tentu tidak bisa. Kecuali bila ada peraturan dari pemerintah tentang permainan macam apa yang bisa masuk ke Indonesia, dan dipertegas yang boleh dan yang tidak boleh. Pihak yang menjual dan mengedarkan mesin-mesin itu, harus diawasi," kata Dra. Ny. Susintowati. "Ya, paling tidak sekolah memberikan pedoman nilai-nilai yang baik dan buruk pada para pelajar. Ini bisa dilakukan pada pelajaran bimbingan karir, lewat pelajaran agama. Atau bisa juga pada pelajaran ekonomi dan koperasi, sebab dalam pelajaran ini anak mendapat pelajaran tentang pengaturan uang agar tidak boros, baik untuk pemasukan maupun pengeluaran," jelas Susintowati lagi. Sebenarnya pihak sekolah juga bisa mencoba berkomunikasi dengan pengusaha yang membuka permainan tersebut, agar mereka melarang atau melaporkan bila ada pelajar yang masih berpakaian seragam, bermain di tempatnya. "Ini cuma teoritis saja. Dalam praktek, saya ragu ini bisa dijalankan," kata Murtiningsih. Pihak sekolah dapat pula melakukan pendekatan ke pemerintahan daerah untuk melarang atau membatasi pembukaan tempat permainan ding-dong. Kalau lokasinya berdekatan dengan sekolah, pemerintah bisa dihimbau agar tempat permainan itu dipindahkan. Yang menjadi persoalan sekarang, bila tempat bermain ding-dong tersebut sudah beroperasi. Himbauan dari sekolah barangkali akan dijawab: "Untuk sementara informasi itu ditampung dan diperhatikan". Sejauh mana realisasinya, terkadang tak pernah menjadi kenyataan. Bahan diedit dari sumber: Koleksi Kliping Perpustakaan "H.F. TAN" Jakarta Judul Koran: Suara Pembaruan, 26 Februari 1993 Penulis : Brantini-Marcell W Halaman : 16 ********************************************************************** o/ BAHAN MENGAJAR (1) NAGA ==== "Lihat naga yang licik itu!" kata Rano. Ia menunjuk kepada seekor naga besar yang sedang ikut dalam pawai. "Giginya panjang dan runcing, dan matanya kelihatan sangat jahat. Naga itu sama sekali tidak kelihatan baik." "Pernahkah kamu melihat naga-naga yang lain?" tanya ayah. Rano kelihatan heran mendengar pertanyaan ayahnya itu. Kemudian ia mulai berpikir. Menurut kamu, apakah yang akan dikatakan Rano? Renungan Singkat tentang Hal Menjadi Jahat: ------------------------------------------- 1. Apakah naga itu kelihatan baik atau jahat? 2. Menurut kamu, apakah yang dimaksudkan ayah ketika ia menanyakan kepada Rano apakah ia pernah melihat naga-naga yang lain? Pernahkah kamu melihat naga-naga yang lain? 3. Menurut kamu, apakah yang akan dikatakan Rano kepada ayahnya? Apakah yang akan kamu katakan seandainya kamu adalah Rano? "Saya pernah melihat teman-teman yang berkelakuan seperti naga-naga yang jahat itu," kata Rano. "Mereka berusaha menyalahkan dan menyakiti orang lain dan bukannya menolong orang lain." "Apakah yang akan kamu katakan kepada teman-teman seperti itu?" tanya ayah. "Saya kira saya akan mengatakan kepada mereka agar mereka menghentikan tindakan mereka yang seperti naga-naga jahat itu," kata Rano. "Tak seorang pun yang bersedia berteman dengan naga jahat." "Kita juga harus mengingat hal itu, bukan?" tanya ayah. "Ya, saya kira begitu," kata Rano. "Tuhan Yesus tentu tidak ingin kita berkelakuan seperti naga-naga tua yang jahat itu?" Renungan Singkat tentang Tuhan Yesus dan Kamu: ---------------------------------------------- 1. Mengapa Tuhan Yesus tidak ingin kita berkelakuan seperti naga- naga tua yang jahat itu? Pernahkah Ia berkelakuan seperti itu? Jika Ia tidak pernah, mengapa kamu berkelakuan seperti itu?", 2. Bagaimana seharusnya kelakuan sahabat-sahabat Tuhan Yesus? Haruskah kita bersikap ramah dan baik? Apakah yang diinginkan Tuhan Yesus dari kita? Bacaan Alkitab: --------------- 1Tesalonika 5:15-18 Kebenaran Alkitab: ------------------ Usahakanlah senantiasa berbuat baik satu sama lain. (1Tesalonika 5:15) Doa: ---- Ya Tuhan Yesus, Engkau sangat baik, pengasih dan suka menolong. Jadikanlah saya agar makin menyerupai Engkau setiap hari. Amin! Bahan diedit dari sumber: Judul Buku: 100 Renungan Singkat untuk Anak-anak Pengarang : V. Gilbert Beers Penerbit : Yayasan Kalam Hidup, Bandung, 1986 Halaman : 202 - 203 ********************************************************************** o/ BAHAN MENGAJAR (2) ANAK-ANAK PUNYA KUASA ===================== Alat Peraga: ------------ Daftar kata-kata baik/buruk. Ayat Alkitab: ------------- Mazmur 19:14 Tema: ----- Anak-anak dapat memilih, kuasa BAIK atau kuasa jahat. Penyampaian: ------------ Mari kita mulai dengan pertanyaan. Apakah hal yang paling berkuasa yang kamu ketahui? (Jawaban-jawaban anak-anak sering kali berkaitan dengan kekuatan fisik yang dipandang sebagai suatu bentuk kuasa -- menangkap bola, berlari, dan sebagainya.) Tahukah kamu, anak-anak juga punya kuasa? Kamu mempunyai kekuatan fisik untuk berlari, melempar bola, dan melakukan kegiatan lainnya. Kamu menggunakan kekuatan otak untuk membaca, berpikir, dan mengerjakan tugas-tugas dan kegiatan di sekolah. Kita juga punya kuasa dalam kata-kata, yaitu kata-kata baik maupun jahat. Mari kita mencoba sesuatu -- Saya akan mengucapkan beberapa kata dan kamu harus menilai, apakah kata-kata itu menggunakan kuasa baik atau jahat? Siap? "Bodoh sekali!" [Tunggulah tanggapan anak-anak dan pujilah mereka jika jawabannya benar, lakukan sama untuk kata-kata berikutnya.] "Terima kasih telah menolongku, kamu baik sekali." "Anak itu sama sekali tidak bisa melempar bola!" "Gambarmu bagus sekali!" Kamu semua pintar sekali dapat membedakan mana kuasa yang baik dan mana kuasa yang jahat! Kata-kata yang kita ucapkan itu memiliki pengaruh atau kuasa pada orang lain. Pernahkah ada di antara kamu yang mendengar seseorang mengucapkan kata-kata yang jahat kepadamu atau marah kepadamu? Apakah mereka menunjukkan marahnya itu kepadamu? Bagaimana perasaanmu? Mungkin kamu merasa sedih dan mungkin juga marah. Kata-kata yang jahat dan tidak baik itu memiliki kuasa untuk membuat orang merasa sedih atau marah. Tetapi, pikirkanlah kuasa yang ada dalam kata-kata yang baik terhadap orang lain! Kalau kamu mengucapkan kata-kata yang baik dalam mengatakan kepada orang lain bahwa mereka telah sangat baik kepadamu atau mengatakan bahwa mereka tampak cantik, maka kamu membuat mereka merasa bahagia. Apakah kamu memilih untuk menggunakan kuasa kata-kata yang jahat atau kuasa kata-kata yang baik? Saya pikir kita semua akan memilih untuk menggunakan kuasa kata-kata yang baik. Setiap hari cobalah untuk menggunakan kuasa kata-kata yang BAIK ini kepada orang lain. Maka kamu akan membuat mereka merasa senang dan kamu juga akan merasa senang. Doa: ---- Ya Tuhan, tunjukkanlah kepada kami cara-cara untuk menggunakan kuasa kata-kata yang BAIK dan tolong kami untuk melupakan kuasa kata-kata yang jahat. Amin! Bahan diedit dari sumber: Judul Buku: Ceritakan untuk Anak-anak Sekolah Minggu: Sebuah Sumber Ibadah Pengarang : Donna McKee Rhodes Penerbit : Gospel Press, Batam Center, 2002 Halaman : 35 - 37 ********************************************************************** o/ DARI ANDA UNTUK ANDA Dari: Triana <triana_exp@> >SYALOM >Di gereja saya akan dimulai sekolah minggu kelas remaja dengan >kriteria umur 15 th s/d umur 18 th. Apa yang pertama kali yang >paling mudah cerita/ayat dibawakan untuk adik-adik remaja >Terimakasih atas bantuannya > >Tuhan memberkati >triana Redaksi: Untuk kelas remaja, e-BinaAnak belum pernah membahasnya secara khusus. Usul kami, untuk mempersiapkan kelas remaja tersebut, Anda bisa mencari buku berisi materi-materi pengajaran yang banyak terdapat di toko buku Kristen atau minta pendapat dari guru-guru remaja lain yang lebih berpengalaman. Surat Anda ini telah dimuat juga dalam milis diskusi e-BinaGuru agar rekan-rekan sepelayanan dapat memberi masukan untuk Anda. Apakah Anda sudah menjadi anggota milis tersebut? Jika belum silakan kirim e-mail ke ==> subscribe-i-kan-BinaGuru@xc.org Jika Anda mendapatkan saran-saran dan dapat menerapkannya dengan baik di kelas Anda, silakan share-kan pengalaman Anda tsb. dengan rekan-rekan para pembaca di e-BinaAnak/e-BinaGuru. Kami yakin pengalaman Anda ini dapat menjadi berkat bagi yang lain. ********************************************************************** Anda terdaftar dengan alamat email: danielb@solonet.co.id Untuk berlangganan kirim e-mail ke: <subscribe-i-kan-BinaAnak@xc.org> Untuk berhenti kirim e-mail ke: <unsubscribe-i-kan-BinaAnak@xc.org> Untuk Arsip e-BinaAnak: http://www.sabda.org/publikasi/e-binaanak/ Pusat Elektronik Pelayanan Anak Kristen: http://www.sabda.org/pepak/ ********************************************************************** Staf Redaksi: Oeni dan Davida Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA Didistribusikan melalui sistem network I-KAN Copyright(c) e-BinaAnak 2003 YLSA
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |