Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-binaanak/216 |
|
e-BinaAnak edisi 216 (15-2-2005)
|
|
><> Milis Publikasi Elektronik untuk Para Pembina Anak <>< ================================================== Daftar Isi: Edisi 216/Februari/2005 ---------- o/ SALAM DARI REDAKSI o/ ARTIKEL : Teguran pada Hati Nurani o/ TIPS : Menegur Murid o/ BAHAN MENGAJAR : Belajar dengan Berdiam Diri o/ DARI ANDA UNTUK ANDA : Kolom Bahan Mengajar o/ MUTIARA GURU o/----------------------------------------------------------------o/ Korespondensi dan kontribusi bahan dapat dikirimkan ke staf Redaksi: <staf-BinaAnak@sabda.org> atau <owner-i-kan-BinaAnak@xc.org> ______________________________________________________________________ o/ SALAM DARI REDAKSI --------------------------------------------o/ Salam dalam penyertaan kasih-Nya, Dua edisi yang lalu, e-BinaAnak telah menyajikan topik MENDISIPLIN ANAK DENGAN ROTAN dan MENDISIPLIN ANAK DENGAN HUKUMAN. Kini, pada Edisi 216/2005 ini, e-BinaAnak akan melanjutkannya dengan topik MENDISIPLIN DENGAN TEGURAN. Teguran terhadap seorang anak atau murid merupakan cara mendisiplin yang cukup efektif jika dilakukan dengan benar dan dengan kata-kata yang tepat. Untuk itu, guru harus dengan penuh kerendahan hati memohon agar Tuhan memberikan hikmat dan ketegasan, serta kasih dan kelemahlembutan, sehingga teguran Anda bisa mengenai hati nurani anak. Kata-kata yang membekas dalam hati nurani seorang anak akan membuatnya sadar dan bertobat dari kesalahan yang telah dilakukannya. Anda ingin belajar bagaimana caranya agar teguran yang Anda berikan bisa mengena di hati mereka? Nah, kami berharap, sajian-sajian kami ini bisa menjadi jawaban dari pertanyaan di atas. Selamat Membaca! (Ra) Tim Redaksi "Siapa mengabaikan didikan membuang dirinya sendiri, tetapi siapa mendengarkan teguran, memperoleh akal budi." (Amsal 15:32) < http://www.sabda.org/sabdaweb/?p=Amsal+15:32 > ______________________________________________________________________ o/ ARTIKEL -------------------------------------------------------o/ -o- TEGURAN PADA HATI NURANI -o- ======================== Saat Saudara memutuskan untuk menegur anak Saudara, teguran dan tindakan pendisiplinan tersebut harus membekas di dalam hati nurani mereka. Allah telah memberikan daya nalar kepada anak-anak untuk membedakan hal yang benar dan salah. Paulus mengingatkan kita bahwa orang-orang yang tidak memiliki Taurat Allah pun menunjukkan bahwa tuntutan-tuntutan hukum tersebut tertulis pada loh hati mereka ketika mereka mentaati hukum tersebut (Roma 2:12-16). Mereka tidak berdalih atau menuduh diri mereka sendiri melalui pikiran mereka karena hati nurani mereka. Hati nurani pemberian Allah ini adalah sekutu Saudara dalam menegur dan mendisiplin anak. Teguran-teguran Saudara yang paling membekas atau mengena di hati anak ialah teguran-teguran yang menyerang hati nurani anak tersebut. Ketika hati nurani yang diserang itu dibangkitkan, maka teguran dan pendisiplinan dapat mengenai sasaran mereka. Dua buah ilustrasi Alkitabiah menjelaskan soal ini. Amsal 23 membenarkan penggunaan rotan untuk menegur (memperbaiki kesalahan). Ayat 13 dan 14 berbunyi: "Jangan menolak didikan dari anakmu ia tidak akan mati kalau engkau memukulnya dengan rotan. Engkau memukulnya dengan rotan, tetapi engkau menyelamatkan nyawanya dari dunia orang mati." Namun, dalam perikop ini pendisiplinan dengan rotan bukan satu- satunya cara untuk mendidik. Ada cara yang lain, yaitu teguran kepada hati nurani. Permintaan yang serius yang tulus memenuhi pasal dari Kitab Amsal ini: "Jangan hatimu iri kepada orang-orang yang berdosa " (ayat 17) "... tujukanlah hatimu ke jalan yang benar ..." (ayat 19) "Dengarkanlah ayahmu yang memperanakkan engkau" (ayat 22) "Belilah kebenaran dan jangan menjualnya; demikian juga dengan hikmat, didikan dan pengertian." (ayat 23) "Hai anakku, berikanlah hatimu kepadaku ..." (ayat 26) Ayat tersebut sebenarnya mengalirkan permintaan yang serius, tulus dan halus, yang menegur hati nurani. Apakah Salomo lemah dalam melakukan pendisiplinan dengan rotan? Tidak! Tetapi dia menyadari adanya keterbatasan dari pendisiplinan dengan rotan. Dia mengetahui bahwa pendisiplinan dengan rotan meminta perhatian, tetapi hati nurani juga harus dibajak dan ditanami dengan kebenaran tentang jalan-jalan Allah. Percakapan Yesus dengan orang-orang Farisi memberikan contoh lain yang jelas mengenai teguran pada hati nurani. Dalam Matius 21:23, imam-imam kepala dan tua-tua bangsa menantang otoritas Kristus. Dia menjawab dengan memberikan perumpamaan tentang dua orang anak: "Tetapi apakah pendapatmu tentang ini: Seorang mempunyai dua anak laki-laki. Ia pergi kepada anak yang sulung dan berkata: Anakku, pergi dan bekerjalah hari ini dalam kebun anggur. Jawab anak itu: Baik bapa. Tetapi ia tidak pergi. Lalu orang itu pergi kepada anak yang kedua dan berkata demikian juga. Dan anak itu menjawab: Aku tidak mau. Tetapi kemudian dia menyesal, lalu pergi juga. Siapakah di antara kedua orang itu yang melakukan kehendak ayahnya? Jawab mereka: Yang terakhir. Kata Yesus kepada mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya pemungut-pemungut cukai dan perempuan-perempuan sundal akan mendahului kamu masuk ke dalam Kerajaan Allah. Sebab Yohanes datang untuk menunjukkan jalan kebenaran kepadamu, dan kamu tidak percaya kepadanya. Tetapi pemungut-pemungut cukai dan perempuan-perempuan sundal percaya kepadanya. Dan meskipun kamu melihatnya, tetapi kamu kemudian tidak menyesal dan kamu juga tidak percaya kepadanya." (Matius 21:28-32) Di akhir perumpamaan itu, Dia menanyakan kepada mereka satu pertanyaan yang arahnya untuk mengetahui penalaran mereka tentang yang benar dan yang salah. Mereka menjawab dengan tepat. Dia memberikan perumpamaan lain kepada mereka perumpamaan mengenai penggarap dan pemilik kebun anggur yang terdapat dalam Matius 21:33-46. Perhatikan bagaimana Yesus menegur mereka mengenai apa yang benar dan yang salah. Dia sedang menegur hati nurani mereka. "Apabila pemilik kebun anggur itu datang, apa yang akan dia lakukan?" Dia meminta mereka membuat penilaian. Mereka menilai secara benar. Kemudian dia membuktikan kepada mereka, bahwa mereka menunjukkan diri mereka sendiri. Ayat 45 membuktikan bahwa mereka menangkap maksud-Nya...." Matius mengatakan, "Mereka mengerti bahwa merekalah yang dimaksudkan-Nya ...." Ini adalah contoh. Kristus menegur hati nurani mereka, sehingga mereka tidak dapat lari dari berbagai implikasi dosa mereka. Jadi, dia menyelesaikan sampai pada sumber permasalahan, bukan hanya soal- soal yang dipermukaan saja. Pertanyaan mereka dalam Matius 21:23, "Dengan kuasa manakah Engkau melakukan hal-hal itu? Dan siapakah yang memberikan kuasa itu kepada-Mu?", kedengaran seperti pertanyaan yang ingin mengetahui sumber dari kuasa-Nya. Tetapi, sebenarnya ia menantang kekuasaan- Nya. Jawaban-Nya menegaskan garis perlawanan. Dia menegaskan bahwa kekuasaan-Nya berasal dari Allah. Kendati pun mereka tidak mau bertobat, tantangan kepada hati nurani mereka mengenai sasarannya. Mereka mengerti bahwa dia sedang membicarakan mereka. Mereka telah menunjuk pada diri mereka sendiri. Inilah tugas Saudara dalam menggembalakan anak-anak Saudara. Saudara harus membuat teguran sehingga mengenai sasaran pada hati nurani tersebut. Agar anak-anak dapat mengatasi persoalan-persoalan yang berkaitan dengan kecenderungan hati mereka kepada Allah, maka Saudara harus mengarahkan teguran kepada persoalan-persoalan yang ada dalam hati, bukan kepada perilaku. Saudara berbicara kepada hati mereka dengan menyingkapkan dosa dan menegur hati nurani, dalam hal ini, Saudara sebagai hakim mewakili Allah untuk menentukan yang benar dan yang salah. Baru-baru ini, selesai kebaktian, seorang pria mendekati saya dalam keadaan yang sangat bingung. Dia telah memergoki seorang anak kecil mencuri uang dari kantong persembahan setelah kebaktian di gereja selesai. Dia memiliki kepedulian sejati terhadap anak tersebut. Saya menyarankan agar dia memberitahu ayah dari anak itu, sehingga anak tersebut dapat memperoleh manfaat dari teguran serta campur tangan ayahnya. Beberapa menit kemudian, anak itu beserta ayahnya diminta menemui saya di ruang kerja saya. Anak tersebut mencuri dua dolar dan mengaku telah mengambilnya dari kantong persembahan. Dia menangis dan mengaku sangat menyesal serta meminta maaf. Saya mulai berbicara kepadanya. "Charlie, saya senang ada seseorang yang melihat kamu berbuat itu. Oh, alangkah mengagumkan rahmat Allah sehingga tidak membiarkan kamu lolos dari hal ini! Allah telah menghindarkan kamu dari kekerasan hati yang datang ketika berbuat dosa dan lolos dari pengetahuan orang. Tidakkah kamu merasakan kemurahan-Nya kepadamu?" Dia melihat ke arah saya dan mengangguk. Kemudian saya meneruskan, "Kamu mengerti Charlie, inilah sebabnya mengapa Yesus lahir dan mati untuk mengampuni, demi orang-orang seperti kamu, ayahmu, dan saya sendiri yang memiliki keinginan untuk mencuri. Kamu tahu, kita begitu berani dan tidak tahu malu, sehingga kita, bahkan mencuri persembahan yang telah diberikan oleh orang- orang bagi Allah. Tetapi, Allah demikian mengasihi anak-anak dan orang-orang jahat, sehingga Dia mengutus Anak-Nya untuk mengubah mereka sehingga bertobat, dan menjadikan mereka sebagai pemberi dan bukan pencuri." Sampai di sini, Charlie tersedu-sedan dan kemudian mengeluarkan dua dolar dari dompetnya. Dia telah mendengar percakapan singkat itu dan selanjutnya, dia mengembalikan dua dolar yang telah diambilnya. Sesuatu terjadi, sementara dia mendengarkan saya berbicara mengenai rahmat Allah bagi orang-orang berdosa yang jahat. Tidak ada tuduhan dalam nada bicara saya. Baik ayahnya maupun saya tidak mengetahui bahwa ada uang lebih banyak. Apakah yang terjadi? Hati nurani Charlie ditegur oleh Injil! Sesuatu yang menurut saya menampar perasaan yang bergetar di dalam hatinya yang masih belia serta yang memiliki kecenderungan untuk mencuri. Injil tersebut mengenai sasaran di dalam hati nuraninya. Bahan diedit dari sumber: Judul Buku : Menggembalakan Anak Anda Penulis : Tedd Tripp Penerbit : Yayasan Penerbit Gandum Mas, Malang, 2002 Halaman : 180 - 185 ______________________________________________________________________ o/ TIPS ----------------------------------------------------------o/ Menghadapi murid yang sulit untuk disiplin, terkadang membuat kita, sebagai guru, ingin selalu menghukumnya. Tetapi seharusnya, Anda tidak larut dalam emosi. Tegurlah mereka terlebih dahulu. Jangan berpikir kalau hanya dengan menegur saja, mereka tidak akan bisa berubah. Berikut ini saran-saran praktis agar teguran Anda dapat menjadi satu alat pendisiplinan yang berarti buat mereka. -o- MENEGUR MURID -o- ============= 1. Bila semua usaha Anda untuk menangani seseorang atau sekelompok murid gagal, tanganilah mereka secara pribadi. Secara umum, jangan gunakan hukuman yang mempermalukan anak di depan orang banyak. Tegurlah mereka secara pribadi, tetapi jangan sampai Anda menyakiti hati murid dan memengaruhi pandangannya terhadap Kristus dalam kehidupannya. Sebagai seorang Kristiani, kita tidak pernah punya hak untuk menyakiti, bahkan saat kita harus menangani situasi yang paling sulit sekalipun. 2. Menegur anak tidak berarti menghardiknya dengan kata-kata keras. Menegur bisa juga dengan jalan mendiskusikan masalah secara pribadi dengannya. Saat berdiskusi, pusatkan perhatian Anda pada hal-hal berikut: a. Berilah penjelasan yang cukup tentang suatu kesalahan yang dilakukan. Kaitkanlah dengan kerugian yang akan menimpa seluruh kelas, bukan hanya mengganggu Anda. b. Cobalah untuk mendapat kesepakatan tentang perbuatan yang dianggap salah. Pada umumnya, hindarilah pertanyaan seperti, "Mengapa kamu berbuat seperti itu?" Murid Anda jarang mengetahui jawabannya! c. Yakinkan murid bahwa Anda percaya, ia dapat memenuhi harapan Anda untuk berkelakuan baik di kelas. Dalam hal ini, cobalah untuk memperoleh persetujuan. d. Setelah murid mengerti, jelaskan kembali tentang kelakuan yang Anda harapkan. Jelaskan sespesifik mungkin. Sekali lagi, mintalah murid agar berkomitmen untuk berkelakuan baik dan tidak merugikan kelas. e. Ingatkan murid bahwa pilihan akan kelakuannya juga merupakan pilihan akan konsekuensi yang ditimbulkan. Arahkanlah murid untuk membuat kesepakatan bahwa ia sendirilah yang memilih hukuman itu. f. Dalam mengembangkan relasi pribadi murid dengan Tuhan, kadang- kadang ada waktu yang tepat, tetapi kadang-kadang juga tidak. Berserahlah sepenuhnya kepada pimpinan Roh Kudus saat Anda membimbing seorang anak untuk bertobat dan menerima Yesus sebagai Juruselamat pribadi. Pada saat yang sama, jangan melakukan tindakan yang menyakiti "untuk memaksa" murid. Kebajikan Allahlah yang memimpin seseorang pada pertobatan. g. Yakinkan murid bahwa Anda merindukan keberadaannya di kelas Anda. Tunjukkanlah bahwa Anda mengasihi dan melihat potensi besar dalam hidupnya saat ia menyerahkan hatinya kepada Allah dan memiliki disiplin pribadi. h. Berbagilah konsekuensi dari masalah yang berkelanjutan bila Anda rasa perlu. 3. Tindaklanjuti satu atau dua hal yang telah Anda bicarakan secara pribadi dengan murid, minimal yang berusia sekolah dasar. Pertimbangkanlah untuk menyusun suatu kesepakatan mengenai kelakuan yang spesifik. Tuliskanlah kesepakatan itu dengan jelas beserta harapan dan konsekuensi yang disetujui kedua pihak, baik guru maupun murid. Pihak ketiga dapat menjadi saksi. Tentukan pula tanggal atau hari untuk mempelajari kesepakatan itu dan berilah satu salinan kepada murid. Pastikan untuk melaksanakan apa yang ada dalam kesepakatan itu. 4. Sebagian dari kesepakatan setelah Anda menegur melalui pembicaraan empat mata dengan murid dapat digunakan untuk menetapkan tanda teguran akan kelakuan yang tidak baik. Tanda teguran tersebut mungkin berupa ketukan pensil di meja atau batuk pelan yang berarti murid tersebut hampir melakukan sesuatu yang tidak dapat Anda terima. Murid-murid yang lain tidak mengetahui tanda ini. Tanda ini, kadang-kadang, dapat membantu mengajar murid bagaimana memonitor tingkah lakunya sendiri. 5. Berkonsultasilah dengan penyelia atau koordinator Anda mengenai cara-cara yang Anda rasa tidak efektif untuk menegur dan mengoreksi seorang murid. Biasanya terjadi bila Anda telah dengan terpaksa menegur murid di dalam kelas atau setelah mengadakan pembicaraan pribadi dengan murid, namun murid tetap tidak berubah. Atasan Anda dapat membantu memutuskan pendekatan alternatif atau menentukan bilamana orangtua murid perlu dihubungi. 6. Jangan menegur murid dengan jalan menyebarkan kesalahan mereka kepada orang lain. Ini akan merusak reputasi murid, menimbulkan pengingkaran oleh orangtua, dan merusak kesatuan tubuh Kristus. 7. Jangan ragu untuk menghubungi orangtua murid, tetapi perhatikan baik-baik cara pendekatan Anda. Bila Anda kecewa terhadap murid dan menegur murid dengan melontarkan komentar seperti, "Johnny sungguh tidak dapat diatur hari ini," atau "Ia membuatku gila!" Anda akan merusak suatu hubungan baik. Para orangtua harus merasakan bahwa Anda dan mereka tidak bertentangan. Sebaliknya, Anda berdua berada di pihak yang sama. Bila Anda tidak "menyerang", para orangtua pada umumnya tidak bersikap defensif. Katakanlah bahwa Anda sedang mengalami beberapa masalah, dan akan membantu bila Anda dan orangtua murid dapat duduk dan membicarakannya. Pilihlah waktu dan tempat, serta bersiaplah untuk memberi contoh masalah perilaku murid dan apa yang telah Anda lakukan untuk mengoreksi murid. Terbukalah terhadap saran- saran dari orangtua dan terimalah dukungan mereka. Bersamaan dengan itu, Anda meyakinkan mereka bahwa Anda mengasihi dan memperhatikan anak mereka. 8. Anggaplah orangtua sebagai mitra kerja Anda, khususnya dalam memberi laporan peningkatan dan laporan tentang prestasi yang baik. Namun, tidaklah adil bila Anda mengharapkan orangtua untuk mengatasi masalah kedisiplinan di dalam kelas. Itu adalah tugas Anda. Kerapkali orangtua menunjukkan bahwa mereka ingin diberi laporan harian, tetapi guru malah memindahkan "beban" tindak lanjutnya kepada orangtua. Padahal, yang dimaksud orangtua adalah "Kami ingin mendengar bahwa anak kami mengalami kemajuan." Laporan negatif yang terus-menerus diberikan akan merusak hubungan Anda. Dan akhirnya, orangtua justru menjadi kurang yakin dengan kemampuan Anda sebagai guru untuk menangani murid secara positif. 9. Bila murid tetap "bersikeras" untuk berkelakuan tidak baik dan tidak menanggapi teguran dari guru, langkah yang lebih serius haruslah diambil untuk mendiagnosa konflik emosional yang mungkin ada di dalam diri murid, misalnya kurangnya perhatian, masalah dalam hal belajar, atau penyebab utama lainnya. Berikut adalah beberapa saran mengenai hal ini: a. Adakan pertemuan dengan penyelia Anda, orangtua murid, dan para ahli yang dapat Anda akses untuk mempelajari masalah- masalah yang Anda hadapi. b. Berikan evaluasi profesional dan rekomendasi kepada anak supaya mendapat perawatan. c. Berikan konseling profesional bagi anak dan keluarganya. d. Berikan rekomendasi yang menjelaskan bahwa sekolah Anda bukanlah lingkungan pendidikan yang paling tepat bagi si anak, bahwa ia dapat dicoba dipindahkan ke tempat lain yang dapat memberinya kelas yang lebih baik dan pelayanan yang lebih memadai. Bahan diedit dari sumber: Judul Buku : 100 Ide Efektif untuk Menerapkan Disiplin pada Anak-anak Judul Artikel Asli: Intervensi Pribadi Penulis : Sharon R. Berry, Ph.D. Penerbit : Gloria Graffa, Yogyakarta, 2004 Halaman : 38 - 45 ______________________________________________________________________ o/ BAHAN MENGAJAR ------------------------------------------------o/ -o- BELAJAR DENGAN BERDIAM DIRI -o- =========================== "Andre, perbuatanmu itu salah," tegur ibu. "Maukah ibu beritahukan kepadamu apa yang seharusnya kamu lakukan?" Andre mulai berdalih. Beberapa di antaranya lebih menyerupai bantahan-bantahan. Andre selalu berdalih atau membantah setiap kali ibunya memberitahukan kepadanya mengenai apa yang seharusnya dilakukan. Apakah yang akan kamu katakan kepada Andre? Renungan Singkat tentang Hal Mendengarkan: ------------------------------------------ 1. Apakah kamu mengenal seseorang yang selalu berdalih atau membantah bila ibu atau ayahnya sedang menegurnya? 2. Apakah yang akan kamu katakan kepada Andre saat ini juga? Apakah yang akan kamu katakan kepadanya mengenai hal mendengarkan? 3. Dapatkah kamu mendengarkan dan belajar, sementara kamu membantah atau berdalih? Mengapa tidak? "Jika kamu tidak mau mendengarkan kata-kata ibu, maukah kamu mendengarkan perkataan Ayub?" tanya ibu kepada Andre. Andre tampak terkejut. "Siapa?" tanyanya. "Ayub," kata ibu. "Sebuah kitab di dalam Alkitab diberi nama sesuai dengan nama penulisnya. Allah mengajarkan beberapa hal kepada Ayub. Menurut kamu, apakah Ayub membantah atau berdalih?" Andre menggelengkan kepalanya. Kemudian ibu membacakan ayat yang berikut dari Ayub 6:24, "Ajarilah aku, maka aku akan diam; dan tunjukkan kepadaku dalam hal apa aku tersesat." "Apakah itu berarti bahwa anak-anak harus berdiam diri dan mendengarkan ketika orangtua mereka sedang menegur atau mengajarkan sesuatu kepada mereka?" tanya Andre. Ibu menganggukkan kepalanya. Kamu juga harus berbuat seprti itu, bukan? Renungan Singkat tentang Allah dan Kamu: ---------------------------------------- 1. Menurut kamu, apakah seseorang boleh membantah Allah ketika Ia sedang memberitahukan sesuatu kepadanya? Mengapa tidak? 2. Mengapa sikap berdiam diri dan mendengarkan itu menolong kita belajar untuk mengetahui apa yang diinginkan Allah? Mengapa sikap berdiam diri dan mendengarkan itu menolong kita untuk mengetahui apa yang diinginkan orangtua kita? 3. Mulai sekarang, apakah yang ingin kamu lakukan bila orangtuamu atau Allah memberitahukan kepadamu sesuatu yang penting? Maukah kamu melakukannya? Bacaan Alkitab: --------------- Ayub 6:24-25 Kebenaran Alkitab: ------------------ Aku akan berdiam diri ketika Engkau mengajarku; tunjukkanlah kepadaku dalam hal apa aku tersesat (Ayub 6:24). Doa: ---- Ya Allah, ajarlah saya untuk berdiam diri dan mendengarkan pada saat saya ingin membantah atau berdalih. Dalam nama Yesus, Amin! Bahan diedit dari sumber: Judul Buku: 100 Renungan Singkat untuk Anak-anak Penulis : V. Gilbert Beers Penerbit : Kalam Hidup, Bandung, 1986 Halaman : 128 - 129 ______________________________________________________________________ o/ DARI ANDA UNTUK ANDA ------------------------------------------o/ Dari: Bertha L. <bertha@> >Saya pernah secara mendadak diminta untuk bercerita di SM karena >guru yang bertugas tidak datang, dan kebetulan saat itu saya >bertugas sebagai pengawas. Saya bingung harus cerita apa. Tiba-tiba >teringat bahan mengajar yang ada dalam binaanak yang baru saja saya >baca kemarinnya. Itulah berkat yang sudah saya dapat dari binaanak. >Kalau bisa setiap edisi jangan sampai tidak ada bahan mengajarnya >ya!? Soalnya sangat berguna sekali. >Terima kasih. Maju terus dalam pelayanannya. >Bertha Redaksi: Kami sangat bersukacita sekali menerima sharing Anda :) Ya, kami akan usahakan di setiap edisi akan ada Kolom Bahan Mengajar karena kami sadar betul kebutuhan para guru SM akan bahan-bahan mengajar tersebut. Bagi rekan-rekan yang memiliki kumpulan bahan-bahan mengajar dan ingin dibagikan kepada rekan-rekan lain, silakan kirimkan ke ==> staf-BinaAnak@sabda.org Namun, sebenarnya Anda tidak perlu kuatir kalau e-BinaAnak suatu saat tidak menampilkan Bahan Mengajar, karena Anda bisa berkunjung ke Situs PEPAK (Pusat Elektronik Pelayanan Anak Kristen). Di situs ini, Anda bisa menemukan banyak sekali Bahan-bahan Mengajar yang bisa Anda pakai untuk mengajar Sekolah Minggu. ______________________________________________________________________ o/ MUTIARA GURU --------------------------------------------------o/ Teguran harus berfokus kepada Kristus. Hanya dalam Kristus, anak yang telah tersesat dan diyakinkan akan dosanya bisa menemukan harapan, pengampunan, keselamatan, dan kuasa untuk hidup. - Tedd Tripp - o/----------------------------------------------------------------o/ Staf Redaksi: Davida, Ratri, dan Lisbeth Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA Didistribusikan melalui sistem network I-KAN Copyright(c) e-BinaAnak 2005 -- YLSA http://www.sabda.org/ylsa/ Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati o/----------------------------------------------------------------o/ Anda terdaftar dengan alamat email: $subst('Recip.EmailAddr') Untuk berlangganan kirim e-mail ke: <subscribe-i-kan-BinaAnak@xc.org> Untuk berhenti kirim e-mail ke: <unsubscribe-i-kan-BinaAnak@xc.org> Untuk Arsip e-BinaAnak: http://www.sabda.org/publikasi/e-binaanak/ Pusat Elektronik Pelayanan Anak Kristen: http://www.sabda.org/pepak/ ><> --------- PUBLIKASI ELEKTRONIK UNTUK PEMBINAAN ANAK --------- <><
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |