Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-binaanak/171 |
|
e-BinaAnak edisi 171 (1-4-2004)
|
|
><> Milis Publikasi Elektronik untuk Para Pembina Anak <>< Daftar Isi: Edisi 171/Maret/2004 ~~~~~~~~~~~ o/ SALAM DARI REDAKSI o/ TIPS MENGAJAR : Menanamkan Sikap Pemaaf dalam Diri Anak o/ BAHAN MENGAJAR (1) : Bagaimanakah Caranya Agar Kamu Rela Memaafkan? o/ BAHAN MENGAJAR (2) : Berapa Kalikah Kamu Harus Mengampuninya? o/ DARI ANDA UNTUK ANDA : Sekolah Injil Liburan o/ MUTIARA GURU =^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^ Korespondensi dan kontribusi bahan dapat dikirimkan ke staf Redaksi: <staf-BinaAnak@sabda.org> atau <owner-i-kan-BinaAnak@xc.org> =^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^ o/ SALAM DARI REDAKSI Salam dalam damai sejahtera Tuhan Yesus Kristus, Pembahasan terakhir tentang menanamkan sikap postif pada anak adalah sikap "Pemaaf". Anak kecil bisa juga marah, dendam, membenci kepada anak/orang lain yang pernah melakukan hal yang tidak dia sukai. Rasa marah yang mendalam pada diri anak kadang-kadang dapat menimbulkan hal-hal negatif dalam dirinya. Sebagai orangtua maupun pendidik, sudah merupakan kewajiban bagi kita untuk mengajarkan sikap saling memaafkan di antara mereka sedini mungkin. Sebagian besar waktu anak-anak dihabiskan dalam keluarganya, karena itu sudah sewajarnya kalau sikap memaafkan juga harus banyak diajarkan dalam lingkungan keluarganya. Teladan orangtua dalam hal ini merupakan benih yang baik yang dapat menumbuhsuburkan sikap pemaaf dalam diri seorang anak. Tips Mengajar minggu ini dapat memberikan petunjuk-petunjuk kepada Anda dalam memberikan teladan memaafkan kepada anak-anak Anda. Ada dua Bahan Mengajar yang kami tampilkan minggu ini. Bahan Mengajar yang pertama kami sajikan agak beda dari biasanya. Isinya adalah artikel yang dapat Anda bacakan atau dibaca sendiri oleh anak Anda. Artikel tersebut kami harapkan dapat membantu Anda dan Anak Anda dalam membentuk sikap pemaaf dalam dirinya. Bahan Mengajar yang kedua dapat dipakai dalam ibadah Sekolah Minggu untuk mengajarkan sikap mengampuni kepada anak. Selamat mengajar! Tim Redaksi "Sabarlah kamu seorang terhadap yang lain, dan ampunilah seorang akan yang lain apabila yang seorang menaruh dendam terhadap yang lain, sama seperti Tuhan telah mengampuni kamu, kamu perbuat jugalah demikian." (Kolose 3:13) < http://www.sabda.org/sabdaweb/?p=Kolose+3:13 > =^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^ o/ TIPS MENGAJAR Sekali lagi, untuk menanamkan suatu sikap positif dalam diri seorang anak, diperlukan teladan terlebih dahulu dari orangtua. Dalam hal menanamkan sikap pemaaf kepada seorang anak orangtua dituntut terlebih dahulu untuk memberi contoh sikap orang yang pemaaf. Semoga artikel yang berisi beberapa tips tentang memaafkan di bawah ini dapat menjadi acuan untuk menjadi teladan bagi anak-anak. MENANAMKAN SIKAP PEMAAF DALAM DIRI ANAK ======================================= Memaafkan tidak pernah merupakan pilihan. Tekankanlah kepada diri kita dan kepada anak-anak bahwa memaafkan adalah keharusan. Yesus menyuruh kita untuk memaafkan. Bila kita tidak mau memaafkan, Bapa kita di sorga tidak akan mengampuni kita (Matius 6). Salah satu cara juga untuk menanamkan sikap pemaaf kepada dalam diri seorang anak adalah dengan mengampuni mereka. Memaafkan bisa mendatangkan kesembuhan dan pemulihan bagi seorang anak. Kadang- kadang tindakan kita sebagai orangtua mengkomunikasikan ketidakmampuan untuk mengampuni anak kita. Inilah beberapa kelakuan yang mencerminkan ketidakmauan untuk memaafkan yang harus kita hindari: 1. Mendiamkan sang anak. 2. Tidak lagi mengasihi atau menarik kedekatan emosi kepada anak. 3. Terus menerus mengungkit-ungkit kegagalan dan kesalahan anak di masa lampau. 4. Sakit hati kepada si anak. 5. Mengkritik anak-anak kita. 6. Berkata bahwa kita mengampuni namun tidak sungguh-sungguh dengan kata-kata kita itu. Ke enam hal tersebut jika berusaha kita hindari, itu berarti Anda sudah mulai menanamkan benih "pemaaf" dalam diri anak kita. Memaafkan berarti melepaskan masa lampau. Kita menolak untuk memancing kesalahan dan kegagalan anak kita di masa lampau.Kita benar-benar memaafkan dan melupakan. Bersedialah untuk sering memaafkan. Anak-anak membutuhkan banyak pengampunan. Juga bersedialah minta maaf bila Anda melakukan kesalahan. Letakkan kata-kata ini dalam daftar kata-kata Anda, "Maukah kamu memaafkan Ayah dan Ibu?" Niscaya anak-anak kita akan tumbuh menjadi anak-anak yang pemaaf. Satu cara lagi untuk menanamkan "benih pemaaf" dalam diri anak-anak ialah dengan memaafkan mereka bahkan sebelum mereka meminta maaf/bertobat, dengan kata lain kita harus proaktif dalam memaafkan mereka. Pengampunan yang proaktif adalah: --------------------------------- 1. Memutuskan bahwa pengampunan bukanlah pilihan. 2. Memberitahukan kepada anak Anda bawha pengampunan senantiasa akan nyata dalam hubungan Anda dengan mereka. 3. Juga beritahukanlah kepada anak tentang kosekuensi bila mereka tidak taat. 4. Bersiaplah senantiasa untuk mengulurkan tangan. 5. Jangan menunggu Anak Anda untuk terlebih dahulu bertobat. 6. Bersiaplah senantiasa untuk mengkoreksi dan mengajar. 7. Jangan pernah menghakimi atau mengkritik. 8. Milikilah kesabaran dan pengertian senantiasa. 9. Jangan pernah mengingat-ingat kesalahan di masa lampau. 10. Harapkanlah selalu perubahan yang baru dan positif dalam diri kita dan anak-anak kita. Bahan diedit dari sumber: Judul Buku : 77 Kebenaran yang Hakiki dalam Membesarkan Anak: Dasar yang Saleh untuk Membesarkan Anak Judul Artikel Asli: Pengampunan Menyembuhkan Luka Batin Anak dan Ampunilah Anak Anda Sebelum Ia Bertobat Pengarang : Dr. Larry Keefauver Penerbit : Media Injil Kerajaan, Semarang Halaman : 131 - 132 dan 139 =^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^ o/ BAHAN MENGAJAR (1) Bahan mengajar berikut ini lain dari pada biasanya. Isinya adalah artikel yang ditujukan khusus untuk anak tentang bagaimana cara agar mereka menjadi anak yang rela memaafkan. Anda bisa membacakan artikel ini kepada mereka, atau biarkan mereka membaca sendiri dan Anda mendampingi mereka untuk menjelaskan beberapa hal yang mungkin mereka tidak mengerti. Setelah selesai membaca artikel ini, minta anak-anak untuk sharing tentang isinya dan kalau memungkinkan ajak mereka berkomitmen untuk menjadi anak yang dengan lapang hati rela memaafkan kesalahan orang lain. BAGAIMANAKAH CARANYA AGAR KAMU RELA MEMAAFKAN? ============================================== Seseorang mungkin pernah memperlakukan kamu dengan tidak baik. Mungkin seseorang telah berbohong tentang kamu, atau menipumu, atau mengambil teman-temanmu atau PR-mu, atau mengatakan kamu bodoh. Atau lebih parah lagi. Apakah yang bisa kamu perbuat ketika seseorang kejam atau menyakiti kamu? Seringkali hal yang terbaik adalah menemukan cara untuk memaafkannya. Terkadang sebelum kamu bisa memaafkan seseorang kamu perlu bicara kepada seorang dewasa yang kamu percayai. Kamu mungkin juga perlu melepaskan amarah yang kamu rasakan. Setelah itu, tibalah saat untuk berbicara dengan orang yang menyakitimu. Ketika itu kamu akan lebih siap memaafkannya. Penting juga kamu memaafkan dirimu sendiri kalau kamu terlanjur melakukan sesuatu yang kamu sesalkan. Bicaralah Kepada Orang Dewasa yang Kamu Percayai. ------------------------------------------------- Bicarakanlah tentang apa yang terjadi dengan seorang dewasa seperti ibumu, ayahmu, atau gurumu. Kalau seseorang telah menyakitimu, janganlah mengabaikannya atau pura-pura tidak terjadi. Kalau orang itu melanggar aturan di sekolah atau di rumah, katakanlah kepada guru atau orangtuamu. Kalau orang itu menyakitimu tanpa melanggar aturan, kamu mungkin masih perlu membicarakannya dengan seorang dewasa. Seseorang yang kamu percayai bisa membantumu menemukan apa yang harus kamu perbuat agar kamu merasa lebih baik. Lepaskan Amarahmu. ------------------ Berusaha menuntut balas adalah seperti melemparkan kayu kering ke dalam api. Kobaran apinya akan menyala semakin besar. Cara terbaik untuk memperhatikan perasaan marah adalah membuang amarahmu seperti bara panas. Sebab kalau tidak, amarah itu akan semakin menyakitimu. Amarah bisa membuatmu sakit. Amarah bisa menghalangimu dari melakukan hal-hal baik dan membuatmu kehilangan teman. Kamu mungkin berpikir, "Bagaimana caranya saya lepaskan amarah saya?" Ada banyak hal yang bisa kamu perbuat untuk melampiaskan amarahmu tanpa menyakiti siapa pun atau apa pun. Berikut ada beberapa idenya. 1. Tuliskan bagaimana perasaanmu, atau gambarlah "gambar marah". 2. Lakonkan apa yang terjadi dan betapa marah perasaanmu. Lakukan ini dengan seorang dewasa yang dengannya kamu merasa aman dan leluasa. 3. Libatkanlah diri dalam suatu olahraga yang memungkinkan kamu menggunakan seluruh enerjimu, seperti sepakbola, basket, tenis, atau karate. 4. Mandilah agar merasa lebih rileks. 5. Beristirahatlah, dengarkanlah musik yang tenang, atau tidurlah. 6. Lakukanlah sesuatu yang kamu sukai. Ini bisa menenangkanmu dan membantumu merasa lebih baik. 7. Berolahragalah! Larilah, melompatlah, secepat dan sekeras mungkin. 8. Tinjulah bantalmu. Ia tidak akan sakit dan ia tidak akan membalasmu. Bicaralah kepada Orang yang Menyakitimu. ---------------------------------------- Belajar memaafkan tidak berarti kamu tidak akan pernah membela diri. Itu tidaklah berarti kamu membiarkan orang terus menerus menyakitimu. Katakanlah bagaimana perasaanmu kepadanya. Kamu tidak perlu menggunakan kata-kata kejam atau marah. Umpamanya, mungkin temanmu membocorkan rahasiamu kepada anak-anak di sekolah. Kamu bisa mengatakan kepadanya, "Padahal aku mempercayakan rahasiaku itu kepadamu. Sekarang semua orang menggodaku. Aku sungguh sakit hati." Kalau mau, kamu juga bisa mengatakan apa yang kamu mau ia lakukan untuk meluruskannya. Terkadang ini mungkin, dan terkadang juga tidak mungkin. Kamu bisa saja mengatakan, "Aku mau kamu minta maaf". Atau, "Aku minta kamu berjanji tiak mengulanginya lagi". Dengarkanlah apa katanya. Terkadang orang tidak sengaja menyakiti sesamanya. Berikanlah kesempatan untuk menjelaskan. Maafkanlah Orangnya. -------------------- Kamu mungkin merasa tidak siap untuk langsung, memaafkannya. Ketika kamu sudah siap, katakanlah, "Aku maafkan kamu." Kalau kamu bersungguh-sungguh mengucapkannya, kamu seharusnya sudah merasa damai dalam hati. Lalu cobalah melakukan sesuatu yang menyenangkan baginya. Ini menunjukkan bahwa kamu bersungguh-sungguh dalam ucapanmu itu. Kamu bisa mengatakan, "Mau kue?" atau "Mau kusiapkan temapat duduk di Sekolah Minggu nanti?" Akankah temanmu tetap menjadi teman yang baik setelahnya? Apakah ia tidak akan pernah menyakitimu lagi? Kamu tidak bisa memastikannya. Tetapi kamu bisa memutuskan bagaimana kamu akan bersikap. Kamu bisa memutuskan untuk rela memaafkan. Maafkanlah Juga Diri Sendiri. ----------------------------- Bagaimana kalau kamu yang menyakiti orang lain? Kamu tidak akan bisa mengubah apa yang sudah terjadi, tetapi kamu bisa belajar dari sana. Dan kamu bisa memutuskan untuk melakukan kebenaran sekarang. Akuilah apa yang kamu perbuat. Janganlah menipu diri sendiri bahwa itu sepele. Katakanlah bahwa kamu menyesal. Tanyakanlah apa yang bisa kamu perbuat untuk mengkompensasikannya. Renungkanlah bagaimana kamu perlu bersikap lain kali. Kalau kamu butuh bantuan karena kamu sangat menyesal atau tidak tahu harus bagaimana, bicaralah kepada orang dewasa yang kamu percayai. Mintalah tolong kepadanya untuk menemukan cara untuk memaafkan diri sendiri. Temukanlah Kata-kata Memaafkan. ------------------------------- Renungkanlah kata-kata yang bisa kamu gunakan untuk menunjukkan kerelaanmu memaafkan. Renungkanlah sebanyak mungkin hal yang berbeda. Kalau mau, lakukanlah kegiatan ini dengan seorang teman atau dengan seseorang dalam keluargamu. Mungkin kamu bahkah bisa melakonkan adegan di mana kamu bisa menggunakan kata-kata tersebut. Berikut adalah beberapa ide untuk memulai: 1. Kata-kata untuk membicarakan tentang apa yang terjadi: "Kamu baik terhadapku kalau kita berduaan. Seandainya saja kamu pun demikian kalau ada orang lain.", 2. Kata-kata untuk memaafkan sesama: "Aku tahu kamu menyesal. Aku sudah tidak marah lagi.", 3. Kata-kata untuk memaafkan diri sendiri: "Aku telah belajar dari kesalahanku." Apakah ada berkat yang kamu dapatkan dari tulisan ini? Setelah kamu selesai membacanya, renungkanlah dan buatlah komitmen dalam dirimu sendiri untuk mulai sekarang kamu akan belajar memaafkan. Bahan diedit dari sumber: Judul Buku: Character Building untuk Anak-anak: Membangun Karakter untuk Anak-anak Usia Dini Pengarang : Barbara E. Lewis Penerbit : Karisma Publishing Group, Batam Centre, 2004 Halaman : 85 - 91 dan 95 =^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^ o/ BAHAN MENGAJAR (2) BERAPA KALIKAH KAMU HARUS MENGAMPUNINYA? ======================================== Ada dua orang yang telah berbuat salah. Orang yang pertama mencuri uang temannya lima ribu rupiah. Kemudian ia menyesal atas apa yang telah dilakukannya dan meminta ampun kepada temannya itu. Orang yang kedua membunuh seorang anak laki-laki. Ketika ia dipenjara, seseorang datang dan menceritakan tentang Tuhan Yesus kepadanya. Orang itu menerima Tuhan Yesus sebagai Juruselamatnya dan menjadi seorang pemimpin Kristen yang sungguh-sungguh. Ia sangat menyesal karena telah membunuh anak laki-laki itu dan memohon agar orang tua anak itu mau mengampuninya. Renungan Singkat tentang Pengampunan: ------------------------------------- 1. Perbuatan salah apakah yang dilakukan oleh orang pertama? Apakah perbuatan iut sama jahatnya dengan membunuh seorang anak laki-laki? Menurut kamu, apakah teman orang yang mencuri uang itu bersedia mengampuninya? 2. Perbuatan salah apakah yang dilakukan oleh orang kedua? Apakah pebuatannya itu lebih buruk daripada mencuri uang lima ribu rupiah? Menurut kamu, apakah orang tua anak itu bersedia mengampuni pembunuh anaknya? Maukah kamu mengampuninya seandainya kamu adalah salah seorang dari orang tua ini? Ketika orang pertama yang mencuri uang temannya itu meminta ampun, ia mengembalikan uang lima ribu rupiah yang telah dicurinya. Ia mengatakan bahwa ia sangat menyesal. Tetapi temannya bukanlah orang Kristen, dan ia tidak tahu banyak tentang pengampunan. Ia tidak pernah meminta Tuhan Yesus mengampuni kesalahannya. Oleh karena, ia berkata bahwa ia tidak akan mengampuni kesalahan temanya itu. Ketika orang kedua meminta ampun kepada orangtua anak itu, ia tidak dapat mengembalikan anak laki-laki yang telah dibunuhnya kepada orang tuanya. Ia tidak mungkin dapat melakukannya. Tetapi orangtua anak itu adalah orang Kristen. Mereka sangat mengasihi anak itu, tetapi mereka juga sangat mengasihi Tuhan Yesus. Mereka telah meminta ampun kepada Tuhan Yesus atas dosa-dosa mereka, dan mereka tahu itu, mereka juga mengampuni kesalahan orang itu. Bahkan mereka memberi sebuah Alkitab kepada orang itu dan berkata bahwa mereka akan mendoakannya. Renungan Singkat tentang Tuhan Yesus dan Kamu: ---------------------------------------------- 1. Mengapa orang yang pertama tidak mau mengampuni temannya? Mengapa orangtua anak itu mau membunuh anak mereka? Di manakah letak perbedaannya? 2. Sudahkah kamu meminta Tuhan Yesus mengampuni dosa-dosamu? Menurut kamu, sudahkah Ia mengampuni kamu? Pernahkah seseorang meminta supaya kamu mengampuni perbuatan yang telah dilakukannya? Apakah yang seharusnya kamu lakukan? Bacaan Alkitab: --------------- Markus 11:25 Kebenaran Alkitab: ------------------ Ampunilah dosa-dosa kami, ya Tuhan, seperti kami juga mengampuni orang lain yang telah bersalah kepada kami (Lukas 11:4). Doa: ---- Ya Tuhan Yesus, Engkau telah mengampuni saya. Ajarlah saya mengampuni orang lain juga. Amin! Bahan diedit dari sumber: Judul Buku: 100 Renungan Singkat Untuk Anak-anak Penulis : V. Gilbert Beers Penerbit : Yayasan Kalam Hidup, Bandung, 1986 Halaman : 68 - 69 =^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^ o/ DARI ANDA UNTUK ANDA Dari: rajana na70 <rajahena70@> >Syalom semua, >--cut-- >Saat ini saya studi di STTRII-Jkt, untuk program studi >M.Div, sekarang semester 6 (mudah-mudahan tahun terakhir ya..). >Juga sekaligus saya mohon bantuan teman-teman yang memiliki >pengalaman dalam menyelenggarakan Sekolah Injil Liburan (SIL), >untuk berbagi dalam menyusun contoh materi SIL. Saat ini saya >sedang dalam proyek untuk mengadakan SIL, karena itu penting bagi >saya untuk memiliki perbandingan dari berbagai sumber untuk >modifikasi acara yang bermutu dan relevan dengan anak-anak sekolah >minggu. > >Pelayanan saya saat ini di sekolah minggu GKRI-Petra, Jakarta. >Tentu kita semua mengetahui betapa pengaruh lingkungan di sekitar >anak sangat mempengaruhi pola pikir dan tindakannya. Itu sebab >dalam rencana SIL kali ini, saya bermaksud untuk merangkum dan >memadatkan materi acara sekaligus tidak membosankan bagi anak-anak. >Maka, sekali lagi saya sangat memohon bantuan rekan-rekan sekalian >untuk berbagi dengan saya. Thx & GBU. > >Raja HN Redaksi: Surat ini kami ambil dari milis diskusi e-BinaGuru. Kami postingkan dalam e-BinaAnak agar semakin banyak rekan-rekan yang dapat memberikan bantuan/masukan untuk Sdr. Raja HN ini. Silakan kirimkan informasi Anda kepada kami, atau jika ingin berhubungan langsung dengan Sdr. Raja HN ini, hubungi kami di < staf-BinaAnak@sabda.org > Marilah kita saling membantu demi kemajuan pelayanan anak dan kemulian nama-Nya. Publikasi e-BinaAnak pernah membahas juga tentang SAL di edisi 78/2002 yang isinya berupa kesaksian dari Sdri. Diana. Mudah-mudahan sharing tersebut dapatmenambah informasi untuk Sdr. Raja HN. Anda dapat mengakses edisi e-BA 78/2002 di alamat: ==> http://www.sabda.org/pepak/e-binaanak/078/ =^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^ o/ MUTIARA GURU Rencana pelajaran mingguan saya: Hari ini saya akan mengingatkan diri saya sendiri dan orang lain bahwa kesalahan juga merupakan pelajaran =^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^ Staf Redaksi: Davida, Oeni, dan Ratri Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA Didistribusikan melalui sistem network I-KAN Copyright(c) e-BinaAnak 2004 YLSA =^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^ Untuk berlangganan kirim e-mail ke: <subscribe-i-kan-BinaAnak@xc.org> Untuk berhenti kirim e-mail ke: <unsubscribe-i-kan-BinaAnak@xc.org> Untuk Arsip e-BinaAnak: http://www.sabda.org/publikasi/e-binaanak/ Pusat Elektronik Pelayanan Anak Kristen: http://www.sabda.org/pepak/
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |