Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-binaanak/140 |
|
e-BinaAnak edisi 140 (20-8-2003)
|
|
><> Milis Publikasi Elektronik untuk Para Pembina Anak <>< Daftar Isi: Edisi 140/Agustus/2003 ----------- o/ SALAM DARI REDAKSI o/ ARTIKEL (1) : Tujuan Mengajar o/ ARTIKEL (2) : Pertanyaan-pertanyaan Seputar Tujuan Pelajaran o/ BAHAN MENGAJAR : Allah Menghukum Manusia Berdosa o/ DARI ANDA UNTUK ANDA : Mengajar Kelas Kecil ********************************************************************** Korespondensi dan kontribusi bahan dapat dikirimkan ke staf Redaksi: <submit-BinaAnak@sabda.org> atau <owner-i-kan-BinaAnak@xc.org> ********************************************************************** o/ SALAM DARI REDAKSI Salam sejahtera, Dalam mengajar, seorang guru SM tidak boleh asal mengajar saja. Persiapan yang dilakukan sebelum mengajar harus memiliki tujuan yang jelas, jangan hanya asal mengajar. Oleh karena itu, penting bagi seorang guru yang bertanggung jawab untuk mengetahui dengan jelas apa arti tujuan mengajar. Hal inilah yang mendorong kami untuk membahas topik "Tujuan Mengajar" dalam edisi minggu ini. Ada dua Artikel penting disajikan yang kami harap dapat menolong kita memahami lebih dalam tentang Tujuan Mengajar. Artikel yang pertama memiliki poin-poin penting tentang apakah yang dimaksud dengan Tujuan Mengajar, apakah jenis-jenis Tujuan Mengajar, dan penjelasan lebih detail tentang salah satu Tujuan Mengajar yaitu Tujuan Pelajaran. Artikel yang kedua berupa tiga pertanyaan seputar Tujuan Pelajaran, yang akan penting bagi guru ketika menentukan tujuan pelajaran di kelas Sekolah Minggunya. Satu Bahan Mengajar juga kami sajikan, khususnya untuk menolong guru melihat contoh bagaimana membuat tujuan pelajaran yang baik dan memilih pelajaran yang sesuai dengan tujuan pelajaran. Selamat mengajar! Tim Redaksi "Kemudian haruslah engkau mengajarkan kepada mereka ketetapan-ketetapan dan keputusan-keputusan, dan memberitahukan kepada mereka jalan yang harus dijalani, dan pekerjaan yang harus dilakukan." (Keluaran 18:20) < http://www.sabda.org/sabdaweb/?p=Keluaran+18:20 > ********************************************************************** o/ ARTIKEL (1) TUJUAN MENGAJAR =============== Kamus mendefisinikan tujuan sebagai berikut, "Aktivitas yang diarahkan dengan teratur menuju pencapaian sesuatu tujuan". Dalam pengajaran SM, tujuan pelajaran itu merupakan suatu pernyataan tentang apa yang diharapkan oleh guru agar terjadi sebagai akibat dari mengajarkan ajaran tersebut. Tujuan dapat dinyatakan sebagai suatu pernyataan yang langsung, misalnya, "Menolong setiap pelajar agar menemukan dalam hal-hal apa ia membatasi Kristus, dan menolong masing-masing untuk mulai percaya Tuhan dalam hal-hal tersebut". Atau tujuannya dapat dinyatakan dalam bentuk sebuah pertanyaan yang mungkin diajukan pada pelajar sehubungan dengan pelajarannya, misalnya, "Dalam hal-hal apakah saya membatasi Kristus? Bagaimanakah saya bisa mulai percaya Tuhan dalam hal-hal tersebut?" JENIS-JENIS TUJUAN MENGAJAR Tujuan Pertama: --------------- Tujuan utama pengajaran SM ialah agar murid-murid kita bertumbuh menjadi dewasa dalam Kristus. Tujuan Triwulan dan Unit: ------------------------- Pentinglah bahwa setiap guru menyusun suatu tujuan untuk seluruh rangkaian pelajaran dalam satu triwulan. Hal ini akan menolongnya untuk melihat bagaimana setiap pelajaran merupakan bagian dari suatu keseluruhan. Kemudian, tujuan triwulan itu dapat dibagi dalam beberapa tujuan unit yang meliputi dua atau lebih pelajaran yang berpadanan. Tujuan Pelajaran: ----------------- Tiap-tiap tujuan pelajaran merupakan langkah-langkah langsung yang diambil untuk mencapai tujuan unit dan tujuan triwulan. Para pendidik sering kali berbicara tentang tiga macam tujuan pelajaran: 1) tujuan pengetahuan, 2) tujuan sikap, dan 3) tujuan tingkah laku. Suatu tujuan pelajaran yang baik harus mencakup ketiganya, meskipun salah satu dapat diberi tekanan khusus. Jika tujuan keseluruhan kita adalah bertumbuh menuju kedewasaan dalam Kristus, maka mengajar dengan tujuan pengetahuan saja tidak akan mencapainya, demikian juga halnya bila tujuan kita hanya berpusatkan sikap atau inspirasi belaka. Bila hendak mengajar untuk mengakibatkan pertumbuhan, maka kita harus mengajar agar mendapat tanggapan kelakuan. Mengetahui dan merasa adalah bagian dari tanggapan melakukan. Tanggapan itu biasanya didahului suatu perubahan dalam pengetahuan dan sikap. Yang perlu ditekankan di SM ialah mengajar untuk mengakibatkan perubahan dalam kelakuan dan tindak tanduk. PERLUNYA TUJUAN PELAJARAAN Sifat belajar sendiri menyebabkan tujuan pengajaran sangat diperlukan. Biasanya belajar bukan suatu aktivitas yang dilakukan untuk sekedar belajar saja. Belajar merupakan ikhtiar untuk mencapai suatu tujuan yang tertentu. Misalnya, seorang remaja yang belajar mengemudikan sepeda motor. Dia tidak mempelajari pedoman "Peraturan Lalu Lintas" hanya supaya dia dapat mengatakan telah menguasai isinya. Dia tidak menempuh ujian pengemudi supaya dia dapat mengatakan kepada teman-temannya bahwa dia telah lulus ujian. Dia melakukan itu agar dapat memperoleh SIM-nya dan mulai mengemudikan sepeda motor di jalan raya. Belajar mengemudi hanyalah suatu cara menuju ke suatu tujuan. Demikian pun pendidikan Kristen merupakan ikhtiar untuk mencapai suatu tujuan. Tujuan akhirnya ialah kedewasaan di dalam Kristus. Tiap pelajaran merupakan selangkah menuju jurusan tersebut; suatu perubahan, suatu tanggapan yang membawa si pelajar lebih dekat kepada kesesuaian dengan Kistus. Jika memang demikian halnya, maka sebelum guru dapat membuat rencana agar murid-murid memahami pelajarannya, dia harus tahu betul-betul apakah tujuan yang hendak dicapainya. Guru harus memutuskan kemana tujuannya sebelum dia membuat rencana bagaimana dia dapat sampai di sana. Makin jelas tujuannya makin mudahlah membuat rencana untuk mencapainya. Kita dapat melihat lebih jelas betapa perlunya tujuan apabila kita menilik beberapa akibat yang timbul karena adanya tujuan pelajaran. Tanpa tujuan mungkin seorang guru akan mencoba menguraikan terlalu banyak bahan. Ajaran yang tidak bertujuan cenderung akan melantur. Ajaran yang tidak bertujuan sering kali tidak berkaitan dengan kebutuhan hidup si pelajar. Apabila guru tidak memusatkan usahanya untuk mendapat tanggapan, biasanya ajaran yang tidak bertujuan itu tak akan mengakibatkan banyak perubahan. MAKSUD DAN TUJUAN PELAJARAN 1. Memberi arah kepada proses mengajar/belajar dengan memusatkan perhatian kepada tanggapan yang diinginkan. 2. Memberi pedoman untuk urutan aktivitas kelas dan menjamin kelangsungan dan ketertiban sementara menuju ke tujuannya. 3. Membantu sebagai penuntun ketika memilih cara-cara mengajar dan bahannya. Beberapa bagian pelajaran dapat ditiadakan, sedangkan beberapa bagian diuraikan dengan lengkap. Semua keputusan itu dibuat berdasarkan tujuan pelajaran itu. 4. Berguna sebagai dasar evaluasi. Apakah cara-cara yang kita pakai ini menolong kita mencapai sasaran kita? Apakah kita memakai bahan yang tepat? Apakah kita melihat perubahan dalam diri anak didik kita? Pertanyaan-pertanyaan ini dapat dijawab dengan pertolongan tujuan itu. Juga tercapainya tujuan-tujuan yang dinyatakan itu mendatangkan perasaan puas baik bagi guru maupun murid. Sebagai kesimpulan kita dapat mengatakan bahwa tujuan pelajaran merupakan faktor pengontrol yang utama dalam proses mengajar dan belajar. SIFAT-SIFAT TUJUAN PELAJARAN YANG BAIK Tujuan pelajaran yang baik mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: 1. Harus cukup ringkas sehingga dapat dituliskan. Belumlah cukup bila mempunyai tujuan di dalam pikiran Saudara saja. Saudara harus dapat menuliskannya dengan singkat dan jelas. Dengan demikian barulah tujuan itu dapat menuntun pengembangan pelajaran Saudara. 2. Harus cukup khusus agar dapat dicapai. Kebanyakan tujuan pelajaran terlalu umum dan luas. Tujuan pelajaran itu hendaknya menyarankan bidang-bidang tertentu dalam kehidupan pelajar di mana prinsip Alkitabiah dapat dipraktikkan. Tanggapan yang dikehendaki haruslah cukup luwes sehingga dapat dicapai oleh si pelajar. 3. Harus cukup luwes sehingga dapat diterapkan secara pribadi. Memang mungkin untuk menjadikan sebuah tujuan pelajaran terlalu khusus. Tidak ada seorang guru pun yang mengetahui semua bidang kebutuhan dalam kehidupan muridnya. Karena itu tujuan pelajaran haruslah cukup luwes sehingga Roh Kudus diberi kesempatan untuk memimpin setiap pelajar kepada tanggapan unik yang dikehendaki- Nya bagi pelajar itu. MEMILIH TUJUAN MENGAJAR Memilih tujuan pelajaran sering kali merupakan bagian yang tersukar namun yang terpenting ketika merencanakan pelajaran. Dua faktor harus dipertimbangkan bila memilih tujuan pelajaran: 1. Tujuan itu harus timbul dari arti yang terkandung dalam nats Alkitab. Memberi tafsiran yang sebenarnya tidak dimaksud oleh nats Alkitab itu sama sekali tidak dapat dibenarkan. Tujuannya harus didasarkan pada prinsip-prinsip yang baik dalam penafsiran dan penelaahan Alkitab. 2. Tujuannya harus berhubungan dengan kebutuhan anggota kelas. Tentunya ini berarti bahwa guru harus mengetahui kebutuhan para pelajar. Setelah guru mengerti di mana prinsip-prinsip Alkitab menyentuh kebutuhan hidup para pelajar, maka ia sudah dapat menyusun tujuan pelajarannya. Biasanya buku-buku kurikulum memberikan tujuan untuk setiap pelajaran. Tetapi tidak ada seorang penulis pun yang dapat menyusun tujuan pelajaran yang akan memenuhi kebutuhan setiap kelompok yang memakai bahannya. Biasanya guru merumuskan kembali tujuan itu agar sesuai dengan kebutuhan khusus dari murid-muridnya. Bagilah semua staf menurut tingkat-tingkat usia yang diajarinya. Suruh masing-masing kelompok melatih untuk merumuskan tujuan pelajaran untuk minggu depan. Kemudian, para guru memberikan penilaian terhadap hasil masing-masing perumusan berdasarkan sifat- sifat tujuan pelajaran yang baik yang diuraikan dalam rapat ini. Tujuan pelajaran yang disetujui oleh tiap kelompok tertentu mungkin akan berbeda dengan hasil perumusan masing-masing guru. Hal ini disebabkan karena tiap-tiap kelas mempunyai kebutuhan yang berbeda- beda. Bahan diedit dari sumber: Judul Buku : Buku Pintar Sekolah Minggu, Jilid 2 Penerbit : Gandum Mas, Malang, 1996 Halaman : 362 - 364 ********************************************************************** o/ ARTIKEL (2) Dalam Artikel (1) di atas disebutkan bahwa salah satu jenis tujuan mengajar adalah tujuan pelajaran. Berikut ini beberapa ulasan penting seputar tujuan pelajaran yang dapat digunakan para guru SM sebagai pedoman dalam mengajar. PERTANYAAN-PERTANYAAN SEPUTAR TUJUAN PELAJARAN ============================================== 1. Apakah tiap pelajaran harus "diarahkan" atau "ditujukan" kepada orang-orang yang belum selamat? Jawab: Masing-masing kelas mempunyai sifat dan keadaan yang berbeda. Tingkatan usia perlu dipertimbangkan. Jumlah pelajar juga merupakan faktor yang menentukan. Cepatnya pergantian pelajar dan tetapnya kunjungan para pengunjung, juga merupakan hal-hal yang patut dipertimbangkan. Ada pengajar yang merasa bahwa semua muridnya telah dilahirkan kembali, sehingga tidak lagi memerlukan "pelajaran-pelajaran yang berkenaan dengan rencana keselamatan". Anggapan demikian benar juga, akan tetapi ketika Roh Kudus memimpin, seorang pengajar yang peka akan mengatakan bahwa kadang-kadang ada orang yang berlaku seperti Kristen, namun sebenarnya ia tidak pernah menyerahkan dirinya dengan sungguh-sungguh kepada Kristus. Karena adanya orang-orang semacam inilah maka sekali-sekali, yakni menurut pimpinan Roh Kudus pada saat itu, harus ada "tujuan yang berkenaan dengan rencana keselamatan". 2. Dapatkah satu pelajaran tertentu mempunyai lebih dari satu tujuan inti? Jawab: Seringkali pelajaran-pelajaran dalam buku penuntun menyarankan beberapa tujuan yang dapat dipakai. Kadang-kadang para pengajar mengikuti tiap-tiap tujuan itu dalam menguraikan pelajaran. Akan tetapi, adalah lebih baik bila pengajar lebih dahulu menerangkan tujuan inti pelajaran yang disampaikannya. Setelah itu ia dapat memilih beberapa tujuan lain yang dianggapnya dapat menyokong tujuan inti serta menggabungkannya dengan tujuan inti tersebut. Pada umumnya pengajar mendapati bahwa kelas mereka memberi tanggapan yang paling baik bila seluruh jam pelajaran seakan- akan bergerak ke satu jurusan tertentu. Pikiran manusia memang tidak dapat "mengganti perseneling" dengan cepat, lagi pula sukar baginya untuk merencanakan dan menuruti terlalu banyak gagasan yang tidak saling berhubungan. Satu tujuan inti yang disertai dengan berapa tujuan tambahan, akan memberikan hasil yang baik. Dalam beberapa hal, yakni bila anggota kelas sebagian besar terdiri dari anak-anak kecil, maka "tujuan pekabaran Injil" boleh menjadi tambahan kepada tujuan inti. Tujuan inti pelajaran itu mungkin berkenaan dengan hal menjadi murid Tuhan, namun suatu tujuan tambahan boleh menekankan tentang perlunya memulai hidup baru sebagai murid Tuhan dengan jalan menerima Kristus secara pribadi. 3. Apakah menyusun tujuan pelajaran untuk anak-anak kecil juga penting? Jawab: Untuk usia yang lebih muda, kegiatan-kegiatan bermain yang dipimpin dengan seksama boleh dipakai sebagai jembatan untuk menerangkan tujuan pelajaran. Apabila tujuan itu diterangkan dengan jelas, maka berarti pengajar dapat memimpin kegiatan- kegiatan bermain untuk mencapai tujuan tertentu. Apabila tujuan pelajaran itu adalah "mencintai ibu bapa kalian", maka pengajar akan berusaha memimpin anak-anak "melaksanakan" kegiatan-kegiatan yang dilakukan baik oleh ibu bapa maupun anak-anak, untuk menunjukkan bahwa banyak cara dapat dipakai oleh seorang anak untuk menyatakan cintanya kepada orangtuanya. Bahan diedit dari sumber: Judul Buku : Penginjilan di Sekolah Minggu Judul Artikel Asli: Pertanyaan-pertanyaan yang Tepat Pengarang : Richard L. Dresselhaus Penerbit : Gandum Mas, Malang, 1973 Halaman : 85 - 87 ********************************************************************** o/ BAHAN MENGAJAR Berikut ini satu bahan yang dapat Anda pakai untuk menceritakan kepada anak-anak mengenai dosa. Sesuaikan tujuan mengajar Anda dengan tujuan pelajaran yang ada dalam bahan mengajar ini. Selamat mengajar! ALLAH MENGHUKUM MANUSIA BERDOSA =============================== Tujuan Umum: ------------ Anak mengetahui dan memahami bahwa Allah yang Mahakudus menghukum manusia berdosa. Pelajaran: ---------- Hamba yang setia dan hamba yang tidak setia. Bahan Alkitab: -------------- Matius 24:45-51 Tujuan Khusus: -------------- Anak dapat: - Membedakan perbuatan hamba yang setia dengan hamba yang tidak setia; - menceritakan pengalaman mereka, ketika tidak melakukan tugas; - Menjelaskan akibat bila tidak melakukan tugas; - Menyatakan akan selalu setia melakukan tugas. Ayat Hafalan: ------------- "Hendaklah engkau setia sampai mati, dan Aku akan mengaruniakan kepadamu mahkota kehidupan." (Wahyu 2:10b) Materi Pelajaran: ----------------- A. Untuk Guru 1. Penjelasan bahan Alkitab Tugas seorang hamba antara lain adalah menyediakan pakaian, makanan, merawat kebun dan menjaga rumah, serta lain-lain. Kali ini Yesus menjelaskan kepada kita melalui perumpamaan-Nya, tentang umat Tuhan yang harus bertugas melayani Tuhan sebagai Tuannya. Kalau ingin selamat tentu kita harus setia kepada Tuan kita. 2. Renungan Perumpamaan ini diangkat oleh Yesus untuk mengingat kembali tugas manusia, sebagai umat-Nya. Ketika Tuhan menciptakan manusia, maka bersamaan dengan itu pula Tuhan memberikan tugas kepada manusia (lihat Kejadian 1:28, 2:15). Dan ini merupakan tugas yang pertama kali Tuhan serahkan kepada manusia. Tapi sayang, manusia menyia- nyiakan tanggung jawab yang diberikan Tuhan kepadanya. Akibatnya, terjadilah kesenjangan hubungan antara Tuhan dengan dunia ini, dan secara khusus antara Tuhan dengan manusia yang Dia beri kuasa. Namun kemudian Anak Allah datang untuk memperbaiki hubungan itu; dan hal itu telah terjadi! Sekarang tugas manusia adalah memelihara hubugan yang sudah diperbaiki itu dan menghadirkan tanda-tanda kerajaan Allah di dunia ini. Siapakah yang setia ... ? B. Untuk Anak 1. Cerita Ada satu keluarga kaya yang memiliki tiga mobil, dua buah televisi berwarna dengan layar lebar, barang-barang antik, dan lain- lain. Dalam keluarga ini Badu dan Budi bekerja sebagai pembantu rumah tangga. Selain mereka berdua, ada dua pembantu lain yang juga tinggal dalam rumah keluarga kaya ini. Mereka bertugas memasak, mencuci, dan menjaga kebersihan rumah. Sedangkan Badu dan Budi bertugas membersihkan mobil, menjaga kebersihan lingkungan, dan keamanan rumah. Setiap Hari Sabtu, bapak dan ibu pemilik rumah itu yaitu Bapak dan Ibu Andreas, beserta dua anak mereka pergi ke luar kota. Maka sebagai penjaga keamanan rumah, Badu dan Budi bertanggung jawab atas keselamatan rumah. Suatu kali ada kejadian khusus. Waktu libur panjang sekolah, kedua anak Bapak dan Ibu Andreas merencanakan untuk pergi berlibur ke kampung halaman mereka. Rencana kepergian Pak Andreas sekeluarga membuat Badu jadi berpikir, bahwa inilah kesempatan baginya untuk berlibur juga. Badu merasa yakin bahwa keluarga tersebut baru akan kembali tiga minggu lagi. Jadi, biar saja si Budi sendiri yang bekerja. Setelah tuannya pergi, mulailah Badu melakukan hal-hal yang telah lama dipikirkannya. Setiap malam, Badu pergi ke luar rumah. Ia baru kembali setelah hari terang. Pagi hingga sore Badu menghabiskan waktunya untuk makan dan tidur. Demikian hal ini dilakukannya setiap hari. Pada hari kelima belas semenjak kepergian keluarga Pak Andreas, Badu kehabisan uang. Padahal malam itu Badu ada janji dengan beberapa teman untuk bertemu di pasar. Badu mulai berpikir, mencari cara untuk mendapatkan uang. Akhirnya Badu mendapat akal: Ia akan meminta uang kepada ibu tukang masak, sebab dialah yang diserahi uang belanja. Badu lalu mendatangi ibu tukang masak, tetapi hasilnya nihil. Ibu tukang masak tidak mau memberikan uangnya pada Badu. Akhirnya terjadi keributan antara Badu dan ibu tukang masak. Budi menegur sikap Badu, akibatnya Badu menjadi semakin marah. Lalu ia pergi dari rumah itu dan jarang pulang. Pendek kata, Badu berbuat sesuka hatinya saja. Suatu malam, seperti biasanya Badu tidak pulang. Ia baru pulang jam 12 siang. Badu tidak tahu bahwa hari itu keluarga Pak Andreas tiba kembali, karena masa liburan telah habis. Seperti biasa Badu masuk dari pintu depan dengan maksud hendak langsung menonton televisi di ruang tengah. Tapi alangkah terkejutnya Badu ketika melihat Pak Andreas sekeluarga bersama Budi dan dua pembantu lainnya sedang duduk santai sambil menonton televisi. Di hadapan mereka ada banyak makanan. Budi mencoba menutupi rasa terkejutnya dengan menyapa, "Eh, Bapak dan Ibu sudah kembali! Mengapa tidak mengirim kabar sehingga saya bisa menjemput?" Lalu Pak Andreas menjawab, "Lho! Kami kemarin kan sudah telepon!" "Ya, waktu Pak Andreas telepon kamu sudah pergi dan kami tidak tahu kamu ada di mana," kata Budi menambahkan. "Ya sudah ... yang penting kami sudah sampai dengan selamat," kata Pak Andreas lagi. Badu jadi bingung, hatinya was-was. Apakah Budi dan dua pembantu lainnya tidak melaporkan sikap buruknya selama ditinggal pergi oleh majikan mereka? Sebab Pak Andreas sekeluarga tidak menunjukkan kemarahan. Waktu petang, Badu baru saja selesai mandi. Tiba-tiba Budi menghampirinya dan berkata, "Badu, kamu dipanggil oleh Bapak. Bapak ingin bicara denganmu." Badu bingung, "Ada apa rupanya? Tadi kamu melaporkan saya, ya?" "Aku tidak tahu," jawab Budi. "Lagipula aku belum bicara apa-apa pada Bapak sejak mereka tiba. Hanya satu kali aku menjawab pertanyaan Bapak, yaitu ketika Bapak menanyakanmu. Lalu aku jawab bahwa kamu sedang pergi sejak kemarin." "Wah ... gawat! Kalau begitu aku pasti dimarahinya," demikian pikir si Badu. Tapi Badu kemudian berusaha menyenangkan hatinya, "Ah, paling-paling aku hanya dimarahi; sesudah itu selesai." Tapi sayang, malam itu juga Pak Andreas memerintahkan Badu untuk meninggalkan rumah mereka besok pagi. Selain itu Badu tidak boleh kembali ke rumah itu lagi. Badu sedih sekali, "Ah ... andai saja waktu itu saya menjalankan tugas dengan baik, tentu tidak begini buruk keadaan saya." Adik-adik, cerita seperti ini ada juga di dalam Alkitab. Yaitu tentang hamba yang setia dan hamba yang tidak setia. Mari kita baca kisahnya dari Matius 24:45-51. [Sebaiknya guru membacakan dengan jelas.] Sebagai orang Kristen, itu berarti kita menjadi pelayan Tuhan. Tuhan telah memberitahukan kepada kita, tugas terutama yang harus kita lakukan, MENGASIHI SESAMA MANUSIA. 2. Evaluasi a. Coba ceritakan lagi perumpamaan yang disampaikan oleh Tuhan Yesus! b. Pernahkah adik-adik melalaikan tugas? Jika pernah, tugas-tugas apa saja yang kalian lalaikan itu? c. Hukuman apakah yang kamu terima atas kelalaianmu itu? d. Sebutkan suatu tugas dan caranya menyelesaikan tugas itu dengan baik! 3. Tutup dengan doa. Bahan diedit dari sumber: Judul Buku: Pedoman Sekolah Minggu Anak Kecil (Umur 7 - 9 Tahun) Tahun II Jilid I Penerbit : BPK Gunung Mulia, Jakarta, 1994 Halaman : 21 - 26 ********************************************************************** o/ DARI ANDA UNTUK ANDA Dari: Danny <danny@> >Apakah anak kelas kecil harus selalu menggunakan banyak kegiatan >pada saat kita mengajar? Apakah memang kalau hanya dengan bercerita >mereka tidak akan tertarik dengan cerita yang kita sampaikan? Saya >menanyakan hal ini karena saya akan baru saja akan menjadi guru SM >dan langsung ditempatkan pada kelas kecil. Mohon tanggapan rekan- >rekan semua. Redaksi: Waahh selamat mengemban tugas baru Anda ... :) Mengajar kelas kecil sebenarnya merupakan pengalaman yang paling menyenangkan. Memang sebagai gurunya, kita harus pintar-pintar memberikan kegiatan-kegiatan yang dapat menarik perhatiannya. Tetapi terlalu sering mengadakan kegiatan juga dapat menyebabkan mereka bosan. Dengan bercerita pun Anda dapat menarik perhatian mereka. Siapkanlah alat-alat peraga yang sederhana dan menarik. Gambar yang besar pun dapat sangat menarik perhatian mereka. Untuk lebih memperdalam pengetahuan Anda mengenai kelas kecil, silakan kunjungi situs PEPAK. Di dalamnya terdapat tulisan-tulisan seputar kelas kecil dalam SM, misalnya: 1. Mengajar Kelas Kecil ==> http://www.sabda.org/pepak/pustaka/010113/ 2. Memimpin Pujian untuk Anak Kecil ==> http://www.sabda.org/pepak/pustaka/010150/ 3. Mengelola Kelas Batita (Umur 2-3 Tahun) ==> http://www.sabda.org/pepak/pustaka/010009/ 4. Kriteria Guru Sekolah Minggu untuk Kelas Indria ==> http://www.sabda.org/pepak/pustaka/020015/ 5. Guru Anak Balita/Indria (Umur 4-5 Tahun) ==> http://www.sabda.org/pepak/pustaka/010015/ 6. Mengenal Anak Balita/Kanak-kanak/Indria (Umur 4-5 Tahun) ==> http://www.sabda.org/pepak/pustaka/010014/ Selamat melayani! ********************************************************************** Untuk berlangganan kirim e-mail ke: <subscribe-i-kan-BinaAnak@xc.org> Untuk berhenti kirim e-mail ke: <unsubscribe-i-kan-BinaAnak@xc.org> Untuk Arsip e-BinaAnak: http://www.sabda.org/publikasi/e-binaanak/ Pusat Elektronik Pelayanan Anak Kristen: http://www.sabda.org/pepak/ ********************************************************************** Staf Redaksi: Davida, Oeni, Yuli, dan Poer Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA Didistribusikan melalui sistem network I-KAN Copyright(c) e-BinaAnak 2003 YLSA
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |