Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-binaanak/275

e-BinaAnak edisi 275 (17-4-2006)

Salib

 
   ><>  Milis Publikasi Elektronik untuk Para Pembina Anak  <><
        ==================================================

Daftar Isi:                                             275/April/2006
----------
    ^o^ SALAM DARI REDAKSI
    ^o^ ARTIKEL           : Mengapa Harus Salib?
    ^o^ BAHAN MENGAJAR (1): Naskah Drama: Memilih Salib
    ^o^ BAHAN MENGAJAR (2): Yesus Disalibkan dan Mati
    ^o^ WARNET PENA       : Jesus And Kidz.Com
    ^o^ MUTIARA GURU

^o^----------------------------------------------------------------^o^
 Korespondensi dan kontribusi bahan dapat dikirimkan ke staf Redaksi:
  <staf-BinaAnak(at)sabda.org> atau <owner-i-kan-BinaAnak(at)xc.org>
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
^o^ SALAM DARI REDAKSI

  Salam kasih,

  Apa yang dapat Anda ceritakan kepada anak-anak yang Anda layani
  tentang salib Kristus? Mari kita mengevaluasi, mungkin saja selama
  ini kita hanya menyinggung salib Kristus itu sebagai sebatang kayu
  yang harus dipikul Tuhan Yesus melewati jalan menuju Bukit Tengkorak
  atau kayu di mana tangan dan kaki Yesus dipakukan sampai Dia
  menghembuskan nafas yang terakhir di dunia ini.

  Makna salib lebih dari itu! Salib merupakan lambang kepedulian Allah
  kepada umat manusia yang penuh dosa ini. Dalam edisi kali ini kita
  akan bersama-sama belajar makna rohani lambang salib melalui Artikel
  dan juga Bahan Mengajar berupa naskah drama dan cerita. Kiranya
  melalui sajian-sajian tersebut Anda dan murid-murid Anda dapat
  semakin mengerti arti penderitaan dan pengorbanan Kristus yang telah
  dilakukan-Nya bagi kita.

  Selamat mengajar!

  Redaksi e-BinaAnak,
  (Davida)

      "Ia sendiri telah memikul dosa kita di dalam tubuh-Nya
     di kayu salib, supaya kita, yang telah mati terhadap dosa,
   hidup untuk kebenaran. Oleh bilur-bilur-Nya kamu telah sembuh."
                          (1Petrus 2:24)
         < http://www.sabda.org/sabdaweb/?p=1Petrus+2:24 >


^o^ ARTIKEL -------------------------------------------------------^o^

                        ^ MENGAPA HARUS SALIB? ^
                          ====================

  Pada minggu sengsara menjelang Paskah, kita memperingati dan
  sekaligus diperingatkan bahwa Allahlah yang telah memilih jalan
  penderitaan yaitu jalan salib, untuk menyelamatkan dunia umat
  manusia termasuk Anda dan saya. Ini bukan karena Dia harus begitu,
  tetapi karena Dia ingin begitu.

  Aneh bin ajaib. Sebab jalan salib sesungguhnya bertolak belakang
  dengan nalar yang normal dan wajar.

  Menurut jalan yang wajar, manusialah yang seharusnya membawa korban
  kepada Allah. Namun, yang terjadi pada peristiwa salib justru
  sebaliknya. Allah membawa korban bagi manusia.

  Menurut nalar yang wajar, orang lainlah yang dikorbankan untuk
  kepentingan diri sendiri. Ingat tragedi Mei 1998? Ingat Ambon? Dan
  banyak lagi. Namun, yang terjadi pada peristiwa salib justru
  sebaliknya: Allah mengorbankan Diri-Nya sendiri, demi keselamatan
  pihak lain, Anda dan saya.

  Menurut nalar yang wajar, orang akan memilih jalan pintas yang
  singkat dan mudah daripada jalan yang panjang dan sulit. Namun, yang
  terjadi pada peristiwa salib justru sebaliknya: Allah memilih jalan
  yang sulit dan cawan berisi minuman yang pahit.

  Menurut nalar yang wajar, survival atau bertahan hidup adalah
  segala-galanya. Kata pepatah, semut pun akan melawan bila terinjak.
  Namun, yang terjadi pada peristiwa salib justru sebaliknya, di dalam
  kebebasan dan kedaulatan-Nya, Allah memilih kematian.

  Mengapa harus salib? Padahal Allah dengan mudah dapat memilih jalan
  lain. Yang lebih enak. Yang lebih gampang.

  Tentu tidak mungkin kita dapat menyelami sedalam-dalamnya "logika"
  Allah. Dia sendiri telah memperingatkan, "Jalan-Ku bukanlah jalanmu,
  dan pemikiran-Ku bukanlah pemikiranmu." Jangan coba-coba
  berspekulasi.

  Namun, paling sedikit kita dapat mengatakan, dengan memilih jalan
  salib itu Dia mau memberikan contoh dan teladan untuk kita panuti.
  Dia mau memberi kita pelajaran yang amat berharga untuk kita ikuti.

  Pelajaran yang pertama adalah, bahwa kasih itu mahal. Tak pernah
  mudah. Tak pernah murah.

  Di satu pihak, dalam kepercayaan kristiani, tidak ada nilai yang
  lebih diagungkan daripada kasih. Namun, di lain pihak, di dalam
  praktik kristiani, tidak ada nilai yang telah mengalami inflasi yang
  begitu hebat selain kasih.

  Di mana-mana, kasih telah menjadi verbal. Di mana-mana, kasih telah
  menjadi vulgar. Ia telah menjadi barang murahan.

  Menurut pengamatan saya, penyebab utamanya adalah karena kasih telah
  menjadi tuntutan kepada orang lain, dan bukan pertama-tama menjadi
  tuntutan kepada diri sendiri.

  Ketika kepentingan diri sendiri dirugikan, orang pun dengan segera
  berteriak: mana kasih itu? Namun, ketika ia merugikan kepentingan
  orang lain, adakah ia menuntut kepada diri sendiri: mana kasih itu?

  Jalan salib adalah ketika Allah menuntut diri-Nya sendiri. Kalian
  menolak Aku, kalian membenci Aku, kalian melanggar perintah-
  perintah-Ku, tetapi Aku mengasihimu. Bukan kalian yang mengasihi
  Aku, tetapi Aku yang mengasihi kalian.

  Kasih yang sejati tidak mengatakan "apabila". Kasih yang sejati
  mengatakan "meskipun".

  Allah tidak mengatakan, Aku mengasihi kamu "apabila" kamu begini
  atau begitu. Yang Dia katakan adalah, Aku mengasihi kamu "meskipun"
  kamu begini atau begitu.

  Kasih yang sejati tidak menuntut, kecuali kepada diri sendiri. Ia
  diuji, justru ketika kita berhadapan dengan orang yang "tidak layak"
  kita kasihi. Bukan "apabila", tetapi "meskipun".

  Oleh karena itu, kasih itu tak pernah mudah. Ia tak pernah murah.
  Allah menempuh jalan salib, sebab Allah bersedia membayar mahal
  untuk kasih-Nya kepada manusia.

  Pelajaran kedua dari peristiwa salib adalah, tidak ada kemenangan
  yang lebih sempurna daripada kemenangan atas diri sendiri. Itulah
  yang terjadi di Bukit Golgota, Allah mengalahkan Diri-Nya sendiri!
  Yesus tidak disalibkan. Dia menyalibkan Diri-Nya sendiri.

  Mengalahkan lawan-lawan yang hebat adalah keperkasaan. Akan tetapi,
  mengalahkan diri sendiri adalah keperkasaan yang jauh lebih hebat.

  Bukankah di sini letak kegagalan kita menilai kebesaran seseorang?
  Kebesaran seseorang sering kita nilai dari keberhasilannya mengatasi
  lawan-lawan yang tangguh. Ini tidak salah, tapi tidak cukup.

  Ada begitu banyak "orang besar" di dunia ini yang menjadi besar
  karena berhasil menundukkan lawan-lawan yang tangguh. Akan tetapi,
  kemudian jatuh karena gagal menundukkan dirinya sendiri.
  Kepentingan-kepentingannya sendiri. Kepentingan-kepentingan
  golongannya sendiri. Kepentingan-kepentingan keluarganya sendiri.
  Egonya sendiri.

  Ada begitu banyak "orang besar" di dunia ini yang naik takhta dengan
  perkasa, tetapi turun dengan amat tragisnya. Bukan terutama karena
  ia dikalahkan oleh orang lain, namun sering hanya karena ia gagal
  mengalahkan egonya sendiri.

  Di atas salib, Yesus berhasil mengalahkan kuasa Iblis. Namun, bukan
  ini yang paling utama. Kapan saja dan dengan cara apa saja, Iblis
  sebenarnya dapat dikalahkan dengan mudah.

  Kemenangan salib menjadi kemenangan yang sempurna, justru karena di
  sana Allah mengalahkan diri-Nya sendiri. Yaitu, dengan memilih jalan
  salib. Bukan jalan lain yang lebih mudah. Bukan mempertahankan
  takhta, tetapi seperti dikatakan Paulus, justru dengan "mengosongkan
  diri".

  Bahan diedit dari sumber:
  Judul Buku: Mengapa Harus Salib?
  Penulis   : Eka Darmaputera
  Penerbit  : Gloria Graffa, Yogyakarta, 2004
  Halaman   : 54 - 58


^o^ BAHAN MENGAJAR (1) --------------------------------------------^o^

                       ^ NASKAH DRAMA: MEMILIH SALIB ^
                         ===========================
                          (Drama Paskah Satu Babak)

  PEMAIN

  1. Seseorang (Penjual Salib)
  2. Pria
  3. Pemuda
  4. Manajer
  5. Si Kaya

  NASKAH

  Panggung dalam keadaan kosong, tanpa dekor apa pun. Terdengar suara
  hiruk-pikuk seperti di jalan ramai.

  Seorang lelaki setengah baya muncul dari kanan panggung sambil
  membawa sebuah tas perjalanan dan beberapa buah salib dengan
  berbagai ukuran, besar sekali, besar, sedang, dan kecil.

  Seseorang:
  ----------
  "Aaaah ... lelah sekali rasanya, setelah menempuh perjalanan yang
  jauh. Saudara-saudara, bolehkah saya numpang beristirahat sejenak di
  sini? Saya berasal dari negeri yang jauh, sepanjang perjalanan, saya
  telah menawarkan salib. Banyak orang telah mengambilnya, dari ukuran
  yang besar sampai yang kecil dengan berbagai alasan. Tentu saja yang
  kecil yang paling laris, saya tidak tahu mengapa begitu. Dan
  anehnya, yang paling besar ini, sampai sekarang belum ada
  peminatnya. Barangkali di antara Saudara ada yang berminat? Ayo,
  salib, salib. Siapa yang mau, silakan datang dan pilih sendiri. Ayo,
  tidak usah bayar alias gratis!

  Nah, itu ada seseorang sedang menuju ke mari, coba saya tawarkan
  dia. Selamat pagi, Pak. Maukah Bapak mampir sejenak untuk memilih
  sebuah salib?"

  Pria:
  -----
  "Maaf. Saya sedang terburu-buru, saya tidak mempunyai cukup waktu
  untuk urusan seperti ini, lain kali saja. Ngemis kok di sembarang
  tempat, huh!" [Sambil beranjak pergi.]

  Seseorang:
  ----------
  "Sungguh kasihan. Ia tidak tahu, betapa pentingnya salib bagi
  hidupnya. Apakah tidak ada seseorang yang pernah memberitahukannya?"

  Pemuda:
  -------
  "Permisi! Bolehkah saya meminta sebuah salib, Pak?"

  Seseorang:
  ----------
  "Oh, tentu saja, tentu saja boleh!"

  [Kepada Penonton] "Ini baru kejutan! Belum ditawari, sudah meminta!"

  "Ayo, silakan Dik, pilih mana yang kau suka! Gratis, lho ..."

  Pemuda:
  -------
  "Gratis?"

  [Seseorang menganggukkan kepalanya, Pemuda memilih-milih salib, lalu
  mengambil salib terbesar kedua.]

  "Ah, kukira yang ini cocok untukku!"

  Seseorang:
  ----------
  "Mengapa begitu?"

  Pemuda:
  -------
  "Pertama-tama, tentu saja karena gratis, maka kupilih yang cukup
  besar. Kedua, aku masih muda, masih mampu memikul salib yang besar.
  Lagipula, sangat membanggakan rasanya, di mana-mana orang dapat
  melihat salib yang kubawa. Yah, aku pilih yang ini saja!"

  Seseorang:
  ----------
  "Tunggu dulu! Kalau begitu, mengapa tidak kaupilih yang paling besar
  saja?"

  Pemuda:
  -------
  "Waaah .... Kalau yang itu terlalu berat untukku. Lagipula, kayunya
  kasar dan tampak buruk lagi! Ah, sudahlah, aku pilih yang ini saja.
  Boleh kan?"

  Seseorang:
  ----------
  "Oh, boleh, boleh ... Sangaaat ... boleh! Silakan kau ambil yang itu
  saja!"

  Pemuda:
  -------
  "Terima kasih!" [Berlalu sambil membawa salibnya.]

  Seseorang:
  ----------
  "Haaaahh ..." [Menarik napas panjang.]
  "Di mana-mana anak muda selalu sama, semangat tinggi, ingin selalu
  menonjol, tapi ... takut, kalau diberi tanggung jawab yang lebih
  besar. Haaaaahhh ..."

  Manajer:
  --------
  [Masuk dari kiri panggung, berdasi, membawa tas kantor, seorang
  eksekutif muda] "Lho, kok pagi-pagi sudah mengeluh panjang pendek,
  ada apa ini?"

  Seseorang:
  ----------
  "Oh, tidak, tidak, saya sedang latihan ilmu pernapasan! Apakah
  Saudara juga berminat dengan salib-salib ini?"

  Manajer:
  --------
  "Salib? Wah, kebetulan sekali. Saya memang sedang mencari-cari salib
  yang cocok untuk saya."

  Seseorang:
  ----------
  "Maksud Saudara?"

  Manajer:
  --------
  "Begini! Sebagai seseorang yang sedang memperoleh karir yang baik,
  saya membutuhkan sebuah salib yang cocok yang dapat mewakili
  keberadaan saya."

  Seseorang:
  ----------
  [Menunjuk pada salib yang paling besar.] "Kalau begitu, salib yang
  besar itu pasti cocok untuk menjadi simbol kehebatan Saudara!
  Bukankah begitu?"

  Manajer:
  --------
  "Oh, bukan, bukan itu maksud saya!"

  Seseorang:
  ----------
  "Lalu, bagaimana maksud Saudara yang sebenarnya? Coba katakan!"

  Manajer:
  --------
  "Bukan maksud saya untuk memilih sebuah salib besar yang dapat
  melambangkan kehebatan saya! Bukan, sama sekali, bukan!"

  Seseorang:
  ----------
  "Lantas, bagaimana?"

  Manajer:
  --------
  "Justru, sebaliknya. Saya menginginkan sebuah salib yang fleksibel.
  Yang mudah diajak menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi saya.
  Jadi, sebuah salib yang sedang besarnya dan cantik penampilannya."

  Seseorang:
  ----------
  "Yang sedang besarnya, banyak, yang cantik penampilannya, banyak,
  yang bisa dua-duanya yah cuma ini!" [Menunjuk salib yang sedang.]

  Manajer:
  --------
  [Mengambil dengan antusias.] "Ini yang gue cari ...!"

  Seseorang:
  ----------
  "Huss! Seperti iklan saja!"

  Manajer:
  --------
  "Oh iya, lupa! Oke, saya ambil salib yang ini saja! Cantik
  penampilannya, besarnya pun sedang. Mudah terlihat pada saat
  diperlukan, sesuai dengan jabatan dan kedudukan saya, mudah pula
  disembunyikan bilamana membahayakan karir saya. [Membuka tas dan
  memasukkan salib.]

  Seseorang:
  ----------
  "Oooh ... begitu ...." [Mengangguk-anggukkan kepala] "Pintar sekali
  Saudara ini!"

  Manajer:
  --------
  "Yaah ... bukankah Tuhan mengatakan bahwa kita harus cerdik seperti
  ular, ya itulah yang kulakukan!"

  Seseorang:
  ----------
  "Oooh ...." [Sambil terus mengangguk-anggukkan kepala.]

  Manager:
  --------
  "Oke, terima kasih, Pak untuk salibnya ini. Permisi."

  Seseorang:
  ----------
  [Seperti tersentak dari lamunan.] "O, ya ... ya ... ya ... silakan,
  silakan."

  [Manajer berlalu.]

  Seseorang:
  ----------
  [Menggumam sendiri.] "Cerdik ... se ... per ... ti ... u ... lar,
  cerdik seperti ular, cerdik sep ... [Membuka-buka kitab yang
  dibawanya.] Ah, ini dia ... cerdik seperti ular dan tulus seperti
  merpati. Hei, hei, hei ...! Merpatinya ma ... na ...!"

  Si Kaya:
  --------
  [Berdasi, memakai setelan jas, dan segala atribut yang menunjukkan
  kekayaannya, masuk langsung menghampiri Seseorang.] "Saya dengar
  Saudara mempunyai koleksi berbagai macam salib."

  Seseorang:
  ----------
  "Betul, Pak ... betul!" [Dengan sikap hormat.]

  Si Kaya:
  --------
  "Tolong carikan sebuah yang pas untuk saya. Berapa pun akan saya
  bayar." [Mengeluarkan seikat uang kertas.]

  Seseorang:
  ----------
  "Tidak, tidak perlu! Bapak tidak perlu membayar sepeser pun. Salib
  ini diberikan dengan cuma-cuma, asal saja Bapak mau memilikinya!"

  Si Kaya:
  --------
  "Kalau begitu, ambil saja uang itu untukmu. Terserah mau kamu
  apakan!"

  Seseorang:
  ----------
  "Terima kasih, Pak, terima kasih. Bapak seorang yang sangat
  dermawan. Nanti uangnya akan saya berikan kepada mereka yang
  membutuhkannya. Sekali lagi terima kasih, Pak!"

  Si Kaya:
  --------
  "Tidak apa-apa. Ayo, mana salibnya?"

  Seseorang:
  ----------
  "Saya kira ... [Memandang sejenak ke Si Kaya, lalu ke arah salib,
  beberapa kali.] Ah, yang ini ... [Mengambil salib paling besar.]
  Sangat cocok untuk Bapak!"

  Si Kaya:
  --------
  "Apa?! [Terkejut.] Sebesar dan seburuk itu? Tidak, tidak, jangan
  paksa aku untuk memikul salib sebesar dan seburuk itu! Aku tidak
  akan sanggup!"

  Seseorang:
  ----------
  "Silakan bapak pilih sendiri, salib yang bapak suka."

  Si Kaya:
  --------
  [Melihat-lihat dan menimbang-nimbang salib yang ada.] "Nah, yang ini
  saja!" [Mengambil salib yang paling kecil dengan gembira.]

  Seseorang:
  ----------
  "Sekecil itu?"

  Si Kaya:
  --------
  "Yah, aku kira yang ini paling cocok untukku, kecil dan praktis.
  Untuk seorang businessman seperti aku yang selalu sibuk, tidak akan
  cukup waktuku jika harus memilih salib yang besar-besar."

  Seseorang:
  ----------
  "O,ya? Begitukah?"

  Si Kaya:
  --------
  "Ya, salib yang besar kan cocoknya untuk mereka yang masih muda dan
  punya banyak waktu. Kalau bagiku, hanya bikin repot saja. Enak yang
  seperti ini (Memperlihatkan salib yang kecil) "Cilik yo ...!" Ah,
  maaf saya tidak punya lebih banyak waktu lagi, saya harus segera
  berangkat ke luar negeri. Sampai jumpa. [Keluar.]

  Seseorang:
  ----------
  "Benarkan Saudara-saudara. Seperti yang saya katakan pada awal saya
  baru tiba tadi. Ternyata di sini pun tidak ada yang berminat dengan
  salib yang besar dan buruk itu. Lalu ke mana lagi saya harus
  menawarkannya? Saya sudah lelah, terus memikulnya kian kemari.
  Haruskah saya terus memikulnya sendirian? Atau begini saja, salib
  ini saya titipkan saja di sini, barangkali saja suatu hari nanti ada
  yang berminat. Atau, barangkali di antara saudara-saudara ada yang
  ingin memikulnya? Maaf, saya harus berangkat lagi. Terima kasih,
  telah memperbolehkan saya beristirahat sejenak di sini. Permisi!
  Sampai jumpa! Seseorang berjalan keluar diiringi musik yang meriah.
  Disusul suara hiruk-pikuk seperti di jalan raya. Selesai!"

  - Salib Kristus adalah sebuah beban, sama seperti jangkar pada
    perahu atau sepasang sayap pada burung. - Samuel Rutherford -
  - Tidak ada penerima mahkota di sorga yang bukan seorang pemikul
    salib di dunia. - Charles Haddon Spurgeon -
  - Pelayanan tanpa pengorbanan tidak akan menghasilkan apa-apa.
    - John Henry Jowett -

  Bahan diambil dari sumber:
  Nama Situs: YungDarius
  Alamat URL: http://www.yungdarius.com/
  Penulis   : Yung Darius


^o^ BAHAN MENGAJAR (2) --------------------------------------------^o^

                       ^ YESUS DISALIBKAN DAN MATI ^
                         =========================

  Bacaan Alkitab:
  ---------------
  Yohanes 19:1-27

  Tujuan:
  -------
  Anak dapat: - menyebutkan nama tempat Yesus disalibkan;
              - menyebutkan tulisan yang ada di atas kayu salib Yesus;
              - menceritakan kembali dengan bahasa mereka peristiwa
                penyaliban Yesus;
              - menjelaskan arti kematian Yesus bagi mereka; dan
              - menjelaskan hal yang akan mereka lakukan bagi Yesus
                yang, mati baginya.

  Materi Pelajaran:
  -----------------

  RENUNGAN UNTUK GURU

  Salib sebagai lambang kematian yang memalukan ternyata dipakai Allah
  menjadi sarana bagi maksud penyelamatan-Nya atas manusia. Peristiwa
  penyaliban Tuhan Yesus melambangkan betapa Allah telah ikut bersama
  dengan manusia di dunia ini, mengalami penderitaan yang paling
  berat. Salib telah membuktikan pula bahwa Allah tidak membiarkan
  manusia sendiri menanggung penderitaan akibat dosanya. Salib menjadi
  lambang "kepedulian" Allah terhadap manusia.

  Tindakan kepedulian Allah yang sudah menjadi konkret dalam kematian
  Tuhan Yesus seharusnya melandasi tindakan kita selaku pengikut
  Kristus. Itu sebabnya kita dituntut pula untuk "peduli" terhadap
  dunia di sekitar kita, terhadap orang lain yang membutuhkan
  pertolongan kita.

  Mestinya selaku pengikut Kristus kita dapat mencerminkan kepedulian
  Allah yang sudah kita rasakan itu ke dalam bentuk-bentuk yang
  konkret. Kita harusnya peka terhadap penderitaan orang lain, bahkan
  kita seharusnya mampu mengulurkan tangan kepada yang membutuhkan.
  Dengan demikian dunia boleh semakin merasakan kehadiran Allah yang
  telah dinyatakan dalam diri Tuhan Yesus.

  CERITA UNTUK ANAK

  Di sebuah kota di Jawa Tengah, tepatnya kota Rembang, tinggallah
  seorang pelukis. Memang dia bukan seorang pelukis terkenal, tetapi
  orang di kota itu mengenal dia sebagai pelukis terbaik. Nama pelukis
  itu, Pak Sarwono.

  Pak Sarwono hidup berdua saja dengan anaknya, Ito. Istrinya sudah
  lama meninggal dunia. Untuk biaya hidupnya sehari-hari bersama
  anaknya, Pak Sarwono banyak melukis. Setelah jadi, lukisan itu
  dijual. Uangnya dipakai untuk membeli keperluan hidup mereka.

  Hari itu seperti biasanya tangan Pak Sarwono memegang kuas dan
  melukis sesuatu. Sebentar-sebentar terdengar Pak Sarwono menarik
  nafas panjang. Sepertinya ia sedang mengalami kesulitan. Lalu ia
  terdiam sebentar dan meletakkan kuas yang penuh dengan warna cat itu
  di atas meja. Sambil merenung, mata Pak Sarwono memandang ke luar
  rumah. Tak lama kemudian terdengar lagi suara tarikan nafas
  panjangnya.

  "Mmmmhhh ... ke mana saja anakku si Ito ini, ya?" tanyanya dalam
  hati. Memang, sejak siang tadi Ito belum juga pulang ke rumah. Entah
  ke mana dia pergi. Ito tak pernah pamit pada ayahnya bila hendak
  pergi.

  Selesai melamun begitu, Pak Sarwono hendak mulai bekerja lagi.
  Diperhatikannya lukisan yang hampir selesai itu. Belum pernah selama
  hidupnya ia menemukan kesulitan melukis seperti saat ini. Berkali-
  kali digambarnya tetesan darah itu, namun berkali-kali pula
  dihapusnya kembali.

  "Mengapa aku tak dapat menggambar dengan baik, butir-butir
  darah, yang mengalir dari kepala Tuhan Yesus yang bermahkota duri
  ini?" keluh Pak Sarwono sambil menghapus gambar tetesan darah itu.

  Belum selesai Pak Sarwono menyeka, tiba-tiba ... brakkkk!! Pintu
  rumahnya dibuka dengan keras dan kasar. Pak Sarwono terkejut sekali,
  tapi kemudian ia diam saja karena yang membuka pintu itu ternyata si
  Ito, anaknya sendiri. Pak Sarwono hanya memperhatikan tingkah
  anaknya.

  "Pak, aku minta uang!" kata Ito.

  "Dari mana saja kamu, To? Sudah makan atau belum?" tanya pak
  Sarwono.

  "Aku minta uang, Pak!" teriak Ito.

  "Lho, kan baru tadi pagi Bapak memberimu uang? Untuk apa lagi
  sekarang kamu minta uang?" tanya Pak Sarwono.

  "Untuk mentraktir teman-temanku. Aku malu, setiap kali aku dibelikan
  jajan oleh teman-temanku. Sedangkan aku, belum pernah aku membelikan
  jajan untuk mereka."

  "Keadaan kita memang tak mungkin membelikan jajan buat mereka, To,"
  kata Pak Sarwono. "Kita bisa makan teratur saja setiap hari sudah
  bersyukur. Makanya kalau berteman jangan dengan anak-anak orang kaya
  yang suka jajan, boros."

  "Ah, Bapak nggak ngerti sih. Aku malu, Pak .... Pokoknya sekarang
  aku minta uang!"

  "Bapak sekarang tidak punya uang, To."

  "Nggak mau tahu, pokoknya aku minta uang .... Sekarang!!!" desak
  Ito.

  Sambil memandangi lukisannya yang belum selesai itu Pak Sarwono diam
  saja mendengar rengekan si Ito. Ia tidak tahu lagi bagaimana caranya
  memberi pengertian pada si Ito. Sebaliknya, Ito menjadi marah
  melihat ayahnya cuma diam saja. Ia lalu melempar dan membuang apa
  saja yang ada di dekatnya. Sampai akhirnya ..., sebuah kaleng cat
  terlempar ke arah ayahnya dan mengenai kepalanya.

  "Aduh!" teriak Pak Sarwono kesakitan. Kepala Pak Sarwono bercucuran
  darah. Lukisan yang belum selesai dibuat itu terkena percikan darah
  Pak Sarwono.

  "Oh, lihat lukisanku ... oh, betapa indahnya percikan darahku yang
  menghiasi lukisan itu ...," erang Pak Sarwono. Sesudah itu Pak
  Sarwono jatuh.

  Bukan main terkejutnya Ito melihat keadaan ayahnya. Ia lalu
  berteriak-teriak meminta, pertolongan tetangganya. Dengan tergesa-
  gesa, orang-orang datang lalu membawa Pak Sarwono ke rumah sakit.
  Tapi sayang nyawa Pak Sarwono tak dapat ditolong. Ia meninggal
  dunia.

  Bagaimana dengan si Ito? Ia terpaksa mendekam di penjara anak-anak
  nakal. Akibat perbuatannya yang buruk, ayahnya yang begitu
  mengasihinya meninggal dunia.

  Hari itu Ito sedang memandangi lukisan ayahnya yang terakhir, gambar
  kepala Tuhan Yesus bermahkotakan duri dengan diwarnai cucuran darah
  ayahnya. Luar biasa indahnya lukisan itu.

  "Lukisan ini tidak akan pernah aku jual. Ia terlalu mahal dan
  teramat berharga. Gambar dalam Lukisan ini membuat aku teringat saat
  aku masih suka ke Sekolah Minggu dulu," demikian kata Ito dalam
  hati. Ya, lukisan itu membuat Ito menyadari kesalahannya dan ia pun
  menangis meminta ampun kepada Tuhan Yesus.

  Akhirnya hukuman selesai dijalani Ito. Ia sekarang sudah bisa
  menikmati hidup bebas di rumah pamannya. Lukisan ayahnya tak lupa
  dibawanya serta. Lukisan itu telah membawa Ito kembali pada Tuhan,
  sekaligus juga membuat Ito sadar betapa ayahnya sebenarnya sangat
  mengasihinya. Tetesan darah ayahnya dan tetesan darah Kristus
  membawa keselamatan bagi Ito.

  Aktivitas:
  ----------
  Kemudian guru memperlihatkan gambar kepala Tuhan Yesus yang berdarah
  atau gambar ketika Yesus disalib. Setelah itu tanyakan pada anak
  apakah mereka mengetahui cerita di balik gambar itu? Mintalah mereka
  menceritakannya dengan bahasa mereka sendiri. Terakhir, bacalah
  kitab Yohanes 19:13 dan 16b-18.

  Bahan diedit dari sumber:
  Judul Buku: Pedoman Sekolah Minggu Anak Kecil (Umur 7-9 Tahun),
              Tahun II, Jilid I
  Penerbit  : BPK Gunung Mulia, Jakarta, 1994
  Halaman   : 104 - 110


^o^ WARNET PENA ---------------------------------------------------^o^

                        ^ JESUS AND KIDZ.COM ^
                          ==================
                     http://www.jesusandkidz.com/

  Halaman depan situs yang merupakan bagian dari pelayanan Christ
  Church United Methodist Texas, USA ini sangat sederhana. Isi Situs
  ini baru akan terlihat di halaman keduanya. Di halaman kedua ini
  selain melihat empat menu utamanya, Anda juga akan melihat gambar
  kartun Yesus bersama anak-anak dan mendengar iringan musik. Pilihan
  empat menu utama ada di bagian kiri halaman kedua. Menu pertama,
  "Stories" berisi 22 cerita Alkitab bergambar. Menu kedua, "Songs"
  menampilkan 23 lagu untuk anak-anak SM dan musik yang dapat Anda
  dengarkan langsung. Sementara itu, menu "Activities" berisi 20
  gambar cerita Alkitab yang dapat Anda cetak untuk diwarnai anak-anak
  serta 10 permainan kata-kata dalam Alkitab. Menu terakhir, "Christ’s
  Questions" berisi pertanyaan-pertanyaan evaluasi dari cerita Alkitab
  yang sudah ditampilkan dalam bagian "Stories". Situs ini
  diperuntukkan untuk anak-anak. Tetapi karena berbahasa Inggris, Anda
  dapat menjadi alat bagi mereka untuk mengenal isi situs ini. Bahan-
  bahan di situs ini sangat bagus dan bisa dipakai untuk mengembangkan
  kreativitas Anda dalam mengajar di Sekolah Minggu.
  [Kiriman dari: Davida]


^o^ MUTIARA GURU --------------------------------------------------^o^

               Salib bukanlah benda asing tanpa makna,
         tetapi jalan kita untuk datang lebih dekat kepada-Nya.
                    - Pdt. Eka Darmaputera, Ph.D. -

^o^----------------------------------------------------------------^o^
               Staf Redaksi: Davida, Ratri, dan Lisbet
       Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA
             Didistribusikan melalui sistem network I-KAN
                 Copyright(c) e-BinaAnak 2006 -- YLSA
        http://www.sabda.org/ylsa/  ~~ http://katalog.sabda.org/
                     Rekening: BCA Pasar Legi Solo
                  No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati
^o^----------------------------------------------------------------^o^
Anda terdaftar dengan alamat email: $subst(`Recip.EmailAddr`)
Alamat berlangganan : < subscribe-i-kan-BinaAnak(at)xc.org >
Alamat Berhenti     : < unsubscribe-i-kan-BinaAnak(at)xc.org >
Arsip e-BinaAnak    : http://www.sabda.org/publikasi/e-binaanak/
Pusat Elektronik Pelayanan Anak Kristen:  http://www.sabda.org/pepak/
><> --------- PUBLIKASI ELEKTRONIK UNTUK PEMBINAAN ANAK --------- <><

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org