Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-binaanak/252 |
|
e-BinaAnak edisi 252 (26-10-2005)
|
|
><> Milis Publikasi Elektronik untuk Para Pembina Anak <>< ================================================== Daftar Isi: Edisi 252/Oktober/2005 ---------- o/ SALAM DARI REDAKSI o/ ARTIKEL (1) : Pendidikan Kristen di Sekolah Kristen o/ ARTIKEL (2) : Faedah dan Masalah PAK di Sekolah o/ BAHAN MENGAJAR : Tuhan Ingin Menjadi Nomor Satu o/ DARI ANDA UNTUK ANDA : Ingin Pakai Bahan untuk Kurikulum o/ MUTIARA GURU o/----------------------------------------------------------------o/ Korespondensi dan kontribusi bahan dapat dikirimkan ke staf Redaksi: <staf-BinaAnak(at)sabda.org> atau <owner-i-kan-BinaAnak(at)xc.org> ______________________________________________________________________ o/ SALAM DARI REDAKSI --------------------------------------------o/ Salam kasih dalam penyertaan Yesus Kristus, Sebagai penutup rangkaian tema "Pendidikan Kristen" bulan ini, kami angkat topik Pendidikan Kristen di Sekolah Kristen. Sebagai aspek ketiga dari segitiga pendidikan anak (keluarga - gereja - sekolah), sekolah menduduki peranan yang cukup penting dalam mengajarkan nilai-nilai kekristenan kepada anak sejak dini. Sekolah juga memiliki keuntungan dalam hal penginjilan yang tidak dimiliki oleh gereja atau keluarga. Nah, untuk memahami lebih jauh mengenai Pendidikan Kristen di Sekolah, keuntungan dan juga masalahnya, silakan menyimak artikel- artikel yang telah kami siapkan. Selamat mengajar. Tuhan memberkati! (Dan) Tim Redaksi "Beritakanlah firman, siap sedialah baik atau tidak baik waktunya, nyatakanlah apa yang salah, tegorlah dan nasihatilah dengan segala kesabaran dan pengajaran." (2Timotius 4:2) < http://www.sabda.org/sabdaweb/?p=2Timotius+4:2 > ______________________________________________________________________ o/ ARTIKEL -------------------------------------------------------o/ -o- PENDIDIKAN KRISTEN DI SEKOLAH KRISTEN -o- ===================================== Sebelum kita membicarakan apa yang menjadi tugas dan panggilan sekolah Kristen, adalah tepat jika terlebih dahulu kita lihat secara sepintas arti dari pendidikan Kristen itu sendiri. Karena, bagaimanapun, sekolah Kristen merupakan bagian dari pendidikan Kristen. Lagipula, sekolah Kristen memang pertama harus kita pahami sebagai sekolah (school) di mana di dalamnya terdapat kegiatan belajar-mengajar, kurikulum, administrasi, interaksi dan komunikasi serta tata tertib dan disiplin. Namun, dengan adanya sebutan "Kristen", maka sekolah yang bersangkutan tentu mempunyai "napas", "warna" atau setidaknya "cita-cita" tertentu, yang landasannya adalah iman Kristen. Jika kita ingin mendefinisikan pendidikan Kristen, setidaknya faktor-faktor seperti tujuan (apa), konteks (di mana), pelaku (siapa), metode (bagaimana), materi (apa) dan waktu (kapan), harus tersirat di dalamnya. Dengan begitu, untuk tiap konteks dan tujuan tertentu, pengertian tentang pendidikan Kristen perlu dijelaskan secara spesifik. Sebagai titik tolak pemahaman, berikut ini dapat kita lihat definisi pendidikan Kristen, sebagaimana dirumuskan oleh Robert W. Pazmino dalam bukunya Foundational Issues in Christian Education (1988). "Pendidikan Kristen merupakan upaya ilahi dan manusiawi dilakukan secara bersahaja dan berkesinambungan, untuk memberikan pengetahuan, nilai-nilai, sikap-sikap, keterampilan, sensitivitas, tingkah laku yang konsisten dengan iman Kristen. Pendidikan mengupayakan perubahan, pembaharuan dan reformasi pribadi-pribadi, kelompok dan struktur oleh kuasa Roh Kudus, sehingga bersesuaian dengan kehendak Allah sebagaimana dinyatakan dalam Kitab Suci, terutama dalam Kristus Yesus,serta diwujudkan oleh upaya itu." (hal. 81) Definisi di atas berbunyi begitu umum, dan dapat diimplikasikan ke dalam berbagai konteks pendidikan, yakni di dalam rumah tangga, di sekolah, di gereja dan di tengah-tengah masyarakat. Pendidikan selalu merupakan usaha yang bersahaja dan sadar tujuan, memiliki standar otoritas, memakai manusia sebagai media (alat), memiliki bahan (content) yang bersesuaian dengan tujuan, serta membutuhkan penjelasan waktu. Di samping itu, pendidikan Kristen tidak saja berupaya mengalihkan nilai-nilai dasar, doktrin atau ajaran; ia juga berusaha mengalihkan perlengkapan-perlengkapan yang sangat dibutuhkan oleh konteks di mana anak didik berada. Individu-individu diperlengkapi sedemikian rupa, sehingga dalam bimbingan Allah mampu menjadi saluran berkat bagi orang lain, dalam rangka pembaharuan keluarga, gereja dan masyarakatnya. TUGAS SEKOLAH KRISTEN Dalam relasinya sebagai "rekan sekerja" dengan keluarga dan gereja, sekolah mengemban beberapa tugas yang harus dipikul. Namun, kita harus sadar pula bahwa ada hal-hal yang tidak dapat dilakukan oleh sekolah bagi kepentingan anak didik. Artinya, sekolah mempunyai keterbatasan. Sekolah bukan "segala-galanya" bagi peningkatan kualitas hidup anak didik. Sekolah bukan institusi yang sempurna, serba bisa, atau serba dapat. Sayang sekali, banyak orang (termasuk kalangan gereja) berpandangan bahwa hanya sekolahlah yang bertanggung jawab dalam memperlengkapi anak bagi kehidupannya di masa yang akan datang. Jika sekolah menghadapi masalah atau kurang mampu menghasilkan anak didik berkualitas sesuai keinginan masyarakat, maka masyarakat menjadikan sekolah sebagai kambing hitam. Masyarakat lupa akan fungsi mendasar dari orang tua atau keluarga anak didik. Sekarang, mari kita kaitkan dengan tugas sekolah Kristen. Meminjam dan mengembangkan beberapa pokok pikiran Arthur F. Holmes dalam bukunya The Idea of Christian College (1975, hal. 105-116), untuk zaman sekarang, sekolah Kristen terpanggil untuk memperlengkapi anak didik dalam segi-segi berikut ini. 1. Kemampuan untuk mengembangkan potensi yang ada pada dirinya dalam bentuk talenta, karunia dan profesi. Maka, sekolah Kristen harus giat dalam upaya memperlengkapi anak didiknya dengan keterampilan-keterampilan vocational (kerja). Di tengah-tengah minat masyarakat untuk mengembangkan sekolah umum, sekolah Kristen perlu tampil untuk meningkatkan sekolah-sekolah kejuruan yang berbobot, relevan dengan kebutuhan pasar kerja. 2. Wawasan baru bagi peserta didik, berkaitan dengan kemampuannya untuk secara efektif memanfaatkan waktu senggangnya (leisure time) demi kemuliaan Kristus. Untuk itulah, dalam sekolah Kristen perlu disajikan pengajaran humaniora, serta kegiatan-kegiatan ekstra-kurikuler yang mampu menumbuhkan kreativitas. 3. Pemahaman akan panggilan hidup sebagai warga negara yang bertanggung jawab. Karena itulah, sekolah Kristen tidak melepaskan diri dari pengajaran-pengajaran berwawasan kewarganegaraan. 4. Dorongan-dorongan guna memungkinkan anak didik menjadi warga gereja yang tangguh, serta memiliki pengetahuan akan identitas dan peranan gereja itu sendiri di dunia ini. Maka, kerjasama yang baik di antara sekolah dengan gereja perlu dibangkitkan. 5. Wawasan-wawasan yang berguna dalam mendorong anak didik menghadapi tantangan zaman, yang cenderung diwarnai oleh penyimpangan-penyimpangan (alinasi) dan keabnormalan. Sekolah Kristen harus mengajak peserta didik, dan keseluruhan pelaku pendidikan, untuk memahami dinamika perubahan zaman, bersikap kritis terhadap tren yang berkembang di tengah-tengah masyarakat yang majemuk. 6. Bimbingan bagi anak didik sehingga dapat memiliki pandangan hidup holistik, integratif, yang dapat diandalkan dalam memainkan perannya bagi pembangunan dan pembaharuan (transformasi) masyarakat. Hal ini sesuai dengan falsafah hidup negara kita, Pancasila, yang mengajak orang hidup dan berpikir secara utuh (holistik). Dan memang, dalam terang iman Kristen, Allah-lah Sumber kehidupan; dan dalam perspektif-Nya hidup itu bersifat utuh, tiada pemisahan antara yang "sakral" dengan yang "dunia". Pokok-pokok pikiran dari pandangan Holmes di atas, jelas begitu relevan dengan cita-cita pendidikan nasional di Tanah Air kita. Sekolah Kristen memang harus memiliki visi dan bergerak atas visi itu untuk membawa anak didik ke dalam kehidupan yang beriman dan bertakwa kepada Allah. Di samping itu, lewat keseluruhan proses belajar-mengajar, anak didik dibantu untuk memiliki rasa percaya diri, kreatif, inovatif, terampil, dan bertanggung jawab. Maka, sekolah Kristen perlu lebih memberi perhatian bagi pendidikan atau latihan keterampilan kerja. Tepatnya, manusia Indonesia berkualitas yang perlu dikembangkan sekolah itu adalah: "Manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan." (UUSPN No. 2/1989) Sumber diedit dari: Judul Buku : Strategi Pendidikan Kristen Judul Artikel Asli : Kedudukan Sekolah Kristen Penulis : B. Samuel Sidjabat Penerbit : ANDI, Jogyakarta, 1994 Halaman : 105 - 110 ______________________________________________________________________ o/ ARTIKEL -------------------------------------------------------o/ -o- FAEDAH DAN MASALAH PAK DI SEKOLAH -o- ================================= Pertama-tama kita akan mengemukakan beberapa aspek yang positif. Pengajaran agama di sekolah-sekolah tentu saja mempunyai manfaat besar seperti yang terjadi di negara kita Indonesia. 1. Dengan jalan ini gereja dapat menyampaikan Injil kepada anak-anak dan pemuda-pemuda yang sukar dikumpulkan dalam PAK (Pendidikan Agama Kristen) yang diadakan gereja seperti dalam Sekolah Minggu atau katekisasi. Sekolah-sekolah umum itu merupakan lapangan penginjilan yang penting. 2. Anak-anak yang menerima PAK di sekolah akan merasa bahwa pendidikan umum dan agama itu bukanlah dua hal yang tak berhubungan, melainkan sebaliknya harus berjalan bersama-sama. PAK memiliki tempatnya di dalam lingkungan pendidikan umum. Tuhan Allah dan Gereja Kristen erat sangkut pautnya dengan kehidupan dan ilmu pengetahuan manusia umumnya. 3. Lagi pula jika gereja tak mampu membiayai pekerjaan Sekolah Minggu dan sekolah Kristen secara besar-besaran, maka PAK di sekolah-sekolah negeri itu banyak menolong gereja yang lemah secara keuangan tersebut. Di Amerika gereja-gereja tidak dapat mengajarkan agamanya masing-masing di sekolah-sekolah umum sehingga mereka perlu menanggung segala PAK itu sendiri, dan memikul beban yang berat berhubung dengan pembiayaan pekerjaan itu. 4. Dan akhirnya keuntungan yang didapat adalah bahwa dengan masuknya pengajaran agama dalam rencana pelajaran umum, maka agama itu dengan sendirinya mulai menempatkan dirinya sebagai suatu bagian mutlak dari kebudayaan segenap rakyat. Sekolah-sekolah bermaksud mendidik anak-anak supaya menjadi warga negara yang bertanggung jawab. Sekarang, pengajaran agama itu membantu negara dalam tugas ini, karena justru pengaruh agama Kristenlah yang paling besar sumbangannya untuk mencapai maksud tersebut. Akan tetapi di lain pihak, kita hendaknya juga tidak menutup mata akan masalah-masalah yang dihadapi oleh penyelenggaraan PAK di sekolah-sekolah negeri. 1. Adakalanya pengajaran agama itu dijadikan sebagai bagian yang resmi dari seluruh rencana pelajaran di sekolah-sekolah. Dalam hal ini semua murid diharuskan mengikuti pelajaran agama sama seperti mereka diwajibkan mengikuti mata pelajaran yang lain. Namun seperti yang kita ketahui bahwa orang muda jika diharuskan berbuat sesuatu, pasti mereka akan kurang menyukainya. Sayang sekali jika mereka dipaksa menerima PAK, karena mungkin segala usaha kita akan kurang berhasil. Mustahil kita menawan jiwa anak- anak dengan paksaan. Perlu sekali supaya mereka memeluk agama Kristen dengan sukarela, dan supaya mereka sendiri ingin mengikuti pelajaran-pelajaran itu. 2. Apabila PAK itu diberikan dalam suasana sekolah umum, besarnya nilai pokok-pokok agama yang diajarkan sama seperti pokok-pokok pelajaran lain yang ada dalam sekolah itu. Jika demikian, pengajaran kita kehilangan sifatnya yang istimewa. Pada hakekatnya pelajaran agama tidak boleh disamaratakan dengan pelajaran-pelajaran lain, karena isi dan maksudnya sangat berbeda. PAK adalah kepercayaan perseorangan dari tiap-tiap murid, jadi hendaknya jangan dibawakan seakan-akan bersifat ilmu pengetahuan saja. 3. Oleh sebab itu sebaiknya kita perlu waspada supaya jangan sampai hal tersebut menurunkan derajat dan mengubah wujud PAK. Dalam jam-jam pelajaran lainnya, barangkali guru-guru hanya dituntut untuk menyampaikan pengetahuan dan memberi pelbagai keterangan yang perlu dimengerti dan diingat oleh otak saja. Tetapi PAK bukan hanya mengajarkan pokok-pokok pelajaran untuk dipahami oleh sebatas akal para murid, tetapi yang terutama adalah untuk menyampaikan Injil Yesus Kristus tentang jalan keselamatan bagi manusia berdosa, supaya Injil itu disambut dan dialami oleh batin murid-murid. 4. Sangat boleh jadi murid-murid berpendapat bahwa PAK yang telah diterimanya di sekolah sudah cukup, sehingga tidak begitu perlu bagi mereka mengikuti pelajaran agama yang diselenggarakan gereja atau lewat cara lain, seperti di Sekolah Minggu dan di katekisasi. Padahal sebenarnya PAK di sekolah-sekolah negeri walaupun mempunyai manfaat yang besar namun tetap perlu ditambah dan digabung dengan PAK dalam lingkungan gereja sendiri. 5. Akhirnya, jangan lupa bahwa menerima bantuan dari negara selalu ada bahayanya. Gereja berdiri di dunia ini atas kehendak Tuhan, dan bukan oleh karena izin negara. Sebab itu gereja harus menjaga agar jangan PAK di sekolah-sekolah umum takluk kepada kuasa dan campur tangan negara. Isi dan suasananya harus ditentukan oleh gereja. Negara tidak boleh menetapkan rencana dan coraknya. Tidak jadi masalah jika pemerintah menawarkan bantuan berupa uang dan pertolongan lain, tetapi bantuan itu tak boleh menjadi suatu rantai halus yang mengikat dan memperbudak gereja. Guru- guru PAK seharusnya merasa dirinya orang bebas, yang hanya ditugaskan oleh gereja saja, meskipun gaji atau honorarium mereka dibiayai oleh negara. MASALAH-MASALAH MENGENAI PAK DI SEKOLAH-SEKOLAH 1. Guru-guru --------- Apakah oknum-oknum yang diutus oleh gereja ke sekolah-sekolah negeri untuk mengajarkan PAK itu sungguh-sungguh cakap sebagai guru? Dengan kata lain, apakah mereka pernah mempelajari asas- asas, cara-cara mengajar? Apakah mereka mempunyai kecakapan dan keahlian yang sederajat dengan guru-guru lain di sekolah-sekolah umum itu? Misalnya, apabila ia seorang pendeta, apakah ia telah mendapat pelajaran dalam Sekolah Teologianya mengenai teori dan praktek PAK itu? Atau jika gereja memakai guru-guru yang memang sudah bekerja sebagai guru biasa di lembaga-lembaga pendidikan, atau anggota- anggota jemaat yang bukan pendeta atau guru agama, apakah mereka benar-benar menjunjung dan mempraktekkan pengajaran agama itu di dalam hidupnya sendiri? Dan apakah mereka telah cukup menguasai dasar Alkitab dan kepercayaan Kristen yang hendak mereka ajarkan? Ingat, ada dua syarat mutlak yang harus dipenuhi oleh guru-guru yang memberikan PAK atas nama gereja: mereka harus cakap mengajar, dan mereka haruslah seorang Kristen sejati yang menghormati serta melayani Tuhan dalam segenap hidupnya. Tuntutan dalam mengajarkan agama Kristen memang lebih berat dan lebih tinggi daripada mengajarkan bahasa Inggris. 2. Rencana Pelajaran ----------------- Bahan-bahan apa saja yang perlu diajarkan dan bagaimanakah pembagiannya atas tahun-tahun pelajaran di sekolah-sekolah umum itu? PAK hendaknya jangan dirancang dengan sewenang-wenang. Harus ada peraturan dan ketertiban yang tidak kalah dengan rencana mata pelajaran lainnya. 3. Cara-cara --------- Metode manakah yang harus dipakai dalam PAK di sekolah-sekolah? Sekarang kita sudah mengerti apa sifat khusus cara mengajar seperti ini, dan kita sudah tahu bahwa agama Kristen tak dapat diajarkan hanya dengan memakai metode menguraikan dan menerangkan saja, karena kepercayaan Kristen bukanlah suatu hal yang perlu dimengerti dengan akal melainkan suatu hubungan pribadi dengan Allah yang berhubungan dengan seluruh kehidupan kita. PAK juga diharapkan dapat membina persekutuan pribadi antara murid-murid dengan Tuhan Yesus, oleh sebab itu pengajaran agama seharusnya merangkum baik pengajaran ibadah bersama, persekutuan Kristen satu dengan yang lain, maupun kesempatan untuk melayani Tuhan dan sesama manusia. Justru karena itulah mengajarkan PAK di sekolah-sekolah umum menjadi tidak mudah, malah merupakan suatu masalah yang berat sebab tentu saja hampir mustahil mewujudkan segala cita-cita ke dalam jam pelajaran yang ada di sekolah saja. Keadaan dan peraturan sekolah-sekolah umum itu mau tidak mau mengikat dan merintangi kita. Kita terikat pada lamanya jam pelajaran di sekolah. Suasana sekolah umumnya memberi corak lain kepada jam pelajaran itu. Dalam lingkungan gereja sendiri kita tentu bebas terhadap soal metode itu dan suasananya lebih menyenangkan. Beberapa saran dan petunjuk menganjurkan bahwa sekurang-kurangnya kita harus berupaya untuk mengisi waktu yang pendek itu (40 atau 45 menit saja) dengan sebaik mungkin. Hendaknya kita mulai dengan ibadah pendek berupa nyanyian rohani dan doa. Selanjutnya kita dapat memakai beberapa menit untuk mendengar hapalan murid-murid mengenai pokok-pokok pelajaran pada pelajaran yang lalu. Tetapi hendaknya bagian ini tidak terlalu bersifat `sekolah` melainkan supaya hapalan itu sedapat mungkin diberi arti rohani dan bersuasana ramah-tamah. Waktu yang sisa dapat dipakai untuk bercerita atau memulai pelajaran yang baru. Atau jika kita sudah menyuruh murid-murid untuk membaca satu pasal dari Alkitab atau buku pegangannya yang lain, kita dapat mengadakan tanya jawab tentang isi buku tersebut. Pada murid di sekolah lanjutan atas, kita dapat menggunakan metode diskusi. Penting sekali supaya tiap jam pelajaran mempunyai satu pokok tertentu yang terbatas dan bulat. Pada akhir jam itu ada baiknya jikalau dengan ringkas kita ikhtisarkan pula apa yang telah dibicarakan selama jam pelajaran itu. Tentu saja kita akan mengakhiri dengan doa pendek pula, supaya suasana ibadah tetap terpelihara. 4. PAK lain -------- Sekali lagi kami hendak menitikberatkan perlunya menambahkan PAK lain pula di samping pengajaran yang diberikan dalam sekolah. Pengajaran agama di sekolah itu memang belum cukup, dan sebab itu gereja belum dapat dilepaskan dari tanggung jawabnya untuk menyelenggarakan PAK yang lebih luas dan lebih mendalam lagi di dalam lingkungan dan suasananya sendiri. Bahan diedit dari sumber: Judul Buku : Pendidikan Agama Kristen Judul Artikel Asli: Faedah dan Bahaya P.A.K. di Sekolah Negeri Penulis : Dr. E.G. Homrighausen dan Dr. I.H. Enklaar Penerbit : BPK Gunung Mulia, Jakarta, 1993 Halaman : 168 - 172 ______________________________________________________________________ o/ BAHAN MENGAJAR ------------------------------------------------o/ -o- TUHAN INGIN MENJADI NOMOR SATU -o- ============================== Alat peraga: ------------ Buku berisi iklan-iklan permainan atau iklan-iklan mainan anak yang digunting dari majalah atau koran. Ayat Alkitab: ------------- Keluaran 20:3 Tema: ----- Tempatkan Tuhan yang utama dalam hidupmu. Cerita: ------- Apakah kamu senang kalau melihat sebuah buku berisi daftar-daftar mainan yang saat ini sedang dijual atau melihat iklan-iklan mainan- mainan tercanggih saat ini? Menyenangkan sekali bukan melihat-lihat gambar segala benda lucu dan mainan yang ada di dalamnya? Suka melihat gambar-gambar itu memang tidak apa-apa, tetapi kadang- kadang kita mudah sekali menginginkan sesuatu dan memaksa, pokoknya kita harus memilikinya. Kita membayangkan, kalau kita tidak memilikinya, sepertinya hidup ini malang sekali rasanya. Pada saat kita sangat menginginkan sesuatu, maka dengan mudah, benda itu menjadi hal yang terpenting dalam hidup kita. Kadang-kadang orang membiarkan benda kesayangan atau impian mereka itu menjadi nomor satu dalam hidup mereka. Ada orang-orang dewasa yang mungkin ingin sekali memiliki sebuah mobil mewah atau baju-baju mahal, atau perabot rumah. Ada anak-anak yang mungkin sangat menginginkan sebuah sepeda, boneka cantik, atau video game yang hebat. Walaupun benda-benda istimewa itu kelihatannya perlu, kita harus selalu ingat bahwa Tuhan-lah yang menjadi nomor satu dalam hidup kita. Tuhan ingin menjadi lebih penting bagi kamu daripada segala mainan kesayangan atau baju kesukaanmu, atau acara televisi kegemaranmu. Ada suatu perintah dalam Alkitab yang mengatakan "Tidak boleh ada ilah lain di hadapan-Ku." Kadang-kadang, benda kesayangan atau impian yang kita bicarakan tadi itu menjadi demikian penting bagi seseorang, sehingga tampak menjadi ilah atau tuhannya. Lalu, kadang-kadang orang lupa menyembah Tuhan yang benar. Kalau kita menempatkan Tuhan menjadi nomor satu dalam hidup kita, maka kita selalu ingat untuk selalu menjalankan hidup seperti kehendak-Nya. Tuhan ingin kita mengasihi Dia lebih dari apapun juga. Kalau kita mengasihi Tuhan lebih dari apapun juga, maka Tuhan akan membawa kita kepada damai sejahtera dan kebahagiaan. Doa: ---- Ya Tuhan, memang mudah menyukai sesuatu. Tolong kami untuk lebih lagi mengasihi-Mu. Amin. Bahan diedit dari sumber: Judul Buku: Ceritakan untuk Anak-anak Sekolah Minggu: Sebuah Sumber Ibadah Penulis : Donna McKee Rhodes Penerbit : Gospel Press, Batam Centre, 2002 Halaman : 29 - 31 ______________________________________________________________________ o/ DARI ANDA UNTUK ANDA ------------------------------------------o/ Dari: Juita <juita_r(at)> >Sekiranya bahan-bahan mengajar dalam e-binaanak saya pakai untuk >kurikulum di sekolah minggu saya, apakah perlu ijin khusus? >Beberapa bahan akan saya usulkan sebagai materi untuk kurikulum >tahun depan. Terima kasih banyak. Redaksi: Anda dipersilakan menggunakan bahan-bahan dalam e-BinaAnak untuk pelayanan di SM Anda. Persyaratannya adalah jangan lupa mencantumkan sumber asli/buku dimana bahan tersebut kami ambil, dan juga cantumkan nama/alamat subscribe Publikasi e-BinaAnak sebagai sumber online bahan-bahan tersebut. Kiranya pelayanan SM Anda semakin diberkati Tuhan. Sukses dalam penyusunan kurikulumnya! ______________________________________________________________________ o/ MUTIARA GURU --------------------------------------------------o/ Rencana pelajaran mingguan saya: Hari ini saya akan membubuhi semua yang saya kerjakan dengan kesan pribadi saya yang kreatif o/----------------------------------------------------------------o/ Staf Redaksi: Davida, Ratri, dan Lisbet Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA Didistribusikan melalui sistem network I-KAN Copyright(c) e-BinaAnak 2005 -- YLSA http://www.sabda.org/ylsa/ ~~ http://katalog.sabda.org/ Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati o/----------------------------------------------------------------o/ Anda terdaftar dengan alamat email: $subst(`Recip.EmailAddr`) Alamat berlangganan : <subscribe-i-kan-BinaAnak(at)xc.org> Alamat Berhenti : <unsubscribe-i-kan-BinaAnak(at)xc.org> Arsip e-BinaAnak : http://www.sabda.org/publikasi/e-binaanak/ Pusat Elektronik Pelayanan Anak Kristen: http://www.sabda.org/pepak/ ><> --------- PUBLIKASI ELEKTRONIK UNTUK PEMBINAAN ANAK --------- <><
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |