Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-binaanak/168 |
|
e-BinaAnak edisi 168 (12-3-2004)
|
|
><> Milis Publikasi Elektronik untuk Para Pembina Anak <>< Daftar Isi: Edisi 168/Maret/2004 ~~~~~~~~~~~ o/ SALAM DARI REDAKSI o/ ARTIKEL : Bagaimana Caranya Kita Mengajarkan Kejujuran? o/ TIPS MENGAJAR : Membantu Anak untuk Tidak Berbohong o/ BAHAN MENGAJAR : Orang Kristen Pura-pura o/ DARI ANDA UNTUK ANDA : Ucapan Terima Kasih o/ MUTIARA GURU =^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^ Korespondensi dan kontribusi bahan dapat dikirimkan ke staf Redaksi: <staf-BinaAnak@sabda.org> atau <owner-i-kan-BinaAnak@xc.org> =^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^ o/ SALAM DARI REDAKSI Salam dalam kasih Yesus Kristus, Kejujuran adalah sikap penting yang harus kita tanamkan pada anak sejak usia dini. Tapi menanamkan kejujuran kepada mereka tidak dapat terjadi secara instan hasilnya. Terbentuknya sikap itu merupakan proses yang terjadi seiring dengan pertumbuhan mereka. Pada dasarnya tidak ada titik berhenti bagi orangtua maupun guru dalam menanamkan sifat jujur kepada seorang anak. Selain dengan cara memberikan teori- teori atau dongeng-dongeng tentang kejujuran, kebohongan, kepura- puraan, dll. cara lain yang lebih bermanfaat adalah melalui pengalaman hidupnya, khususnya dengan keteladanan dari orangtua atau gurunya. Untuk berbicara lebih jauh mengenai sikap "Jujur" ini, maka simaklah Artikel sajian kami minggu ini yang berjudul "Bagaimana Caranya Kita Mengajarkan Kejujuran?" dan juga Tips Mengajar bagaimana "Membantu Anak untuk Tidak Berbohong". Bagi para guru SM dan para orangtua, kami siapkan satu Bahan Mengajar "Orang Kristen Pura-pura" untuk dapat Anda pakai mengajar. Selamat mengajar! Tim Redaksi "Perhatikanlah orang yang tulus dan lihatlah kepada orang yang jujur, sebab pada orang yang suka damai akan ada masa depan." (Mazmur 37:37) < http://www.sabda.org/sabdaweb/?p=Mazmur+37:37 > =^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^ o/ ARTIKEL BAGAIMANA CARANYA KITA MENGAJARKAN KEJUJURAN? ============================================= Kejujuran merupakan salah satu dari "nilai-nilai inti", yaitu bahan baku sejati yang dapat membentuk integritas dan kematangan pribadi. Sama seperti nilai-nilai lainnya kejujuran tidak dapat dikenakan kepada seorang anak bagaikan memulas satu lapisan cat. Akan tetapi kejujuran itu tumbuh seperti serat-serat pada kayu -- yaitu merupakan bagian dari seluruh perkembangan dan pertumbuhan anak itu. Sebagai orangtua tugas kita ialah membimbing anak-anak kita agar mempunyai hati nurani yang jernih, mempunyai komitmen untuk berlaku jujur, dan sanggup untuk berpikir sendiri. Mengajarkan anak untuk berlaku jujur itu menyangkut tiga tahap pemberian instruksi: yang faktual, yang menyangkut hubungan, dan yang sifatnya pribadi. Tahap faktual merupakan proses yang berkesinambungan untuk mengisi pikiran anak dengan konsep kejujuran dan berbagai konsekuensi ketidakjujuran. Cerita-cerita Alkitab yang menggambarkan betapa besarnya nilai integritas (kepercayaan) itu sangat bermanfaat. Cobalah menceritakan kepada anak-anak yang masih duduk di Sekolah Dasar cerita tentang penipuan Yakub terhadap ayahnya (Kejadian 27). Diskusikan dengan anak-anak remaja kisah dosa Daud dengan Batsyeba (2Samuel 11). Perhatikanlah kesetiaan Yosia terhadap rencana-rencana Allah (2Raja-raja 22,23) dan komitmen Mikha pada kebenaran (1Raja- raja 22:14). Identitas psikoseksual seorang anak mulai terbentuk pada waktu anak berusia kira-kira dua tahun. Selain mendengarkan apa yang Anda katakan anak seusia itu mulai meniru Anda secara lebih cermat. Keinginan untuk mencontoh ini merupakan awal dari tahap pemberian instruksi yang menyangkut soal hubungan. Itu sebabnya Anda perlu memperhatikan dengan cermat standar-standar kejujuran Anda sendiri. Seorang anak kecil pun akan dapat melihat dan mengerti lebih banyak daripada apa yang Anda sadari tentang komitmen Anda pada soal integritas. Apa yang akan Anda katakan kepada anak-anak Anda, ketika Anda misalnya, melakukan urusan dagang Anda atau menyusun perhitungan pajak Anda? Pernahkah Anda "berbohong demi kebaikan" untuk menyenangkan hati orang atau mengelakkan sesuatu yang tidak menyenangkan (seperti menyuruh anak Anda menjawab telepon dan mengatakan bahwa Anda tidak di rumah)? Sangatlah penting anak Anda melihat Anda mengakui dengan jujur atas kegagalan-kegagalan Anda; misalnya, mengendarai mobil terlalu cepat dalam keadaan lalu lintas yang ramai, tidak pulang ke rumah padahal Anda mengatakan bahwa Anda akan pulang, atau tidak menepati janji. Memberi teladan secara demikian realistik itu akan menyebabkan anak itu merasa bebas untuk bergumul dengan masalah-masalahnya sendiri. Seorang ibu menceritakan bagaimana anaknya yang di taman kanak-kanak tidak mau mengakui dosa-dosanya kepada Allah pada waktu doa malam bersama, sebelum ayahnya mengakui secara terang-terangan kekurangan- kekurangannya. Latihan tahap ketiga ialah untuk menolong anak itu untuk secara pribadi menerapkan prinsip kejujuran dalam konteks kehidupannya sehari-hari. Tunjukkanlah kepada seorang anak prasekolah atau yang sudah duduk di Sekolah Dasar sehelai uang Rp 1.000,00 dan tanyakan apa yang akan dilakukannya bila ia menemukannya di jalan. Tekankan bahwa bersikap jujur akan membuat seseorang mempunyai perasaan senang, menolong orang lain, dan menyenangkan Allah maupun ayah dan ibu. Perankanlah bersama suatu sandiwara kecil tentang berbagai keadaan lain yang menuntut keputusan untuk berlaku jujur. Ingatlah senantiasa bahwa menurut hasil penelitian, seorang anak pada tahun-tahun awalnya tidak memiliki kesadaran batin tentang yang benar dan yang salah, yang dimilikinya hanyalah ketakutan akan konsekuensinya. Anak itu menerima apa yang dikatakan oleh orang tuanya karena ia ingin menyenangkan mereka. Pujian atau pukulan di pantat atau hukuman untuk tinggal di kamar merupakan ukuran bagi anak tentang apakah suatu tindakan itu jujur atau tidak, jadi bertukar pikiran tentang soal-soal kelakuan tidak akan banyak berpengaruh pada tingkah laku anak kecil itu. Tetapi menjelang masuk Sekolah Dasar, hati nurani anak itu sudah mulai menjadi matang, dan tindakannya mulai dinilai berdasarkan standar moral hati nuraninya. Dalam usia ini anak-anak dapat mulai diajarkan tentang kejujuran dengan menceritakan kisah-kisah kehidupan yang sebenarnya. Umpamanya, tanyakanlah apa yang akan dilakukan oleh anak itu jika ia melihat seorang teman menyelipkan alat penajam pinsil yang kecil ke dalam kotak makanannya sewaktu berada di sebuah toko alat-alat tulis. Lanjutkan dengan pertanyaan- pertanyaan seperti "Mengapa?" dan "Apa akibatnya nanti?" Pada umur- umur ini motivasi anak Anda sudah harus lebih daripada sekadar menyenangkan orangtua saja, dan sudah harus dapat melakukan yang benar karena dengan demikian ia pun akan merasa senang dengan dirinya sendiri. Anak-anak yang duduk di SLTP dan SLTA sudah harus memiliki hati nurani yang sudah berkembang dengan baik dan sudah harus dapat berpikir secara lebih abstrak tentang tata nilai yang dijunjungnya. Anda dapat memberinya semangat dengan mengadakan diskusi dengan anak remaja Anda tentang artikel-artikel surat kabar yang memberitakan berbagai tindakan yang tidak jujur, baik yang dilakukan secara perseorangan maupun secara kelompok di kalangan pengusaha dan pemerintahan. Tolonglah anak Anda untuk dapat melihat apa motivasi mereka dalam melakukan tindakan semacam itu. Teruslah mengandaikan keadaan-keadaan yang realistik yang cocok dengan umur anak Anda, seperti kesempatan-kesempatan untuk berbuat curang pada waktu ujian, memakai surat keterangan orang lain, atau berbohong kepada orangtua tentang ke mana ia pergi. Pikirkan berbagai kemungkinan akibat ketidakjujuran, terutama tentang rusaknya hubungan kita dengan orang lain. Perhatikan bagaimana satu kebohongan akan membuat kita berbohong lagi untuk menutupi keadaan yang sebenarnya. Bimbinglah anak Anda agar dapat menyadari bahwa jika kita tidak jujur, kita tidak dapat bergaul dengan orang lain secara sehat - baik di sekolah, di rumah, dalam pernikahan, masyarakat, atau pemerintahan. Jika anak Anda sudah mempunyai pengertian yang jelas bahwa kejujuran itu berakar pada firman Allah, ia tidak akan jatuh ke dalam perangkap yang sering dihadapi yaitu kecenderungan untuk memandang baik atau salah itu hanya dari segi apa yang paling menyenangkan hati, yang direstui orang lain, atau yang mana yang paling penting. Perasaan hati anak itu akan peka terhadap ketidakjujuran dalam segala bentuknya dan hal itu akan menolongnya untuk terus-menerus menghindarinya. Dalam sepanjang proses perkembangan itu, usahakanlah untuk memusatkan perhatian pada tindakan-tindakan anak Anda maupun tindakan-tindakan orang-orang lainnya. Yakinkan dan berilah pujian kepada anak Anda itu, baik di hadapannya sendiri maupun di hadapan teman-teman sebayanya. Dengan memberi label jujur kepada anak Anda itu berarti Anda menekankan dan sangat menghargai kejujuran; hal itu akan memotivasikan dia untuk mengejar sifat itu bila di dalam kehidupan ini ia harus membuat pilihan yang benar-benar berat. Bahan diedit dari sumber: Judul Buku : Cara Mengarahkan Anak Pengarang : Paul Lewis Penerbit : Yayasan Kalam Hidup, Bandung, 1997 Halaman : 153 - 157 =^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^ o/ TIPS MENGAJAR MEMBANTU ANAK UNTUK TIDAK BERBOHONG =================================== Orangtua dan guru harus tahu bagaimana bersikap dalam pelbagai situasi yang membantu anak mengatasi masalah perilakunya yang tidak benar, yaitu suka berbohong. Di bawah ini disampaikan beberapa usulan: 1. Menjadi contoh. --------------- Anak berbohong biasanya belajar dari orang dewasa; jadi buanglah kebiasaan suka mengkritik orang lain di belakang supaya jangan menjadi orang yang tidak dapat dipercaya. 2. Memuaskan kebutuhan. -------------------- Ada sebagian anak yang suka berbohong karena ingin diterima dan diakui. Orangtua atau guru harus dengan cepat memuaskan kebutuhan mereka ini. Usahakan agar mereka menikmati kehangatan kasih dalam keluarga dan rasa aman yang puas. 3. Memperbaiki cara mendidik. -------------------------- Orangtua dan guru harus mengubah cara dalam menjatuhkan hukuman. Bila terlalu keras dan diktatoris akan membuat anak suka berbohong supaya terhindar dari hukuman. Apabila anak mengetahui bahwa dengan berbohong bisa menghindarkan mereka dari hukuman daripada dengan jujur, maka mereka akan lebih suka berbohong. Selayaknya anak diampuni bila telah mengakui kesalahannya, namun kebohongan mereka harus dihukum. Dengan demikian mereka belajar untuk jujur dan tidak bohong. 4. Tidak berlebihan dalam menuntut. -------------------------------- Tuntutan yang berkelebihan dari orangtua akan membuat anak memilih untuk lebih baik berbohong demi membela atau melindungi dirinya. Orangtua dan guru harus dapat mengenal batas kemampuan dan bakat anak, supaya anak tidak mengalami suatu tekanan yang berat. Apabila ia mengalami kesulitan, berikanlah pertolongan dan dukungan kepadanya agar tidak perlu berbohong untuk menghindar dari tuntutan. 5. Memberikan penjelasan. ---------------------- Jika kita mengetahui bahwa anak kita ternyata berbohong, terlebih dahulu cari masalahnya mengapa anak itu berbohong, setelah itu baru berikan nasihat. Jelaskan kepada mereka apa kerugiannya jika mereka berbohong dan apa keuntungannya jika mereka berkata jujur. Serta peringatkan mereka bahwa apabila mereka berbohong, mereka akan mendapat hukuman. 6. Mengadakan usaha bersama. ------------------------- Pendapat anak perlu diminta supaya dari diri mereka sendiri tercetus suatu tindakan nyata yang akan dilakukan untuk membuang kebiasaan bohong. Usahakan untuk terus mengingatkan, membantu, dan mendorong mereka supaya berkata jujur. Jika perlu mintalah agar seisi keluarga dan sanak saudara bekerja sama membantu mereka. 7. Mengajarkan kebenaran. ---------------------- Mengajarkan isi perintah firman Allah adalah prinsip dasar pengajaran. Tuhan berfirman, "Jangan kamu berbohong dan janganlah kamu berdusta seorang kepada sesamanya" (Imamat 19:11), dan lagi firman-Nya, "Jangan kamu saling mendustai, karena kamu telah menanggalkan manusia lama serta kelakuannya, dan, telah mengenakan manusia baru yang terus-menerus diperbarui untuk memperoleh pengetahuan yang benar menurut gambar khaliknya" (Kolose 3:9-10). Allah membenci dusta dan Iblis adalah bapak pendusta, "Iblis yang menjadi bapamu ... Apabila ia berkata dusta ia berkata atas kehendaknya sendiri, sebab ia adalah pendusta dan bapa segala dusta" (Yohanes 8:14). Jika anak telah berbohong, bantulah mereka untuk mengatasi dosa bohong itu, kemudian ajarkan dan peringatkan bahwa berbohong itu dosa yang akan menghilangkan kepercayaan orang lain terhadap mereka. Namun beritahukan pula hal berikut ini: "Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga la akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan" (1Yohanes 1:9). Pimpin mereka untuk berdoa dan berikan jaminan bahwa Allah akan mengampuni dosa mereka, peringatkan untuk tidak berdusta lagi serta bimbinglah untuk menerima Yesus sebagai Juruselamat dan hidup yang baru. Bahan diedit dari sumber: Judul Buku : Menerobos Dunia Anak Judul Artikel Asli: Anak yang Suka Berbohong Penulis : Dr. Mary Go Setiawan Penerbit : Yayasan Kalam Hidup, Bandung, 1993 Halaman : 62 - 64 =^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^ o/ BAHAN MENGAJAR ORANG KRISTEN PURA-PURA ======================= Persiapan: ---------- Belilah sekaleng ikan kalengan dan sekaleng buah kalengan. Kaleng harus berukuran yang sama. Dengan hati-hati kupaslah etiket dari kaleng buah-buahan, lalu tempelkan, dengan lem pada kaleng yang lain. Bawa juga pembuka kaleng, stoples dan tatakan. Hanya satu kaleng akan dipakai, yakni yang berisi ikan, tetapi yang sekarang beretiket buah-buahan. Penyampaian: ------------ Kaleng ini saya beli di toko. Dari etiketnya kita tahu bahwa kaleng ini berisi buah-buahan, misalnya buah ... (sebutlah nama buah yang ada pada etiket itu). Undang-undang mengharuskan pabrik-pabrik makanan kaleng memasang etiket pada tiap kalengnya, supaya pembeli dapat tahu dengan tepat apa isi kaleng itu. Alkitab mengajarkan bahwa setiap orang Kristen juga memakai etiket. Cara untuk mengetahui mana yang benar-benar orang Kristen dan mana yang bukan orang Kristen harus selalu ada. Ini dapat kita ketahui dari cara hidup orang itu, bukan? (Matius 7:20.) Biasanya kalau kita tanya mereka maka mereka akan menjawab bahwa Yesus Kristus ada dalam hati mereka. Kebanyakan orang Kristen ke Sekolah Minggu dan ke gereja. Mereka biasanya suka bergaul dengan sesama Kristen. Dapatkah kalian menyebutkan hal lain lagi, yang dengannya kita dapat mengenal bahwa dia adalah orang Kristen? Ya, benar, orang Kristen membaca Alkitab dan berdoa. Nah, etiket ini memberitahukan bahwa kaleng ini berisi buah-buahan. Mari kita buka kaleng ini untuk melihat betulkah etiket itu. (Bukalah kaleng itu dan tuangkan isinya ke dalam stoples sehingga semua dapat melihat bahwa isinya adalah ikan. Taruhlah stoples itu pada tatakan, kalau-kalau ada yang tumpah.) Kalian heran bukan, karena ternyata isinya ikan. Kita percaya pada etiket yang dilekatkan pada kaleng yang kita beli. Apakah kiranya ibumu tak akan heran dan jengkel andaikata hal seperti ini terjadi padanya, ketika ia sedang menyiapkan makanan untuk keluarganya? Etiket ini bohong. Mungkin, sekarang ini kalian telah menerka bahwa etiket pada kaleng ini telah saya ganti. Dari toko etiketnya memang tidak salah. Anak-anak, ada banyak orang Kristen berkata bahwa mereka orang Kristen, padahal sebenarnya bukan. Mereka juga bohong. Mungkin mereka juga ke Sekolah Minggu, ke kebaktian, membaca Kitab Suci dan berdoa. Malahan mungkin juga mereka sangka dirinya orang Kristen sehingga dengan demikian mereka menipu dirinya sendiri. Iblis suka menipu orang, sehingga orang itu menyangka, apabila dia berbuat kebaikan, dia adalah orang Kristen. Tak peduli apa yang kita katakan, apa yang kita pikirkan, atau apa yang kita lakukan, kita bukanlah orang Kristen kecuali kita meminta Yesus Kristus datang dan tinggal dalam hati kita. (Bacalah I Samuel 16:7.) Ayat ini mengatakan bahwa manusia hanya melihat pada keadaan lahir dan tingkah laku seseorang, tetapi Allah dapat melihat ke dalam hati manusia. Dia tahu apakah kita telah menerima Tuhan Yesus Kristus sebagai Juruselamat kita atau belum. Kalian nampaknya cantik dan berpakaian bagus, tetapi saya tidak dapat melihat apa yang ada dalam hatimu. Hanya kalian dan Allah yang mengetahui, apakah kalian benar-benar seorang Kristen. Apakah Kristus ada di dalam hatimu? Kalau Dia belum ada di dalam hatimu, tundukkanlah kepalamu sekarang juga, dan mintalah Dia menyelamatkan kalian. Dia ingin semua orang selamat (2Petrus 3:9). Dia sangat senang, bila orang meminta Dia masuk ke dalam hatinya. Kalian hanya perlu memohon saja dan Dia akan mengerjakan semuanya untuk kalian. Dan kalau Kristus masuk hatimu, Dia menyelamatkan kalian dan Dia tinggal dalam hatimu untuk selama-lamanya. Sumber: Judul Buku: Pelajaran Dengan Alat Peraga Penulis : D.H. Pentecost Penerbit : Gandum Mas, Malang, 1960 Halaman : 45 - 48 =^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^ o/ DARI ANDA UNTUK ANDA Dari: "Gpps Tambakboyo" <gpps_tambakboyo@> >Terima kasih untuk masukan yang anda berikan tentang Mengajar >dengan Gambar, saat-saat ini beberapa tips yang anda berikan telah >kami coba untuk menerapkan di dalam SM kami. Selama ini kami >memakai buku terbitan Gandum Mas. Redaksi: Puji syukur untuk berkat yang Anda dapatkan dalam e-BinaAnak! Kami berharap berkat tersebut akan Anda bagikan ke rekan-rekan guru Sekolah Minggu yang lain. Namun akan lebih bagus lagi kalau Anda sharekan pengalaman Anda menggunakan bahan-bahan dalam e-BinaAnak ini kepada rekan-rekan pembaca semua. Kami yakin akan banyak menjadi berkat bagi mereka juga. Nah, mari kita terus belajar melayani lebih baik lagi, supaya dunia pelayanan anak di Indonesia dapat lebih maju lagi! =^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^ o/ MUTIARA GURU Rencana pelajaran mingguan saya: Hari ini saya akan berusaha untuk menghubungkan pokok bahasan saya dengan kehidupan murid-murid saya =^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^ Untuk berlangganan kirim e-mail ke: <subscribe-i-kan-BinaAnak@xc.org> Untuk berhenti kirim e-mail ke: <unsubscribe-i-kan-BinaAnak@xc.org> Untuk Arsip e-BinaAnak: http://www.sabda.org/publikasi/e-binaanak/ Pusat Elektronik Pelayanan Anak Kristen: http://www.sabda.org/pepak/ =^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^ Staf Redaksi: Davida, Oeni, dan Ratri Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA Didistribusikan melalui sistem network I-KAN Copyright(c) e-BinaAnak 2004 YLSA
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |