Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-binaanak/221 |
|
e-BinaAnak edisi 221 (24-3-2005)
|
|
><> Milis Publikasi Elektronik untuk Para Pembina Anak <>< ================================================== Daftar Isi: Edisi 221/Maret/2005 ---------- o/ SALAM DARI REDAKSI o/ BAHAN MENGAJAR (1) : Golgota o/ BAHAN MENGAJAR (2) : Drama Interaktif: Bukit Tengkorak o/ AKTIVITAS : Kegiatan PASKAH o/ DARI ANDA UNTUK ANDA : Pengiriman e-BinaAnak o/ MUTIARA GURU o/----------------------------------------------------------------o/ Korespondensi dan kontribusi bahan dapat dikirimkan ke staf Redaksi: <staf-BinaAnak@sabda.org> atau <owner-i-kan-BinaAnak@xc.org> ______________________________________________________________________ o/ SALAM DARI REDAKSI --------------------------------------------o/ Salam kasih, Kita sudah melewati serangkaian seri pelajaran tentang perjalanan Tuhan Yesus menuju kematian-Nya. Tibalah sekarang pada puncak penderitaan-Nya, yaitu DISALIB. Di sebuah bukit, di sanalah Dia menggenapi janji keselamatan bagi umat manusia. Kematian-Nya membuka tabir pemisah antara kita orang yang berdosa dan Tuhan yang Mahasuci. Cerita mengenai Golgota dan drama Interaktif mengenai Bukit Tengkorak akan menjadi sajian Bahan Mengajar minggu ini. Selain itu ada pula Aktivitas yang dapat Anda lakukan bersama ASM ataupun keluarga Anda untuk mengenang kembali penderitaan-Nya di kayu salib. Akhir kata, jangan menyia-nyiakan anugerah keselamatan yang telah Dia berikan. Marilah kita hidup dalam kemenangan-Nya dan bekerja melayani Dia dengan penuh sukacita. Tidak lupa kami ucapkan: L A M A A H 2 0 E | T K | 0 S ---|--- P A S ---|--- 5 | | | | | | Tim Redaksi (Dav) "Sebab juga Kristus telah mati sekali untuk segala dosa kita, Ia yang benar untuk orang-orang yang tidak benar, supaya Ia membawa kita kepada Allah; Ia, yang telah dibunuh dalam keadaan-Nya sebagai manusia, tetapi yang telah dibangkitkan menurut Roh." < http://www.sabda.org/sabdaweb/?p=1Petrus+3:18 > ______________________________________________________________________ o/ BAHAN MENGAJAR (1) --------------------------------------------o/ -o- GOLGOTA -0- ======= Tuhan Yesus memandang kayu salib itu, tetapi sepatah kata pun tidak keluar dari mulut-Nya. Pakaian-Nya ditanggalkan. Hanya sarung pinggang yang masih melekat pada tubuh-Nya. Dengan sabar Dia membiarkan mereka menyiksa Dia. Sebuah cawan disodorkan kepada-Nya. Karena haus, Ia segera menerima cawan itu. Tetapi, baru saja Dia menaruh bibir-Nya pada pinggir cawan itu, Ia segera mengembalikan cawan itu. Cawan itu berisi campuran anggur dengan cuka. Minuman itu diberikan untuk meringankan penderitaan, untuk mengurangi kepedihan- Nya. Tetapi Tuhan Yesus tidak mau menerima-Nya, Ia tidak mau penderitaan-Nya diringankan. Cawan kesedihan sepenuhnya akan dikosongkan-Nya sampai habis. Dengar sadar, Ia akan menderita untuk umat-Nya. Tangan-Nya yang suci, yang selama ini hanya dipakai-Nya untuk memberkati orang, kini dipaku di kayu salib. Darah-Nya mengalir ke bawah. Kaki-Nya yang tak pernah beristirahat dan selalu siap melangkah bila ada orang yang memerlukan pertolongan-Nya, dipaku juga di kayu salib itu. Ujung kayu salib itu berwarna merah karena darah yang mengalir ke bawah. Karena rasa pedihnya, Ia pun berbicara. Namun Ia tidak mengutuk, malah berdoa kepada Allah Bapa supaya mengampuni dosa orang-orang yang telah menyiksa-Nya. Kata-Nya, "Ya, Bapa, kiranya Engkau mengampuni dosa mereka, karena mereka tidak tahu apa yang telah diperbuatnya!" Tak sampaikah kata-kata yang amat mulia itu ke telinga para pembunuh? Tidak, karena mereka sedang sibuk menyalibkan dua orang lagi, seorang di sebelah kanan, yang seorang lagi di sebelah kiri. Di atas tiap-tiap kayu salib dipakukan sebuah papan. Di atas papan itu tertulis perbuatan jahat yang telah mereka lakukan. Apakah yang tertulis di atas kepala Tuhan Yesus? Tulisan itu tertera dalam bahasa Yunani, Latin, dan Ibrani sehingga segenap manusia dapat membacanya "Yesus orang Nazaret, Raja bangsa Yahudi". Para imam kepala terperanjat ketika membaca tulisan di atas palang itu. Dengan berangnya mereka berkata kepada walinegara itu, "Jangan tulis Raja bangsa Yahudi; melainkan apa yang sudah Dia katakan, yaitu: Akulah Raja bangsa Yahudi." Tetapi Pilatus menyahut dengan tegas, "Aku tidak mau mengubah apa yang sudah kutuliskan." Demikianlah tulisan `Raja bangsa Yahudi` itu tergantung pada kayu salib. Ia menanggung hukuman yang tidak boleh diberikan kepada seorang Roma karena terlalu hina bagi mereka. Demikianlah Juruselamat, Pelepas yang selama berabad-abad sudah ditunggu itu sekarang dihina dan disiksa. Demikianlah Anak Allah, Raja langit dan bumi, seperti seorang terkutuk yang harus menjalani hukumannya. Ia harus menderita untuk menebus dosa seluruh dunia. Prajurit-prajurit yang menyalibkan Yesus tidak mengerti peristiwa agung yang terjadi di dekat mereka. Mereka duduk di dekat salib Yesus dan membagi-bagikan pakaian Tuhan Yesus. Ada empat orang prajurit di sana dan masing-masing mendapat sehelai pakaian, kain kepala, ikat pinggang, baju luar, dan sepasang kasut. Dan tinggal sehelai jubah yang sangat mahal. Keempat prajurit itu sepakat, "Janganlah kita koyakkan jubah itu, tetapi lebih baik kita undi siapa yang berhak mendapatkannya." Sementara Yesus sangat menderita di kayu salib, mereka membuang undi di dekat-Nya. Demikianlah telah digenapi apa yang sudah diramalkan oleh Raja Daud seribu tahun lampau, "Mereka membagi-bagikan pakaian-Ku dan membuang undi atas jubah-Ku." Matahari sudah tinggi di langit sebelah selatan. Luka-luka yang terbuka itu mulai terasa perih. Jantung berdebar-debar. Panas pun mulai mengamuk, seakan-akan menghanguskan seluruh badan orang yang dihukum itu. Iba ... iba hati melihat penderitaan yang terlalu berat itu. Tetapi masih ada juga manusia yang sampai hati mengolok-olok Dia. Rupa- rupanya setan sendirilah yang tinggal di dalam hati mereka pada waktu itu. Orang yang lewat di sana mengolok-olok-Nya, katanya, "Kau yang akan merombak Bait Suci dan akan membangunnya kembali dalam tiga hari saja. Nah, bebaskanlah Diri-Mu sendiri dan turunlah dari kayu salib itu!" Para imam kepala serta ahli-ahli Taurat itu bergirang hati di dekat kayu salib Yesus. Hati mereka puas. Mereka tak perlu kuatir lagi. Ia tak perlu lagi diajak bicara. Mereka sekarang berkata satu sama lain untuk menyakiti hati Tuhan Yesus. "Yang lain sudah dilepaskan-Nya, padahal Ia sendiri tak dapat membebaskan diri-Nya. Apa itu! Jika Ia benar-benar Juruselamat, nah, baiklah Ia turun dari kayu salib lalu kami akan percaya kepada-Nya. Ha ... ha ... ha ... Ia percaya kepada Tuhan Allah. Kata-Nya Ia Anak Allah! Mengapa tak dilepaskan oleh Tuhan Allah-Nya?" Seorang manusia pun tak akan dapat menahan segala sengsara itu. Sebenarnya sepatah kata pun sudah cukup akan membinasakan musuh- Nya. Tetapi Ia diam saja. Karena Ia datang bukan akan memusnahkan jiwa manusia, melainkan menyelamatkannya. Prajurit-prajurit itu lebih kejam lagi menyiksa Dia. Waktu mereka melihat bahwa Ia sangat haus dan ingin minum seteguk air saja, mereka menyuguhkan kepada-Nya anggur yang asam, segar, seraya mengejek Yesus, "Kalau Kau Raja bangsa Yahudi, bebaskanlah Diri-Mu sendiri!" Siksaan ini pun diderita-Nya dengan sabar, Ia tak mengeluarkan sepatah kata pun. Inilah mujizat kasih Tuhan Yesus! Ia masih menurut meskipun disiksa mati-matian, terus-menerus sampai ajal-Nya tiba. Kedua orang pembunuh yang tergantung sebelah kiri dan kanan-Nya tidak tinggal diam. Dengan susahnya mereka melirik dan memandang kepada Tuhan Yesus. Mungkin saja, jikalau Ia Kristus, barangkali mereka masih dapat diselamatkan. Mereka tertawa sambil mengejek, "Benar, kalau Engkau Kristus, bebaskanlah Diri-Mu dan kami ini!" Tetapi baru saja yang seorang berkata demikian, digigitnya bibirnya. Entah apa yang membuat dia bertobat saat itu. Entah mata Tuhan Yesus yang suci itu atau entah doa-Nya untuk musuh-Nya tadi . Sementara penjahat yang lain terus menghina Dia, jiwanya penuh dengan rasa hormat. Dalam hatinya lahirlah kepercayaan yang besar. Ia yakin bahwa Yesus yang menderita itu meskipun penuh dengan sengsara, benar-benar Raja, Juruselamat yang datang ke dunia. Ia tidak tahan lagi mendengar temannya mengejek Yesus. Dipalingkannya mukanya, "Belum juga kau takut kepada Tuhan Allah, padahal sebentar lagi kau berdiri di hadirat Tuhan? Kita memang sepatutnya disalibkan, karena kita orang yang jahat. Tetapi Orang ini sedikit pun tak bersalah." Kemudian dia berkata kepada Yesus, "Ya Tuhan, ingatlah kepadaku, bila Engkau sudah sampai dalam Kerajaan-Mu." Wah, tergambarlah kebahagiaan yang suci di muka Tuhan Yesus itu. Ia masih dapat menyelamatkan satu jiwa. Mata Tuhan Yesus penuh penghiburan ketika dia memandang orang itu. Dengan suara yang tegas Ia berkata, "Sesungguhnya Aku berkata, sekarang juga engkau akan beserta-Ku di Firdaus." Tak pernah orang yang tergantung pada kayu salib itu mengalami rasa damai yang sejati seperti itu, karena ia yakin jiwanya sudah selamat di tangan Tuhan Yesus meskipun ia masih menderita sengsara. Itulah yang selalu dikehendaki Yesus, bahkan pada waktu tergantung di kayu salib, yaitu memelihara orang lain, mengurus yang sakit, dan menghibur yang bersedih hati. Dari kayu salib Ia memandang ke bawah. Dengan mata yang pedih, Ia mencari di antara orang yang berdiri di bukit itu. Di antara rakyat yang berkumpul di situ tampaklah sekelompok orang yang bersusah hati. Tampaklah perempuan yang sejak dari Galilea yang mengikuti Dia, Maria Magdalena, seorang murid, yang dulu dibebaskan dari tujuh jin yang jahat. Lalu Maria, istri Kleopas yang dengan patuh mengabdi kepada-Nya. Kemudian Salome, ibu Yakobus serta Yohanes. Tampak juga Maria, Ibu Yesus yang sedang menangis di dekat kayu salib Anaknya. Hatinya seakan-akan diiris sembilu, pedih, amat pedih melihat Anaknya begitu menderita. Melihat ibu-Nya yang sedang bersusah hati itu, Tuhan Yesus lebih sedih lagi. Lebih pedih daripada luka-luka-Nya. Di dekat Maria tampaklah Yohanes, yang terus mengikuti Gurunya itu. Yesus memandang ibu-Nya kata-Nya, "Hai Ibu, lihatlah anakmu." Kemudian kepada Yohanes, "Lihatlah ibumu." Keduanya mengerti maksud- Nya. Sejak itu Maria tinggal di rumah Yohanes, dan Yohanes mengurus segala keperluannya. Sekarang matahari tinggi sekali di sebelah selatan dan cahaya yang panas terik hampir-hampir tegak lurus jatuhnya ke atas kepala orang yang tergantung di situ. Makin berat penderitaan-Nya. Badan-Nya penat. Urat-urat-Nya sudah kaku, makin lama makin susah menarik nafas ... aduh pedihnya. Itulah yang harus ditanggung oleh-Nya, padahal Ia sendiri selalu meringankan penderitaan manusia lainnya, bahkan kadang-kadang membebaskan orang dari sengsaranya. Ia yang menyembuhkan luka orang lain, sekarang penuh dengan luka-luka yang parah dan berlumuran darah. Ia yang menggerakkan kaki orang yang lumpuh dan yang timpang, sekarang tak dapat bergerak. Ia yang menghidupkan kembali orang yang mati sekarang Ia harus mati ... tak berdaya. Tiba-tiba terjadi sesuatu yang menggemparkan. Matahari yang baru saja bersinar dengan teriknya, seakan-akan terbenam, kemerah- merahan. Hari seperti senja. Tidak lama kemudian matahari seolah- olah menghilang entah ke mana, ia lenyap di dunia yang penuh dosa. Sekarang hari gelap ... gelap gulita. Dunia berkabung. Tirai yang hitam kelam menyelubungi seluruh bumi. Saat itu sunyi senyap. Hanya suara orang yang disalibkan terdengar terengah-engah dan mengerang kesakitan. Dalam gelap itu Tuhan Yesus mengalami penderitaan-Nya yang terakhir. Sekarang ... di sini ... Ia tergantung di antara langit dan bumi, jauh dari Tuhan Allah. Ia amat haus, badan-Nya hangat, karena diserang demam dan maut yang dasyat serta kesedihan yang tak terhingga. Setan pun masih mencoba juga menggoda-Nya, membujuk-Nya, supaya jangan menurut kehendak Bapa-Nya. Sekeliling-Nya gelap gulita ... sunyi senyap ... tak pernah dialami- Nya seperti itu. Lalu jiwa-Nya berseru kepada Allah-Nya, dan aduuhh ... Allah tak menyahut. Tuhan Allah telah memalingkan muka dari-Nya. Hanya kegelapan, kesedihan, dan kemarahan yang ada. Ia menanggung beban dosa seluruh dunia. Ia menahan amarah Tuhan Allah kepada segenap manusia. Ia mengalami ketakutan serta sengsara neraka. Tiga jam lamanya Ia menanggung sengsara itu. Akhirnya dada-Nya terlalu sesak, sehingga Ia berseru dengan takut-Nya, "Ya Allah Bapa, mengapa Engkau meninggalkan Aku?" Heh, apa itu? Terdengar suara dari surga menjawab. Cukuplah penderitaan itu. Tirai yang hitam kelam itu dinaikkan ke atas. Matahari muncul lagi. Cahaya terang yang berasal dari Tuhan Allah, tampak lagi. Di mana-mana cuaca terang. Tuhan Allah tidak murka lagi. Dengan penuh kasih sayang, Ia memandang kepada Anak-Nya. Cahaya Tuhan Allah bersinar lagi di hati Tuhan Yesus. Tuhan Yesus menyadari bahwa perjuangan-Nya sudah berakhir. Bahwa Ia sudah merebut kemenangan yang gilang-gemilang, karena telah menurut kehendak Bapa-Nya. Hendak diserukan-Nya ke seluruh dunia, tetapi Ia hampir tak dapat bersuara lagi. Hampir tiba ajal-Nya. Mulut-Nya yang sudah kering hampir tak dapat bergerak lagi. Ia mengerang, "Aku haus." Beberapa rabi yang mendengar seruan-Nya di kegelapan, sekarang memiliki keberanian lagi, karena cuacanya sudah terang, dan mereka mulai menghinanya kembali. Ketika ada seorang yang beriba hati hendak membasahi bibir-Nya dengan seikat lumut yang sudah dibasahinya dengan cuka lebih dulu, mereka berteriak, "Jangan! Ia telah memanggil Nabi Elia. Marilah, kita lihat, apakah Elia datang untuk membebaskan Dia!" Tetapi orang itu tak sekejam rabi itu. Diletakkannya juga lumut itu kepada bibir Tuhan Yesus. Tenaga-Nya kembali lagi. Suara-Nya yang nyaring mendengung di bukit Golgota itu memberitakan bahwa Ia sudah menang. Dengarlah pekik kemenangan yang diucapkan dengan penuh kuasa, "Sudah genap." Sekarang tak ada lagi rasa takut, tak ada lagi penderitaan. Pekerjaan-Nya sudah berakhir. Tugas-Nya yang amat mulia itu sudah dijalankan-Nya, tugas yang diberikan Bapa di surga. Kata Tuhan Yesus, "Ya Bapa, kepada-Mu Kuserahkan nyawa-Ku." Doa itu bunyinya seperti doa seorang anak kecil, penuh kepercayaan. Ia menundukkan kepala-Nya, lalu putuslah nyawa-Nya. Ia mati, Raja langit dan bumi. Gemparlah seluruh alam. Bumi gentar, batu gunung membelah. Gua kubur dalam gunung terbuka dan orang mati hidup kembali. Perwira yang menjaga di kayu salib, dengan penuh hikmat menengadah ke atas, kepada tubuh yang tak bernyawa itu dan katanya tersentuh, "Sesungguhnya, Manusia ini benar-benar Anak Allah!" Orang yang berkumpul di bukit Golgota, yang tadi menghina, juga orang yang tak mengenal Tuhan Allah, gemetar ketakutan. Mereka gempar melihat peristiwa yang amat dasyat itu. Karena kehilangan akal mereka berlari pontang-panting ke kota sambil menepuk dada. Mereka amat menyesal mengingat perbuatannya. Di Bait Suci beberapa imam sedang mempersembahkan korbannya. Nah, tengoklah, tiba-tiba tirai yang memisahkan Ruang Kudus dan Ruang Mahakudus terbelah dari atas ke bawah. Mereka gempar! Hanya sekali saja Imam boleh masuk ke dalam Ruang Mahakudus itu pada hari Grapirat. Sekarang Ruang Mahakudus itu terbuka untuk segenap manusia. Tak ada lagi yang memisahkan Tuhan Allah dari manusia. Tak perlu lagi imam serta korban itu. Imam Besar yang sebenarnya sudah mempersembahkan Korban-Nya. Dosa dunia sudah ditebus. Surga sudah terbuka untuk segenap manusia. Inilah amanat yang terlebih mulia, yang penuh bahagia, yang pernah diumumkan kepada seluruh dunia. Bahan diedit dari sumber: Judul Buku: Cerita-Cerita Alkitab Perjanjian Baru Penulis : Anne De Vries Penerbit : Balai Alkitab dan Badan Penerbit Kristen, Jakarta, 1959 Halaman : 231 - 237 ______________________________________________________________________ o/ BAHAN MENGAJAR (2) --------------------------------------------o/ -o- DRAMA INTERAKTIF: BUKIT TENGKORAK -o- ================================= Karakter yang diperankan: ------------------------- 1. Narator 2. Yesus 3. Simon dari Kirene 4. Dua orang sebagai tikus Perlengkapan: ------------- 1. Dua lembar triplek tipis kira berukuran 10x20 cm untuk setiap anak. 2. Salib yang akan dipikul oleh pemeran Yesus. Teks Drama: ----------- [Narator mengundang anak-anak untuk maju memenuhi bagian depan ruangan. Mereka duduk terbagi atas dua sisi sehingga ada jalan kosong di antara mereka. Setiap anak mengambil dua buah batang kayu yang dibagikan oleh guru-guru yang membantu. Narator mengarahkan anak-anak untuk saling memukulkan batang-batang kayu itu agar timbul suara seperti paku yang sedang di palu. Narator mengangkat tangan kanannya sebagai aba-aba untuk mulai memukulkan kayu. Anak-anak pun harus diberi aba-aba menghentikan suara kayu tersebut dengan cara mengangkat tangan kiri. Para tikus masuk. Pemeran Yesus pun secara perlahan masuk dari arah belakang anak-anak dengan memikul sebuah salib yang besar. Prosesi ini dapat diiringi dengan musik melankolis. Tiba-tiba pemeran Simon dari Kirene keluar dari tengah-tengah penonton menuju ke arah Yesus yang sedang memikul salib. Lalu Simon membantu Yesus memikul salib sambil menuju ke panggung utama. Salib diletakkan di panggung di sebuah tempat yang sudah ditetapkan. Yesus dan Simon dari Kirene keluar panggung.] Narator : "Sekarang kita sedang mengikuti Yesus ke Golgota yang biasa disebut Bukit Tengkorak. Bukan nama yang menyenangkan, bukan? Itu bahkan bukan tempat yang menyenangkan. Hari ini sesuatu akan terjadi. Ya, ada sebuah rencana dalam cerita ini. Setelah Yesus di tangkap di sebuah taman, orang-orang menfitnah dan mengolok-olok Dia. Mereka akan minta Yesus dihukum mati dengan cara disalibkan walaupun Yesus tidak memiliki kesalahan sedikit pun." Tikus (1) : "Kau benar. Kamu dengar itu? Yesus akan mati. Oh, ini sangat mengerikan!" Tikus (2) : Dengar! Mereka mulai memakukan Yesus pada salib itu." [Narator mengangkat tangan kanannya sebagai tanda bagi anak-anak untuk mulai memukulkan kayu mereka.] Tikus (1) : "Aku tidak tahan melihatnya. Tangan-Nya! Kaki-Nya! Mengapa?" [Narator mengangkat tangan kirinya sebagai tanda bagi anak-anak untuk berhenti memukulkan kayu mereka.] Tikus (1) : "Bisakah aku melihatnya sekarang?" Tikus (2) : "Ya, mereka sudah selesai. Tetapi aku masih tetap belum mengerti. Mengapa harus begini? Mengapa harus mati secara mengenaskan di Bukit Tengkorak ini?" Narator : "Mengapa? Itu pertanyaan yang bagus. Mengapa Yesus mengizinkan ini terjadi?" Yesus : [Berbicara dari belakang panggung.] Tikus-tikus kecil, jangan bersedih dan bingung. Untuk inilah Aku mati, Aku harus membuktikan kasih-Ku pada kalian, menunjukkan betapa Tuhan sangat mengasihi kalian." Tikus (1) : "Yesus mati untukku?" Tikus (2) : "Dan untukku juga?" [Hening untuk beberapa saat.] Yesus : "Sudah selesai. Tidak ada seorang pun yang memiliki kasih sebesar ini, mau mengorbankan nyawanya untuk orang lain." Narator : "Sekarang, sudah tahukah kalian apa rencana-Nya? Tuhan sangat mengasihi kita semua maka diberikanlah Anak-Nya yang tunggal, Yesus, untuk mati bagi kita semua. Setiap orang yang percaya kepada Yesus tidak akan binasa, melainkan akan beroleh hidup yang kekal. Tikus (1+2): [Dengan wajah tercengang.] "Kita bisa hidup karena Yesus mau mati bagi kita?" Narator : "Dan ini belum merupakan akhir dari cerita!" Tikus (1) : "Maksudmu masih ada cerita yang lain lagi?" Narator : "Ya. Masih ada lagi rencana Tuhan." Tikus (2) : "Tetapi Yesus sudah mati untukku. Apalagi yang dapat Dia lakukan?" Narator : "Kau akan segera mengetahuinya. Sekarang, kalian dapat membawa pulang kayu-kayu yang sudah kalian terima tadi untuk mengingatkan tentang penyaliban Yesus dan kasih- Nya yang sangat besar untuk kita semua." [Tutuplah dengan sebuah pujian yang sudah dipersiapkan sebelumnya kemudian ajaklah anak-anak untuk berdoa.] Bahan diterjemahkan dan diedit dari sumber: Judul Buku : Program Resources for Lent and Easter: Take Up Your Cross Judul Artikel Asli: The Place of the Skull Penerbit : Augsburg Fortress, Minneapolis - USA, 1990 Halaman : 26 - 27 ______________________________________________________________________ o/ AKTIVITAS -----------------------------------------------------o/ -o- KEGIATAN PASKAH -o- =============== Dramatisasikan kenyataan bahwa dosa kitalah yang membuat Yesus disalibkan. Anda membutuhkan: 1. Sebuah paku yang besar untuk setiap orang 2. Selembar papan 3. Palu Cara Melaksanakan: ------------------ Seluruh anggota keluarga/kelas duduk saling berhadapan di lantai. Letakkan lembaran papan di tengah-tengah. Berikan sebatang paku kepada setiap orang. Selama beberapa menit, setiap orang dengan tenang merefleksikan dosa-dosa mereka. Renungkanlah apa saja yang baru Anda pikirkan, katakan, atau lakukan, yang mendukakan hati Tuhan. Jika anggota-anggota keluarga yang hadir belum menerima Yesus sebagai Juruselamatnya, mintalah kepada-Nya pengampunan dan hidup baru; kegiatan ini merupakan kesempatan yang baik untuk mengambil keputusan serupa itu (orang tersebut dapat menaikkan doa sebagai berikut: Tuhan Yesus, Engkau hidup sebagai Tuhan dan Juruselamat saya. Masuklah ke dalam hati dan kehidupan saya. Saya ingin menjalani hidup saya sesuai dengan kehendak-Mu. Amin!). Setelah beberapa menit berdiam diri, setiap orang dapat menancapkan pakunya pada papan dengan bantuan palu. Anak-anak kecil mungkin membutuhkan bantuan. Setelah itu bacalah 1Petrus 2:24 dengan keras. Berpegangan tanganlah satu sama lain untuk menaikkan sebuah doa yang pendek yang mengekspresikan pikiran berikut: Yesus yang termulia, kami disadarkan untuk merendahkan diri ketika kami menyadari bahwa dosa-dosa kamilah yang telah memaku Engkau pada kayu salib. Engkau menebus kami dengan darah-Mu sendiri. Tolonglah kami untuk lebih bersungguh-sungguh dalam menjalani kehidupan baru yang penuh dengan kebenaran yang telah Engkau tebuskan bagi kami dengan membayar harga yang begitu mahal. Dalam nama-Mu kami berdoa. Amin. Bahan diedit dari sumber: Judul Buku : Kristus dalam PASKAH: Buku Pedoman Perayaan Paskah bagi Keluarga Judul Artikel Asli: Kegiatan Keluarga Penulis : Charles Colson, Billy Graham, Max Lucado, dan Joni Eareckson Tada Penerbit : BPK Gunung Mulia, Jakarta, 1998 Halaman : 54 - 55 ______________________________________________________________________ o/ DARI ANDA UNTUK ANDA ------------------------------------------o/ Dari: Sarce Isba <sarce_i@> >Syalom >Apa kabar semuanya? kalian baik-baik saja itu krn kasih dan >kemurahan Tuhan yg senantiasa memberkati dan menolong kita semua, >amin. > >Saya sangat berterima kasih kepada Tuhan dan kepada Anda karena >sudah mengirimkan meteri tentang PASKAH dan saya akan ajarkan >kepada ASM saya untuk persiapan menjelang PASKAH nanti. Saya minta >supaya di kirim terus tentang cerita cerita atau materi untuk bahan >mengajar kepada ASM saya. Bahan materi atau bahan cerita anak mulai >dari edisi maret sampai dgn Desember 2005. Akan saya tunggu itu di >emailku. Tuhan sayang dan memberkati kalian semua. >-Sarce Oce Isba- Redaksi: Anda sudah terdaftar sebagai anggota e-BinaAnak, dan itu berarti setiap satu minggu sekali (hari Rabu) Anda akan menerima e-BinaAnak di mailbox Anda :) Jika Sdri. Sarce atau rekan-rekan lain yang ingin membaca edisi-edisi e-BinaAnak, khususnya edisi Paskah, yang sudah pernah terbit, silakan berkunjung ke ==> http://www.sabda.org/publikasi/e-binaanak/ atau jika ingin melihat kumpulan bahan-bahan seputar pelayanan anak yang lain, silakan akses: ==> http://www.sabda.org/pepak/ Maju terus dalam pelayanan. Salam untuk rekan-rekan sepelayanan Anda dan salam manis untuk anak-anak SM Anda :)) ______________________________________________________________________ o/ MUTIARA GURU --------------------------------------------------o/ Berilah kepadaku dahaga yang tidak terpuaskan untuk mengenal Engkau, Tuhanku o/----------------------------------------------------------------o/ Staf Redaksi: Davida, Ratri, dan Lisbeth Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA Didistribusikan melalui sistem network I-KAN Copyright(c) e-BinaAnak 2005 -- YLSA http://www.sabda.org/ylsa/ Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati o/----------------------------------------------------------------o/ Untuk berlangganan kirim e-mail ke: <subscribe-i-kan-BinaAnak@xc.org> Untuk berhenti kirim e-mail ke: <unsubscribe-i-kan-BinaAnak@xc.org> Untuk Arsip e-BinaAnak: http://www.sabda.org/publikasi/e-binaanak/ Pusat Elektronik Pelayanan Anak Kristen: http://www.sabda.org/pepak/ ><> --------- PUBLIKASI ELEKTRONIK UNTUK PEMBINAAN ANAK --------- <><
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |