Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-binaanak/179 |
|
e-BinaAnak edisi 179 (27-5-2004)
|
|
><> Milis Publikasi Elektronik untuk Para Pembina Anak <>< Daftar Isi: Edisi 179/Mei/2004 ~~~~~~~~~~~ o/ SALAM DARI REDAKSI o/ ARTIKEL (1) : Bermain Sambil Belajar o/ ARTIKEL (2) : Permainan Yang Mengasah Ketrampilan o/ BAHAN MENGAJAR : Taruh di Sakumu o/ DARI ANDA UNTUK ANDA : Pembentukan Pengurus Kelompok Kerja Pembina Anak o/ MUTIARA GURU =^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^ Korespondensi dan kontribusi bahan dapat dikirimkan ke staf Redaksi: <staf-BinaAnak@sabda.org> atau <owner-i-kan-BinaAnak@xc.org> =^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^ o/ SALAM DARI REDAKSI Salam dalam kasih Yesus Kristus, Bermain merupakan kegiatan yang paling menyenangkan bagi setiap anak. Saat bermain mereka selalu bergerak, seakan-akan tidak mengenal rasa lelah. Saat melihat anak-anak atau murid Anda bermain, evaluasilah permainan yang sedang mereka lakukan. Apakah permainan itu hanya memberikan kesenangan saja ataukah melalui permainan itu anak-anak juga dapat belajar sesuatu? Nah ... sajian Artikel kami minggu ini akan menolong Anda untuk mengerti lebih banyak tentang manfaat permainan bagi anak-anak. Selain itu kami juga menyajikan Bahan Mengajar yang dapat Anda pakai untuk mengajar di Sekolah Minggu. Juga, jangan lupa Anda tengok Mutiara Guru minggu ini, karena kami yakin dapat menjadi berkat bagi pelayanan Anda. Selamat membaca! Tim Redaksi "Dan jalan-jalan kota itu akan penuh dengan anak laki-laki dan anak perempuan yang bermain-main di situ." (Zakharia 8:5) < http://www.sabda.org/sabdaweb/?p=Zakharia+8:5 > =^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^ o/ ARTIKEL (1) BERMAIN SAMBIL BELAJAR ====================== Buat anak balita, bermain adalah pekerjaannya. Makanya dikatakan, dunia anak adalah dunia bermain. Namun, sambil bermain, sebenarnya anak belajar, yaitu mengembangkan seluruh aspek dalam dirinya. DEFINISI Bermain ialah kegiatan yang dilakukan berulang-ulang demi kesenangan, tanpa ada tujuan atau sasaran yang hendak dicapai. Jadi, apa pun kegiatannya, bila dilakukan dengan senang bisa dikatakan bermain. Pun bila sebenarnya bekerja, misal, membantu ibu memotong sayur di dapur, tapi karena dilakukan dengan senang dan atas inisiatif si anak, maka pekerjaan itu baginya dinamakan bermain. Begitu pula bila inisiatif bermain atas ajakan orangtua, tetap dikatakan bermain, asalkan anak senang melakukannya. Sebaliknya, jika anak melakukan perbuatan yang kita anggap bermain, tapi dengan terpaksa atau karena dipaksa, maka tak bisa dikatakan bermain. Itu sebab, bermain dikatakan sebagai kegiatan inklusif dan inheren, yaitu muncul atas motivasi dari dalam diri dan tak perlu diajarkan lagi. Soalnya, sejak bayi memang ada kebutuhan bermain. Namun begitu, suatu kegiatan baru dikatakan bermain bila dilakukan setelah usia 3 bulan. Sebelum usia 3 bulan, kegiatannya lebih banyak menggambarkan refleksnya. Setelah usia 3 bulan, kegiatannya didasarkan dorongan untuk mencapai kesenangan. Definisi bermain berlaku sampai tua. Hanya, orang dewasa menyebutnya bukan bermain, melainkan berekreasi. Sementara bermain untuk anak usia sekolah bukan atas dorongan semata, tapi juga disertai rasa ingin menang. Jadi, belum pantas bila anak balita dipacu untuk menang semisal mengikuti lomba-lomba yang menekankan kesempurnaan hasil. Hal ini sama saja dengan merampas hak anak. MANFAAT BERMAIN Manfaat bermain amat banyak dan selalu menyangkut tiga ranah yaitu: 1. Fisik-Motorik ------------- Anak akan terlatih motorik kasar-halusnya. Dengan bergerak, ia akan memiliki otot-otot tubuh yang terbentuk secara baik dan lebih sehat. 2. Sosial-Emosional ---------------- Anak merasa senang karena ada teman bermainnya. Di tahun-tahun pertama kehidupan, orangtua merupakan teman bermain yang utama bagi anak. Ini membuatnya merasa disayang dan ada kelekatan dengan orangtua, selain belajar komunikasi dua arah. 3. Kognisi ------- (Berhubungan dengan berpikir/kecerdasan) Anak belajar mengenal atau punya pengalaman mengenai objek- objek tertentu seperti: benda dengan permukaan kasar-halus, rasa asam, manis, dan asin. Ia pun belajar perbendaharaan kata, bahasa, dan berkomunikasi timbal balik. Makin usia bertambah, ia pun tertarik memperhatikan sesuatu, memusatkan perhatian dan mengamati, misal, kala diperlihatkan buku-buku bergambar. Pada anak-anak yang mengalami gangguan seperti autisme atau hiperaktif, lewat media bermain juga dilatih berkonsentrasi, mengenal warna atau bentuk, dan sebagainya. Anak autis juga dilatih untuk bisa melakukan kontak dengan orang lain; sedangkan anak hiperaktif atau gangguan atensi dilatih untuk memperhatikan dengan lebih sabar dan mau mencoba menyelesaikan tugasnya. HARUS SEIMBANG Kita hendaknya tak cuma mengembangkan aspek tertentu. Kalau tidak, misal, hanya aspek kognisinya yang distimulasi sejak dini agar cerdas, bisa-bisa anak jenuh. Berdasarkan studi banding di Amerika Serikat, dilakukan penelitian longitudinal terhadap anak-anak TK antara kelompok yang diberikan program 3 M (membaca, menulis, menghitung) dengan yang tidak, ternyata 10 tahun kemudian kemampuan akademis mereka sama. Bahkan, anak yang dirangsang terlalu dini, akhirnya mengalami gangguan-gangguan emosi, tak mau sekolah, berperilaku menyimpang, atau memberontak. Seimbangkan juga kegiatan fisik dengan kegiatan di tempat seperti main lego, meronce, atau menggambar. Meski si anak tipe aktif yang tak suka permainan diam di tempat atau sebaliknya, kita tetap harus menyeimbangkannya. Jadi, anak harus punya kesempatan bermain yang melibatkan fisiknya, selain bermain yang perlu ketekunan. Dengan begitu, wawasannya jadi luas. Bila ia hanya bermain secara fisik terus, anak kurang mendapat kesempatan memperoleh berbagai pengetahuan dan kurang terlatih ketekunan serta konsentrasinya. Sebaliknya, jika hanya bermain di tempat, tapi kurang kegiatan fisik, ia jadi kurang terampil pada kegiatan luar yang akan berdampak pada sosialisasi dengan teman-temannya kelak, juga mempengaruhi kepercayaan dirinya. Jadi, bila ia keasyikan bermain di tempat, dorong ia bermain di luar rumah (outdoor). Ajak ia bermain ayunan, meniti di atas balok, bermain bola, atau melompat. Selain melatih ketrampilan fisiknya, bermain di luar memberinya kesempatan bertemu teman sebayanya. Ia pun bisa bebas mengekspresikan emosinya: bebas berteriak, jingkrak-jingkrak. Dengan demikian, selain fisik motoriknya berkembang, juga emosi-sosialnya. TAK PERLU MAHAL Bermain sambil belajar bisa dilakukan melalui aktivitas: 1. Kegiatan fisik. --------------- Maksudnya merangkak, berjalan, berayun, atau ciluk-ba. Dalam merangkak, misal, selain melatih motorik kasarnya, juga mengaktifkan otak kanan dan kirinya. Jadi, saat anak merangkak, kita bisa menemaninya (ikut merangkak) semisal "berlomba" sampai tujuan tertentu. Ketika ia mulai belajar berjalan dengan cara merambat, tirukan dan ajaklah ia "berlomba". Hingga, ia terdorong melatih motorik kasarnya, selain juga mendekatkan hubungan dengan ayah-ibu. 2. Memanfaatkan benda-benda yang ada. ---------------------------------- Anak bisa bereksplorasi dengan barang-barang rumah tangga, semacam centong kayu dengan panci sebagai alat musik, belajar memutar atau memasukkan wadah dengan tutupnya, atau bermain dengan cermin, dan lainnya. 3. Menggunakan alat permainan edukatif. ------------------------------------ Alat permainan edukatif adalah alat yang sengaja dirancang untuk tujuan tertentu. Syaratnya: a. Dapat digunakan dalam berbagai cara atau dapat dibuat dalam macam-macam bentuk, dengan macam-macam manfaat dan tujuan. Misal, mainan balok-balok atau meronce, yang bisa disusun sesuai kehendak, apakah diurutkan dari yang besar ke kecil ataukah berdasarkan warna/bentuk tertentu. Selain melatih motorik halus, juga pengenalan warna, bentuk, dan ukuran. Lilin mainan atau playdough juga termasuk mainan edukatif karena bisa mendorong imajinasi anak dan melatih jari- jemarinya, meski sebelumnya kita harus memberi contoh bagaimana menggunakannya. Kalau tidak, anak tak tahu mau diapakan karena permainan ini tak terstruktur. b. Ditujukan untuk anak usia di atas 1,5 tahun dan berfungsi mengembangkan berbagai aspek perkembangan, baik fisik, emosi, sosial, atensi, serta kognisi, entah berupa daya nalar, bahasa, konsep dasar, warna, bentuk, dan lainnya. Anak usia 10 bulan juga sudah bisa dikenalkan dengan puzzle tunggal, dikenalkan pada warna dan binatang. c. Aman bagi anak, baik dari cat, warna, serta bahan dasarnya yang rapi atau tak tajam. Jadi, perhatikan kalau-kalau catnya mudah terkelupas atau permukaannya runcing. d. Membuat anak terlibat secara aktif atau melakukan sesuatu. Beda dengan mendengarkan cerita atau menonton TV yang hanya pasif mendengarkan dan melihat di mana anak tak aktif melakukan sesuatu dengan intensif. e. Sifatnya konstruktif. Jadi, ada sesuatu yang dihasilkan dari apa yang ia buat, entah bermain lego, balok, atau menggambar, misal. Jika alat permainan edukatif tak bisa terbeli karena keterbatasan ekonomi, kita bisa berkreasi dengan membuatnya dari bahan-bahan yang ada di sekitar rumah. Misal, bagi yang tinggal di dekat pantai bisa menggunakan kumpulan kerang-kerang aneka bentuk dan ukuran yang telah dicuci bersih. Anak bisa diminta menyusun dari ukuran yang besar ke kecil atau dibuat bentuk tertentu, dironce. Jadi, asalkan orangtua kreatif, sebenarnya mainan tak perlu mahal, tapi bisa dibuat sendiri. Misal, untuk melatih indera pendengaran, isilah botol bekas dari bahan kaleng dengan sesuatu agar berbunyi kala dikocok; untuk mengenalkan warna, bisa diambil berbagai jenis bunga atau buah. Kulit jeruk atau kotak korek api bisa dibuat mobil- mobilan. Pun bila ingin punya puzzle, kita bisa membuatnya dari potongan gambar di majalah yang ditempelkan ke kertas karton lantas dipotong-potong membentuk puzzle. Tentu tinggal menyesuaikan dengan usia anak; untuk usia lebih dini, dibuat puzzle tunggal, misal, gambar gajah utuh atau bunga mawar utuh; untuk tahapan selanjutnya, puzzle bisa lebih rumit lagi. Bahan diedit dari sumber: Judul Majalah: Nakita - Mainan dan Permainan Penerbit : PT Sarana Kinasih Satya Sejati, Jakarta, 2001 Halaman : 4 - 5 =^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^ o/ ARTIKEL (2) PERMAINAN YANG MENGASAH KETRAMPILAN =================================== Setiap anak dilengkapi dengan energi yang tidak ada habis-habisnya untuk terus bergerak dengan lincahnya. Mengenal dan menerima perbedaan-perbedaan pada anak yang seusia akan memudahkan para guru untuk bersikap fleksibel dalam mengatur kegiatan-kegiatan untuk memenuhi kebutuhan setiap anak. Permainan yang mengasah ketrampilan, misalnya puzzle, menyusun balok, menyambung balok, dan bongkar pasang adalah permainan- permainan yang sesuai untuk kegiatan berkelompok yang membutuhkan tingkat kemampuan yang tinggi. Sediakan permainan-permainan yang menantang anak untuk mengasah ketrampilannya. Keberhasilan dalam menggunakan permainan itu tergantung pada kesabaran, koordinasi dan ketangkasan anak tersebut tanpa melihat berapa usianya. Misalnya, kebanyakan anak yang berusia di bawah dua tahun memerlukan puzzle yang hanya terdiri dari tiga atau empat keping. Setiap keping harus berupa gambar utuh sebuah benda (kucing, drum, dll.). Seiring dengan perkembangan anak, mereka akan menikmati puzzle dengan jumlah kepingan yang lebih banyak dan merupakan potongan-potongan dari sebuah benda. Ketika Anda melihat seorang anak mulai frustasi dengan sebuah puzzle, dekati dan berikan saran-saran yang menyemangati anak untuk menyelesaikan sendiri puzzle tersebut. "Mungkin kepingan puzzle itu akan lebih pas jika dibalik. Bagian yang ini berwarna merah. Bisakah kamu mencari yang lainnya yang berwarna merah yang cocok ditempatkan disini?" Berikan ucapan terima kasih dan dukungan pada setiap usaha anak tersebut. Anak-anak akan lebih senang berpartisipasi dalam kegiatan ini jika Anda meletakkan kepingan puzzle di lantai atau di atas meja. Mulailah menyusun permainan itu bersama-sama. Ajaklah seorang anak untuk mulai menyusun sendiri atau membantu menyelesaikan apa yang sedang Anda kerjakan. Permainan yang mengasah ketrampilan membantu anak untuk mendapatkan rasa puas terhadap kemampuannya. Permainan-permainan ini memberikan sebuah kesempatan bagi seorang anak untuk bekerja sendiri atau berkelompok. Anak bisa belajar untuk berbagi dan memberi kesempatan. Ketika seorang anak sedang menyusun puzzle atau membangun sebuah menara dengan balok-balok, dia belajar untuk berpikir, berpendapat, dan menyelesaikan masalah. Bermain dengan permainan yang mengasah ketrampilan juga menolong anak-anak untuk membangun koordinasi antara mata dan tangan mereka sehingga bisa menyiapkan anak untuk belajar membaca dengan menolong mereka membedakan bentuk dan pola- pola. Rencanakan untuk mulai membuat sebuah bangunan atau menyusun puzzle sebanyak beberapa kali saat kegiatan memahami Alkitab. Seorang anak bisa benar-benar belajar ketika dia berhasil dalam belajar. Dan mengulang kembali kegiatan itu akan menolong anak untuk mendapatkan kembali keberhasilannya. PERANAN GURU Guru memiliki empat tugas utama dalam membimbing anak-anak menggunakan permainan yang mengasah ketrampilan sebagai sumber- sumber yang menolong dalam mempelajari Alkitab. 1. Pilihlah permainan yang mengasah ketrampilan yang bisa benar- benar digunakan oleh kelompok usia anak. Misalnya, guru yang mengajar anak usia 2 sampai 3 tahun harus memilih puzzle yang jumlahnya tidak lebih dari delapan atau sepuluh keping, sedangkan anak yang berusia 4 atau 5 tahun akan tertantang untuk menyelesaikan puzzle yang terdiri dari 12-15 keping. Hindari menggunakan permainan atau puzzle kecil-kecil yang berjumlah banyak bagi anak yang berusia 2 tahun atau dibawah 3 tahun. Bagi anak yang berusia lebih tua, pilih permainan yang menawarkan tantangan. Jika kelas Anda terdiri dari anak-anak dari berbagai usia, pilihlah benda- benda yang bisa digunakan dengan aman dan dapat dinikmati oleh semua anak. 2. Mainkan permainan Anda sendiri untuk menstimulasi perhatian anak- anak. Tetapi jangan membuat permainan yang rumit yang justru akan membuat anak merasa bahwa usahanya tidak memuaskan. Anak-anak senang dengan kegiatan membuat pola dengan berbagai permainan yang mengasah ketrampilan. "Kakak akan membuat modelnya, lalu kalian membuat model yang sama dengan yang Kakak buat.", 3. Penting untuk mendampingi anak pada saat kegiatan dimulai dan pada saat anak berusaha untuk menyelesaikan permainan itu. Satu cara pendekatan yang efektif adalah dengan mengatur anak agar bergantian dalam mengerjakannya: "Kakak akan meletakkannya di satu tempat, lalu kalian meletakkan di tempat yang lainnya.", 4. Buatlah percakapan untuk menghubungkan kegiatan anak tersebut dengan tujuan pelajaran. "Kamu pasti telah mengerjakan tugasmu untuk menyusun puzzle ini dengan baik dengan menggunakan kedua tanganmu. Di rumah, kegiatan apalagi yang bisa kamu lakukan dengan tanganmu untuk menolong orang lain?" "Kakak senang kalian bergembira di pagi hari ini. Kakak senang kita bisa berkumpul bersama-sama di gereja kita ini." KARAKTERISTIK TINGKAT USIA Karena kebanyakan permainan kecerdasan membutuhkan koordinasi yang baik antara tangan dan mata, Anda sebaiknya memperhatikan kemajuan yang nyata/jelas dari kemampuan anak-anak untuk menguasai permainan ini seiring dengan pertambahan usia mereka. Selain itu, rencanakan untuk lebih sering mengulang kegiatan yang sama bagi anak-anak yang lebih muda daripada anak-anak yang lebih tua (beberapa kali menyusun puzzle yang sama bersama-sama, membuat bangunan yang sama, dll.). Seringkali tingkat kesabaran dan perhatian anak berkembang bersama- sama dengan otot kecil pengendali. Anak-anak yang lebih muda lebih senang menyelesaikan langkah-langkah yang singkat, membongkar apa yang sudah dikerjakan dan memulainya lagi berulang kali, sedangkan anak-anak yang lebih tua lebih senang mengerjakan tugas-tugas yang membutuhkan waktu lebih lama dan lebih kompleks. Harus diingat, dua orang anak yang seusia mungkin saja menunjukkan perbedaan yang mencolok dalam perkembangannya. Oleh karena itu pilihlah bahan-bahan yang bisa digunakan secara fleksibel, dan bisa diterima oleh semua anak dengan tingkat ketrampilan yang berbeda-beda. Bahan diterjemahkan dan diedit dari sumber: Judul Buku : Sunday School Smart Pages Judul Artikel Asli: Skill Toys: Puzzles, Pegs, and Patterns Editor : Wes and Sheryl Haysted Halaman : 63 - 64 =^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^ o/ BAHAN MENGAJAR TARUH DI SAKUMU =============== Alat Peraga: ------------ Benda-benda yang dapat ditaruh di dalam saku. Ayat Alkitab: ------------- 1 Tesalonika 3:13 Tema: ----- Taruh kasih Tuhan di dalam sakumu. Penyampaian: ------------ Siapa yang punya saku pada baju yang kamu pakai? Periksalah dan lihatlah -- berdirilah kalau perlu. (Tunggu jawaban anak-anak). Apakah kamu menaruh sesuatu dalam sakumu itu hari ini? Mungkin kamu membawa uang untuk persembahan atau sapu tangan? Saku-saku baju adalah tempat yang baik untuk membawa barang-barang. Ada orang-orang yang menaruh dompet atau kunci mereka di dalam sakunya. Ada anak-anak yang suka menaruh berbagai benda seperti batu-batu kecil, krayon, dan permen di dalam sakunya. yang penting, kamu harus ingat untuk mengeluarkan semua itu dari sakumu dan pastikan sakumu kosong, sebelum kamu menaruh bajumu di keranjang cucian. Pikiran kita, hati kita, dan jiwa kita juga seperti saku-saku itu. Kita dapat mengosongkan saku-saku pikiran kita, hati kita, dan jiwa kita di hadapan Tuhan dalam doa. Kita tidak dapat memberikan batu-batu, krayon, kunci, atau benda- benda lain yang ada di dalam saku kita itu kepada Tuhan. Tetapi kita dapat membawa semua perasaan sedih kita, perasaan bahagia, dan semua pikiran kita, dan membagikannya dengan Tuhan dalam doa. Kita dapat mengosongkan saku-saku kita bagi Tuhan, tetapi kita juga dapat mengisi saku-saku kita, hati kita, pikiran kita, dan jiwa kita -- dengan janji-janji Tuhan yang besar bagi kita. Kita dapat menyimpan janji dan kasih Tuhan yang besar di dalam saku- saku jiwa kita. Doa: ---- Ya Tuhan, terima kasih atas kasih-Mu bagi kami. Kami bersukacita sebab Engkau mempedulikan kami dan mau mendengarkan kami. Kiranya kami mengisi saku-saku kami dengan kasih-Mu yang agung itu. Amin! Bahan diedit dari sumber: Judul Buku: Ceritakan untuk Anak-anak Sekolah Minggu: Sebuah Sumber Ibadah Pengarang : Donna McKee Rhodes Penerbit : Gospel Press, Batam Centre, 2002 Halaman: : 141 - 142 =^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^ o/ DARI ANDA UNTUK ANDA Dari: <Fero.Nica@> >Kami mengundang kepada rekan-rekan GSM yang ingin ikut serta >aktif dalam membina anak dari Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) pada >tanggal 29 Mei 2004 ini (hari Sabtu) pk 13.30 WIB akan mengadakan >pembentukan pengurus Kelompok Kerja Pembina Anak, bagi yang >berminat dapat menghubungi LAI untuk pendaftaran/konfimasi >(sebutkan saja Nama, Asal Gereja dan berapa orang yang akan >diundang) sebaiknya yang datang adalah Koordinator dari Sekolah >Minggu gereja setempat. Ayoo... bergabunglah bersama kami dalam >menjaring dan memperluas kerajaan Allah agar anak-anak mau menjadi >Sahabat Alkitab. >Tuhan memberkati, >Feronica Redaksi: Bagi rekan-rekan yang ingin mengembangkan diri di bidang pelayanan anak, segeralah mendaftarkan diri. Jangan lupa untuk menyebarkan kabar ini kepada rekan-rekan lainnya. Kepada Sdri. Fero, jangan lupa sharingkan hasil pembinaan ini ke e-BinaAnak ya, siapa tahu guru-guru Sekolah Minggu dari luar kota Jakarta juga dapat menerima berkatnya. =^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^ o/ MUTIARA GURU Rencana pelajaran mingguan saya: Hari ini saya akan mengajarkan pentingnya usaha penuh dedikasi dan ketekunan. =^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^ Staf Redaksi: Davida, Oeni, Ratri, dan Kristian Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA Didistribusikan melalui sistem network I-KAN Copyright(c) e-BinaAnak 2004 YLSA http://www.sabda.org/ylsa/ =^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^ Untuk berlangganan kirim e-mail ke: <subscribe-i-kan-BinaAnak@xc.org> Untuk berhenti kirim e-mail ke: <unsubscribe-i-kan-BinaAnak@xc.org> Untuk Arsip e-BinaAnak: http://www.sabda.org/publikasi/e-binaanak/ Pusat Elektronik Pelayanan Anak Kristen: http://www.sabda.org/pepak/ ><> ========= PUBLIKASI ELEKTRONIK UNTUK PEMBINAAN ANAK ========== <><
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |