Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-binaanak/134 |
|
e-BinaAnak edisi 134 (9-7-2003)
|
|
><> Milis Publikasi Elektronik untuk Para Pembina Anak <>< Daftar Isi: Edisi 134/Juli/2003 ----------- o/ SALAM DARI REDAKSI o/ ARTIKEL (1) : Karakteristik Seorang Pendidik o/ ARTIKEL (2) : Konsep Diri Positif o/ BAHAN MENGAJAR (1) : Menolong Seseorang yang Tinggal Sendirian o/ BAHAN MENGAJAR (2) : Kendalikanlah Emosimu o/ DARI ANDA UNTUK ANDA : Minta Informasi Kegiatan Sosial Kristen ********************************************************************** Korespondensi dan kontribusi bahan dapat dikirimkan ke staf Redaksi: <submit-BinaAnak@sabda.org> atau <owner-i-kan-BinaAnak@xc.org> ********************************************************************** o/ SALAM DARI REDAKSI Salam dalam kasih Tuhan Yesus Kristus, Seorang pendidik Kristen selain dituntut untuk memiliki kedewasaan rohani, dia juga dituntut untuk memiliki kedewasaan karakter. Maksudnya adalah memiliki sifat-sifat/watak yang positif sebagai seorang pendidik Kristen. Karakter seperti apa yang harus dimiliki oleh seorang pendidik? Apakah indikasinya bahwa kita sudah dewasa dalam karakter? Untuk menjawab pertanyaan ini, secara khusus pada minggu kedua bulan Juli ini, kami suguhkan topik yang penting sekali untuk pertumbuhan seorang guru, yaitu "Dewasa dalam Karakter". Dua Artikel yang berjudul "Karakteristik Seorang Pendidik" dan "Konsep Diri Positif" kami harap dapat menjadi masukkan dalam membentuk kedewasaan karakter Anda. Jangan lupa seiring dengan kedewasaan karakter yang Anda pelajari sebagai murid Kristus, tanamkan pula karakter-karakter tersebut dalam diri murid-murid Anda. Ajarkan mereka untuk meneladani karakter-karakter positif yang Anda miliki itu supaya mereka juga bertumbuh menjadi murid-murid Kristus yang dapat dibanggakan. Untuk itu simaklah dua Bahan Mengajar yang berguna untuk menanamkan sifat mau menolong dan mengendalikan emosi. Semoga seluruh sajian minggu ini menjadi berkat bagi Anda semua. Selamat mengajar! Tim Redaksi "Saudara-saudara, janganlah sama seperti anak-anak dalam pemikiranmu. Jadilah anak-anak dalam kejahatan, tetapi orang dewasa dalam pemikiranmu!" (1Korintus 14:20) < http://www.sabda.org/sabdaweb/?p=1Korintus+14:20 > ********************************************************************** o/ ARTIKEL (1) KARAKTERISTIK SEORANG PENDIDIK ============================== Jikalau Tuhan memberi kita hak untuk menjadi orang tua atau guru dari seseorang, maka kita harus sadar bahwa kita sedang dijadikan seorang arsitek jiwa bagi orang lain, kita harus merencanakan bagaimana menjadikan mereka menjadi orang-orang yang akan dibentuk. Ketika seseorang masih kanak-kanak, ia memiliki kemungkinan yang sangat besar untuk kita bentuk. Mereka sangat cepat untuk meniru orang lain, khususnya orang-orang yang mereka kagumi. Jikalau seorang anak menemukan orang yang ia kagumi, tidak lama kemudian semua gerak-geriknya akan sama seperti orang yang dikaguminya itu. Pada usia 8 tahun, saya mempunyai seorang guru SM yang sangat baik, begitu mencintai Tuhan, dan begitu mengenal anak-anak didiknya. Saya sangat mengagumi dia. Ia seorang guru perempuan, padahal saya laki- laki. Tanpa sadar saya mulai mengikuti gerak-geriknya. Bahkan, ketika guru itu bibirnya sedikit miring, maka bibir saya ikut-ikut miring. Kekaguman akan membuat kita ingin meniru atau menjadi imitasinya dan mau meneladani dia. Itu sebabnya, saya minta Saudara perhatikan kalimat ini: pendidik harus mempunyai satu pribadi yang pantas menjadi seorang pendidik. Ini kriteria yang sangat penting. Sebagai seorang pendidik kita sedang membangun pribadi seseorang menurut pribadinya sendiri. Kalau seorang pendidik memiliki kepribadian yang belum beres, atau tidak sesuai dengan kedudukan dan kewajiban sebagai pendidik, maka pribadinya yang tidak baik akan merusak orang lain, sekalipun ia memiliki teori pendidikan yang sangat baik, yang terus-menerus keluar dari mulutnya. Jika kita menjadi pendidik, biarlah kita mengingat suatu konsep dasar bahwa pendidikan harus dimulai dengan mendidik pribadi. Pendidikan bukan penyalur pengetahuan, pendidikan juga bukan merupakan salah satu di antara sekian banyak profesi untuk menyelesaikan problema nafkah hidup kita sendiri. Pendidikan adalah pembentukan karakter, maka pendidik sendiri harus mempunyai karakter yang bertanggung jawab. Dasar ini merupakan dasar yang sangat penting. Sejarah sebenarnya merupakan ekstensi dari bayang-bayang karakter-karakter yang agung, yang muncul di dalam sejarah manusia. Sejarah suatu suku, atau suatu bangsa atau dari satu bidang akademik, sebenarnya merupakan eksistensi gerak-gerik dari bayang- bayang beberapa karakter yang agung. Jika di dalam sejarah tidak ada pribadi-pribadi yang begitu agung dan bersifat mempengaruhi, maka tidak ada sejarah yang bisa dicatat bagi kita. Tidak ada orang yang sekarang mau mempergunjingkan berapa gaji yang diterima oleh Socrates ketika hidup, atau kemungkinan banyaknya, dan harganya pertambangan yang bisa dijual secara internasional. Orang tidak mau terlalu menghiraukan hal itu, tetapi orang akan memikirkan siapa orang yang berpribadi agung, yang memberikan kontribusi agung bagi zamannya dan bagi zaman yang akan datang. Sejarah mempunyai bayang-bayang yang berkesinambungan dari gerak- gerik yang dipengaruhi oleh karakter-karakter yang agung. Pada waktu kita menelusuri sejarah kembali, maka karakter-karakter agung yang pernah muncul dalam sejarah segera masuk ke dalam bayang-bayang kita. Ketika kita memikirkan Socrates, atau Beethoven, atau Abraham Lincoln, atau yang lain, kita akan langsung melihat sumbangsih mereka. Semua ini menunjukkan bahwa sejarah dibentuk oleh pribadi- pribadi yang berpengaruh yaitu pribadi-pribadi yang memiliki potensi baik dan sekaligus bahayanya, yang bersama-sama bertumbuh dan berada di dalam hidup seseorang. Ketika kita memikirkan tentang Jerman, kita langsung memikirkan orang-orang yang penting, seperti Beethoven, Hegel, Goethe, Schiller, termasuk Hitler. Karakter- karakter tertentu akan menjadi simbol dari suatu bangsa, budaya, atau suatu sistem akademis tertentu. Maka semua yang kita pikirkan akan dipengaruhi oleh beberapa karakter itu. Demikian juga ketika kita membicarakan sejarah Kekristenan, selain kita memikirkan Kristus, kita juga memikirkan Paulus, Timotius, Agustinus, Polycarpus, Luther, Calvin, B.B. Warfield, Billy Graham, dan lain- lain. Karakter-karakter Kristen yang telah memberikan sumbangsih yang bernilai di dalam sejarah, kita ingat dan kita pelajari, sehingga menjadi teladan bagi kita. Itu sebabnya pembentukan karakter sangat penting dalam pendidikan. Setiap orang tua, guru Kristen di sekolah, guru SM atau guru pribadi, adalah orang-orang yang diberi hak yang sangat besar oleh Tuhan untuk mendidik karakter- karakter yang diberikan kepadanya. Inilah suatu hak istimewa yang sangat besar. Sebagai Hamba Tuhan, dengan sungguh- sungguh saya berkata kepada Saudara: "Hormatilah diri Saudara sebagai guru." Jikalau Saudara secara sembarangan menjadi guru, tanpa pengabdian, tanpa komitmen dan tidak mengetahui berapa besar kemungkinan sumbangsih Saudara kepada masyarakat, nusa bangsa dan sejarah, pada kebudayaan dan pada gereja, maka Saudara tidak menyadari berapa besar pengrusakan yang akan Saudara akibatkan melalui pendidikan yang Saudara lakukan. Maka sekali lagi dengan amat sangat saya meminta kepada setiap Saudara untuk menghormati hak yang ada pada Saudara, kedudukan Saudara sebagai guru anak-anak. Allah telah memberikan yang paling berharga kepada Saudara. Bukan emas atau perak atau hal-hal yang lain, tetapi menyerahkan anak-anak manusia, yang diciptakan menurut peta dan teladan-Nya sendiri, yang mempunyai pribadi-pribadi yang tidak pernah terulang dan tidak mungkin diganti. Bagaimanakah Saudara mendidik mereka? Ketika seorang ayah sedang berjalan menuju ke tempat seorang pelacur di malam hari, ia beranggapan tidak ada yang mengetahui kepergiannya. Ketika hampir tiba di rumah pelacur itu, pada saat ia melihat ke belakang, ia melihat anak laki-lakinya mengikutinya dari belakang. Ia memarahi anaknya dan mengusir anaknya pulang. Ia masih ingin memakai wibawanya sebagai ayah. Tetapi anaknya hanya tertawa dan mengatakan bahwa ia sudah mengikuti ayahnya selama dua bulan. Ia berkata: "Saya baru tahu bahwa Ayah yang begitu galak ternyata tidak beres." Mulai hari itu, dengan kuasa apakah ayah seperti itu bisa mengatakan apa yang boleh atau apa yang tidak boleh dilakukan anaknya? Orang tidak mungkin tidak menghormati Saudara, kecuali Saudara sendiri tidak menghormati diri Saudara sendiri terlebih dahulu. Kalau boleh saya meminta dengan sangat kepada para orang tua, para guru, hiduplah secara beres, demi hidup anak-anak Saudara dan anak- anak didik Saudara. Hargailah diri Saudara yang menjadi guru orang lain. Hargailah hak Saudara untuk menjadi ayah dan ibu orang lain. Masih ingatkah, ketika kecil kita menyebut "ayah" atau "ibu" dengan begitu hormat? Jika ada anjing mau menggigit kita, kita tidak lari mencari polisi, kita mencari ibu, meskipun anjing itu lebih besar dari ibu, kita tetap yakin ibu bisa memberikan pengharapan bagi kita, ibu pasti akan menyelesaikan problema kita. Hargailah diri Saudara, karena Saudara sedang menggarap diri orang lain. Salah satu hal yang paling besar yang ada dalam diri dan hidup kita adalah: pengaruh pribadi kepada pribadi lain. Pengaruh pribadi kepada pribadi ini kurang dibahas di dalam bidang-bidang ilmu yang sedang berkembang pesat saat ini. Di situlah Tuhan memberikan sesuatu kemungkinan bahwa melalui apa yang Saudara lihat dan ketahui, Saudara dapat mendidik apa yang tidak kelihatan. Hal seperti ini sangat tegas di dalam Alkitab. Paulus menegaskan bahwa setiap orang yang bisa dipelajari dan menjadi teladan bagi hidup kita, harus diperhatikan sampai ke titik akhir hidup mereka. Paulus menuntut untuk jemaat saling melihat, apakah apa yang mereka lakukan seumur hidup mereka cukup konsisten. Jikalau seseorang mengajar sesuatu sedemikian muluk, tetapi kemudian apa yang ia lakukan sama sekali berlawanan dengan apa yang ia ajarkan, itu hanya ucapan yang kosong belaka. Tetapi, jika seseorang melayani Tuhan selama berpuluh- puluh tahun dengan semangat yang sama, sungguh-sungguh berkorban, sungguh-sungguh berjerih lelah untuk orang lain, dan sungguh-sungguh mengabdi kepada Tuhan, maka ia adalah orang yang patut dihormati. Ia sungguh-sungguh seorang hamba Tuhan, dan ia sungguh-sungguh boleh menjadi guru. Saya terus berharap agar ketika anak-anak saya telah bertumbuh menjadi dewasa, mereka tetap dapat menganggap saya sebagai ayah yang dapat mendidik mereka dengan baik. Demikian juga, saya berharap agar murid-murid saya, ketika mereka telah menjadi pendidik- pendidik, mereka tetap bisa mengaku bahwa saya bisa mendidik mereka. Saya berharap setiap Saudara juga mempunyai tekad yang sama seperti saya, tetap konsisten dan berkesinambungan semangatnya dari awal sampai akhir, seperti Paulus berkata: "Lihatlah titik akhir hidup orang-orang itu." Di dalam peribahasa Tionghoa dikatakan: "Setelah peti mati itu ditutup, barulah terjadi kritik atau pujian yang betul-betul adil." Sebelum seseorang meninggal, jangan terus-menerus dipuji, karena mungkin ia akan jatuh di titik akhirnya. Sebelum ia meninggal juga jangan terus-menerus dikritik, karena mungkin sebelum meninggal ia bisa bertobat dan menjadi lebih baik dari pengritiknya. Itu berarti masalah kesinambungan, waktu menjadi suatu saksi yang setia. "Time is the most faithful witness to your personality." Itu sebabnya, satu peribahasa kuno mengatakan, "Jalan yang panjang akan menguji kekuatan kuda". Untuk mengetahui kuda yang baik, tidak dengan melihat tubuhnya saja, tetapi dengan melihat ketika kuda itu berlari jauh. Demikian juga, hari dan tahun-tahun yang lama akan menguji kesetiaan kawan. Kita harus menghormati diri kita, menghormati pekerjaan yang diberikan oleh Tuhan, menghormati profesi sebagai pendidik yang begitu berharga yang dimandatkan oleh Tuhan kepada kita. Diedit dari sumber: Judul Buku: Seni Membentuk Karakter Kristen Pengarang : Pdt. Dr. Stephen Tong Penerbit : Lembaga Reformed Injili Indonesia, Jakarta, 1995 Halaman : 37 - 42 ********************************************************************** o/ ARTIKEL (2) Salah satu indikator dari kedewasaan karakter seorang pendidik Kristen adalah memiliki konsep diri yang positif. Untuk mengetahui apakah kita mempunyai konsep diri yang positif simaklah artikel berikut ini. KONSEP DIRI YANG POSITIF ======================== Modal dasar yang juga sangat perlu bagi kesuksesan tugas mengajar ialah konsep diri yang positif dari guru itu sendiri. Seorang guru dengan konsep diri yang baik akan mampu memandang dirinya dimiliki atau diterima oleh Allah tanpa syarat sebab ia yakin bahwa darah Yesus Kristus yang tercurah pada kayu salib merupakan bukti kuat akan kasih Allah terhadap dirinya (lihat Roma 5:6,8; Ibrani 9:14). Penghargaan terhadap dirinya sendiri tidak didasarkan atas faktor fisik, materi dan prestis, ataupun prestasi, melainkan oleh karena perhargaan yang diterima guru itu dari Allah, yakni kasih sejati. Bagi Allah guru memandang dirinya berharga karena telah ditebus oleh kasih Kristus serta dipanggil menjadi "rekan sekerja-Nya" (Efesus 2:10; 2Korintus 5:17). Dengan dasar konsep diri positif semacam itu, guru dapat memiliki perasaan mampu dan dimampukan oleh kuasa serta kehadiran Allah. Dengan begitu pula ia dapat bebas dari rasa kurang percaya diri. Ada banyak dampak yang dihasilkan oleh konsep diri positif dalam kehidupan dan pekerjaan seorang guru. PERTAMA, guru dapat berkembang secara sehat dalam relasi dengan orang lain, termasuk anak didik dan rekan sekerjanya. Ia mampu menerima orang lain sebagaimana adanya, sadar bahwa ia pun memiliki kelebihan dan kekurangan (Roma 14:1, 15:1-3). Kemampuan semacam ini amat perlu mengingat guru menghadapi peserta didik yang senantiasa mencari konsep diri lebih baik. Patut kita catat bahwa lemahnya konsep diri yang dimiliki peserta didik sering berakibat kurang menyenangkan bagi kelangsungan kegiatan belajar mengajar. Boleh dikata salah satu tugas penting dari guru ialah meningkatkan konsep diri secara positif, selain membimbing peserta didiknya ke arah pengenalan dan penerimaan diri secara sehat. KEDUA, dengan konsep diri yang baik guru dapat bertumbuh dalam penerimaan akan dirinya, akan potensi-petensi positif dan negatif (kelemahan) yang dimilikinya. Ia akan berupaya bertumbuh dalam karakter-karakter positif dan berusaha memerangi karakter-karakter negatif di dalam dirinya. Dengan kata lain ia mengembangkan persepsi diri yang sehat, tidak dilanda prasangka negatif (Roma 12:3,16; Filipi 4:8). Sebab prasangka buruk terhadap peserta didik dan rekan sekerja selalu menimbulkan gangguan bagi kesuksesan mengajar. Perlu ditambahkan bahwa prasangka buruk sering muncul dalam diri orang adalah karena hadirnya perasaan takut, seperti takut tersaingi, takut tidak dihormati, dan takut dianggap tidak berwibawa. KETIGA, dengan konsep diri positif guru dapat mengembangkan dirinya dalam segi kesediaan berkorban demi orang lain, serta menempatkan kepentingan orang lain terlebih dahulu (altruism). Kita tahu bahwa sikap sedia berkorban demi kemajuan peserta didik sangatlah penting dimiliki oleh seorang guru. Dengan sikap mental demikian guru bersedia tidak memaksakan kehendaknya, apalagi yang berkaitan dengan hal-hal yang peserta didik sendiri tidak mampu mengikuti atau melaksanakan. Dalam pengalaman, sering guru harus berkorban dalam segi perasaan, rela disepelekan, dianggap sepi oleh peserta didiknya sambil menunggu waktu untuk memperlihatkan kualitas diri yang sebenarnya. Sudah tentu upaya demikian harus diungkapkan dengan cara yang sehat (lemah lembut). Seorang guru dapat melihat teladan Yesus dalam kesediaan berkorban ini, di mana Ia bersedia untuk menyerahkan nyawa-Nya sekalipun (Yohanes 10:17,18; 1Yohanes 4:8-10). Yesus juga telah memberitahukan prinsip hidup utama yang harus didemonstrasikan oleh murid-murid- Nya. Ia berkata bahwa tidak salah menjadi besar dan terkemuka di hadapan orang lain, tetapi cara yang tepat untuk sampai ke tujuan itu haruslah dengan menjadikan diri sebagai pelayan atau penolong bagi orang lain (Matius 20:26-28; Markus 10:45). Keempat, dengan konsep diri yang sehat, seorang guru akan mampu mengembangkan kemampuan dan ketrampilan pelayanannya dengan sikap percaya diri. Apalagi bila ia terus menunaikan tugasnya dengan motto: "Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberikan kekuatan kepadaku" (Filipi 4:13). Artinya, persekutuan hidup dengan Kristus dapat membuahkan kemampuan baru dalam pribadi seorang guru. Justru perkara inilah yang akan dinyatakan Yesus sehingga Ia mengemukakan dengan tegas, "Barangsiapa tinggal di dalam Aku, dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa- apa." (Yohanes 15:5) Kemampuan memang tidak datang begitu saja tanpa upaya belajar dan latihan untuk meningkatkan diri. Yang perlu ditegaskan juga di sini ialah bahwa kemampuan tidak saja menyangkut segi ketrampilan berbuat, tetapi juga segi kedewasaan pikiran dan perasaan. "Rasa mampu" atau tepatnya "percaya diri" inilah yang akan semakin dinyatakan Yesus di dalam diri seorang guru yang sepenuhnya bersedia bersandar kepada-Nya. Hal demikian dapat terjadi karena Roh Kudus senantiasa menyatakan kehadiran Yesus, yang mampu membuat guru tidak merasa kesepian lagi dalam menunaikan tugasnya (Yohanes 16:11-13; 1Yohanes 2:20,27, 3:24, 4:4) Bahan diedit dari sumber: Judul Buku: Menjadi Guru Profesional: Sebuah Perspektif Kristiani Pengarang : B.S. Sidjabat, Ed.D. Penerbit : Kalam Hidup, Bandung, 1994 Halaman : 38 - 40 ********************************************************************** o/ BAHAN MENGAJAR (1) Di antara sifat-sifat baik yang harus diteladankan oleh guru kepada murid-muridnya adalah sikap yang mau menolong orang lain dan tidak emosional. Jika Anda sudah berhasil menunjukkannya kepada murid- murid Anda, maka Anda dapat memakai dua Bahan Mengajar berikut ini untuk mengajarkan kepada mereka bagaimana menolong orang yang lain dan bagaimana menjadi seorang anak yang dapat mengendalikan emosi. Selamat bercerita! MENOLONG SESEORANG YANG TINGGAL SENDIRIAN ========================================= "Aduh, kasihan!" kata ayah. "Lihat ini! Bu Tera yang malang, ia terjatuh di rumahnya dan terluka. Tak seorang pun bersamanya pada waktu itu dan ia tidak mampu berjalan menuju tempat telepon." Ibu melihat kepada warta gereja yang sedang dibaca ayah. "Kasihan sekali Bu Tera ini -- kalaulah kita tahu," kata ibu. "Apakah sekarang ia sudah sembuh?" "Seseorang telah menemukannya, dan sekarang ia sudah agak baikan," jawab ayah. "Ia dirawat di Rumah Sakit Umum Pusat." Paul melihat kepada warta gereja itu juga. Ia memperhatikan kolom berita tentang anggota jemaat yang sakit. "Setiap hari saya lewat di depan rumah Bu Tera kalau saya pulang dari sekolah," kata Paul. "Rupanya Bu Tera sedang terbaring kesakitan ketika beberapa hari yang lalu saya lewat di depan rumahnya. Saya sama sekali tidak mengetahuinya." Paul tampak sangat sedih sehingga ayah dan ibunya merasa kasihan melihatnya. Kemudian Paul tersenyum. "Sekarang saya mempunyai sebuah gagasan!" katanya. "Sekarang saya tahu bagaimana caranya saya dapat menolong Bu Tera." Renungan Singkat tentang Hal Menolong Orang-orang yang Tinggal Sendirian: -------------------------------------------------------------- 1. Apakah kamu merasa kasihan kepada Bu Tera? Mengapa ia tidak dapat memperoleh pertolongan? 2. Menurut kamu, apakah gagasan Paul itu? Apakah kamu mempunyai beberapa gagasan yang baik mengenai cara menolong Bu Tera? "Bila Bu Tera telah kembali ke rumahnya, saya akan mampir ke rumahnya setiap hari," kata Paul. "Saya akan menanyakan kepadanya apakah keadaannya baik." Kedua orang tuanya tersenyum. "Wah, gagasan yang baik untuk dilakukan," kata ayah. "Bu Tera pasti akan senang mendengarnya," kata ibu. "Kunjunganmu akan menjadi saat-saat yang indah baginya. Ia tidak akan merasa kesepian lagi jika kamu mengunjunginya." Paul rasanya tidak sabar lagi untuk menunggu kepulangan Bu Tera dari rumah sakit. Menolong Bu Tera pasti akan menyenangkan sekali. Renungan Singkat tentang Tuhan Yesus dan Kamu: ---------------------------------------------- 1. Mengapa Tuhan Yesus ingin agar kita menolong orang-orang yang tidak dapat menolong diri mereka sendiri? 2. Apakah ada seseorang seperti Bu Tera yang dapat kamu tolong? Apakah yang dapat kamu lakukan untuk orang itu? Bacaan Alkitab: --------------- Matius 25:34-40 Kebenaran Alkitab: ------------------ Kasihanilah orang yang jatuh dan tidak mempunyai orang lain untuk mengangkatnya (Pengkhotbah 4:10). Doa: ---- Ya Tuhan Yesus, tolonglah beritahu saya apa yang harus saya lakukan jika ada seseorang yang memerlukan pertolongan saya. Kemudian, tolonglah saya untuk melakukannya. Amin! Bahan diedit dari sumber: Judul Buku: 100 Renungan Singkat untuk Anak-anak Pengarang : V. Gilbert Beers Penerbit : Kalam Hidup, Bandung, 1986 Halaman : 186 - 187 ********************************************************************** o/ BAHAN MENGAJAR (2) KENDALIKAN EMOSIMU ================== Alat Peraga: ------------ Termometer Ayat Alkitab: ------------- Habakuk 1:1-3 Tema: ----- Kendalikan emosimu. Penyampaian: ------------ Tahukah kamu, apa ini? Ini adalah sebuah termometer. Ada banyak jenis termometer. Ini adalah termometer yang digunakan untuk mengukur suhu udara. Jika udara menjadi semakin hangat, maka bagian yang berwarna merah dalam termometer itu, atau merkuri, akan naik. Lalu ada jenis termometer lain yang digunakan untuk mengukur suhu badanmu kalau kamu sedang sakit. Dan mungkin di dalam lemari pendingin kita, ada sebuah termometer yang bentuknya seperti kotak susu, untuk mengukur dinginnya lemari es itu. Tetapi, tahukah kamu, tidak ada termometer yang dapat mengukur panasnya emosi kita. Tahukah kamu, apa itu emosi? Emosi yang tinggi adalah ketika kamu marah kepada seseorang dan kamu ingin sekali berteriak dan melakukan sesuatu yang dapat melepaskan rasa marah itu dari badanmu. Mungkin ibumu atau ayahmu kadang-kadang mengatakan, "Kendalikan emosimu!" atau "Jangan marah-marah!" Mungkin setiap orang tua pernah mengatakan hal itu. Emosi kadang-kadang dapat menguasai kita. Mungkin kita juga mengatakan atau melakukan hal-hal yang lalu membuat kita merasa menyesal. Boleh saja kita menunjukkan kepada orang lain bahwa kita sedang marah kepada mereka dengan mengatakannya, tetapi jangan biarkan emosi menguasai kita. Sebaiknya kita menyimpan emosi kita, sehingga kita dapat mengatakan kepada orang lain kalau ada sesuatu yang menyinggung perasaan kita. Tetapi kita dapat melepaskan rasa marah kita tanpa harus meledakkan emosi kita. Kalau kita sedang marah, maka kita harus berusaha mengampuni orang yang membuat kita marah itu. Kadang-kadang emosi juga dapat menyebabkan tindak kekerasan. Kalau begitu, maka badan atau perasaan orang lain pasti akan terluka. Kalau itu terjadi, maka banyak orang yang akan merasa kecewa. Bukan itu yang Tuhan mau. Tuhan mau agar kita mengendalikan emosi kita dan hidup dalam kerukunan. Dengan pertolongan Tuhan, kita semua dapat mengendalikan emosi kita. Doa: ---- Ya Tuhan, kami mau hidup dalam kerukunan. Tolong kami untuk mengendalikan emosi kami. Amin! Bahan diedit dari sumber: Judul Buku: Ceritakan untuk Anak-anak Sekolah Minggu: Sebuah Sumber Ibadah Pengarang : Donna McKee Rhodes Penerbit : Gospel Press, Batam Centre, 2002 Halaman : 63 - 65 ********************************************************************** o/ DARI ANDA UNTUK ANDA Dari: Helen <setio.hartanto@> >Saya mau tanya mengenai kegiatan2 sosial yg berbasis Kristen untuk >misalnya merengkuh anak2 jalanan, pengamen, dll, boleh tau nama2 >organisasinya ... dan juga contact numbernya? > >Saya tertarik sekali, dan ingin bergabung dengan kegiatan sosial >semacam itu. > >Terima kasih sebelumnya >Helen Redaksi: Surat dari Saudari Helen adalah surat yang kami ambil dari milis diskusi e-BinaGuru. Kami menaruhnya dalam e-BinaAnak agar jika ada pembaca e-BinaAnak yang mempunyai informasi mengenai kegiatan sosial seperti yang dimaksud Helen, dapat ikut membantu. Silakan kirim informasi Anda ke alamat Tim Redaksi e-BinaAnak: ==> < staf-BinaAnak@sabda.org > Kami akan meneruskan informasi tersebut kepada Saudari Helen. Untuk bantuannya, sebelumnya kami mengucapkan terima kasih. ********************************************************************** Untuk berlangganan kirim e-mail ke: <subscribe-i-kan-BinaAnak@xc.org> Untuk berhenti kirim e-mail ke: <unsubscribe-i-kan-BinaAnak@xc.org> Untuk Arsip e-BinaAnak: http://www.sabda.org/publikasi/e-binaanak/ Pusat Elektronik Pelayanan Anak Kristen: http://www.sabda.org/pepak/ ********************************************************************** Staf Redaksi: Davida, Oeni, Yuli, dan Poer Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA Didistribusikan melalui sistem network I-KAN Copyright(c) e-BinaAnak 2003 YLSA
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |