Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-binaanak/254 |
|
e-BinaAnak edisi 254 (10-11-2005)
|
|
><> Milis Publikasi Elektronik untuk Para Pembina Anak <>< ================================================== Daftar Isi: Edisi 254/Nopember/2005 ---------- o/ SALAM DARI REDAKSI o/ ARTIKEL : Mewaspadai Guru Bertombol (TV) o/ TIPS : Anak dan Televisi (Transkrip TELAGA T066A) o/ BAHAN MENGAJAR : Apakah Kamu Memerlukan Sebuah Perisai? o/ DARI MEJA REDAKSI : Drama Natal o/ MUTIARA GURU o/----------------------------------------------------------------o/ Korespondensi dan kontribusi bahan dapat dikirimkan ke staf Redaksi: <staf-BinaAnak@sabda.org> atau <owner-i-kan-BinaAnak@xc.org> ______________________________________________________________________ o/ SALAM DARI REDAKSI --------------------------------------------o/ Salam kasih dalam penyertaan Yesus Kristus, Anak-anak dapat dengan mudah menirukan berbagai perbuatan dan tutur kata yang mereka lihat dalam tayangan televisi. Tidak akan menjadi suatu masalah jika yang ditiru tersebut ialah perkara yang baik, tetapi bagaimana jika yang mereka tiru ialah perkara yang buruk? Sementara itu, melarang anak-anak untuk tidak menonton televisi sama sekali tentu saja bukanlah solusi yang mudah. Nah, untuk mengetahui secara rinci bagaimana televisi mempengaruhi anak dan bagaimana kita dapat mememanfaatkannya sebagai alat untuk mendidik anak, silakan Anda menyimak sajian dalam e-Bina Anak edisi kali ini yang mengambil topik TELEVISI. Selamat membaca. Tuhan memberkati! (Har). Saudaraku yang kekasih, janganlah meniru yang jahat, melainkan yang baik. Barangsiapa berbuat baik, ia berasal dari Allah, tetapi barangsiapa berbuat jahat, ia tidak pernah melihat Allah. (3Yohanes 1:11) < http://www.sabda.org/sabdaweb/?p=3Yohanes+1:11 > ______________________________________________________________________ o/ ARTIKEL -------------------------------------------------------o/ -o- MEWASPADAI GURU BERTOMBOL (TV) -o- ============================== "Pusssinnnngggg!!!" begitulah teriak Ina, seorang gadis mungil berusia 7 tahun sepulang dari sekolah. Gaya dan lagaknya persis Peggy dalam sinetron `Gerhana`. Kontan saja sang Mama yang melihat gaya anaknya tertawa terbahak-bahak diikuti oleh seisi rumah yang melihat tingkah lucu Ina. "Saras kosong kosong delapan!!!" teriak Susi yang baru berusia 2 tahun sambil memperagakan gaya Saras 008, cerita di televisi yang saat itu digandrungi anak-anak. Seraya melompat dan berputar, Susi beraksi dengan begitu gagahnya sambil berlari-lari mengelilingi ruang tamu di rumahnya. Ayah ibunya pun tersenyum geli sambil memperhatikan lagak anaknya. Dua cuplikan adegan di atas mungkin tidak asing bagi Anda semua. Bahkan mungkin adegan itu justru sedang dan sering terjadi di rumah Anda sendiri. Sangat mungkin pula adegan tersebut menjadi "ritual" menarik dalam acara kumpul bersama keluarga Anda. Namun, sadarkah Anda apa yang menyebabkan anak-anak Anda berperilaku demikian? Tahukah Anda bahwa sebenarnya mereka sedang memperagakan hasil belajar dari apa yang dipelajari di rumah Anda, tetapi bukan melalui Anda? Bukan pula melalui guru sekolah atau guru Sekolah Minggu, tetapi oleh "guru" yang selalu hadir di rumah Anda sendiri, yakni "guru bertombol" alias televisi. "Guru" ini siap beraksi tiap waktu tanpa mewajibkan anak-anak mengenakan seragam sekolah, mengharuskan anak duduk di dalam kelas dan membaca buku. "Guru" ini bukan saja dinantikan anak-anak. Lebih dari itu, "guru" ini bahkan dicari dan dikejar-kejar. Bahkan sekalipun bila orangtua melarangnya, anak-anak akan berusaha melanggar larangan itu dengan keberanian yang tidak terduga untuk menanggung resiko pelanggaran mereka. Televisi memang layak memperoleh gelar sebagai "guru bertombol". Mengapa? Karena guru yang konvensional serta orangtua telah ‘dikudeta’ olehnya dan perannya diambil alih. Bukankah televisi dan acara yang disajikannya mempunyai daya edukasi (didik) yang luar biasa, di samping memberikan informasi dan rekreasi (hiburan)? Tetapi cobalah perhatikan apa yang diajarkannya sebelum Anda menentukan sikap terhadapnya. POTRET PENGAJARAN ALA GURU BERTOMBOL Harus diakui bahwa memang ada unsur pendidikan yang bersifat positif yang diberikan televisi. Banyak orangtua menceritakan bagaimana anak-anaknya jadi semangat mempelajari Fisika atau IPA (bagi yang masih SD) sejak ditayangkannya Indosat Galileo setiap Minggu malam. Melalui Keluarga Cemara, anak-anak dapat belajar tentang nilai keluarga dan bagaimana cara keluarga sederhana itu mengatasi kesulitan hidup mereka. Ada orangtua yang mengatakan bahwa anaknya yang kelas 3 SD memahami bahaya narkoba dan cara kerja para pengedar melalui program pemberitaan di televisi. Ini adalah beberapa daftar manfaat edukatif positif yang diberikan televisi melalui program- program tertentu. Meskipun demikian, kita tetap perlu berhati-hati untuk menyimpulkan bahwa televisi memang merupakan alat pendidikan yang baik bagi anak. Kenyataan menunjukkan bahwa televisi juga memberikan banyak pengaruh negatif atas perilaku, perkataan, pola pikir, sikap, dan gaya hidup anak. PERILAKU Beberapa waktu yang lalu ketika saya berada di sebuah sekolah di Jakarta, saya melihat anak-anak SD yang berlari ketakutan sambil berteriak. Mereka meneriakkan, "Ada Mister Gepeng di WC ...." dan mereka saling mendorong untuk keluar dari WC secepatnya. Peristiwa ini tidak hanya terjadi satu kali, tapi di setiap jam istirahat dan selama berhari-hari. Saya berusaha mencari tahu apa yang sesungguhnya mereka takuti. Beberapa anak saya tanyai, juga petugas cleaning service yang bertugas di WC tersebut. Ternyata Mister Gepeng itu adalah tokoh penjahat yang ada di salah satu sinetron yang banyak ditonton anak-anak. Setelah kejadian itu, saya juga mendapatkan cerita dari beberapa orangtua yang melihat anak-anak mereka jadi ketakutan di rumah. Ada juga anak yang takut keluar rumah atau bepergian sendirian karena merasa orang-orang yang di luar sana adalah orang-orang jahat yang mungkin saja mencelakakan dirinya. Pernah seorang ibu dengan panik menelepon saya menanyakan apa yang harus ia lakukan karena anaknya yang berusia 7 tahun membawa pisau dan mengacung-acungkannya ke arah pembantu karena pembantu minta anak tersebut untuk tidak mengganggu adiknya. Ia berteriak, "Saya bunuh kamu!" Gaya yang pernah dilihatnya di televisi. Perlu waktu cukup lama untuk dapat memperoleh kembali pisau itu dan menenangkan kedua belah pihak. Lalu ada juga berita tentang seorang anak yang matanya ditusuk dengan jari oleh kakaknya karena ia meniru jurus film kungfu yang pernah dilihatnya di televisi. Di tempat lain, setelah menonton acara tinju, seorang ayah melihat anaknya terus menyerang adik-adiknya. Dan masih banyak lagi kisah nyata lainnya sehubungan dengan meningkatnya kekerasan pada perilaku anak-anak karena menonton televisi. PERKATAAN Beberapa waktu yang lalu seorang ibu yang baru pulang studi dari Kanada bercerita kepada saya bahwa betapa terkejut anak-anaknya mendengar teman mereka di Jakarta saling memaki dalam bahasa Inggris dengan kata-kata yang sangat kasar dan kotor. Mereka tidak habis pikir karena ketika di Kanada pun mereka dilarang keras untuk bicara dengan bahasa seperti itu. Mereka akan mendapat teguran yang sangat keras bahkan dihukum oleh guru jika kedapatan mengucapkan hal itu. Setelah beberapa lama di Jakarta, mereka mulai mengerti bahwa cara bicara seperti itu rupanya sudah menjadi trend di kalangan anak-anak sekolah meskipun anak-anak tersebut tidak mengerti maksud sebenarnya kata-kata itu. Anak-anak merasa hebat kalau bisa mengucapkan kata- kata itu karena seperti gaya jagoan dalam tayangan film layar emas di televisi yang kebanyakan mempertontonkan film kekerasan. Sejumlah orangtua juga menceritakan bahwa anak-anak mereka sekarang suka menggunakan kata-kata goblok, bajingan, dan jahanam akibat sinetron dan telenovela yang secara teratur mereka tonton. Sama pula halnya yang terjadi pada anak yang mengenal kosa kata selingkuh, nyeleweng, istri simpanan, cerai -- walaupun tidak ada orang dekat yang bercerai -– padahal mereka baru kelas 1, 2, atau 3 SD. Cerita lain dikemukakan oleh orangtua dari anak berusia 4 tahun. Setiap kali anak ini tertangkap basah melakukan kesalahan, sebelum dimarahi ibunya, anak ini segera memeluk ibunya seraya meminta maaf dengan kata-kata manis yang teruntai indah. Yang begini dipelajarinya dari tayangan telenovela setiap sore. POLA PIKIR, SIKAP, DAN GAYA HIDUP Televisi membuat cara berpikir anak sekarang ini seolah jauh di atas usia mereka yang sebenarnya, namun tanpa konsep berpikir yang benar dan tanpa melalui tahapan proses berpikir yang berjenjang. Contoh berikut ini secara getir menunjukkan hal demikian. Seorang ibu memperlihatkan kejengkelannya karena anak perempuannya dikabarkan diperkosa dan sedang hamil. Kabar ini disebarkan oleh teman-teman sekelas anaknya yang duduk di kelas 1 SD. Gara-garanya adalah anaknya ini sakit perut dan tidak masuk sekolah selama beberapa hari. Berita mengenai perkosaan dan kehamilan ini sudah tersebar ketika anak yang bersangkutan kembali bersekolah. Selidik punya selidik, guru anak ini akhirnya memperoleh jawaban mengenai apa yang terjadi. Seorang teman anak ini mengaku bahwa ia sering melihat di televisi bahwa orang diperkosa itu bisa hamil dan orang yang hamil itu perutnya sakit. Jadi rupanya masalah perut sakit yang didengarnya lalu dikaitkannya dengan kehamilan akibat diperkosa. Gaya hidup anak-anak sekarang juga banyak sekali didikte oleh iklan di televisi. Banyak orangtua yang mengeluh bahwa anak-anak menuntut dibelikan barang atau makanan sebagaimana yang mereka lihat di televisi. Anak-anak memilih susu merek apa yang mau diminum, makanan kecil apa yang berhadiah, dan restoran mana yang hendak mereka kunjungi. Secara efektif iklan yang tidak jarang menggunakan bintang cilik terkenal ‘menghasut’ anak-anak untuk menjadi ‘teroris kecil’ bagi orangtua mereka. Sikap hidup konsumtif juga mencengkeram para ABG (Anak Baru Gede), dan membuat mereka bukan saja ingin mencoba makanan kecil atau restoran tertentu, melainkan juga meniru habis model dan cara berpakaian, potongan dan warna rambut, rokok yang dihisap dan bir yang diminum, telepon genggam, dan sebagainya. Semua asesori ini menjadi ‘wajib’ agar mereka merasa diterima lingkungan pergaulannya. Tentu saja ini semua menuntut biaya yang tinggi. Sampai-sampai beberapa ABG yang memaksa diri hidup dengan standar sedemikian tinggi rela menemani `om senang` dan berkencan dengan mereka. Hal- hal demikian dapat mereka lihat dan pelajari dari tayangan sinetron dan film-film yang mengisahkan gaya hidup mewah tanpa disertai latar belakang memadai tentang upaya kerja keras dan jujur untuk mencapai kesuksesan tersebut. BERSAING DENGAN GURU BERTOMBOL Bagaimana agar pengaruh kita dalam mendidik dapat mengalahkan pengaruh televisi secara meyakinkan? Beberapa saran berikut ini sebaiknya kita kaji: 1. Usahakan agar sesedikit mungkin menghidupkan pesawat televisi, batasi secara selektif acara apa yang hendak ditonton. Aturan ini tidak saja berlaku bagi anak, melainkan bagi seluruh keluarga. Bila orangtua menonton acara tertentu apalagi menggemarinya, maka apapun yang kita katakan kepada anak tentang hal buruk dari acara yang kita tonton itu tidak akan efektif. Karena anak akan berpikir bahwa orangtuanya sendiri tidak melakukan apa yang mereka katakan atau ajarkan. Selektif berarti orangtua juga memfungsikan dirinya sebagai filter pertama bagi anak dengan memilah-milah acara mana yang baik untuk ditonton. Beberapa contoh kasus dalam tulisan ini dikemukakan sebagai salah satu pertimbangan dalam memilih acara atau film di televisi. 2. Usahakan untuk menonton bersama anak. Dengan menonton bersama anak, kita akan memahami lebih baik apa yang dipikirkan atau dilihat anak kita. Sekalipun demikian, hendaknya orangtua tidak setiap saat berkomentar tentang film yang ditonton. Bila kita sering mengeluarkan komentar, kita justru akan lebih berperan sebagai pengganggu dan komentar kita pun akan lebih membangkitkan rasa antipati anak. 3. Ajarkan anak membedakan antara yang nyata dengan yang khayalan. Acapkali anak yang terlalu muda tidak mampu memahami bahwa banyak hal yang mereka tonton sebenarnya adalah tipuan kamera atau khayalan pembuat cerita. Ada baiknya orangtua menjelaskan, atau bila mungkin, mengajak anak menyaksikan bagaimana caranya sebuah film dibuat. Dengan cara ini, orangtua akan lebih mampu melakukan pencegahan terhadap bahaya tindakan yang anak tiru dari televisi. 4. Ajarkan anak dengan ajaran yang benar dan sehat sedini mungkin. Dengan mengajarkan anak ajaran dari Firman Tuhan dan etika dasar yang lain sedini mungkin, kita seolah menyiapkan filter bagi mereka untuk menyaring informasi dan ajaran lain dari lingkungan mereka. Bila mereka menerima ajaran Firman Tuhan sebelum mereka memperoleh ajaran lain, Firman Tuhan akan lebih tertanam baik dalam diri mereka. 5. Isi waktu luang Anda dan anak Anda sebanyak mungkin dengan kegiatan bermanfaat dan mendidik. Kegiatan membaca, bercerita, bermain games, mengunjungi museum, kebun binatang, atau alam terbuka, serta berolah raga harus disediakan sebagai alternatif untuk mengisi waktu luang bagi keluarga. Seyogyanya orangtua secara dominan mengisi ruang hidup anak dengan ajaran dan hiburan yang benar dan sehat, terutama selagi anak belum mencapai usia remaja, dalam hal ini termasuk dengan cara membina kehidupan keluarga yang harmonis. 6. Bersikaplah terbuka dan sabar terhadap pertanyaan yang diajukan anak, seberapa aneh atau tidak sopannya pun pertanyaan itu. Hal ini perlu sedapat mungkin dilakukan oleh semua orangtua. Karena dengan demikian kita akan menangkap cara berpikir anak dan dapat dengan segera melakukan koreksi jika cara berpikir anak telah terkontaminasi oleh kesalahpahaman atau ajaran dari acara televisi yang tidak sesuai dengan Firman Tuhan. Dengan bertindak terbuka, kita juga telah menjadi semacam narasumber yang menyejukkan bagi mereka, membuat mereka tidak banyak menggunakan kerangka acuan yang didiktekan dunia ini secara terus-menerus melalui televisi dan film. Tentu saja untuk melakukan itu orangtua sendiri juga perlu membekali dirinya dengan pengetahuan yang benar dan sehat dari ajaran Alkitab. Bahan diedit dari sumber: Judul Artikel: Mewaspadai Guru Bertombol (TV) Penulis : Esther Tjahja, S.Psi. Nama Situs : Christian Counseling Center (Situs C3I) Alamat URL : http://www.sabda.org/c3i/artikel/isi/?id=76&mulai=210 ______________________________________________________________________ o/ TIPS ----------------------------------------------------------o/ -o- ANAK DAN TELEVISI -o- ================= Tanya jawab berikut ini diringkas dari transkrip kaset TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga - T066A). Bersama Pdt. Paul Gunadi, Ph.D. sebagai narasumbernya, kita akan bersama-sama mengulas tentang televisi dan program siarannya yang bisa memberikan dampak positif sekaligus negatif pada anak-anak. ---- T: Televisi rupanya sudah umum ada di setiap rumah, dan sekarang makin banyak pilihan saluran televisi dan berbagai program acaranya. Kehadiran televisi dan acara-acaranya itu pasti membawa dampak pada anak, khususnya anak-anak yang masih di bawah usia 10 atau 9 tahun. Bagaimana itu bisa terjadi? J: Televisi adalah sesuatu yang menayangkan acara-acara yang menarik, menggugah dan dikemas sedemikian rupa untuk bisa menarik para pemirsanya. Pada saat ini kita perlu memeriksa apa dampak televisi pada anak-anak. PERTAMA, kita perlu melihat, siapakah atau bagaimanakah keadaan anak terutama pada anak-anak yang berusia di bawah 10 atau 9 tahun. Anak-anak pada usia itu berada pada tahap pemikiran yang konkret. Mereka belum mampu berpikir dengan abstrak. Anak-anak ini belum mampu melihat hal yang tidak tampak dan hal yang tampak. Dengan kata lain, bagi si anak apa yang dilihat adalah apa yang terjadi, misalkan dia melihat hal yang menakutkan seperti laba-laba yang bisa memakan manusia. Bagi dia, hal itu benar-benar terjadi, yakni laba-laba itu bisa memakan manusia. Pada usia-usia ini anak-anak belum bisa memisahkan yang fiksi dari yang realitas. KEDUA, anak-anak berada pada tahap pembentukan moralitas. Prinsipnya di sini adalah apa yang dilakukan pahlawannya adalah apa yang benar. Anak-anak yang berada pada tahap pemikiran konkret dan pembentukan moralitas ini mulai menentukan apa yang benar dan apa yang salah. `Apa yang benar apa yang salah` itu diserapnya bukan saja dari perkataan orangtua atau guru Sekolah Minggu, tapi juga apa yang dikatakan oleh teman-temannya, termasuk dalam hal ini adalah apa yang ditangkapnya dari televisi. Dia belum mempunyai kemampuan untuk menyortir etika situasi dan belum bisa mengerti bahwa ada etika yang absolut. Pokoknya apa yang dilakukan oleh jagoannya sudah pasti benar, sekalipun dia membunuh orang. Karena pola pikirnya yang masih konkret itulah yang menjadi kebenarannya. ---- T: Bagaimana kalau yang dilihat anak adalah sebuah film kartun yang menampilkan gambar dan juga tokoh-tokohnya? Dari film itu sebenarnya anak sudah bisa membedakan mana yang fiksi dan mana yang realitas. J: Dari film-film kartun memang dampak riilnya sangat berbeda dari film yang lebih nyata, karena film yang nyata lebih mirip dengan kehidupan yang dilaluinya. Film kartun lebih mudah diterima anak sebagai sesuatu yang tidak riil dalam kehidupannya. Namun tetap harus saya ingatkan bahwa apa yang dilihatnya tetap akan diserapnya. Dia tidak menyerapnya secara langsung, otomatis dia akan menyerapnya tanpa sadar. Nah apa yang dilakukan oleh pahlawan-pahlawan kartunnya, tanpa disadari akan dianggap sebagai sesuatu yang benar. ---- T: Kalau anak melihat peristiwa yang terjadi berulang-ulang, lama- kelamaan akan muncul semacam keyakinan di dalam dirinya. Bagaimana itu bisa terjadi? J: Biasanya waktu anak melihat sesuatu secara berulang kali, yang terjadi adalah toleransi. Dia mulai menoleransi bahwa yang terjadi itu sesuatu yang memang biasa, sesuatu yang harus diharapkannya terjadi dalam hidup ini. Reaksi-reaksi yang seharusnya muncul misalnya reaksi jijik, reaksi ini tidak benar, akan hilang. Jadi misalkan dalam cerita pembunuhan ada seseorang ditusuk, bagi si anak mula-mula dia akan memberikan reaksi yang sangat keras terhadap tindakan tersebut. Namun kalau dia terlalu sering menyaksikannya, maka terbentuklah toleransi. Dia mulai merasa bahwa itu biasa dan tidak lagi menimbulkan reaksi yang tidak enak pada dirinya. ---- T: Apa yang ditayangkan di televisi tidak semuanya jelek, ada juga acara untuk anak-anak. Adakah sisi positifnya? J: Sudah tentu ada, televisi itu mempunyai unsur-unsur hiburan, rekreasional dan itu bisa memberi anak kesempatan untuk merasa santai, tidak terlalu tegang. Apa yang dilihatnya bisa membawa penghiburan baginya, kesenangan hatinya, menenangkan jiwanya, dan itu merupakan hal yang positif. Tapi perlu ditegaskan sekali lagi bahwa orangtua perlu menolong anak untuk menyeleksi apa yang dilihatnya sesuai dengan usia anak. Contohnya untuk kasus yang konkret misalnya anak-anak ikut-ikutan orangtua menonton sinetron, padahal banyak sinetron yang berisikan kisah perselingkuhan dan biasanya si suami yang berselingkuh. Anak kecil bisa mengembangkan pikiran bahwa semua pria itu tidak setia pada istrinya. Ada kemungkinan anak mulai mengembangkan pikiran bahwa papanya juga seorang kandidat ketidaksetiaan, atau papanya mungkin mempunyai wanita lain. Hal-hal ini kalau ditonton oleh anak, maka orangtua harus menetralisirnya. ---- T: Jadi kuncinya terletak pada bagaimana orangtua mengatur jam dimana anak boleh menonton televisi dan memberikan pengarahan. Masalahnya orangtua jarang mendapat bimbingan untuk itu, bagaimana mengatasi keadaan yang seperti ini? J: Disarankan agar orangtua duduk bersama anak-anak waktu menonton acara anak-anak sehingga mereka mempunyai gambaran kira-kira tentang yang ditonton. Saya dan istri saya juga tidak senantiasa menonton bersama anak, tapi ada beberapa kali misalnya seminggu sekali kami akan duduk bersama anak-anak, sehingga kita bisa menilai apakah tayangan itu cocok ditontonnya dan apakah perlu toleransi atau koreksi yang harus kita berikan pada anak kita. ---- T: Bagaimana jika anak kemudian menyangkal atau membantah apa yang orangtua katakan? J: Itu bisa menjadi ajang diskusi dan menjadi hal yang positif. Televisi tidak semuanya jelek, banyak hal yang bagus dan memang sangat bermanfaat. Secara keseluruhan televisi banyak manfaatnya asalkan kita menyortir dan membimbing anak-anak kita. ---- T: Dalam hal ini adakah Firman Tuhan yang bisa menjadi pegangan dan pedoman bagi orangtua khususnya? J: Filipi 4:8, "Jadi akhirnya saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu." Tuhan menginginkan kita memasukkan hal yang baik, yang indah ke dalam pikiran kita. Jangan sampai kita mengotori pikiran kita. Kita harus melindungi anak-anak kita dari pikiran-pikiran yang bisa mencemarinya, baik itu seks yang terlalu dini, baik itu film yang terlalu menegangkan atau baik itu kisah kehidupan yang tidak riil sama sekali. Anak-anak kita perlu menyadari dan menangkalnya sendiri sehingga tidak menyerapnya dan membabi buta. Sumber diedit dan diringkas dari: Transkrip Kaset TELAGA No. #066A Situs: TELAGA (Tegur Sapa Gembala Keluarga) URL : http://www.telaga.org/transkrip.php?anak_dan_televisi.htm ______________________________________________________________________ o/ BAHAN MENGAJAR ------------------------------------------------o/ -o- APAKAH KAMU MEMERLUKAN SEBUAH PERISAI -o- ===================================== Ketika Daud pergi bertarung melawan Goliat, ia berhadapan dengan seorang yang bertubuh tinggi besar. Goliat membawa sebuah perisai yang besar. Bilamana seseorang memanahnya, Goliat menaruh perisai itu di depannya dan anak panah itu pun akan tertangkis. Jika seseorang mencoba memukul Goliat, ia menaruh perisainya di depannya sehingga ia tidak terpukul. Perisai-perisai itu melindungi para prajurit pada zaman Alkitab agar tidak terluka. Perisai-perisai itu juga melindungi mereka dari serangan anak panah, gada, dan tombak. Tahukah kamu bahwa Allah adalah Perisai kita? Renungan Singkat tentang Perlindungan Allah: -------------------------------------------- 1. Menurut kamu, bagaimana Allah dapat diibaratkan sebagai sebuah perisai? Dari hal-hal apakah Ia melindungi kita? 2. Dapatkah kamu menyebutkan saat-saat di mana kamu memerlukan perlindungan Allah? Apakah kamu meminta Dia melindungimu? Allah berkata kepada Abraham, "Akulah perisaimu" (Kejadian 15:1). Beberapa tahun kemudian penulis kitab Mazmur berkata, "Tuhan Allah adalah matahari dan perisai" (Mazmur 84:12). Di bagian lain dalam Alkitab, Allah juga menjelaskan bahwa kebenaran-Nya melindungi kita dari panah api si iblis. Hal ini dinyatakan dalam Mazmur 91:4 dan Efesus 6:14. Maukah kamu membacanya? Renungan Singkat tentang Allah dan Kamu: ---------------------------------------- 1. Apakah kamu tergoda untuk melakukan sesuatu yang salah minggu ini? Bukankah iblis selalu menggoda kita? Apakah kamu meminta Allah untuk menolongmu? 2. Jika suatu waktu kamu tergoda untuk berbuat salah, mintalah Allah menjadi perisaimu untuk melawan si iblis. Bacaan Alkitab: --------------- Efesus 6:10-18 Kebenaran Alkitab: ------------------ Tuhan akan menudungi dan melindungimu. Kebenaran-Nya akan menjadi perisaimu. (Mazmur 91:4) Doa: ---- Ya Tuhan, sering kali saya tergoda untuk berbuat sesuatu yang seharusnya tidak boleh saya lakukan. Terima kasih, Tuhan, karena Engkau melindungi saya dari anak-anak panah godaan si iblis. Saya sangat senang karena saya dapat tinggal di dekat-Mu. Bahan diedit dari sumber: Judul Buku: 100 Renungan Singkat untuk Anak-anak Penulis : V. Gilbert Beers Penerbit : Yayasan Kalam Hidup, Bandung, 1986 Halaman : 38 - 39 ______________________________________________________________________ o/ DARI MEJA REDAKSI ---------------------------------------------o/ -o- DRAMA NATAL -o- =========== Redaksi banyak menerima email yang menanyakan tentang bahan atau naskah untuk drama Natal. Dalam Situs PEPAK (Pusat Elektronik Pelayanan Anak Kristen) tersedia tiga naskah drama Natal yang bisa Anda pakai untuk merayakan Natal bersama-sama anak-anak SM, yaitu: 1. Naskah Drama Natal http://www.sabda.org/pepak/pustaka/010179/ 2. Naskah Drama: Pujian Maria http://www.sabda.org/pepak/pustaka/030326/ 3. Naskah Drama: Andaikata Yesus Jadi Gubernur http://www.sabda.org/pepak/pustaka/030327/ Kiranya informasi ini bisa membantu Anda dalam mempersiapkan drama Natal tahun ini. ______________________________________________________________________ o/ MUTIARA GURU --------------------------------------------------o/ Waspadalah! Ada berjuta-juta pasang mata lugu yang setiap waktu sedang menyerap apapun yang disajikan televisi, baik atau buruk. o/----------------------------------------------------------------o/ Staf Redaksi: Davida, Ratri, dan Lisbet Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA Didistribusikan melalui sistem network I-KAN Copyright(c) e-BinaAnak 2005 -- YLSA http://www.sabda.org/ylsa/ ~~ http://katalog.sabda.org/ Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati o/----------------------------------------------------------------o/ Anda terdaftar dengan alamat email: $subst(`Recip.EmailAddr`) Alamat berlangganan : <subscribe-i-kan-BinaAnak(at)xc.org> Alamat Berhenti : <unsubscribe-i-kan-BinaAnak(at)xc.org> Arsip e-BinaAnak : http://www.sabda.org/publikasi/e-binaanak/ Pusat Elektronik Pelayanan Anak Kristen: http://www.sabda.org/pepak/ ><> --------- PUBLIKASI ELEKTRONIK UNTUK PEMBINAAN ANAK --------- <><
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |