Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-binaanak/182 |
|
e-BinaAnak edisi 182 (17-6-2004)
|
|
><> Milis Publikasi Elektronik untuk Para Pembina Anak <>< Daftar Isi: Edisi 182/Juni/2004 ~~~~~~~~~~~ o/ SALAM DARI REDAKSI o/ ARTIKEL : Guru Sebagai Pendidik o/ TIPS MENGAJAR : Mendidik Murid untuk Belajar o/ BAHAN MENGAJAR : Hidup Rukun dengan Orang Lain o/ DARI ANDA UNTUK ANDA : Tanya Alat Peraga o/ MUTIARA GURU =^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^ Korespondensi dan kontribusi bahan dapat dikirimkan ke staf Redaksi: <staf-BinaAnak@sabda.org> atau <owner-i-kan-BinaAnak@xc.org> =^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^ o/ SALAM DARI REDAKSI Salam dalam kasih Tuhan, Mendidik seorang anak merupakan bagian penting dari tugas dan kewajiban seorang guru, karena setiap guru haruslah juga seorang pendidik. Jika kita sudah terpanggil untuk terjun dalam dunia pendidikan dan pelayanan anak, Anda harus mau dan bisa mendidik murid-murid Anda. Untuk itu berusahalah untuk terus mengembangkan potensi itu dalam diri Anda demi kemajuan pelayanan Anda. e-BinaAnak minggu ini akan membahas secara khusus tentang telenta guru dalam mendidik. Melalui sajian-sajian ini Anda akan belajar tentang pentingnya peranan yang harus dijalankan guru sebagai seorang pendidik, khususnya di Artikel yang berjudul "GURU SEBAGAI PENDIDIK". Sedangkan dalam Kolom Tips Mengajar, Anda akan belajar tentang beberapa prinsip yang perlu diperhatikan guru dalam mendidik anak untuk belajar. Melalui kantung-kantung kecil berisi dua permen coklat, Anda bisa menolong anak-anak untuk hidup rukun dengan orang lain. Bagaimana caranya? Anda bisa temukan dalam Kolom Bahan Mengajar. Semoga semua bahan yang kami sajikan ini dapat semakin mendorong Anda untuk menggali dan mengembangkan potensi Anda dalam hal mendidik. Tuhan memberkati! Tim Redaksi "Ia mendidik kita supaya kita meninggalkan kefasikan dan keinginan-keinginan duniawi dan supaya kita hidup bijaksana, adil dan beribadah di dalam dunia sekarang ini." (Titus 2:12) < http://www.sabda.org/sabdaweb/?p=Titus+2:12 > =^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^ o/ ARTIKEL GURU SEBAGAI PENDIDIK ===================== Adalah celaka jika kita mau mendirikan sekolah, yang lebih dahulu dipikirkan adalah gedungnya, tetapi kemudian tidak mempunyai guru atau dosen yang baik. Celakalah kalau sekolah mempunyai fasilitas yang terbaik, tetapi guru-gurunya bermutu rendah. Jadi yang terutama adalah kebutuhan akan guru-guru yang bermutu tinggi. Kalau tidak ada guru yang baik, jangan harap bisa mendirikan pendidikan yang baik. Ini hal yang utama. Seorang guru yang baik adalah guru yang tidak dikuasai dan berada di bawah situasi. Ia dapat mencari posisi yang baik untuk mengajar dan selalu akan berada di atas situasi. Jika guru sibuk sendiri mengatur anak-anak untuk diam, maka akhirnya guru itu sendiri yang paling tidak bisa diam. Guru yang baik akan memberikan perintah ataupun mengajar tidak dengan suara keras, tetapi justru dengan wibawa yang lebih kuat dari suaranya. Pada saat mengajar, mata perlu bisa melihat seluruh pendengar, dan menggunakan sorotan mata untuk bisa menguasai setiap pendengar, sehingga jiwa-jiwa itu terpaku kepadanya. Banyak orang takut melihat mata saya, padahal saya orang biasa. Namun, pada saat saya naik ke mimbar, saya menguasai mereka dengan mata. Penguasaan mata mempunyai kekuatan yang jauh lebih berbicara dibandingkan dengan kalimat-kalimat yang disampaikan. Mata bisa berkuasa menembus jiwa orang. Ketika mendapat kesempatan untuk mengajar di sekolah, saya minta kepada kepala sekolah untuk mengajar kelas yang paling nakal. Saya mencoba menguasai kelas itu dan mencapai banyak kemajuan dan terus bertekad untuk maju. Alkitab mengajar kita untuk memiliki hati berani, yang sadar, dan yang penuh dengan kasih. Berani bukan untuk liar, dan penuh kasih bukan untuk "banjir", tetapi berani yang diikat oleh kasih, dan kasih yang diikat oleh kesadaran. Terapkanlah teknik mengajar seperti ini dengan dilandasi satu kesadaran, yaitu Anda sedang berhadapan dengan jiwa-jiwa yang berpotensi untuk membangun atau merusak masyarakat, dan sekaligus menyadari betapa pentingnya jiwa anak-anak. Dengan kesadaran akan pentingnya hal ini, maka dengan sendirinya akan mengubah cara Saudara mengajar mereka. Ini yang disebut "the existential encounter caused by the existential consciousness" (semacam kesadaran eksistensial yang mengakibatkan secara otomatis terjadi perubahan eksistensial dalam menghadapi anak-anak). Itu merupakan suatu hal yang tidak bisa diuraikan dengan kalimat, karena pengertiannya melebihi kalimat, yaitu berupa kesadaran akan nilai yang berbeda, dan kesadaran itu akan menanamkan konsep nilai yang baru. Dulu Saudara memandang mereka sebagai anak- anak nakal yang selalu akan mengganggu. Sekarang Saudara melihat mereka sebagai jiwa-jiwa berharga yang masih Tuhan percayakan untuk dididik. Perasaan dan kesadaran sedemikian pasti mengubah Saudara menjadi "air hidup" yang tidak akan pernah merasa kekeringan. Dari hidup Saudara akan mengalir cinta kasih yang tidak pernah habis, mengalir terus-menerus. Bukan hanya demikian, setiap kali Saudara melihat seorang anak, Saudara akan melihat satu oknum yang memiliki satu unsur yang disebut "diri". "Diri" ini ada di dalam dia, seperti juga "diri" ini ada di dalam Saudara sendiri, sehingga mungkin bagi kita untuk mengasihi dirinya seperti Saudara mengasihi diri sendiri. Ini merupakan kontak antara pribadi dengan pribadi. Saya tidak ingin guru-guru sekolah hanya mengontak muridnya dengan peraturan- peraturan sekolah atau dengan pengajaran dan kurikulum sekolah. Saya lebih senang guru mempunyai kontak dengan muridnya berupa kontak dari jiwa ke jiwa, dari hati ke hati, dari pikiran ke pikiran, dan dari emosi ke emosi. Berarti terjalinnya suatu hubungan antara pribadi dengan pribadi. Kalau perasaan itu keluar dari oknum dan menuju kepada oknum, dimana oknum yang kedua mempunyai perasaan yang secara pribadi dan secara eksistensial telah dipengaruhi oleh oknum yang lain, maka ia akan berubah. Ini adalah rahasia kesuksesan seseorang. Orang lain tidak memandang Saudara di dalam jabatan sebagai guru atau kepala sekolah, atau yang lain, tetapi memandang Saudara sebagai pribadi. Biarlah Saudara tampil sebagai pribadi yang dihormati dan dikagumi oleh murid-murid, dimana kehadiran Saudara diharapkan untuk memberikan berkat dan kebenaran kepada mereka. Timbulnya perasaan seperti ini akan mengakibatkan pendidikan menjadi suatu aktivitas yang hidup, bukan aktivitas yang staffs. Kehadiran Saudara diharapkan akan membuat murid-murid menjadi senang, dan merupakan suatu berkat bagi mereka, bukan sebagai hal yang mengikat dan menakutkan. Mengapa ada orang yang baru berbicara dua menit, sudah terasa begitu lama dan mengantuk, dan mengapa ada orang yang sudah berbicara lebih dari satu jam, tetapi orang merasa begitu singkat? Ini bukan teknik berbicara semata, tetapi ini merupakan masalah "person to person interest"; "person to person influence"; dan "person to person communication". Hal ini penting sekali. Jika tidak ada kontak dari pribadi ke pribadi dalam penginjilan pribadi, maka ketika diinjili, orang yang diinjili selalu merasa ingin lari. Jadilah seorang pribadi yang mengontak pribadi yang lainnya. Ini akan menjadikan Anda sebagai guru yang sukses. Jika pada suatu saat saya harus ceramah, namun saya tidak hadir, hanya mengirimkan kaset ceramah itu kepada Anda, apakah itu dapat dianggap sama dengan kehadiran saya? Saya rasa tidak. Jelas berbeda karena pribadi saya tidak hadir. Sekalipun sudah memiliki banyak pengetahuan akan pendidikan, jangan harap Saudara sudah langsung dapat menjadi guru. Mark Twain mengatakan jika seorang mempunyai bakat di dalam, tetapi tidak dapat menyatakan keluar, itu berarti ia belum ada bakat. Bakat itu harus bisa dikomunikasikan dari pribadi ke pribadi. Kalau itu tidak ada, berarti belum sukses. Bahan diedit dari sumber: Judul Buku : Arsitek Jiwa Penulis : Pdt. dr. Stephen Tong Penerbit : Lembaga Reformed Injili Indonesia, Jakarta, 1993 =^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^ o/ TIPS MENGAJAR MENDIDIK MURID UNTUK BELAJAR ============================ Talenta mendidik yang Anda miliki tidak akan ada gunanya jika tidak Anda praktekkan dalam kehidupan mengajar Anda. Salah satu tindakan yang dapat kita lakukan adalah mendidik mereka dalam hal belajar. Secara kongkret dan praktis, untuk mendidik peserta didiknya dalam hal belajar, guru dapat memperhatikan beberapa prinsip berikut ini. 1. Hargailah pendapat peserta didik meskipun tampak dan kedengaran kurang tepat (bandingkan dengan Roma 14:1-2). Berilah terlebih dahulu penghargaan bahwa peserta didik itu telah rela memberikan pendapatnya. Kemudian, seperlunya berilah koreksi positif dan konstruktif. Usahakan memberikan perbaikan pemikiran dari sudut mana peserta didik memandang. Cara pandang guru dengan peserta didik tidaklah selalu sama. 2. Hargailah peserta didik sebagai seorang pribadi, meskipun kemampuan belajarnya sangat kurang. Bahwa ia tetap setia hadir di kelas sudah menunjukkan usaha yang serius. Kita harus tahu bahwa orang dapat belajar dari pengalaman, yakni pengalaman terhadap proses belajar, bukan saja dari hasil yang sudah dicapai. Apa yang telah dialami seseorang melalui interaksi dalam kelas mungkin sekali tidak selalu dapat diungkapkannya secara gamblang. Apalagi bagi mereka yang dibesarkan dalam nilai budaya Timur, yang berkembang dalam tatanan "budaya bisu" atau "budaya diam". 3. Binalah selalu persahabatan dengan peserta didik tanpa mengorbankan tujuan disiplin. Kita tahu hal ini memang sering menjadi semacam motif-motif yang bertentangan bagi guru dan peserta didik. Ada peserta didik yang sungguh ingin dikenal dan dihargai oleh gurunya, lalu membina persahabatan harmonis, sama sekali tanpa ada motivasi ingin mendapat nilai terbaik dari persahabatan itu. Namun ada pula peserta didik yang ingin membina persahabatan dengan guru untuk memperoleh kemudahan ataupun nilai yang bagus. Guru harus dapat memahami kemungkinan motif semacam itu, lalu berupaya meluruskannya. Sering guru melemahkan disiplin terhadap peserta didik karena persahabatan, atau melemahkan persahabatan (dengan menjaga jarak) demi disiplin. Karena itu, guru harus "pandai-pandai" membawa dirinya agar dapat menghadapi tugas yang menuntut pencapaian tujuan, namun sekaligus membina persahabatan yang terbuka dan tegas. 4. Peliharalah agar peserta didik merasa terlindungi, baik hak dan harga dirinya, dalam setiap kesempatan interaksi. 5. Belajarlah mengembangkan suasana humor tanpa bernada sarkastik terhadap peserta didik. Pada dasarnya, guru dapat mengajak peserta didik menertawakan dirinya sendiri. Dengan begitu peserta didik merasa aman dan tidak akan dijadikan bahan lelucon oleh gurunya. 6. Berikanlah pujian atau penghargaan kepada peserta didik yang memang patut memperolehnya. Penghargaan ini dapat berupa hadiah buku dan sejenisnya, atau berupa ucapan atau kata-kata yang membangun semangat, termasuk nilai yang layak diperoleh. Guru harus tahu bahwa perkataan yang diucapkannya senantiasa "memiliki kuasa" apakah untuk membangun atau sebaliknya meruntuhkan atau menghilangkan gairah. (Bandingkan dengan Efesus 4:29: "Janganlah ada perkataan kotor keluar dari mulutmu, tetapi pakailah perkataan yang baik untuk membangun, di mana perlu, supaya mereka yang mendengarnya, beroleh kasih karunia.") Karena itu, guru harus belajar menetapkan sikapnya agar senantiasa dapat mengeluarkan perkataan yang membangun dan memberi harapan. 7. Sesuaikanlah metode mengajar dengan situasi dan kondisi peserta didik, agar mereka dapat mengikuti proses belajar. Kadang-kadang metode yang terasa asing sama sekali bagi mereka dapat menghambat kelancaran proses belajar. Jika guru memakai metode "baru", peserta didik memerlukan waktu untuk penyesuaian, sebelum memperoleh masukan atau makna dari kegiatan yang diikutinya itu. 8. Teruslah berdoa dan berharaplah akan campur tangan Allah, oleh Roh-Nya, yang mampu membuat suasana nyaman dan menggairahkan untuk belajar. Kita ketahui bahwa Roh Kudus adalah "pengajar" yang hadir tanpa dilihat oleh siapa pun. Dialah sesungguhnya yang sanggup menimbulkan "pencerahan" dalam diri guru dan peserta didiknya (bandingkan dengan Yohanes 16:11-13; 1Yohanes 2:20,27, 3:24). Terutama dalam pengajaran iman Kristen (PAK), kedua belah pihak harus senantiasa sadar akan kehadiran dan pimpinan-Nya. Baik guru maupun peserta didik harus merelakan Dia bekerja secara bebas dalam interaksi belajar mengajar itu. Dalam pengajaran yang "non-Alkitab" atau "non-teologis" pun, sebagai orang percaya, guru harus tetap mengandalkan campur tangan Roh yang Mahapintar itu. Sebab kita tahu Roh Kudus adalah Roh yang mampu menuangkan kreativitas dalam diri orang percaya. Sebab ada sisi ilahi dari kreativitas manusia, khususnya bagi mereka yang memberikan diri dikendalikan oleh Roh Allah. Roh yang sama menumbuhkan motivasi, wibawa, dan otoritas serta percaya diri yang mantap dalam diri guru. Modal dasar ini sangat perlu bagi setiap guru dalam menghadapi situasi dan kondisi relasi maupun interaksi manusiawi, yang sering tidak berlangsung segar atau menyenangkan. Guru yang memberi diri dipimpin oleh Roh yang maha mendidik, akan merefleksikan nilai-nilai hidup yang menyukakan batin dan pikiran peserta didiknya! Bahan diedit dari sumber: Judul Buku : Menjadi Guru Profesional: Sebuah Perspektif Kristiani Judul Artikel Asli: Masalah Motivasi Belajar Pengarang : B.S. Sidjabat, Ed.D. Penerbit : Yayasan Kalam Hidup, Bandung, 1993 Halaman : 112 - 114 =^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^ o/ BAHAN MENGAJAR Mendidik anak-anak untuk memiliki sikap yang baik dalam hidupnya merupakan hal yang wajib dilakukan oleh setiap guru. Bahan pelajaran berikut dapat dipakai untuk mendidik anak-anak agar dapat hidup rukun dengan orang lain. HIDUP RUKUN DENGAN ORANG LAIN ============================= Alat Peraga: ------------ Kantung-kantung kecil berisi dua permen coklat. Ayat Alkitab: ------------- Filipi 4:1-9 Tema: ----- Hidup rukun dengan orang lain perlu diusahakan. Penyampaian: ------------ Selamat pagi! Ada beberapa hal yang harus dilakukan oleh kita setiap harinya. Menurut kamu apa yang harus kita lakukan? (Tunggu jawaban mereka. Sesuaikan paragraf berikut ini menurut jawaban-jawaban yang ada. Tuntunlah anak-anak untuk dapat melihat bahwa kita harus hidup rukun dengan orang lain.) Pertama, kita harus bangun tidur. Kita harus makan setiap hari. Kita harus menyisir rambut kita, dan menggosok gigi. Ada orang yang harus pergi kerja. Ada di antara kamu yang harus pergi ke sekolah. Kita semua perlu bermain. Dan kita semua harus hidup rukun dengan orang lain. Kadang-kadang hidup rukun dengan orang lain itu mudah. Mungkin kamu sangat menyukai orang itu dan sering bermain bersama. Tetapi, kadang-kadang hidup rukun itu susah sekali. Walaupun kamu sangat menyukai seseorang, pasti ada saatnya kamu tidak rukun dengannya. Mungkin kamu sedang merasa bosan dan mengeluh, dan merasa sedang tidak mau bersikap baik kepada siapa pun. Ada juga saat-saat di mana seseorang tidak bersikap baik kepada kamu. Itu menyedihkan sekali. Ada banyak hal yang dapat kita lakukan untuk memperbaiki persahabatan kita. Kita dapat berbuat baik. Kita dapat memberi. Kadang-kadang, merangkul dan mencium itu baik juga. Kadang-kadang kita harus mengampuni. Menyenangkan kalau dapat bermain dan melakukan banyak hal bersama-sama, dan kadang-kadang kita juga perlu menyendiri beberapa saat lamanya. Setiap waktu, kita harus menyadari bahwa Tuhan akan menolong kita mempertahankan persahabatan kita dan meminta pimpinan, juga pertolongan Tuhan untuk dapat hidup rukun dengan orang lain. Saya punya sesuatu yang istimewa buat kamu setelah doa nanti. Ini kantung kecil dengan dua permen coklat di dalamnya. Salah satu permen itu saya berikan untuk kamu sebagai tanda bahwa saya menyukai kamu, memperhatikan kamu, dan ingin hidup rukun dengan kamu. Ingatlah, ada dua permen coklat di sini. Saya ingin kamu memberikan yang satu lagi untuk seseorang yang kamu sayangi. Sumber: Judul Buku: Ceritakan untuk Anak-anak Sekolah Minggu: Sebuah Sumber Ibadah Pengarang : Donna McKee Rhodes Penerbit : Gospel Press, Batam Centre, 2002 Halaman : 137 - 139 =^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^ o/ DARI ANDA UNTUK ANDA Dari: Maria N. <marian@> >Syalom, >Apakah e-binaanak juga menyediakan alat-alat peraga untuk setiap >bahan mengajar yang disajikan? Kalau ada, saya mau donk minta >dikirimkan beberapa. Saya akan mengganti biaya dan ongkos kirim >saya termasuk yang tidak kreatif membuat alat peraga. >GBU, >Maria Redaksi: Maaf sekali, kami tidak membuat atau menjual alat-alat peraga yang Anda inginkan. Namun, jika Anda ingin mendapatkan ide-ide kreatif untuk membuat alat peraga, ada beberapa informasi yang bisa kami berikann: 1. Yayasan Lembaga SABDA (yayasan yang menaungi penerbitan Publikasi e-BinaAnak) memiliki situs yang menyediakan berbagai bahan-bahan tertulis seputar pelayanan anak dan Sekolah Minggu. Situs tersebut bernama PEPAK diambil dari singkatan Pusat Elektronik Pelayanan Anak Kristen. Didalamnya ada beberapa artikel mengenai alat peraga, antara lain: a. Membuat Alat Peraga Sendiri ==> http://www.sabda.org/pepak/pustaka/000078/ b. Petunjuk Pemakaian Alat Peraga ==> http://www.sabda.org/pepak/pustaka/020304/ c. Mengajar dengan Alat Peraga ==> http://www.sabda.org/pepak/pustaka/000077/ d. Alat Peraga sebagai Fasilitas dalam Sekolah Minggu ==> http://www.sabda.org/pepak/pustaka/020303/ e. dll. Anda dapat mencari lebih banyak lagi materi mengenai alat peraga dalam topik "Metode dan Cara Mengajar" yang bisa diakses di: ==> http://www.sabda.org/pepak/topik/05/ 2. Selain itu Anda dapat juga berdiskusi tentang bagaimana membuat atau membeli alat peraga dalam milis diskusi e-BinaGuru. Untuk bergabung silakan kirim e-mail kosong ke: < subscribe-i-kan-BinaGuru@xc.org >, 3. Atau Anda bisa menghubungi Yayasan Domba Kecil, karena mereka adalah yayasan yang menyediakan berbagai alat peraga. Silakan menghubungi di: Yayasan Domba Kecil Jl. Tanjung Duren Utara III E/236 Jakarta Barat 11470 - INDONESIA Telp. (021) 560-2630, 566-8962 Fax. (021) 566-8962 Untuk para pembaca e-BinaAnak yang tahu informasi seputar alat-alat peraga, silakan mengirimkan informasinya ke kami karena mungkin ada juga guru-guru SM yang membutuhkan informasi ini. =^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^ o/ MUTIARA GURU Untuk dapat masuk ke dalam dunia pikiran -- itulah artinya dididik -- Edith Hamilton -- Rahasia pendidikan adalah menghormati murid -- Ralph W. Emerson -- =^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^ Staf Redaksi: Davida, Oeni, Ratri, dan Kristian Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA Didistribusikan melalui sistem network I-KAN Copyright(c) e-BinaAnak 2004 YLSA http://www.sabda.org/ylsa/ =^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^ Untuk berlangganan kirim e-mail ke: <subscribe-i-kan-BinaAnak@xc.org> Untuk berhenti kirim e-mail ke: <unsubscribe-i-kan-BinaAnak@xc.org> Untuk Arsip e-BinaAnak: http://www.sabda.org/publikasi/e-binaanak/ Pusat Elektronik Pelayanan Anak Kristen: http://www.sabda.org/pepak/ ><> ========= PUBLIKASI ELEKTRONIK UNTUK PEMBINAAN ANAK ========== <><
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |