Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-binaanak/242 |
|
e-BinaAnak edisi 242 (18-8-2005)
|
|
><> Milis Publikasi Elektronik untuk Para Pembina Anak <>< ================================================== Daftar Isi: Edisi 242/Agustus/2005 ---------- o/ SALAM DARI REDAKSI o/ ARTIKEL (1) : Hambatan bagi Anak dalam Memahami Alkitab o/ ARTIKEL (2) : Alkitab dan Anak-anak o/ TIPS : Mengajarkan Kebenaran Alkitab o/ DARI ANDA UNTUK ANDA: Tanya Arsip e-BinaAnak o/ MUTIARA GURU o/----------------------------------------------------------------o/ Korespondensi dan kontribusi bahan dapat dikirimkan ke staf Redaksi: <staf-BinaAnak(at)sabda.org> atau <owner-i-kan-BinaAnak(at)xc.org> ______________________________________________________________________ o/ SALAM DARI REDAKSI --------------------------------------------o/ Salam kasih dalam penyertaan Yesus Kristus, Jika Anda ingin menumbuhkan kesukaan anak untuk membaca Firman Tuhan, maka ada harga yang harus dibayar, karena kesukaan membaca Firman Tuhan tidak dapat tumbuh dengan sendirinya. Sebagai langkah pertama, mereka harus terlebih dahulu belajar untuk mengenal Alkitab, sebisa mungkin harus dimulai sejak masih kecil, bahkan sebelum bisa membaca. Tapi, mungkin Anda berkata, "Saya sudah mencobanya, tapi tidak berhasil." Nah, bagi para guru dan orangtua yang mengalami hal yang sama, seluruh sajian edisi e-BinaAnak minggu ini akan mengajak kita semua, para pendidik Kristen, guru SM, orangtua, ataupun guru agama Kristen untuk melihat faktor-faktor yang menjadi hambatan dan juga apa saja yang perlu diperhatikan ketika kita mengajarkan dan mengenalkan Alkitab kepada anak-anak. Harapan kami, dengan mempelajari bahan-bahan ini Anda akan semakin trampil untuk membawa anak-anak mengenal Firman Tuhan lebih dekat lagi, dan tidak memperlakukan Alkitab sekadar sebagai bacaan biasa. Selamat mengajar! (Dav) Tim Redaksi "Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran." (2Timotius 3:16) < http://www.sabda.org/sabdaweb/?p=2Timotius+3:16 > ______________________________________________________________________ o/ ARTIKEL (1) ---------------------------------------------------o/ -o- HAMBATAN BAGI ANAK DALAM MEMAHAMI ALKITAB -o- ========================================= Anak-anak dapat dengan mudah mengembangkan perasaan positif mengenai Alkitab meskipun mereka amat sedikit memahaminya. Anak-anak diberitahu bahwa Alkitab itu penting, dan mereka menerima penilaian orang dewasa. Namun, istilah-istilah simbolis seperti "pelita", "pedang", dan "roti", yang tertulis dalam Alkitab, sering menimbulkan kesukaran bagi anak-anak. Mereka cenderung berpikir secara harafiah. Anak-anak yang agak besar pun mudah bingung kecuali diberi penjelasan. Seringkali anak memilih faktor-faktor yang tidak penting sebagai ciri utama. Penampilan Alkitab secara fisik, usianya, bahasa yang dipakainya di gereja, semua itu bagi anak merupakan suatu kualitas unik dan membuat Alkitab itu menjadi begitu penting. Anak memiliki pengertian minim atau bahkan sama sekali tidak mengenai bagaimana terjadinya Alkitab, kecuali pengertian yang samar bahwa Allah yang menulisnya. Karena Alkitab merupakan sarana yang dipakai untuk mengkomunikasikan konsep-konsep kekristenan kepada anak, maka kekeliruan konsep mengenai Alkitab dapat mempengaruhi konsep-konsep dan perasaan lainnya. Satu masalah dalam penggunaan Alkitab bagi anak-anak kecil muncul karena usaha-usaha untuk mengajarkan Alkitab sebagai suatu pokok yang terpisah. Orang dewasa sering memaksatanamkan kesan pada anak akan pentingnya informasi tertentu. Jadi, cerita-cerita dan pernyataan-pernyataan dalam Alkitab sering diberi kata pengantar atau komentar agar anak-anak memperhatikan dengan sungguh-sungguh apa yang dikatakan. Dalam banyak hal, mungkin cukup efektif jika hanya dinyatakan bahwa peristiwa itu sungguh-sungguh terjadi, dan biarkan cerita Alkitab menyatakan kebajikannya sendiri. Lebih dari itu, yakni menyelubungi kisah-kisah dalam Alkitab dengan menjadikan tokoh-tokoh dan peristiwa-peristiwa begitu uniknya, sehingga anak tidak dapat mengidentifikasikan dirinya dengan semua itu, sering membuat anak menganggap bahwa tokoh-tokoh dalam Alkitab berbeda dengan yang selama ini mereka ketahui. KESENJANGAN SEJARAH DAN BUDAYA Hambatan utama bagi anak kecil untuk memahami Alkitab adalah adanya kesenjangan sejarah dan budaya yang amat besar antara pengalaman anak masa kini yang terbatas dengan kejadian dalam cerita-cerita Alkitab. Misalnya, kebanyakan anak yang berusia di bawah enam tahun sukar untuk mengingat peristiwa yang baru mereka alami sendiri. Karena itu, meminta mereka memiliki gambaran akurat secara mental mengenai kisah-kisah Alkitab merupakan tuntutan yang berlebihan. Anak, yang pola pikirnya cenderung berpusat pada diri sendiri, menganggap setiap orang juga hidup seperti yang dialaminya. Ia juga merasa yakin bahwa orang lain memandang semua situasi dengan cara pandang yang sama dengan dirinya. Terkadang usaha untuk menjelaskan beberapa perbedaan gaya hidup, perilaku, dan cara berpikir hanya akan menambah masalah, karena anak cenderung memutarbalikkan informasi untuk disesuaikan dengan pandangan hidupnya. Misalnya, banyak cerita Alkitab yang terjadi di sekitar sumur, kehilangan maknanya bagi anak yang tidak dapat membayangkan apa itu sumur karena ia hidup dengan air ledeng. Juga, kebanyakan keluarga yang ada dalam Alkitab tampaknya agak kurang nyata bagi anak-anak yang pengalaman keluarganya terbatas pada pola keluarga kecil dengan sedikit anak, ibu yang bekerja, dan seringkali, tidak adanya ayah dalam keluarga itu. Upacara persembahan korban di Tabernakel atau Bait Suci amat asing bagi anak zaman sekarang. Dan, kesan serta pelajaran apa yang bisa diterima anak usia empat tahun mengenai cerita peperangan di kitab-kitab Perjanjian Lama? Menggabungkan budaya yang berbeda merupakan hal yang amat sukar bagi anak yang belum mengerti mengenai kurun waktu. Bagi anak yang menggabungkan semua ingatannya dalam istilah "kemarin" atau "kemarin malam", ruang lingkup kronologi Alkitab sungguh amat rumit baginya. Anak yang kehidupannya didominasi oleh masa kini dan memiliki kesadaran yang amat minim akan kehidupannya sendiri sejak bayi, sukar untuk berpikir tentang Yesus sebagai bayi, lalu tumbuh menjadi anak dan laki-laki dewasa. Anak kecil yang mencoba menggambarkan bayi Musa, sang pemimpin bangsa Israel menyeberangi Laut Merah dalam keranjang yang dibuat oleh ibunya, harus memakai semua kekuatan mental untuk membuat setiap informasi yang diperolehnya cocok. Bahkan, sampai usia Sekolah Dasar, anak-anak masih sukar memahami tokoh dan kejadian mana yang terjadi sebelum atau sesudah Yesus, apalagi perbedaan yang amat besar dalam hal adat istiadat, nilai- nilai, dan pola-pola ibadah dalam periode sejarah Alkitab yang berbeda-beda. PERBENDAHARAAN KATA Kesukaran lain bagi anak adalah masalah perbendaharaan kata yang ada dalam Alkitab. Nama-nama Alkitab, misalnya, seringkali membuat tokoh-tokohnya tampak aneh bagi anak. Juga, susunan kata-kata kuno dalam Alkitab versi King James cenderung membuat orang-orang dan peristiwa-peristiwa menjadi kabur. Banyak kata dalam Alkitab yang sebenarnya penting, tetapi sukar dimengerti anak. Seorang guru sedang bercerita kepada sekelompok anak usia lima tahun tentang kisah orang Samaria yang baik hati. Untuk melibatkan mereka, ia bertanya apakah mereka tahu apa yang dimaksud dengan "perampok". Setiap tangan diacungkan, karena mereka semua mendengar istilah itu berulang kali di televisi. Namun, tak seorang anak pun dapat memberikan jawaban yang benar. Guru itu merasa heran dan bingung, karena "perampok" bukanlah kata yang sukar dalam kisah itu. Tetapi nyatanya, tak seorang anak pun mengerti istilah itu. Dengan demikian, mereka kehilangan banyak makna mengenai kisah tersebut. Kesalahpahaman semacam ini menimbulkan persoalan lain, yaitu kemampuan yang tampaknya bisa dikuasai anak, ternyata tidak dipahami sepenuhnya. Anak memiliki keinginan untuk dapat tetap hidup dalam dunia yang berada jauh di luar kemampuan berpikirnya. Dan, keadaan ini tampaknya telah memaksa anak untuk mengembangkan keahlian beraktingnya, sehingga ia dapat bersikap seolah mengerti sesuatu padahal sebenarnya tidak. Kelompok paduan suara dapat menggambarkan hal ini. Tiap anak bisa tampak ikut menyanyi dengan bersemangat, dengan suara yang tampak sudah terlatih baik. Tetapi, dengan memisahkan setiap orang dari kelompok itu, seringkali baru diketahui kalau ada anak yang tidak bisa menyanyi dengan baik. Anak yang tidak tahu syairnya, dapat mengeluarkan suara yang terdengar sama seperti yang dinyanyikan anak-anak lain. Yang mengherankan, anak itu dapat tampil sedemikian yakin dan tidak tampak bahwa sebenarnya ia tidak dapat menyanyi dengan baik. Di lingkungan Kristen kesalahpahaman ini merupakan masalah yang serius. Anak, karena tidak mampu memahami arti sebuah kata, frasa, atau gagasan, namun tidak sadar bahwa ia keliru, akan menjawab dengan kata-kata yang pernah didengarnya dari orang dewasa atau anak lain. Orangtua dan guru menunjukkan rasa senang ketika mendengar anak bisa mengucapkan kata dengan susunan yang benar. Mereka jarang mendesak lebih jauh untuk menemukan apakah anak itu benar-benar mengerti apa yang diucapkannya atau tidak. PROSES MENGHAFAL Menghafal tanpa berpikir juga dapat menambah kesukaran anak dalam memahami Alkitab. Orang dewasa yang rajin dan penuh semangat seringkali berusaha keras memaksa anaknya menghafal sesuatu "yang akan dimengertinya kelak". Atau, mereka menganggap anak itu mengerti karena bagi mereka arti ayat-ayat itu begitu jelas. Oleh karena itulah, si anak dapat mengucapkan kata-kata itu. Orang dewasa merasa bangga. Tetapi anak itu mungkin tidak memiliki pemahaman yang sesungguhnya. Kata-kata, ungkapan, dan gagasan yang tak ada hubungannya dengan pengalaman anak pada saat itu, memiliki sedikit arti, atau bahkan tidak sama sekali, baik pada saat itu maupun pada masa yang akan datang. SIMBOLISME Simbolisme atau perumpamaan merupakan kesukaran lain bagi anak dalam memahami Alkitab. Banyak konsep Alkitab yang diungkap melalui perumpamaan dan alegori yang bagi orang dewasa memiliki arti penting, namun bagi anak-anak sering menimbulkan kebingungan sebab pikiran mereka didominasi oleh pengertian secara harfiah. Misalnya, anak yang masih mencari konsep diri, ide yang menyamakan dirinya sebagai domba atau carang tampaknya amat tidak menyenangkan. Ide-ide itu bahkan sering tidak pernah terpikir olehnya. Mungkin ia menikmati saat disuruh berpura-pura menjadi sesuatu yang lain. Ia gembira karena ia tahu bahwa itu hanya pura-pura. Konsep yang sungguh-sungguh yang diberikan dengan lambang-lambang biasanya mengandung gagasan yang serius, tetapi bagi anak, hal itu diartikan secara main-main dan harfiah. Kesukaran anak dalam memahami simbolisme menunjukkan bahwa anak jarang berpikir melampaui arti simbol harafiah untuk dapat memahami pengertian yang kaya yang tersirat di balik simbol itu. Karena Alkitab sering memakai simbolisme untuk mengungkapkan suatu gagasan, maka anak mengalami kesukaran besar untuk memahaminya. Tetapi sekali lagi, ini merupakan masalah yang tidak diketahui anak. Misalnya, banyak perumpamaan Yesus -- contoh ajaran yang baik sekali melalui simbolisme yang disalah mengerti oleh anak. Meskipun mereka dapat menikmati cerita tentang domba yang hilang, uang logam yang hilang, biji sesawi, atau perumpamaan tentang penabur, mereka cenderung memandang cerita itu semata-mata sebagai cerita yang menarik tentang domba, koin, dan benih. Kemampuan untuk melihat diri sendiri yang digambarkan Yesus melalui simbol-simbol tersebut, belum berkembang. Usaha-usaha untuk menerapkan konsep cerita semacam ini ke dalam pengalaman hidup anak-anak amatlah sukar. Bahkan, anak-anak yang lebih besar pun mengalami kesulitan dalam mengambil gagasan dari suatu peristiwa dan menerapkannya pada situasi yang lain. Kisah yang gamblang sekali dari perumpamaan tentang orang Samaria yang baik hati, yang dengan jelas menggambarkan seseorang yang menolong orang lain yang membutuhkan, sering disalahtafsirkan oleh anak-anak usia 11-12 tahun saat diminta untuk menerapkannya ke situasi yang berbeda. Betapa lebih sukarnya lagi jika hal ini harus diberikan kepada anak-anak di bawah usia 6 tahun! MUJIZAT Mujizat di dalam Alkitab seringkali merupakan hal yang sulit dimengerti oleh anak kecil. Bukan masalah ia dapat mempercayainya atau tidak, sebab anak kecil selalu siap menerima hal-hal yang ajaib. Masalahnya terletak pada soal melakukan mujizat itu. Misalnya, seorang guru Sekolah Minggu menceritakan kepada kelompok anak usia empat tahun tentang beberapa anak yang amat jengkel karena gara-gara hujan, piknik yang sudah direncanakan batal. Ia bertanya, apa yang dapat mereka lakukan untuk mengatasi hal ini. Dengan suara bulat, anak-anak itu menyimpulkan bahwa mereka harus berdoa dan memohon kepada Allah untuk menghentikan hujan. Dan seorang anak laki-laki menambahkan, "Seperti yang Yesus lakukan di perahu dulu ketika terjadi angin ribut." Anak itu berpikir logis, "Karena Allah mengasihi saya dan memiliki kuasa, Dia pasti bersedia memakai kuasa-Nya untuk memecahkan masalah saya." Dan, karena ia merasa yakin tak ada yang lebih penting daripada persoalan yang dihadapinya saat ini, maka ia berharap Allah juga merasakan hal yang sama. Anak kecil cenderung memandang mujizat sebagai peristiwa yang dapat terjadi setiap hari, karena hubungan sebab-akibat masih sukar dimengerti olehnya. Cara kerja mesin mobil sama misteriusnya seperti Laut Merah yang terbelah. Anak mengalami kesukaran untuk menarik garis batas antara yang alami dan adikodrati. Seorang anak yang mendengar peristiwa mujizat dalam Alkitab menerimanya tanpa bertanya-tanya; seperti halnya berbagai peristiwa di dunia yang tampak terjadi secara mengagumkan. Mungkin hal yang terpenting bagi seorang anak berkenaan dengan perbuatan mujizat dalam Alkitab adalah memahami tujuan dari tindakan Allah. Peristiwa kesembuhan secara fisik, misalnya, dapat dipakai secara efektif untuk menunjukkan kasih Yesus kepada seseorang. "Yesus menolong orang buta untuk melihat karena Dia mengasihinya" adalah hal yang sangat logis dan mudah dipahami anak. "Yesus mengasihi teman-teman-Nya. Yesus tidak ingin teman-teman-Nya takut. Dia menolong mereka dengan menghentikan angin ribut." Penekanan ini memusatkan perhatian anak pada perbuatan Yesus. Apa yang dilakukan Yesus bukan merupakan tujuan akhir, melainkan dengan tindakan itu Dia ingin menunjukkan kasih dan belas kasihan-Nya kepada teman-teman yang mengalami kesulitan. Bahan diedit dari sumber: Judul Buku : Mengenalkan Allah Kepada Anak Judul Artikel Asli: Anak dan Alkitab Penulis : Wes Haystead Penerbit : Yayasan Gloria, Yogyakarta, 1998 Halaman : 90 - 96 ______________________________________________________________________ o/ ARTIKEL (2) ---------------------------------------------------o/ -o- ALKITAB DAN ANAK-ANAK -o- ===================== Anak-anak perlu mengetahui apa yang Alkitab katakan, memahami apa maksudnya, dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Kemajuan mereka tergantung pada seberrapa kuat langkah awal mereka dan halangan yang semakin sedikit di setiap langkah adalah lebih baik. Seorang guru yang bijaksana akan mengajarkan konsep Alkitab yang sesuai dengan usia muridnya. Guru yang demikian juga akan mencari dan memilih versi Alkitab yang paling jelas sebagai bahan bacaan dan hafalan. Jika seorang anak membaca sebuah ayat Alkitab dan mendapati artinya tidak jelas karena kata-kata, urutan kata, simbol-simbol atau konteks budayanya tidak mereka kenal, maka anak tersebut akan kesulitan dalam menerapkan artinya (dan pada akhirnya ia akan menerapkannya dalam tingkah lakunya). Beberapa abad yang lalu, penerjemahan Firman Allah ke dalam bahasa- bahasa umum dianggap sebagai penghujatan. Anggapan ini berakhir pada zaman Reformasi dimana Alkitab tersedia berbagai bahasa lain selain bahasa Ibrani, Yunani, dan Latin. Para penerjemah diburu dan dibakar di tiang gantungan karena pekerjaan mereka tersebut. Beberapa penerjemah meninggal dunia demi menyediakan Firman Allah dalam bahasa yang umum digunakan sehingga orang-orang dapat membaca dan memahaminya. Saat ini guru-guru Alkitab perlu memiliki semangat yang kuat untuk mengungkapkan kemurnian kebenaran Allah. Paulus mengajak Timotius untuk menjadi seorang guru yang "memberitakan perkataan kebenaran" (2Timotius 2:15). Para guru harus mengetahui usia murid-muridnya. Terjemahan yang paling tepat untuk digunakan bersama anak-anak adalah terjemahan yang memberikan makna yang sesungguhnya dari suatu teks sesuai dengan tingkat kosakata anak usia tersebut. Paulus terus mengingatkan Timotius muda, "Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran. Dengan demikian tiap-tiap manusia kepunyaan Allah diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik." (2Timotius 3:16-17) Semua kitab tentu saja berguna untuk mengajar, tetapi Paulus sendiri tahu dan menggunakan konsep teknik pembangunan yang tepat. Contohnya pada saat menghadapi jemaat Korintus yang belum matang secara rohani, Paulus mengatakan, "Susulah yang kuberikan kepadamu, bukanlah makanan keras, sebab kamu belum dapat menerimanya. Dan sekarang pun kamu belum dapat menerimanya." (1Korintus 3:2) Para guru harus mendorong anak-anak supaya menghafal Alkitab, namun hanya ayat-ayat yang mudah dipahami saja. Menghafal ayat yang memberi kekuatan, yang memiliki pengertian teologikal penting mungkin harus menunggu beberapa tahun jika ayat ini tidak dapat dipahami oleh seorang murid pada tingkat perkembangannya saat ini. Untuk bacaan di kelas, gunakan Alkitab untuk anak-anak (satu versi) yang tidak hanya menampilkan penafsiran yang jelas namun juga cetakan dan ilustrasi yang besar dan bantuan-bantuan dalam mempelajarinya. Jika Alkitab tidak menyertakan peta-peta dan sumber- sumber lainnya, pastikan bahan-bahan tersebut tersedia di kelas. Jika kata-kata sukar terdapat dalam pelajaran Alkitab, buatlah suatu kegiatan yang akan membawa murid-murid pada kosakata Alkitab. Doronglah anak-anak supaya membaca Alkitab pribadi mereka di rumah. Untuk anak-anak yang masih terlalu kecil, penerbit-penerbit menyediakan buku-buku cerita Alkitab yang menampilkan ringkasan cerita-cerita Alkitab yang biasa didengar dan beragam ilustrasi yang berwarna. Buku-buku ini seringkali berguna di kelas dan merupakan hadiah yang bagus untuk digunakan keluarga-keluarga di rumah. Jika murid-murid mendekati tingkat tiga dan empat, mereka memiliki jangkauan sejarah dan geografi yang cukup untuk memahami sedikit arkeologi yang terdapat dalam Alkitab. Pelajaran yang menarik bagi anak-anak pada usia ini adalah eksplorasi bagaimana Alkitab bisa sampai kepada kita secara turun-temurun. Agen-agen misi sering mengirimkan kepada para guru bahan-bahan mengajar bagaimana Firman Tuhan diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa. Sejarah Alkitab penuh dengan petualangan, intrik, dan eksplorasi. Seorang anak yang menerima Alkitab begitu saja dapat belajar menghargai Alkitab ketika ia menapatkan warisan yang berharga ini. (t/Ra) Bahan diterjemahkan dari sumber: Judul Buku : Handbook for Children`s Ministry Judul Artikel Asli: The Bible and Children Penulis : Dr. Robert J. Choun dan Dr. Michael S. Lawson Penerbit : Thomas Nelson Publishers, USA, 1993 Halaman : 78 - 80 ______________________________________________________________________ o/ TIPS ----------------------------------------------------------o/ -o- MENGAJARKAN KEBENARAN ALKITAB -o- ============================= Membimbing anak-anak di usia-usia awal adalah suatu tugas yang mengagumkan. Membantu anak mempelajari dasar kebenaran alkitabiah adalah sangat penting. Syukurlah, Tuhan tidak membiarkan kita menyelesaikan tugas ini dengan kemampuan kita sendiri. Ia memberi instruksi kepada kita melalui Roh Kudus janji akan tuntunan-Nya: "Apabila di antara kamu ada yang kekurangan hikmat, hendaklah ia memintakannya kepada Allah, -- yang memberikan kepada semua orang dengan murah hati." (Yakobus 1:5) Dengan jaminan tuntunan ini, bagaimanakah seseorang mengajarkan kasih Allah kepada anak-anak? Bagaimana kita mengabarkan kebenaran Alkitab dengan menggunakan bahasa yang bisa dipahami anak-anak? BELAJAR DENGAN MELAKUKAN Kekristenan yang kita bagikan kepada anak-anak harus lebih dari sekadar kata-kata atau pengetahuan. Bagi anak-anak mendengarkan Firman Tuhan saja, atau bahkan menghafalnya saja tidaklah cukup. Anak-anak harus melakukannya. Ketrampilan tangan adalah cara yang paling efektif bagi anak-anak untuk belajar. Anak-anak belum dapat menggunakan ide-ide; anak-anak harus menggunakan bahan-bahan. Anak- anak harus menggunakan semua inderanya -- melihat, menyentuh, merasakan, membau/mencium, dan mendengarkan. Oleh karena itu, kita harus menolong anak-anak mempelajari kebenaran-kebenaran Alkitab melalui permainan yang aktif. Ketika anak menggambar atau menyusun balok-balok atau meletakkan bonekanya di tempat tidur, seorang guru dapat menghubungkan kegiatan-kegiatan itu dengan kata-kata dalam Alkitab dan peristiwa-peristiwa, membuat suatu pelajaran yang efektif yang lebih dari sekadar "permainan". Contohnya adalah permainan kantong kacang yang sederhana, masukkan pelajaran Alkitab dengan pertanyaan-pertanyaan dan komentar-komentar seperti berikut ini: "Asley, kamu melemparkan kacang itu ke dalam keranjang! Saya ingat ketika kamu masih terlalu kecil untuk melakukannya. Sekarang kamu sudah lebih tinggi dan kuat, seperti yang Tuhan rencanakan. Kamu, bahkan sudah cukup besar untuk belajar berbaik hati kepada orang lain. Kamu sudah cukup besar untuk bergantian melemparkan kacang itu. Bergantian adalah salah satu cara untuk berbuat baik. Alkitab kita mengatakan, "Kasihilah sesamamu." SIKAP DAN KOMITMEN Meskipun demikian, metode pengajaran yang terbaik hanya akan efektif ketika kasih dan berkomitmen kekristenan guru terpancar. Apakah Anda menyadari betapa Yesus mengasihi anak-anak? Apakah Anda mau mensharingkan kasih Allah kepada anak-anak untuk membantu mereka membuat permulaan yang baik? Jawaban atas pertanyaan tersebut tidak dapat dinilai dengan ukuran, keuangan, program-program, dan fasilitas-fasilitas. Mereka adalah pertanyaan-pertanyaan tentang sikap dan komitmen. Membantu anak merubah sikap dan membuat komitmen hanya bisa terjadi melalui doa yang sungguh-sungguh. Tiga orang tukang batu ketika ditanya apa yang sedang mereka kerjakan menjawab sebagai berikut: "Meletakkan sebuah batu," kata orang yang pertama. "Membuat sebuah tembok," kata orang yang kedua. "Membangun sebuah gereja," kata orang yang ketiga. Tiga orang guru SM ditanya apa yang sedang mereka kerjakan: "Menjaga anak-anak ini," kata guru yang pertama. "Mengasuh anak-anak ini," kata guru yang kedua. "Membagikan kasih Allah," jawab guru yang ketiga. Pandangan Anda tentang apa yang sedang Tuhan kerjakan melalui Anda dapat menambah semangat Anda dan merubah sikap Anda! Mintalah pandangan itu kepada Tuhan. (t/Ra) Bahan diterjemahkan dari sumber: Judul Buku : Sunday School Smart Pages Judul Artikel Asli: Teaching Bible Truths to Young Children Penulis : Wes dan Sheryl Haystead Penerbit : Gospel Light, USA, 1992 Halaman : 45 ______________________________________________________________________ o/ DARI ANDA UNTUK ANDA ------------------------------------------o/ Dari: Edho Golan <edhoedho(at)> >Salam dalam kasih Kristus, >Nama saya Reynardo Nainggolan. Sekarang saya adalah Guru Sekolah >Minggu HKBP Jati Asih. Para Penatua dan Guru Sekolah Minggu sangat >rindu untuk meningkatkan kualitas hati dan teknik pengajaran kami >kepada anak sekolah minggu. Kami meminta ijin untuk melihat bahan- >bahan yang ada dalam arsip untuk peningkatan kualitas kami baik >hati maupun teknik. > >Kami juga ingin bertanya di manakah kami dapat membeli buku-buku >yang dijadikan referensi penulisan artikel, misalkan Buku Pintar >Sekolah Minggu Jilid 1 Penerbit Gandum Mas. Redaksi: Anda bisa mengakses arsip e-BinaAnak dengan gratis di: ==> http://www.sabda.org/pepak/e-binaanak/pepak/ ==> http://www.sabda.org/publikasi/e-binaanak/ Buku-buku yang kami ambil sebagai referensi dalam e-BinaAnak sebagian besar bisa Anda dapatkan di toko-toko buku Kristen. Jadi, silakan kunjungi toko buku Kristen terdekat di kota Anda, termasuk jika ingin mendapatkan Buku Pintar Sekolah Minggu. ______________________________________________________________________ o/ MUTIARA GURU --------------------------------------------------o/ Kepada guru-guru Kristen dipercayakan suatu tanggung jawab kudus untuk menyelidiki dan mengenal Firman Allah. - Wayne E. Buchanan Jr. - o/----------------------------------------------------------------o/ Staf Redaksi: Davida, Ratri, dan Lisbet Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA Didistribusikan melalui sistem network I-KAN Copyright(c) e-BinaAnak 2005 -- YLSA http://www.sabda.org/ylsa/ ~~ http://www.sabda.org/katalog/ Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati o/----------------------------------------------------------------o/ Anda terdaftar dengan alamat email: $subst(`Recip.EmailAddr`) Untuk berlangganan kirim e-mail ke: <subscribe-i-kan-BinaAnak(at)xc.org> Untuk berhenti kirim e-mail ke: <unsubscribe-i-kan-BinaAnak(at)xc.org> Untuk Arsip e-BinaAnak: http://www.sabda.org/publikasi/e-binaanak/ Pusat Elektronik Pelayanan Anak Kristen: http://www.sabda.org/pepak/ ><> --------- PUBLIKASI ELEKTRONIK UNTUK PEMBINAAN ANAK --------- <><
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |