Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-binaanak/170 |
|
e-BinaAnak edisi 170 (26-3-2004)
|
|
><> Milis Publikasi Elektronik untuk Para Pembina Anak <>< Daftar Isi: Edisi 170/Maret/2004 ~~~~~~~~~~~ o/ SALAM DARI REDAKSI o/ ARTIKEL : Menanamkan Rasa Tanggung Jawab o/ TIPS MENGAJAR : Saran Praktis dalam Mengajarkan Tanggung Jawab o/ BAHAN MENGAJAR : Apakah Allah Menjaga Saya? o/ DARI ANDA UNTUK ANDA : Sanggar Sahabatku Yayasan Eunike =^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^ Korespondensi dan kontribusi bahan dapat dikirimkan ke staf Redaksi: <staf-BinaAnak@sabda.org> atau <owner-i-kan-BinaAnak@xc.org> =^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^ o/ SALAM DARI REDAKSI Salam damai dari balik meja redaksi, Sikap positif yang dapat kita ajarkan pada anak minggu ini adalah "Tanggung Jawab". Apa sebenarnya arti tanggung jawab bagi seorang anak? Mungkin ketika kita menanyakan hal ini kepada seorang anak mereka tidak dapat menjawab dan akan bingung. Satu cara yang biasa kita gunakan untuk menanamkan rasa tanggung jawab kepada anak-anak kita adalah dengan memberikan tugas-tugas kecil kepada mereka. Namun demikian, pemberian tugas juga tidak boleh sesukanya, tapi harus bijaksana dengan melihat kemampuan si anak, Selain dengan memberikan tugas-tugas kecil ada beberapa cara bijaksana lain yang dapat kita gunakan. Untuk itu kami mengajak Anda semua, para orangtua dan pelayan anak untuk melihat sajian kami minggu ini. Sebuah Artikel tentang "Menanamkan Rasa Tanggung Jawab" mengajak kita untuk tahu lebih dalam tentang penanaman rasa tanggung jawab kepada anak-anak. Simak juga Tips Mengajar berisi "Saran Praktis dalam Mengajarkan Tanggung Jawab". Selain itu untuk Anda para guru SM, ada Bahan Mengajar berjudul "Apakan Allah Menjaga Saya" yang akan mengajar anak untuk belajar tentang apa artinya tanggung jawab. Besar harapan kami wawasan Anda tentang anak dapat semakin luas setelah mempelajari sajian-sajian kami dalam edisi ini. Selamat mengajar dan mendidik anak-anak kita! Tim Redaksi "Didiklah anakmu, maka ia akan memberikan ketenteraman kepadamu, dan mendatangkan sukacita kepadamu." (Amsal 29:17) < http://www.sabda.org/sabdaweb/?p=Amsal+29:17 > =^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^ o/ ARTIKEL MENANAMKAN RASA TANGGUNG JAWAB ============================== Pengertian tanggung jawab memang seringkali terasa sulit untuk menerangkannya dengan tepat. Adakalanya tanggung jawab dikaitkan dengan keharusan untuk berbuat sesuatu, atau kadang-kadang dihubungkan dengan kesedihan untuk menerima konsekuensi dari suatu perbuatan. Banyaknya bentuk tanggung jawab ini menyebabkan terasa sulit merumuskannya dalam bentuk kata-kata yang sederhana dan mudah dimengerti. Tetapi kalau kita amati lebih jauh, pengertian tanggung jawab selalu berkisar pada kesadaran untuk melakukan, kesediaan untuk melakukan, dan kemampuan untuk melakukan. Dalam kebudayaan kita, umumnya "tanggung jawab" diartikan sebagai keharusan untuk "menanggung" dan "menjawab" dalam pengertian lain yaitu suatu keharusan untuk menanggung akibat yang ditimbulkan oleh perilaku seseorang dalam rangka menjawab suatu persoalan. Pada umumnya banyak keluarga berharap dapat mengajarkan tanggung jawab dengan memberikan tugas-tugas kecil kepada anak dalam kehidupan sehari-hari. Dan sebagai orangtua tentunya kita pun berkeinginan untuk menanamkan rasa tanggung jawab pada anak. Tuntutan yang teguh bahwa anak harus setia melakukan tugas-tugas kecil itu, memang menimbulkan ketaatan. Namun demikian bersamaan dengan itu bisa juga timbul suatu pengaruh yang tidak kita inginkan bagi pembentukan watak anak, karena pada dasarnya rasa tanggung jawab bukanlah hal yang dapat diletakkan pada seseorang dari luar, rasa tanggung jawab tumbuh dari dalam, mendapatkan pengarahan dan pemupukan dari sistem nilai yang kita dapati dalam lingkungan keluarga dan masyarakat. Rasa tanggung jawab yang tidak bertumpuk pada nilai-nilai positif, adakalanya dapat berubah menjadi sesuatu yang asosial. Ada beberapa cara yang dapat diterapkan untuk mendidik anak sejak usia dini agar menjadi anak yang bertanggung jawab, sebagaimana Charles Schaeffer, Ph.D. mengutip apa yang pernah dikemukakan oleh Dr. Carlotta De Lerma, tentang prinsip-prinsip penting yang harus dilakukan untuk membantu anak bertanggung jawab. 1. Memberi teladan yang baik. -------------------------- Dalam mengajarkan tanggung jawab kepada anak, akan lebih berhasil dengan memberikan suatu teladan yang baik. Cara ini mengajarkan kepada anak bukan saja apa yang harus dilakukan dan bagaimana cara melakukannya, akan tetapi juga bagaimana orangtua melakukan tugas semacam itu. 2. Tetap dalam pendirian dan teguh dalam prinsip. ---------------------------------------------- Dalam hal melakukan pekerjaan, orangtua harus melihat apakah anak melakukannya dengan segenap hati dan tekun. Sangat penting bagi orangtua untuk memberikan suatu perhatian pada tugas yang tengah dilakukan oleh si anak. Janganlah sekali-kali kita menunjukkan secara langsung tentang kesalahan-kesalahan anak, tetapi nyatakanlah bagaimana cara memperbaiki kesalahan tersebut. Dengan demikian orantua tetap dalam pendirian, dan teguh dalam prinsip untuk menanamkan rasa tanggung jawab kepada anaknya. 3. Memberi anjuran atau perintah hendaknya jelas dan terperinci. ------------------------------------------------------------- Orangtua dalam memberi perintah ataupun anjuran, hendaklah diucapkan atau disampaikan dengan cukup jelas dan terperinci agar anak mengerti dalam melakukan tugas yang dibebankan kepadanya. 4. Memberi ganjaran atas kesalahan. -------------------------------- Orangtua hendaknya tetap memberi perhatian kepada setiap pekerjaan anak yang telah dilakukannya sesuai dengan kemampuannya. Tidak patut mencela pekerjaan anak yang tidak diselesaikannya. Kalau ternyata anak belum dapat menyelesaikan pekerjaannya saat itu, anjurkanlah untuk dapat melakukan atau melanjutkannya besok hari. Dengan memberikan suatu pujian atau penghargaan, akan membuat anak tetap berkeinginan menyelesaikan pekerjaan itu. Seringkali orangtua senang menjatuhkan suatu hukuman kepada anak yang tidak berhasil menyelesaikan tugasnya. Andaikan memungkinkan lebih baik memberikan ganjaran atas kesalahan dan tidak semata-mata mempermasalahkannya. 5. Jangan terlalu banyak menuntut. ------------------------------- Orangtua selayaknya tidak patut terlalu banyak menuntut dari anak, sehingga dengan sewenang-wenang memberi tanggung jawab yang tidak sesuai dengan kemampuannya. Berikanlah tanggung jawab itu setahap demi setahap, agar si anak dapat menyanggupi dan menyenangi pekerjaan itu. Suatu kebiasaan yang keliru pada orangtua dalam hal mendidik anak, adalah bahwa mereka seringkali sangat memperhatikan dan mengikuti emosinya sendiri. Tetapi sebaliknya emosi anak-anak justru kurang diperhatikan. Orangtua boleh saja marah kepada anak, akan tetapi jagalah supaya kemarahan yang dinyatakan dalam tindakan seperti omelan dan hukuman itu benar-benar tepat untuk perkembangan jiwa anak. Dengan perkataan lain, marahlah pada saat si anak memang perlu dimarahi. Anak-anak yang sudah mampu berespon secara tepat, adalah anak yang sudah mampu berfikir dalam mendahulukan kepentingan pribadi. Dan anak seperti ini sudah tinggal selangkah lagi kepada pemilikan rasa tanggung jawab. Pada hakekatnya tanggung jawab itu tergantung kepada kemampuan, janganlah lantas kita mengatakan bahwa anak yang berusia tujuh tahun itu tidak mempunyai tanggung jawab, karena tidak menjaga adiknya secara baik, sehingga si adik terjatuh dari atas tembok. Sesungguhnya anak yang baru berusia tujuh tahun tidak akan mampu melakukan hal seperti itu. Jelaslah bahwa beban tanggung jawab yang diserahkan pada seorang anak haruslah disesuaikan dengan tingkat kematangan anak. Untuk itu dengan sendirinya orangtua merasa perlu untuk lebih jauh mengenal tentang kemampuan anaknya. Dalam memberikan anak suatu informasi tentang hal yang harus dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan adalah sangat penting. Tanpa pengetahuan ini anak tidak bisa disalahkan bila ia tidak mau melakukan apa yang seharusnya ia lakukan. Namun untuk sekedar memberitahu secara lisan, seringkali tidak cukup. Orangtua juga harus bisa menjelaskan dengan contoh bagaimana caranya melakukan hal tersebut, disamping harus dijelaskan alasan-alasan mengapa hal itu harus dilakukan, atau tidak boleh dilakukan. Biasanya kita cenderung untuk melihat rasa tanggung jawab dari segi- segi yang konkrit, seperti: apakah tingkah lakunya sopan atau tidak; kamar anak bersih atau tidak; apakah si anak sering terlambat datang ke sekolah atau tidak; dan sebagainya. Seorang anak bisa saja berlaku sopan, datang ke sekolah tepat pada waktunya, tetapi masih juga membuat keputusan-keputusan yang tidak bertanggungjawab. Contoh seperti ini seringkali kita jumpai terutama pada anak-anak yang selalu mendapatkan instruksi atau petunjuk dari orangtua mengenai apa yang mesti mereka kerjakan, sehingga mereka kurang mendapat kesempatan untuk mengadakan penilaian sendiri, mengambil keputusan sendiri serta mengembangkan norma-norma yang ada dalam dirinya. Rasa tanggung jawab sejati haruslah bersumber pada nilai-nilai asasi kemanusiaan. Nilai-nilai tidak dapat diajarkan secara langsung. Nilai-nilai dihirup oleh anak dan menjadi bagian dari dirinya hanya melalui proses identifikasi, dengan pengertian lain, anak menyamakan dirinya dengan orang yang ia cintai dan ia hormati serta berusaha meniru mereka. Contoh hidup yang diberikan orangtua, akan menciptakan suasana yang diperlukan untuk belajar bertanggung jawab. Pengalaman-pengalaman konkrit tertentu memperkokoh pelajaran itu, sehingga menjadi bagian dari watak dan kepribadian anak. Jadi jelaslah, bahwa masalah rasa tanggung jawab pada anak, akhirnya kembali pada orangtuanya sendiri, atau dengan kata lain terpulang pada nilai-nilai dalam diri orangtua, yaitu seperti tercermin dalam mengasuh dan mendidik anak. Bahan diedit dari sumber: Judul Buku: Butir-butir Mutiara Rumah Tangga Pengarang : Alex Sobur Penerbit : Kerjasama antaran Penerbit Kanisius, Yogyakarta dan BPK Gunung Mulia, Jakarta, 1987 Halaman : 245 - 249 =^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^ o/ TIPS MENGAJAR SARAN PRAKTIS DALAM MENGAJARKAN TANGGUNG JAWAB ============================================== KEBERSIHAN DAN KERAPIAN Anak-anak perlu diajarkan bertanggung jawab terhadap kebersihan dan kerapian. Berikut ini beberapa cara yang dapat Anda gunakan untuk mengajarkan tentang tanggung jawab terhadap kebersihan dan kerapian itu kepada anak-anak: 1. Mulailah dengan mengajukan dua pertanyaan yang sulit: a. Apakah ada tingkah laku yang saya harapkan dari anak saya, tetapi saya sendiri tidak memberi teladan? (Apakah saya selalu membereskan kembali segala yang saya buat berantakan dan membersihkan segala yang saya kotorkan? Apakah saya jorok menurut ukuran saya sendiri? b. Apakah tingkat kerapian yang saya harapkan itu cocok dengan tahap perkembangan anak saya? (Jika kita mengharapkan tingkah laku dewasa dari anak-anak pasti kita akan kecewa.) 2. Usahakan bahwa anak Anda mengetahui bagaimana caranya melakukan tugas-tugas yang dituntut dari padanya. Anak itu memerlukan petunjuk bagaimana cara menggantung pakaian, membereskan kamar, atau membersihkan kamar mandi. Cobalah melaksanakan suatu tugas di rumah bersama-sama, satu kali saja, untuk menunjukkan bagaimana hal itu seharusnya dikerjakan. Jika ada berikanlah buku-buku yang baik yang dapat memberi petunjuk tentang bagaimana caranya untuk membersihkan sendiri kamar mereka (bagi mereka hal ini sering merupakan pekerjaan berat dan besar). 3. Gabungkanlah kelemahlembutan dengan ketegasan, tanpa perlu marah. Jika tuntutan Anda yang tegas disertai kemarahan, maka anak Anda tidak akan mau memberi respons sebelum ia melihat Anda naik pitam. TANGGUNG JAWAB TERHADAP BARANG Untuk menolong anak untuk memelihara dan bertanggung jawab terhadap barang yang dimilikinya, cobalah gagasan-gagasan berikut ini: 1. Batasilah jumlah barang yang harus dipelihara dan dijaga oleh anak Anda. Jika ia diberi terlalu banyak mainan, tidaklah mungkin bagi anak itu untuk memandang setiap mainan itu sebagai barang yang berharga. Usahakanlah untuk menggilir mainan-mainannya, sebagian disimpan untuk sementara waktu sehingga mainan itu terasa baru lagi bila kemudian dikeluarkan kembali. 2. Tolong dan ajarkan anak untuk dapat membeli barang-barang yang diingininya dengan uangnya sendiri. Jika anak mengerti upaya yang diperlukan untuk mendapatkan suatu barang, ia akan lebih menghargai dan memiliki rasa tanggung jawab penuh untuk memelihara barang tersebut. 3. Jika anak Anda sudah cukup besar dan cukup mengerti bagaimana memperlakukan dan memelihara barang miliknya dan sesudah diperingatkan terus saja ceroboh dan menyalahgunakan benda tersebut, janganlah Anda mengijinkannya untuk memakai barang itu untuk sementara waktu. 4. Jika suatu barang rusak atau hancur karena perlakuan yang kasar atau karena kelalaiannya, suruhlah anak itu membayar dengan uangnya sendiri untuk perbaikan atau untuk mengganti yang diperlukan. 5. Jika mainan, pakaian, dan barang-barang miliknya tercecer di mana- mana, buatlah suatu "kotak hari Sabtu". Apa saja yang ditemukan berceceran tidak pada tempatnya dimasukkan ke dalam kotak itu dan tidak boleh diambil sampai pada hari Sabtu. Kelihatannya memang kejam, tetapi setelah Anda menjalankan cara ini satu atau dua minggu, Anda pasti akan melihat perubahan yang mengherankan yang akan mengubah kebiasaannya. 6. Ajarkan mereka untuk bertanggung jawab dalam menggunakan barang milik orang lain. Jika barang-barang pinjaman rusak atau habis terpakai, mereka harus memperbaiki dan mengganti barang-barang tersebut. Bahan diringkas dari sumber: Judul Buku : 40 Cara Mengarahkan Anak Judul Artikel Asli: Anak Anda Juga dapat Rapi dan Bersih dan Belajar tentang Nilai Barang Pengarang : Paul Lewis Penerbit : Kalam Hidup, Bandun, 1993 Halaman : 78 - 80 dan 181 - 183 =^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^ o/ BAHAN MENGAJAR APAKAH ALLAH MENJAGA SAYA? ========================== Pada suatu ketika ada seorang gembala yang mempunyai banyak domba. Ia menyewa beberapa orang untuk membantunya menjaga domba-domba itu. Setiap malam sang gembala bersama para pembantunya secara bergiliran menjaga domba-domba itu. Mereka mengawasi domba-domba itu agar tidak dimakan serigala. Pada suatu malam salah seorang pembantunya tertidur pada saat ia seharusnya menjaga. Serigala-serigala itu datang dan membunuh beberapa ekor dombanya. Seandainya kamu adala sang gembala, apakah yang akan kamu katakan kepada pembantunya itu? Renungan Singkat tentang Tanggung Jawab Menjaga Seseorang: ---------------------------------------------------------- 1. Kesalahan apakah yang telah dilakukan pembantunya itu? Apakah yang seharusnya dilakukannya? Apakah yang terjadi akibat perbuatannya itu? 2. Pernahkah ayah atau ibumu menyuruh kamu menjaga adikmu yang kecil selama beberapa waktu? Atau pernahkah mereka menyuruhmu menjaga sesuatu? Apakah kamu melakukannya dengan baik? Tahukah kamu bahwa Allah menjagamu siang dan malam? Ia tidak pernah tertidur, sekalipun kamu sedang tertidur. Ia menjagamu setiap saat. Apa yang akan kamu katakan kepada-Nya karena ia menjagamu setiap saat? Renungan Singkat tentang Allah dan Kamu: ---------------------------------------- 1. Apakah Allah akan pernah tertidur pada saat ia seharusnya menjagamu? Mengapa tidak? Bagaimana perasaanmu atas pemeliharaan Allah terhadap dirimu itu? 2. Maukah kamu berterima kasih kepada-Nya karena telah menjagamu dengan baik sekali? Mengapa tidak kamu lakukan hal itu sekarang juga? Bacaan Alkitab: --------------- Mazmur 121:1-8 Kebenaran Alkitab: ------------------ Tuhan, yang menjagamu, tidak akan pernah tertidur (Mazmur 121:3,4) Doa: ---- Terima kasih ya Tuhan Yesus, karena Engkau menjaga saya siang dan malam. Tolonglah saya agar setia pada waktu saya diminta untuk menjaga orang lain. Amin! Bahan diedit dari sumber: Judul Buku: 100 Renungan Singkat untuk Anak-anak Pengarang : V. Gilebert Beers Penerbit : Kalam Hidup, Bandung, 1986 Halaman : 92 - 93 =^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^ o/ DARI ANDA UNTUK ANDA Dari: "eunike" <eunike@> >Kepada Yth, >Redaksi Bina Anak >di tempat > >Bersama ini adalah informasi pembukaan sanggar teater untuk anak- >anak yang ingin memperlengkapi diri dalam pelayanan Panggung >Boneka, Drama. > >Apabila diijinkan, kami mohon untuk dapat dipublikasikan melalui >mailing list Bina Anak. Atas perhatiannya kami ucapkan terima >kasih. Tuhan memberkati. > >Sanggar Sahabatku (salah satu bidang pelayanan anak dari Yayasan >Eunike) akan membuka Sanggar Teater bertujuan melatih anak-anak >dalam seni peran, seni vocal, seni gerak dan tari untuk >memperlengkapi dan mengembangkan talenta dan kemampuan anak-anak. > >Kelas akan dimulai pada bulan April, setiap Rabu atau Jumat pk. >,16.00 - 17.30. > >Diperuntukkan bagi anak usia 6 tahun ke atas. > >Untuk pendaftaran dan informasi lebih lanjut hubungi : >Sanggar Sahabatku - Yayasan Eunike >Jl. Pelepah Elok I Blok GN I No. 28 - 29 >Kelapa Gading Permai >Telp. 4532109 dgn Sdri. Ms. Evelyn / Ms. Linda Redaksi: Terima kasih atas informasinya! Nah, bagi Anda yang ingin agar talenta anak-anak kita terasah dengan baik dan dapat digunakan untuk kemuliaan nama Tuhan, segeralah mendaftar. Oh iya, bagi pembaca lain yang ingin mempublikasikan kegiatan seputar pelayanan anak, silakan kirimkan informasinya kepada tim Redaksi e-BinaAnak dan kami akan membantu Anda untuk mempublikasikan kegiatan tersebut. =^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^ o/ MUTIARA GURU Rencana pelajaran mingguan saya: Hari ini saya akan mengungkapkan kenyataan bahwa beberapa proses tidak dapat diburu-buru, tetapi harus dipelihara untuk periode waktu yang lama. =^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^ Staf Redaksi: Davida, Oeni, dan Ratri Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA Didistribusikan melalui sistem network I-KAN Copyright(c) e-BinaAnak 2004 YLSA =^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^ Untuk berlangganan kirim e-mail ke: <subscribe-i-kan-BinaAnak@xc.org> Untuk berhenti kirim e-mail ke: <unsubscribe-i-kan-BinaAnak@xc.org> Untuk Arsip e-BinaAnak: http://www.sabda.org/publikasi/e-binaanak/ Pusat Elektronik Pelayanan Anak Kristen: http://www.sabda.org/pepak/
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |