Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-binaanak/204

e-BinaAnak edisi 204 (18-11-2004)

Menjadi Hamba Seperti Kristus

     ><>  Milis Publikasi Elektronik untuk Para Pembina Anak <><

Daftar Isi:                                    Edisi 204/November/2004
~~~~~~~~~~~
    o/ SALAM DARI REDAKSI
    o/ ARTIKEL              : Menjadi Hamba Seperti Kristus
    o/ TIPS MENGAJAR        : Sifat Pelayan Anak
    o/ BAHAN MENGAJAR       : Kunjungan Para Gembala
    o/ KESAKSIAN GSM        : Pemberian Hadiah untuk Anak SM
    o/ MUTIARA GURU

=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^
 Korespondensi dan kontribusi bahan dapat dikirimkan ke staf Redaksi:
     <staf-BinaAnak@sabda.org> atau <owner-i-kan-BinaAnak@xc.org>
=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^
o/ SALAM DARI REDAKSI

  Salam dalam kasih Kristus,

  Pada dua edisi e-BinaAnak yang lalu, kita telah bersama-sama belajar
  dua hal penting yang dapat kita teladani dari Tuhan Yesus, yaitu
  "Memiliki Kasih Seperti Kristus" dan "Berdoa Seperti Kristus".
  Khusus untuk edisi ini, kami mengajak Anda menyimak satu pelajaran
  lagi yang diajarkan Tuhan Yesus, yaitu bagaimana bisa menjadi hamba
  seperti Dia.

  Salah satu kata Yunani untuk hamba adalah ´duolos´ yang secara
  harafiah berarti budak, yaitu seorang pelayan yang tidak mempunyai
  hak apa-apa atas dirinya dan yang harus taat 100% pada tuannya.
  Berangkat dari arti kata ´hamba´ dalam bahasa Yunani tersebut, maka
  bisa disimpulkan bahwa posisi sebagai hamba bukanlah posisi yang
  banyak diminati. Mengapa Allah menginginkan kita menjadi hamba?

  Yesus, Sang Teladan Sempurna, telah memberi contoh kepada kita. Dia
  menyebut diri-Nya sebagai Hamba dan Dia datang ke dunia untuk
  melayani dan bukan untuk dilayani. Dengan belajar dan meminta hikmat
  dari-Nya, maka kita pun bisa memiliki hati seorang hamba. Bersyukur
  karena saat ini Yesus telah memberikan tugas istimewa kepada kita
  untuk menjadi seorang hamba Tuhan dalam bidang pelayanan anak.

  Sajian kami yang lain adalah Bahan Mengajar, yang menyajikan bahan
  untuk Natal. Untuk melengkapi edisi ini, kami juga sajikan kesaksian
  dari seorang rekan guru Sekolah Minggu yang membahas tentang ide
  hadiah Natal untuk Anak SM. Nah, banyak yang Anda bisa pelajari
  bukan? Selamat membaca.

  Tim Redaksi

        "Sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani,
        melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya
           menjadi tebusan bagi banyak orang." (Matius 20:28)
           < http://www.sabda.org/sabdaweb/?p=Matius+20:28 >


=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^
o/ ARTIKEL

                    MENJADI HAMBA SEPERTI KRISTUS
                    =============================

  Mungkin sebutan hamba itu agak menyinggung. Maklum, siapa yang suka
  diperintah? Lagipula kedengarannya agak feodal dan termasuk zaman
  dulu. Namun, kata tersebut dipakai Tuhan Yesus sendiri untuk
  menyebut diri-Nya. Dalam Filipi 2:7, Tuhan (kurios) surgawi itu
  telah mengambil rupa seorang hamba (doulos). Ia juga mengenakan pada
  diri-Nya kata kerja yang berarti melayani pada waktu makan, apabila
  Ia mengatakan bahwa Ia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk
  melayani (Matius 20:28).

  Apabila kita mengaku, bahwa Yesus adalah Tuhan (dan kita sekali-kali
  bukan Kristen kalau tidak mengakui itu, Roma 10:9), dan kalau Dia
  yang adalah Tuhan kita, rela untuk menjadi seorang hamba dan seorang
  pelayan dengan tujuan untuk melayani kita, bukankah dengan demikian
  lebih banyak alasan bagi kita untuk menjadi hamba-hamba-Nya dan
  pelayan-pelayan-Nya? Hubungan inilah yang senantiasa tercakup setiap
  kali kita berbicara tentang Tuhan Yesus Kristus. Kita telah mengabdi
  kepada-Nya dan telah menjadi pelayan-pelayan-Nya. Perbedaan yang
  mencolok ialah bahwa sementara sebutan pelayan dipakai secara
  harafiah untuk menyebut mereka yang pekerjaannya melayani, maka
  sebutan hamba itu dipakai dalam arti kiasan untuk mengungkapkan
  hubungan orang Kristen dengan Tuannya.

  Seorang hamba adalah milik tuannya; tubuhnya yang hidup adalah
  kepunyaan tuannya dan ia tidak bebas sebelum mati. Ia bukan orang
  upahan seperti pekerja-pekerja di kebun anggur yang mendapat upah
  setiap hari (Matius 20:1-15; bahasa Yunani: ergates). Ia adalah
  mutlak milik tuannya. Dalam hubungan ini, maka jelaslah bagi kita
  bagian-bagian Alkitab, seperti misalnya, 1Korintus 6:19-20: "Kamu
  bukan milik kamu sendiri; sebab kamu telah dibeli dan harganya telah
  lunas dibayar. Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu." Yang
  hendak dikatakan rasul Paulus ialah bahwa kita telah dibeli Allah
  sebagai hamba-hamba-Nya, kita bukan lagi milik kita sendiri.
  Kewajiban kita ialah untuk melayani Sang Tuan yang telah membeli
  kita untuk bekerja bagi Dia.

  Dalam bagian-bagian yang berikut ini disinggung perbedaan mengenai
  kelas dalam masyarakat. Rasul Paulus kembali mengatakan, "Adakah
  engkau hamba waktu engkau dipanggil? Itu tidak apa-apa. Tetapi
  jikalau engkau mendapat kesempatan untuk dibebaskan, pergunakanlah
  kesempatan itu: Sebab seorang hamba yang dipanggil oleh Tuhan dalam
  pelayanan-Nya, adalah orang bebas, milik Tuhan. Demikian pula orang
  bebas yang dipanggil Kristus, adalah hamba-Nya" (1Korintus 7:21-24).
  Jadi, artinya seseorang dalam masyarakat sekalipun adalah orang
  bebas, namun tetap hamba dari Yesus Kristus. Atau kembali, seperti
  tertulis dalam bagian yang cukup dikenal dalam Roma 6:17-22, Rasul
  Paulus mengatakan bahwa mereka yang ditulisinya itu dahulu adalah
  "hamba-hamba dosa" (ayat 17) tapi sekarang telah menjadi hamba-hamba
  kebenaran (ayat 18), dan kemudian (dalam ayat 22) ia memakai kata-
  kata "dimerdekakan" dan mengatakan bahwa mereka telah menjadi hamba
  Allah.

  Kenyataan ini menyingkapkan kuat kuasa kata-kata yang sudah kita
  kutip di atas dari Matius 20:28: "Anak Manusia datang bukan untuk
  dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya
  menjadi tebusan bagi banyak orang". Tebusan ialah harga yang harus
  dibayar untuk memerdekakan seorang hamba, sehingga dengan kalimat
  lain, ayat tersebut dapat diungkapkan sebagai berikut, "Aku telah
  datang bukannya untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan
  memberikan nyawa-Ku untuk memerdekakan hamba-hamba". Di kayu salib,
  Yesus telah membayar tebusan yang memerdekakan kita dari perhambaan
  dosa, dan dengan demikian kita telah dipindahkan menjadi abdi dari
  pada Dia yang telah menjadi Tuan kita yang baru.

  Di sini kita harus berhenti sebentar untuk menanyakan diri kita
  sendiri, "Saya ini, hamba siapakah? Apakah saya mengakui Tuhan Yesus
  Kristus sebagai Tuan saya? Dapatkah saya berkata, ´Saya bukan lagi
  milik saya, saya adalah milik Dia´?"

  Di Jepang, gagasan tuan beserta para abdi yang setia sampai mati,
  kita jumpai berulang-ulang dalam sejarah dan literatur. Menjadi
  orang Kristen berarti mengakui Yesus sebagai Tuan yang berdaulat
  atas hidup dan diri kita, sebagai Raja di raja dan Tuan atas segala
  tuan, dan menganggap diri sendiri selanjutnya sebagai milik yang
  sudah dibeli, hamba dari pada Dia.

  Bahan diedit dari sumber:
  Judul Buku        : Ambillah Aku Melayani Engkau
  Judul Artikel Asli: Pertuanan atau Perhambaan?
  Penulis           : Michael Griffiths
  Penerbit          : BPK Gunung Mulia, Jakarta, 1981
  Halaman           : 26 - 29


=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^
o/ TIPS MENGAJAR

                          SIFAT PELAYAN ANAK
                          ==================

  Menjadi seorang hamba Tuhan dalam bidang pelayanan anak merupakan
  tugas istimewa yang Tuhan berikan pada kita. Mengapa? Karena anak-
  anak memiliki keistimewaan sendiri di mata Tuhan, oleh karena itu
  menjadi pelayan anak merupakan tugas yang istimewa pula.

  Tugas istimewa ini hanya dapat diemban oleh seorang hamba Tuhan yang
  memiliki sifat istimewa pula. Sifat-sifat seperti takut akan Tuhan,
  mau mengampuni, rela bekorban, setia memegang janji, tanggung jawab,
  sabar, dan kreatif perlu dimiliki oleh para pelayan anak. Sifat-
  sifat ini dapat diperoleh apabila para pelayan anak mau menjadi
  pendidik seperti berikut ini:

  1. Pendidik yang mencintai Tuhan.
     ------------------------------
     Seorang pelayan anak, pertama-tama haruslah seorang pribadi yang
     mengasihi Tuhan. Dengan sifat ini, ia akan dapat mencapai
     keberhasilan seperti yang diharapkan Tuhan. Dengan sifat ini
     pula, ia dapat memiliki motivasi yang benar untuk melayani Tuhan.
     Orang semacam ini tidak akan mudah putus asa, tidak mudah merasa
     kecewa, sehingga tidak akan mengambil keputusan untuk
     mengundurkan diri sebagai guru. Jadi, karena pelayanan ini adalah
     mandat Allah, maka si pelaksana mandat (guru) haruslah orang yang
     takut kepada Sang Pemberi mandat (Tuhan). Dengan demikian, mandat
     tersebut dapat dilaksanakan sebaik-baiknya.

  2. Pendidik yang mencintai kebenaran.
     ----------------------------------
     Pelayanan yang dilakukan seorang guru adalah usaha untuk
     menceritakan atau menyampaikan kebenaran Tuhan. Karena itu,
     sebagai pembawa kebenaran, seorang guru juga harus mencintai
     kebenaran. Seperti sebuah pipa yang menghubungkan tandon air
     dengan wadah penerima, jika pipanya kotor, maka air yang
     melewatinya juga akan menjadi kotor. Seseorang yang mencintai
     kebenaran akan dapat menyampaikan atau menularkan berita
     kebenaran, cara hidup yang benar, dan hidup yang benar pula
     kepada murid-murid-Nya.

  3. Pendidik yang mencintai murid.
     ------------------------------
     Cinta akan menimbulkan perbedaan dalam tindakan seseorang. Dari
     luar orang akan dapat melihat apakah seorang pelayan anak
     melayani karena mencintai anak-anak yang dilayaninya, atau karena
     ikut-ikutan, mengisi waktu, dan sebagainya. Dengan cinta, seorang
     guru akan melayani anak-anak secara lebih sungguh-sungguh. Dengan
     cinta, ia rela mengorbankan waktu, uang, dan tenaga atau dengan
     kata lain mau membayar harga. Ia juga mau memaafkan kesalahan
     anak-anak yang dicintainya. Selain itu, karena cinta pula, ia
     akan mengajarkan yang benar, bukan yang salah atau menyesatkan.
     Dengan cinta, ia dapat memperhatikan dengan lebih baik, tahu jika
     ada anak yang mengalami masalah, dan mampu melihat kebutuhan
     anak-anak yang dilayaninya.

  Bahan diedit dari sumber:
  Judul Buku        : Menciptakan Sekolah Minggu yang Menyenangkan
  Judul Artikel Asli: Peran Guru
  Penulis           : Sudi Ariyanto dan Helena Erika
  Penerbit          : Gloria Graffa, Yogyakarta, 2003
  Halaman           : 72 - 74


=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^
o/ BAHAN MENGAJAR

                        KUNJUNGAN PARA GEMBALA
                        ======================

  Tujuan:
  -------
  1. Mengajar bahwa Allah sangat mengasihi kita sehingga Ia memberikan
     pemberian-Nya yang terbesar kepada kita, yaitu Tuhan Yesus
     Kristus.
  2. Membimbing anak untuk menyatakan kasihnya kepada Allah atas
     pemberian ini.

  Ayat Hafalan:
  -------------
  "Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan damai sejahtera
  di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya." (Lukas 2:14)

  Pembacaan Alkitab:
  ------------------
  Lukas 2:8-20

  Ibadah:
  -------
  Nyanyikan sebuah lagu Natal dengan perlahan-lahan sementara anak-
  anak masuk dan duduk di tempat mereka. Nyanyikan lagu itu bersama
  mereka. Mereka dapat melipat lengan mereka seolah-olah sedang
  menggendong bayi, atau menepuk-nepuk lutut mereka seolah-olah bayi
  itu sedang tidur di pangkuannya.

  Doa:
  ----
  "Allah Bapa kami yang di surga, kami senang karena Engkau telah
  mengirim bayi Yesus untuk menunjukkan kepada kami betapa besar
  kasih-Mu kepada kami. Kami bersyukur karena bila kami mengasihi
  Engkau, kami berbahagia. Ingatkanlah kami agar dapat menyenangkan
  orang lain. Amin."

  Kata Pembuka:
  -------------
  Pada malam ketika Yesus dilahirkan, para malaikat mengucapkan
  beberapa patah kata yang sangat indah kepada sekelompok gembala.
  Inilah kata-kata yang terindah yang pernah didengar manusia.
  Malaikat-malaikat itu sedang memuji Allah dan mengatakan, "Kemuliaan
  bagi Allah."

  Penyampaian Pelajaran:
  ----------------------

  PENDAHULUAN

  Persembahan dan Hari Ulang Tahun
    
  Pernahkah seseorang memberikan suatu hadiah kepadamu? (Biarkan anak-
  anak berbicara tentang pemberian mereka.) Pernahkah kamu memberikan
  suatu hadiah ulang tahun? (Biarkan mereka berbicara tentang ini.)
  Mengapa kamu memberikan hadiah? Apakah karena kamu mengasihi
  sahabatmu? Senangkah bila kamu memberikan hadiah? Allah mengasihi
  kita dan Ia memberikan suatu hadiah yang mengherankan bagimu, bagi
  saya, dan bagi seluruh dunia. Ia telah memberikannya beberapa waktu
  yang lalu. Pemberian Allah kepada kita ialah Yesus. Ia mengasihi
  kita dan mengirimkan Anak-Nya (1Yohanes 4:10). 

  CERITA ALKITAB

  Kunjungan Para Gembala

  Malam itu sangat sunyi. Bintang-bintang berkelap-kelip di langit
  yang gelap. Hampir setiap orang tertidur dengan nyenyaknya.

  Anak laki-laki dan perempuan sedang tidur. Ayah dan ibu sedang tidur
  di tempat tidur mereka. Burung-burung sedang tidur di atas pohon.
  Namun di luar, di padang rumput, ada beberapa gembala yang tidak
  tidur. Mereka sedang menjaga domba-domba mereka.

  Tiba-tiba langit dipenuhi dengan suatu cahaya terang, seorang
  malaikat yang indah dan bercahaya mendekati gembala-gembala itu.
  
  Gembala-gembala itu sangat takut, mereka jatuh ke tanah.

  "Jangan takut," kata malaikat itu. "Aku membawa kabar baik yang akan
  menyenangkan hatimu. Tuhan Yesus Kristus baru saja dilahirkan. Kamu
  akan menjumpai Dia dibungkus dengan kain lampin dan terbaring di
  dalam palungan."

  Kemudian seluruh langit dipenuhi dengan banyak malaikat. Mereka
  semua mengucapkan syukur kepada Allah karena bayi Yesus telah
  dilahirkan. Mereka mengatakan, "Kemuliaan bagi Allah di tempat yang
  mahatinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang
  berkenan kepada-Nya." Berita mereka yang menggembirakan itu seolah-
  olah memenuhi seluruh dunia. Para gembala belum pernah melihat
  pemandangan yang seperti itu ataupun mendengar berita yang amat
  menggembirakan itu.

  Kemudian malaikat-malaikat itu menghilang. Langit menjadi tenang dan
  gelap kembali. Gembala-gembala berkata, "Marilah kita pergi ke Kota
  Betlehem dan mendapatkan bayi yang telah dikatakan oleh malaikat
  kepada kita."

  Jadi, para gembala cepat-cepat melintasi padang rumput dan mendaki
  bukit menuju kota kecil Betlehem. Mereka sangat senang karena mereka
  telah lama menantikan kedatangan Yesus. "Klop, klop, klop." Sandal
  mereka yang besar dan berat terdengar sangat ribut. Seluruh Kota
  Betlehem amat sepi.

  Hanya di rumah penginapanlah yang terlihat ada cahaya. Mereka
  melihat melalui sebuah pintu yang terbuka. Ada seorang bayi mungil
  yang baru dilahirkan yang dibungkus dengan kain lampin dan berbaring
  di dalam palungan, tepat seperti yang telah dikatakan malaikat itu
  kepada mereka. Ibunya duduk di situ di samping bayi Yesus.

  Dengan perlahan-lahan, para gembala masuk ke dalam untuk bertemu
  dengan bayi Yesus. Begitu mereka melihat bayi Yesus, mereka langsung
  mengasihi Dia. "Betapa baiknya Allah," pikir mereka, "Ia mengasihi
  kita dan telah mengutus Anak-Nya kepada kita. Inilah pemberian yang
  paling indah yang dapat diberikan-Nya kepada kita." Karena Allah
  telah memberikan Anak-Nya kepada kita, Ia pun akan memberikan segala
  sesuatu yang kita butuhkan. Kita bersyukur kepada Allah untuk Yesus.

  Setelah para gembala melihat bayi Yesus, mereka kembali lagi kepada
  kawanan dombanya. Mereka memberitahukan kepada setiap orang yang
  mereka jumpai tentang bayi Yesus. "Yesus telah lahir! Yesus telah
  lahir!" kata mereka. "Allah telah mengutus Anak-Nya kepada kita,
  yaitu Yesus." Mereka sangat senang karena mereka telah bertemu
  dengan bayi Yesus.

  EVALUASI PELAJARAN

  1. Sampaikan pertanyaan berikut ini kepada anak-anak:
     a. Siapa yang menyuruh para gembala pergi untuk melihat bayi
        Yesus?
     b. Apakah yang dikatakan para malaikat itu?

  2. Bacalah ayat hari ini dari Alkitab Anda. Suruhlah anak-anak
     mengulangi Lukas 2:14.

  SARAN-SARAN UNTUK KEGIATAN

  1. Tempelkan gambar seekor anak domba dengan palungan pada kain
     untuk menunjukkan pemberian-pemberian Allah. Hal ini akan
     menggambarkan pemberian Allah, yaitu Anak-Nya, Yesus, kepada
     kita. Yesus Kristus kadang-kadang disebut Anak Domba Allah.

  2. Mainkanlah sebagian cerita ini ketika para gembala mendengar
     berita dari para malaikat. Tiga anak, masing-masing memegang kayu
     sebagai tongkat gembala, dapat menjadi para gembala. Seorang
     anak, (mungkin anak yang berulang tahun) dapat menjadi malaikat.
     Beberapa anak dapat berperan sebagai domba-domba.

  Bahan diedit dari sumber:
  Judul Buku: Cerita Alkitab yang Suka Kudengarkan:
                 Seri Cerita Alkitab untuk Anak-Anak
  Penerbit  : Kalam Hidup, Bandung
  Halaman   : 102 - 105


=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^
o/ KESAKSIAN GSM

  [Red. Berikut ini sharing yang kami ambil dari e-BinaGuru. Sharing
   ini ditulis oleh Saudari Diana Lim yang membahas penilaian dan
   pemberian hadiah untuk Anak SM. Kami harap melalui sharing ini,
   rekan-rekan sekalian mendapatkan masukan ide-ide menarik.
   Jika ingin memberi tanggapan, silakan kirimkan e-mail Anda ke:
   ==>  <staf-BinaAnak@sabda.org> ]

  Dari: Diana Lim <dianat0k@>
  >Shalom ... rekan-rekan GSM,
  >Saya ingin sharingkan dan juga minta pendapat dari rekan-rekan GSM
  >tentang apa yang sedang dipraktikkan di SM kami. Mungkin hal yang
  >sama, juga pernah atau sedang dialami oleh rekan-rekan yang lain.
  >
  >Begini ... sejak pertama kali mengajar di SM sampai sekarang,
  >kurang lebih sudah 6 - 7 tahun, di SM kami setiap satu tahun sekali
  >membagikan hadiah untuk juara-juara kelas. Menurut saya, pemberian
  >hadiah untuk juara kelas ini tidak tepat karena tidak ada standar
  >penilaian yang baku untuk menentukan juara I, II, III, dst..
  >Jadi bisa dikatakan, selama ini GSM di SM kami membuat penilaian
  >yang sifatnya subjektif, tergantung pada GSM yang bersangkutan.
  >Umumnya yang dilihat GSM adalah ASM yang :
  >,1. BAIK
  >   Menilai kebaikan seorang pastilah sangat subjektif sifatnya dan
  >   juga yang dinilai oleh GSM adalah tingkah laku ASM ybs. selama
  >   dia berada di SM saja. Belum tentu di rumah, di sekolah, di luar
  >   SM dia menunjukkan tingkah laku yang sama. Dan memang tidak
  >   mungkin bagi GSM untuk menilai tingkah laku setiap ASM selama 24
  >   jam.
  >,2. PINTAR
  >   Berdasarkan pengamatan saya selama ini, ASM yang terpilih
  >   menjadi juara kelas umumnya adalah ASM yang di sekolah mereka
  >   juga mendapat juara kelas. Jadi, boleh dikatakan GSM cenderung
  >   menilai seorang ASM berdasarkan IQ-nya. ASM yang bisa menjawab
  >   pertanyaan yang diberikan, menghafal nats Alkitab, merekalah
  >   yang terpilih menjadi juara kelas. Sedangkan ASM yang "IQ agak
  >   rendah" mau tidak mau harus cukup puas dengan melihat teman-
  >   temannya yang punya "IQ lebih tinggi" mendapat juara. Bukankah
  >   ini sudah tidak sesuai dengan tujuan SM, yaitu untuk mengajak
  >   ASM merasakan, mengalami, mengerti kasih, kebesaran, keadilan,
  >   kesucian Allah dalam kehidupan mereka dan mengajak mereka
  >   menjadi pelaku FT? Bukannya membuat mereka hafal akan sejarah
  >   orang-orang Israel atau menghafal isi Alkitab.
  >,3. SETIA
  >   Tahun ini kami menerapkan sistem kupon kesetiaan. Jadi setiap
  >   minggu, ASM yang hadir diberikan kupon yang nantinya mereka
  >   dapat gunakan pada Pekan Anak. Bulan April yang lalu bertepatan
  >   dengan perayaan Paskah, kami baru saja mengadakan Pekan Paskah
  >   untuk ASM dan mereka sangat antusias sekali karena mereka dapat
  >   memakai kupon ini sesuai dengan kesukaan mereka. Kalau tahun-
  >   tahun sebelumnya setiap anak mendapatkan bingkisan natal yang
  >   isinya sama, yaitu bingkisan yang berisi makanan serta souvenir
  >   natal, seperti pengaris yang dicetak dengan tulisan "Selamat
  >   Hari Natal" atau lunch box. Tapi dengan adanya Pekan Anak ini,
  >   mereka bisa membelanjakan kupon mereka untuk sesuatu yang memang
  >   mereka minati/sukai/butuh. Bagi yang suka makan, beli makanan.
  >   Bagi yang suka alat-alat tulis, beli alat-alat tulis. Bagi yang
  >   suka tantangan, bisa bermain di arena permainan atau ketiga-
  >   tiganya sekaligus sesuai dengan banyaknya kupon yang mereka
  >   miliki.
  >Saya setuju dengan sistem ini (kupon), karena :
  >,1. Lebih adil. ASM yang setia, tentu mendapat kupon yang lebih
  >   banyak dibandingkan dengan mereka yang tidak/kurang setia.
  >,2. Mengajarkan ASM untuk setia. Karena ada satu kebiasaan jelek di
  >   tempat kami yaitu sindrom Natal. :-)
  >   Biasanya kalau hari Natal udah deket, maka grafik kehadiran bisa
  >   naik terus. Tapi kalau Natal sudah lewat, grafik kehadiran
  >   menurun pelan-pelan. :-)
  >,3. Mengajar mereka bijaksana dalam berbelanja. Karena mereka yang
  >   menentukan sendiri apa yang mereka mau beli didalam Pekan Anak.
  >
  >Kesimpulannya, saya ingin mengadakan reformasi di SM kami. Saya
  >sangat berterima kasih jika ada rekan-rekan yang bersedia
  >memberikan masukan, pendapat, kritik yang sifatnya membangun,
  >karena ada juga kritik yang menjatuhkan, untuk kemajuan pelayanan
  >kita bersama. Pendapat dari rekan-rekan semua nantinya akan sangat
  >menolong saya untuk mengambil keputusan dan mengangkat ide ini
  >didalam rapat GSM kami. Sekedar informasi sekarang ini saya yang
  >menjadi koordinator komisi SM.
  >Salam
  >Diana

  Sumber: Milis diskusi e-BinaGuru < subscribe-i-kan-binaguru@xc.org >
  Arsip : http://purcell.xc.org/scripts/lyris.pl?visit=i-kan-BinaGuru


=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^
o/ MUTIARA GURU

           Jikalau kita menganggap diri kita seorang hamba,
             kita akan terus menerus memandang orang lain
          dari segi apa yang bisa kita lakukan untuk melayani.
           Dalam semua yang kita lakukan, kita akan bertanya,
               apa yang dapat kulakukan untuk menolong?
           Inilah yang dimaksud dengan menjadi hamba Tuhan.


=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^
                 Staf Redaksi: Davida, Ratri, Natalia
       Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA
             Didistribusikan melalui sistem network I-KAN
                  Copyright(c) e-BinaAnak 2004 YLSA
                      http://www.sabda.org/ylsa/
=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^=^
Untuk berlangganan kirim e-mail ke: <subscribe-i-kan-BinaAnak@xc.org>
Untuk berhenti kirim e-mail ke:   <unsubscribe-i-kan-BinaAnak@xc.org>
Untuk Arsip e-BinaAnak:    http://www.sabda.org/publikasi/e-binaanak/
Pusat Elektronik Pelayanan Anak Kristen:  http://www.sabda.org/pepak/
><> ========= PUBLIKASI ELEKTRONIK UNTUK PEMBINAAN ANAK ========== <><

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org