Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-binaanak/226 |
|
e-BinaAnak edisi 226 (28-4-2005)
|
|
><> Milis Publikasi Elektronik untuk Para Pembina Anak <>< ================================================== Daftar Isi: Edisi 226/April/2005 ---------- o/ SALAM DARI REDAKSI o/ ARTIKEL : Membangun Kemandirian Anak o/ TIPS : Mendidik Anak agar Mandiri o/ BAHAN MENGAJAR : Haruskah Kita Kerja o/ DARI ANDA UNTUK ANDA : Koreksi Arsip e-BinaAnak o/ MUTIARA GURU o/----------------------------------------------------------------o/ Korespondensi dan kontribusi bahan dapat dikirimkan ke staf Redaksi: <staf-BinaAnak@sabda.org> atau <owner-i-kan-BinaAnak@xc.org> ______________________________________________________________________ o/ SALAM DARI REDAKSI --------------------------------------------o/ Salam kasih dalam penyertaan Yesus Kristus, Seorang guru SM mengeluh karena sering melihat anak-anak didiknya belum bisa mandiri ketika ada di Sekolah Minggu. Ada banyak kali guru SM kerepotan meladeni anak-anak tersebut, khususnya ketika mereka perlu ke kamar mandi, memakai sepatu, atau membereskan alat- alat tulis yang dipakai di kelas. Kesulitan anak untuk mandiri sering bermula dari rumah karena orangtuanya kurang mendidik mereka untuk bisa mandiri. Bagaimana guru SM dapat membantu orangtua, khususnya ibu, agar dapat menolong anaknya memiliki sikap yang mandiri? Beberapa sajian e-BinaAnak minggu ini kami sengaja hadirkan untuk menolong orangtua mendidik anaknya agar bisa memiliki sikap mandiri. Sebagai guru SM, Anda bisa memakai bahan-bahan ini untuk menjadi bahan diskusi dengan orangtua anak. SM bisa mengadakan acara-acara khusus dengan orangtua murid untuk saling sharing sehingga dapat terjalin hubungan yang lebih erat antara orangtua dan Sekolah Minggu. Kalau hal itu belum memungkinkan, guru bisa membagikan (copy) bahan-bahan ini kepada orangtua untuk bisa dibaca dan dipelajari di rumah. Bagi guru SM yang kreatif, Anda juga bisa mempelajari bahan-bahan ini dan mengaplikasikannya dalam setiap kesempatan di kegiatan Sekolah Minggu Anda. Melalui pengajaran dan teladan Anda, kami yakin anak-anak juga akan dapat belajar tentang kemandirian. Selamat berkreasi. (Yul) Tim Redaksi "Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanyapun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu." (Amsal 22:6) < http://www.sabda.org/sabdaweb/?p=Amsal+22:6 > ______________________________________________________________________ o/ ARTIKEL -------------------------------------------------------o/ -o- MEMBANGUN KEMANDIRIAN ANAK -o- ========================== Rasanya kita masih ingat dengan lagu yang berbunyi: When I was just a little girl I asked my mother what will I be will I be pretty will I be rich that`s what she said to me. Queserra, serra what ever will be, will be the future is not us to see, queserra, serra. "Terserahlah Nak," kata kita, "terserah apa jadinya, sebab masa depan kita tidak di tangan kita." Lagu yang berbicara tentang sikap enteng menghadapi hidup ini nampaknya makin lama makin tidak masuk akal dalam kehidupan kita. Betapa tidak? Sadar atau tidak sadar, saat ini sebenarnya kita sedang didorong untuk menyanyikan lagu yang versinya berbanding terbalik dengan nyanyian tadi. Lagu yang berbicara tentang pemaksimalan diri agar bisa mengikuti persaingan dan memacu diri mencapai puncak dalam hidup ini. Anak-anak kita dipacu untuk menyongsong masa depan yang mapan, memiliki nilai lebih dan meyakinkan. Beberapa unsur yang sekarang ini ada di seputar anak-anak kita (secara khusus dampaknya terasa di kota-kota besar) adalah: - perkembangan teknologi yang cepat berganti serta canggih, - jam aktivitas di luar rumah yang panjang antara ayah dan ibu, - tuntutan yang tinggi untuk mencapai masa depan yang mapan, - kekerasan yang makin meningkat dan beragam, - jauhnya jarak kegiatan anggota keluarga satu dengan yang lain. Semua ini menimbulkan ketegangan dalam diri orangtua. Fungsi anak sebagai pengejar ilmu pengetahuan murni, membuat ia diperlengkapi dengan sekian banyak les tambahan. Sebagai akibat kesibukan tersebut, anak menjadi dibebaskan dari tanggung jawab serta latihan sosialisasi yang lain. Jauhnya jarak dan kesempatan berkumpul yang makin terbatas antara suami dan istri, orangtua dan anak, sementara kekerasan ada di mana- mana, menimbulkan tingginya tingkat kecemasan di hati orangtua. Kita cenderung untuk memberikan proteksi lengkap kepada anak-anak -- kalau tidak bisa dikatakan berlebihan. Di pihak lain, anak-anak sendiri pada akhirnya terbiasa dengan proteksi tersebut. Dengan dampingan "baby sitter" atau paling tidak para pembantu sebagai payung rasa aman dari orangtua yang keduanya bekerja. Anak-anak pada akhirnya mempunyai atau menciptakan banyak "excuse" dalam hidupnya. Sementara itu orangtua juga cenderung untuk memberikan banyak toleransi terhadap kelalaian anak di banyak segi kehidupan (menaruh sepatu tidak pada tempatnya, tidak membantu mencuci piring, malas membereskan kamar sendiri, dll.) Untuk menjawab pertanyaan mendasar mengenai sebenarnya apa peran orangtua/para pendidik dalam membangun kemandirian anak, berikut ini beberapa hal yang dapat menjadi perenungan kita bersama: 1. Anak yang mandiri adalah anak yang diberi kesempatan untuk menerima dan menjadi dirinya sendiri. Orangtua yang memperlakukan anak-anak menurut kekhasan mereka masing-masing adalah orangtua yang belajar bersikap positif menghadapi berbagai perbedaan karakter, kepandaian, ataupun penampilan anak. Jangan memberi pembanding yang tidak adil di antara anak-anak. Ajarkan anak-anak untuk percaya bahwa dirinya "istimewa" dalam kekhasan mereka masing-masing. Dalam hal ini latihan melalui setiap peristiwa dalam hidupnya merupakan persiapan untuk membangun citra diri anak. Pembanding yang sehat di tengah kompetisi dengan teman- teman dan anggota keluarga yang lain akan menolong anak menemukan dirinya. Masa depan anak akan bertumbuh bersama proses pembentukan kepribadiannya di samping semua bekal fasilitas ilmu. Bimbingan rohani menjadi sangat penting dalam membekali anak untuk mampu mengaktualisasikan kemandiriannya. 2. Membangun komunikasi pribadi anak dengan Tuhan. Orangtua yang mendidik anak dalam kehidupan rohani yang kuat sejak masa kanak- kanak adalah orangtua yang dengan bijaksana mengantarkan anaknya pada suatu landasan yang teguh. Sebab di tengah pelbagai situasi ketika anak jauh dari orangtuanya atau ketika ia harus menjawab sendiri perubahan-perubahan dalam hidup yang tidak selalu dapat segera diatasinya, ia akan selalu menemukan rasa aman dalam hubungan spiritual yang kokoh dengan Tuhan. Kita belajar dari Samuel dan Timotius, kedua anak yang sejak masa kecil menerima bimbingan rohani yang kokoh dari ibunya, pada saat menghadapi perbagai pengaruh lingkungan, mereka dapat berdiri tangguh, mandiri, mampu menghadapi, dan melewati setiap pengaruh yang ada di sekitar hidupnya. 3. Latihan ketrampilan praktis, disiplin, dan tangung jawab dalam berbagai sektor kehidupan akan menolong anak merasa aman dengan dirinya. Dalam hal ini, orangtua yang pada umumnya lebih banyak memberi waktu dan perhatian awal kepada anak di masa pertumbuhan, mempunyai andil yang cukup besar. Misalnya, biarkan anak-anak mengerjakan hal-hal yang menjadi tanggung jawab di rumah. 4. Melatih anak untuk mengambil keputusan terhadap hal-hal tertentu dalam hidup dan melatih sikap menghadapi kekecewaan dan penolakan yang bisa saja terjadi akibat keputusan tersebut. 5. Jangan memindahkan kecemasan dan rasa bersalah orangtua dengan menutup kesempatan anak untuk bersosialisasi. Kadang-kadang dalam ketakutan, orangtua menjadi berlebih-lebihan dalam memberi fasilitas perlindungan kepada anak sehingga membuat anak menjadi gugup dan resah. Menutup tulisan ini marilah kita bersama membangun karakter mandiri anak-anak melalui kesabaran, keteguhan hati, dan iman yang teguh kepada Tuhan. Biarlah hikmat memperlengkapi setiap kebijakan yang diambil orangtua untuk anak-anaknya, seperti kata Amsal 22:6, "Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanyapun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu." Bahan diedit dari sumber: Nama Situs : BPK Penabur Alamat URL : http://www1.bpkpenabur.or.id/kwiyata/79/pokok1.htm Judul Artikel Asli: Peran Ibu dalam Mengaktualisasikan Kemandirian Anak Penulis Artikel : Ny. Hilda Pelawi, S.Th. ______________________________________________________________________ o/ TIPS ----------------------------------------------------------o/ -o- MENDIDIK ANAK AGAR MANDIRI -o- ========================== Orangtua mana yang tidak mau melihat anaknya tumbuh menjadi anak yang mandiri. Tampaknya memang itulah salah satu tujuan yang ingin dicapai orangtua dalam mendidik anak-anaknya. Sikap mandiri sudah dapat dibiasakan sejak anak masih kecil, seperti memakai pakaian sendiri, menalikan sepatu, dan bermacam pekerjaan- pekerjaan kecil sehari-hari lainnya. Kedengarannya mudah, namun dalam praktiknya pembiasaan ini banyak hambatannya. Tidak jarang orangtua merasa tidak tega atau justru tidak sabar melihat si kecil yang berusaha menalikan sepatunya selama beberapa menit, namun belum juga memperlihatkan keberhasilan. Atau, langsung memberi segudang nasihat, lengkap dengan cara pemecahan yang harus dilakukan, ketika anak selesai menceritakan pertengkarannya dengan teman sebangku. Memang masalah yang dihadapi anak sehari-hari dapat dengan mudah diatasi dengan adanya campur tangan orangtua. Namun, cara ini tentunya tidak akan membantu anak untuk menjadi mandiri. Ia akan terbiasa "lari" kepada orangtua apabila menghadapi persoalan, dengan perkataan lain ia terbiasa tergantung pada orang lain, untuk hal-hal yang kecil sekalipun. Lalu, upaya apa yang dapat dilakukan orangtua untuk membiasakan anak agar tidak cenderung menggantungkan diri pada seseorang, serta mampu mengambil keputusan? Di bawah ini ada beberapa hal yang dapat Anda terapkan untuk melatih anak menjadi mandiri. 1. Beri kesempatan memilih. ------------------------ Anak yang terbiasa berhadapan dengan situasi atau hal-hal yang sudah ditentukan oleh orang lain, akan malas untuk melakukan pilihan sendiri. Sebaliknya, bila ia terbiasa dihadapkan pada beberapa pilihan, ia akan terlatih untuk membuat keputusan sendiri bagi dirinya. Misalnya, sebelum menentukan menu di hari itu, ibu memberi beberapa alternatif masakan yang dapat dipilih anak untuk makan siangnya. Demikian pula dalam memilih pakaian yang akan dipakai untuk pergi ke pesta ulang tahun temannya, misalnya. Kebiasaan untuk membuat keputusan-keputusan sendiri dalam lingkup kecil sejak dini akan memudahkan untuk kelak menentukan serta memutuskan sendiri hal-hal dalam kehidupannya. 2. Hargailah usahanya. ------------------- Hargailah sekecil apa pun usaha yang diperlihatkan anak untuk mengatasi sendiri kesulitan yang ia hadapi. Orangtua biasanya tidak sabar menghadapi anak yang membutuhkan waktu lama untuk membuka sendiri kaleng permennya. Terutama bila saat itu ibu sedang sibuk di dapur, misalnya. Untuk itu sebaiknya orangtua memberi kesempatan padanya untuk mencoba dan tidak langsung turun tangan untuk membantu membukakannya. Jelaskan juga padanya bahwa untuk membuka kaleng akan lebih mudah kalau menggunakan ujung sendok, misalnya. Kesempatan yang Anda berikan ini akan dirasakan anak sebagai penghargaan atas usahanya, sehingga akan mendorongnya untuk melakukan sendiri hal-hal kecil seperti itu. 3. Hindari banyak bertanya. ------------------------ Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan orangtua, yang sebenarnya dimaksudkan untuk menunjukkan perhatian pada si anak, dapat diartikan sebagai sikap yang terlalu banyak mau tahu. Karena itu hindari kesan cerewet. Misalnya, anak yang baru kembali dari sekolah akan kesal bila diserang dengan pertanyaan-pertanyaan seperti, "Belajar apa saja di sekolah?", dan "Mengapa seragamnya kotor? Pasti kamu habis berkelahi lagi di sekolah!" dan seterusnya. Sebaliknya, anak akan senang dan merasa diterima apabila disambut dengan kalimat pendek, "Halo anak ibu sudah pulang sekolah!" Sehingga kalaupun ada hal-hal yang ingin ia ceritakan, dengan sendirinya anak akan menceritakan pada orangtua, tanpa harus di dorong-dorong. 4. Jangan langsung menjawab pertanyaan. ------------------------------------ Meskipun salah satu tugas orangtua adalah memberi informasi serta pengetahuan yang benar kepada anak, namun sebaiknya orangtua tidak langsung menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan. Sebaliknya, berikan kesempatan padanya untuk menjawab pertanyaan tersebut. Dan tugas Andalah untuk mengkoreksinya apabila salah menjawab atau memberi penghargaan kalau ia benar. Kesempatan ini akan melatihnya untuk mencari alternatif-alternatif dari suatu pemecahan masalah. Misalnya, "Bu, kenapa sih, kita harus mandi dua kali sehari?" Biarkan anak memberi beberapa jawaban sesuai dengan apa yang ia ketahui. Dengan demikian, anak terlatih untuk tidak begitu saja menerima jawaban orangtua, yang akan diterima mereka sebagai satu jawaban yang baku. 5. Dorong untuk melihat alternatif. -------------------------------- Sebaiknya anak pun tahu bahwa untuk mengatasi suatu masalah, orangtua bukanlah satu-satunya tempat untuk bertanya. Masih banyak sumber-sumber lain di luar rumah yang dapat membantu untuk mengatasi masalah yang dihadapi. Untuk itu, cara yang dapat dilakukan orangtua adalah dengan memberitahu sumber lain yang tepat untuk dimintai tolong, untuk mengatasi suatu masalah tertentu. Dengan demikian, anak tidak akan hanya tergantung pada orangtua, yang bukan tidak mungkin kelak justru akan menyulitkan dirinya sendiri. Misalnya, ketika si anak datang pada orangtua dan mengeluh bahwa sepedanya mengeluarkan bunyi bila dikendarai. Anda dapat memberi jawaban, "Coba ya, nanti kita periksa ke bengkel sepeda.", 6. Jangan patahkan semangatnya. ---------------------------- Tak jarang orangtua ingin menghindarkan anak dari rasa kecewa dengan mengatakan "mustahil" terhadap apa yang sedang diupayakan anak. Sebenarnya apabila anak sudah mau memperlihatkan keinginan untuk mandiri, doronglah ia untuk terus melakukannya. Jangan sekali-kali Anda membuatnya kehilangan motivasi atau harapannya mengenai sesuatu yang ingin dicapainya. Jika anak minta izin kepada Anda, "Bu, Andi pulang sekolah mau ikut mobil antar- jemput, bolehkan?" Tindakan untuk menjawab, "Wah, kalau Andi mau naik mobil antar-jemput, kan Andi harus bangun pagi dan sampai di rumah lebih siang. Lebih baik tidak usah deh, ya." Jawaban seperti itu tentunya akan membuat anak kehilangan motivasi untuk mandiri. Sebaiknya ibu berkata "Andi mau naik mobil antar-jemput? Wah, kedengarannya menyenangkan, ya. Coba Andi ceritakan pada Ibu mengapa Andi mau naik mobil antar-jemput." Dengan cara ini, paling tidak anak mengetahui bahwa orangtua sebenarnya mendukung untuk bersikap mandiri. Meskipun akhirnya, dengan alasan-alasan yang Anda ajukan, keinginannya tersebut belum dapat dipenuhi. Bahan diedit dari sumber: Nama Situs : indobulletin Alamat URL : http://www.indobulletin.com/ ______________________________________________________________________ o/ BAHAN MENGAJAR ------------------------------------------------o/ -o- HARUSKAH KITA KERJA -o- =================== "Saya benci kerja!" teriak Diana. "Saya tidak mau mengerjakan tugas- tugas saya. Saya tidak mau membantu mencuci piring atau membersihkan kamar saya. Saya tidak akan pernah mau kerja lagi." Menurut kamu, apakah tindakan Diana itu benar? Renungan Singkat tentang Pekerjaan: ----------------------------------- 1. Pernahkah kamu merasa benci bekerja seperti Diana? Pernahkah kamu ingin berhenti melakukan tugas-tugasmu di rumahmu? 2. Apakah yang akan kamu katakan kepada Diana? Menurut kamu, apakah tindakan Diana itu benar atau salah? Mengapa? Ibu dah ayah saling berpandangan. "Menurutmu, apakah kami juga harus berhenti bekerja?" tanya ibu. "Saya kira kita boleh berhenti bekerja," kata ayah. "Tetapi kalau kamu tidak mempersiapkan makan pagi, makan siang ataupun makan malam, kita semua akan kelaparan." "Dan kalau kamu tidak bekerja, kita tidak akan mempunyai uang untuk membeli makanan," kata ibu. "Apakah yang akan terjadi jika kamu berhenti mencuci pakaian atau membersihkan rumah kita atau berhenti menjaga agar seprai-seprai kita selalu bersih?" tanya ayah. "Sungguh tidak menyenangkan kalau kita tinggal di rumah yang kotor dan acak-acakan." "Itu benar," kata ibu. "Jika ayah berhenti bekerja, tentu kita harus menjual rumah dan mobil kita. Maka kita pun tidak akan mempunyai tempat tinggal atau mobil lagi untuk bepergian." "Dan karena ibu tidak mempunyai rencana untuk bekerja, maka ia juga tidak akan mempunyai pekerjaan," kata ayah. "Jadi saya kira kita tidak akan mempunyai rumah, mobil, makanan, pakaian, binatang peliharaan, dan segala hal yang lainnya!" "Sudah! Sudah!" kata Diana. "Saya tidak mau kehilangan semua ini. Saya mau membantu ayah dan ibu bekerja." Renungan Singkat tentang Allah dan Kamu: ---------------------------------------- 1. Apakah Allah akan memberi kita sebuah rumah dan mobil, juga pakaian dan makanan jika kita tidak bekerja untuk mendapatkannya? Mengapa tidak? 2. Apakah adil jika beberapa anggota keluarga bekerja sementara beberapa anggota keluarga yang lain tidak bekerja? Apakah adil jika kamu tidak melakukan apa pun agar rumahmu tetap bersih sementara ayah dan ibumu bekerja keras untuk menjaganya? 3. Pekerjaan yang bagaimanakah yang dapat kamu lakukan untuk menolong ayah dan ibumu di rumah? Maukah kamu melakukannya? Menurut kamu, apakah hal ini akan menyukakan hati Allah? Bacaan Alkitab: --------------- Mazmur 90:16,17 Kebenaran Alkitab: ------------------ Kamu akan makan jika kamu bekerja (Mazmur 128:2). Doa: ---- Terima kasih, ya Tuhan Yesus, atas semua pemberian-Mu. Terima kasih karena Engkau telah memberi kesempatan kepada saya untuk mengerjakan dan melakukan bagian saya agar saya memperoleh hasilnya dan memeliharanya. Amin. Bahan diedit dari sumber: Judul Buku: 100 Renungan Singkat untuk Anak-anak Penulis : V. Gilbert Beers Penerbit : Yayasan Kalam Hidup, Bandung, 1986 Halaman : 158 - 159 ______________________________________________________________________ o/ DARI ANDA UNTUK ANDA ------------------------------------------o/ Dari: Eko K. Sitepu <eko@> >Yth. Pengasuh Bina Anak >Sebelumnya saya ingin mengucapkan terima kasih atas hadirnya Bina >Anak ini karena besar sekali manfaatnya bagi perkembangan sekolah >minggu di lingkungan gereja saya. > >Saya sudah mencetak sebagian bina anak ini untuk kemudian saya >berikan kepada guru SM digereja saya supaya mereka memiliki bahan >untuk mengajar. Untuk edisi 112 tahun 2003 saya lihat ada sedikit >kerusakan, mohon kepada pengasuh agar dapat memperbaikinya supaya >saya dapat mencetak edisi tersebut. > >Terima kasih atas perhatiannya, semoga Tuhan memberkati saudara >sekalian. Amin. >Salam, >Eko K. Sitepu Redaksi: Puji Tuhan untuk setiap berkat yang Anda dan rekan-rekan pelayanan dapatkan melalui e-BinaAnak. Mohon maaf, memang ada kesalahan pada arsip e-BinaAnak Edisi 112/2003. Puji Tuhan, saat ini file tersebut sudah kami benahi dan sudah siap untuk Anda cetak :) Bagi rekan-rekan lain yang sedang mengunjungi situs arsip e-BinaAnak atau Situs PEPAK dan kebetulan menemukan "error" jangan segan untuk memberitahukannya kepada kami. Untuk itu sebelum dan sesudahnya, kami mengucapkan terima kasih untuk bantuan Anda. ______________________________________________________________________ o/ MUTIARA GURU --------------------------------------------------o/ Kemandirian anak tidak terbentuk begitu saja, perlu kerjasama dan kerja keras para orangtua dan pendidik, dan penyerahan penuh kepada Tuhan. - Welni - o/----------------------------------------------------------------o/ Staf Redaksi: Davida, Yulia, dan Lisbeth Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA Didistribusikan melalui sistem network I-KAN Copyright(c) e-BinaAnak 2005 -- YLSA http://www.sabda.org/ylsa/ Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati o/----------------------------------------------------------------o/ Untuk berlangganan kirim e-mail ke: <subscribe-i-kan-BinaAnak@xc.org> Untuk berhenti kirim e-mail ke: <unsubscribe-i-kan-BinaAnak@xc.org> Untuk Arsip e-BinaAnak: http://www.sabda.org/publikasi/e-binaanak/ Pusat Elektronik Pelayanan Anak Kristen: http://www.sabda.org/pepak/ ><> --------- PUBLIKASI ELEKTRONIK UNTUK PEMBINAAN ANAK --------- <><
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |