Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-binaanak/31 |
|
e-BinaAnak edisi 31 (24-5-2001)
|
|
><> Milis Publikasi Elektronik untuk Para Pembina Anak <>< Daftar Isi: Edisi 031/Mei/2001 ----------- o/ SALAM DARI REDAKSI o/ ARTIKEL : Kurikulum di Sekolah Minggu o/ TIPS MEMILIH/MENGGUNAKKAN KURIKULUM: : Memilih dan Menggunakan Kurikulum dengan Efektif o/ SERBA SERBI KURIKULUM : Inti Kurikulum untuk Anak dari Berbagai Tingkat Usia o/ DARI ANDA UNTUK ANDA *********************************************************************** Korespondensi dan kontribusi bahan dapat dikirimkan ke staf Redaksi di: Meilania <submit-BinaAnak@sabda.org> atau <owner-i-kan-BinaAnak@xc.org> *********************************************************************** o/ SALAM DARI REDAKSI Salam Sejahtera dalam Kristus, Kebutuhan akan kurikulum yang baik dan tepat dalam sebuah Sekolah Minggu seringkali menjadi permasalahan bagi banyak gereja. Memiliki kurikulum yang dipandang baik pun ternyata tidak menjamin akan baik pula dalam penerapan serta hasilnya. Kurikulum sebenarnya hadir untuk memudahkan guru Sekolah Minggu dalam mengajarkan Firman Tuhan kepada anak-anak. Kurikulum dapat membuat pengajaran yang disampaikan guru berjalan lebih efektif dan efisien bila tahu cara memilih dan memanfaatkan kurikulum dengan tepat. Edisi e-BinaAnak kali ini akan mengupas beberapa aspek dari KURIKULUM Sekolah Minggu. Mulai dari pentingnya kurikulum, bagaimana cara memilih dan memanfaatkan kurikulum, hingga masukan mengenai inti kurikulum untuk berbagai tingkatan usia anak. Semoga tulisan ini boleh bermanfaat bagi anda semua. Selamat melayani! Staf Redaksi "Peliharalah harta yang indah, yang telah dipercayakan-Nya kepada kita, oleh Roh Kudus yang diam di dalam kita." (2 Tim. 1:14) < http://www.bit.net.id/SABDA-Web/2Ti/T_2Ti1.htm 1:14 > ********************************************************************** o/ ARTIKEL KURIKULUM DI SEKOLAH MINGGU =========================== Pertanyaan yang sering diungkapkan oleh orang-orang yang terlibat dalam pendidikan Kristen, termasuk di sini adalah para Guru Sekolah Minggu, adalah: "Seperti apakah kurikulum yang baik itu? Kurikulum yang bagaimana yang sebaiknya dipakai dalam Sekolah Minggu di gereja kita?" Sebenarnya tidak ada satu jawaban yang persis sama bagi setiap penanya, karena masing-masing gereja dan Sekolah Minggu memiliki keunikan dan tantangannya sendiri. Ada gereja dan orang-orang tertentu yang kurang setuju dengan penggunaan kurikulum. Mereka berpendapat bahwa wewenang tertinggi seharusnya ada pada Alkitab itu sendiri dan bukan pada "pandangan" si Penulis kurikulum. Bisa dimengerti bahwa ada kekuatiran yang timbul, dimana para guru akhirnya akan lebih "bersandar" dan "mengandalkan" materi kurikulum yang siap pakai daripada menggalinya sendiri dari Alkitab. Sebenarnya, kurikulum dibuat untuk menolong para guru. Pekerjaan menyusun sebuah kurikulum bukanlah pekerjaan yang mudah. Ini membutuhkan kerjasama tim ahli, baik dari bidang teologia maupun pendidikan. Para pekerja awam, termasuk Guru Sekolah Minggu, jelas akan menemui banyak kesulitan bila dituntut untuk membuat kurikulum pengajarannya sendiri. Mengingat bahwa wewenang tertinggi tetap ada pada Alkitab itu sendiri, maka tiap-tiap orang Kristen secara pribadi bertangung jawab untuk menyelidiki Alkitab dan melihat kalau-kalau apa yang disampaikan dalam materi kurikulum yang digunakan ternyata tidak sesuai dengan ajaran Firman Tuhan. A. Arti Kurikulum ----------------- Menurut Dr. D. Campbell Wyckoff, dalam bukunya "Theory and Design of Christian Education Curriculum", kurikulum adalah alat komunikasi yang direncanakan dengan sangat hati-hati, yang digunakan oleh gereja dalam bidang pengajarannya agar iman dan hidup Kristen dapat dikenal, diterima dan hidup. Disebutkan di atas bahwa "Kurikulum direncanakan dengan sangat hati-hati" maksudnya bahwa Penyusun Kurikulum akan menghabiskan waktu dan tenaganya untuk berfikir, merancang dan merencanakan segala sesuatu yang perlu agar kurikulum tersusun dengan baik. "Alat komunikasi" mengandung maksud bahwa kurikulum melibatkan dialog antar satu orang dengan yang lainnya. "Digunakan oleh gereja" ini menunjuk gereja secara menyeluruh, semua anggotanya, gereja sebagai tubuh Kristus yang hidup. "Dalam bidang pengajarannya" meliputi semua kegiatan dan program yang mengutamakan pengajaran dan pengasuhan sebagai bagian penting dalam usaha memperlengkapi setiap orang menjadi pelayan Allah dan murid Yesus Kristus. "Agar iman dan hidup kekristenan dapat dikenal, diterima dan hidup" menggambarkan isi dan tujuan pengajaran gereja. Ini bukan sekedar mempelajari beberapa informasi mengenai Tuhan Yesus Kristus, tidak juga sekedar menyatakan apa yang dipercayai seseorang. Namun lebih dari pada itu, hal ini melibatkan praktek dan hidup seseorang sebagai ungkapan pengetahuan dan kepercayaannya. Pandangan mengenai kurikulum ini sama cocoknya bagi gereja besar maupun kecil. Dalam konteks Sekolah Minggu, kurikulum adalah susunan bahan Alkitab yang mencakup materi/isi Alkitab, media mengajar, aktivitas belajar, tujuan pembelajaran bagi kegiatan belajar mengajar di Sekolah Minggu. B. Manfaat Kurikulum -------------------- Menggunakan atau tidak menggunakan kurikulum, toh Firman Tuhan tetap diajarkan di Sekolah Minggu. Benar! Tapi, ada manfaat yang lebih bila Sekolah Minggu menggunakan kurikulum, antara lain: 1. Kurikulum memungkinkan adanya pendekatan khusus yang cocok/sesuai dengan ciri-ciri perkembangan usia anak. Kurikulum yang baik menyediakan materi pelajaran secara bertahap menurut keperluan, minat, kemampuan dan perkembangan anak. Beberapa cerita atau pelajaran Alkitab akan terlalu sukar dimengerti oleh anak-anak yang masih kecil. Penggunaan kurikulum dapat menolong guru merangkaikan bagian-bagian Alkitab yang akan diajarkannya sekaligus memberikan panduan mengenai cara pendekatan yang sesuai untuk tiap-tiap kelompok usia anak. Adanya kurikulum juga memungkinkan terjadinya perencanaan pelajaran yang menyeluruh, yang disusun secara teratur untuk tiap-tiap kelompok umur dalam satu masa periode tertentu. 2. Di dalam kurikulum biasanya termuat berbagai ide dan teknik belajar-mengajar, alat peraga, dan perlengkapan mengajar lainnya. Para pekerja awam atau Guru Sekolah Minggu, sepandai-pandainya dia mengajar, tentulah kemampuan dan ketrampilan yang dimilikinya terbatas juga. Sementara dunia pendidikan terus maju dengan hadirnya berbagai teknik dan cara pengajaran yang baru, berbagai alat peraga dan perlengkapan mengajar yang canggih, serta munculnya ide-ide baru dalam konsep pendidikan itu sendiri, jelas para pekerja awam tidak sanggup mengikuti semua perkembangan itu dengan baik. Tetapi, para Penyusun Kurikulum justru mampu memberi masukan yang berharga untuk meningkatkan wawasan dan pengetahuan guru. 3. Kurikulum menolong guru mencapai sasaran yang jelas dalam mengajar, menyediakan pelajaran yang seimbang dan sistematis. Saat seorang guru Sekolah Minggu mulai mengajar, kemungkinan ia dapat menggunakan beberapa persedian cerita Alkitab yang ia sukai. Namun ada saatnya persediaan cerita yang dia miliki akan habis. Mungkin untuk mengatasi hal tersebut dia akan memulai dari permulaan Alkitab, namun dengan berjalannya waktu dia akan menemui kesulitan juga, karena mengajar menurut urutan Alkitab tidaklah mudah. Selain itu, "main comot" kisah ini itu dari Alkitab tidak akan membawa arah yang jelas dalam pengajaran Firman Tuhan. Untuk itulah kurikulum yang berisi susunan materi/isi Alkitab yang seimbang dan sistematis diperlukan untuk memudahkan tugas guru itu sendiri dalam menyampaikan Firman Tuhan pada anak-anak. Nilai penting sebuah kurikulum dapat diibaratkan sebagai menu makanan yang disusun oleh seorang ibu rumah tangga yang baik. Jika makanan yang disajikan selalu sama, tentu akan membosankan seisi rumah. Karena secara rohani anak membutuhkan "makanan yang bergizi" dan bervariasi, sesuai dengan tingkat umur dan pemahaman serta pola pikir yang telah mereka capai, kehadiran kurikulum memungkinkan penyusunan menu makan yang sehat dan seimbang tersebut. Melaluinya, 'nafsu makan' anak dipelihara dan mereka dapat bertumbuh secara rohani. Inilah tujuan sebuah kurikulum. Bahan ini dirangkum dari: 1. Judul buku: Mengajarkan Alkitab Secara Kreatif, Bag.II no.12: Memilih dan Menggunakan Kurikulum Penulis : Lawrence O. Richards Penerbit : Kalam Hidup Halaman : 192-195 2. Judul buku: Christian Education in The Small Church Penulis : Donald L. Griggs dan Judy McKay Walter Penerbit : Judson Press Valley Forge Halaman : 75-77 ********************************************************************** o/ TIPS MEMILIH/MENGGUNAKAN KURIKULUM MEMILIH DAN MENGGUNAKAN KURIKULUM DENGAN EFEKTIF ================================================ Masalah yang seringkali dihadapi Sekolah Minggu bukanlah perlu atau tidak perlu menggunakan kurikulum, melainkan bagaimana caranya memilih kurikulum yang baik. A. Ciri-Ciri Kurikulum yang Baik -------------------------------- 1. Memiliki pandangan yang benar tentang Alkitab Kelemahan yang seringkali terdapat dalam kurikulum pelajaran untuk anak ialah pelajaran tersebut disusun agar murid memberi respons dengan "kelakukan baik", tetapi bukan respons yang dituntut oleh bagian Alkitab yang dipelajarinya tersebut. Kelemahan lainnya adalah si Penulis mungkin telah terlebih dulu membuat peraturan mengenai kelakuan baik tertentu, baru kemudian mencari ayat-ayat atau cerita Alkitab yang "mendukung". Tetapi cara seperti ini tidaklah tepat. Ajaran yang demikian mengaburkan pandangan guru dan murid mengenai Allah yang menyatakan diriNya dan yang menghendaki manusia memberi respons kepadaNya, bukan sekedar soal mentaati peraturan saja. Bisa juga terjadi Penulis hanya bertujuan menyampaikan informasi belaka tentang kisah Alkitab (sejarah, data-data, angka, nama, tempat, dsb.) tanpa mengharapkan respons dari anak. Kurikulum yang baik seharusnya mampu menyajikan materi sedemikian rupa sehingga guru dibantu untuk membawa murid "berhadapan" dengan Allah serta mengarahkan anak memberi respons yang positif terhadap berita Firman Tuhan yang disampaikannya. "Yang terutama harus kamu ketahui ialah bahwa nubuat-nubuat dalam Kitab Suci tidak boleh ditafsirkan menurut kehendak sendiri, sebab tidak pernah nubuat dihasilkan oleh kehendak manusia, tetapi oleh dorongan Roh Kudus orang-orang berbicara atas nama Allah." (2 Petrus 1:20-21) 2. Memiliki konsep yang kreatif mengenai soal mengajarkan Alkitab Kurikulum yang baik disusun untuk meningkatkan pengertian para murid mengenai isi Alkitab. Dalam kurikulum yang baik, penerapannya bersifat fleksibel, dimana para murid diajak untuk ikut ambil bagian sebanyak mungkin dan mereka dibimbing untuk mencari sendiri implikasi dari kebenaran Alkitab itu untuk kehidupan pribadinya. Salah satu "tanda" kurikulum yang baik adalah timbulnya kesenangan belajar secara aktif pada anak. B. Bagaimana Guru Dapat Menggunakan Kurikulum dengan Efektif? ------------------------------------------------------------- Sebaik apapun sebuah kurikulum, tidak akan banyak gunanya bila tidak dimanfaatkan secara benar oleh seorang guru. Sebaliknya, guru yang kreatif akan dapat memanfaatkan kurikulum atau menyesuaikan bahan- bahan dari kurikulum tersebut sesuai dengan konteks dan kondisi anak yang sedang dilayaninya. Satu hal yang perlu diperhatikan oleh seorang guru adalah keberanian untuk BEBAS bertindak di luar materi kurikulum. Seringkali apa yang terjadi di dalam kelas (situasi, kondisi anak, lingkungan, dsb.) berada di luar rencana dan tidak dapat diramalkan sebelumnya (bahkan oleh Penyusun Kurikulum yang paling kompeten sekali pun), sehingga guru harus peka akan pimpinan Roh Kudus. Bila perlu, guru dapat mempersingkat, menambah, atau bahkan meniadakan bagian pelajaran yang sudah direncanakannya tersebut. Jadi, untuk dapat menggunakan kurikulum secara efektif, guru harus mempersiapkan diri dalam beberapa hal di bawah ini: 1. Pandangan secara keseluruhan mengenai materi Guru harus menguasai materi keseluruhan secara utuh, sehingga tahu apa yang sebenarnya diharapkan dari penyampaian materi tersebut. Hal ini akan sangat membantu saat Guru harus memutuskan bagian mana yang perlu mengalami perubahan, pemotongan, dsb. 2. Sasaran akhir yang ingin dicapai Guru harus jelas mengenai tujuan yang ingin dicapai dari proses belajar mengajar yang telah disiapkannya. Sehingga bila terjadi perubahan di tengah proses tersebut, tujuan akhir tetap dapat dicapai. 3. Fleksibel - spontanitas Guru perlu merasa bebas untuk menyesuaikan dan mengubah rencananya sebagai tanggapan akan perkembangan yang terjadi di kelasnya. Yang penting adalah anak dapat dibimbing untuk memberi respons pada Allah, yang sudah berbicara pada mereka melalui FirmanNya. Fleksibilitas dan Spontanitas adalah kunci keberhasilan guru dalam menerapkan kurikulum secara tepat guna di dalam kelas. Kurikulum, sebaik apa pun, sebaiknya tetap dipandang sebagai "penolong" guru dalam menyampaikan pengajaran Firman Tuhan. Setiap guru hendaknya memiliki pandangan yang sehat terhadap bahan pelajaran yang disajikan dalam kurikulum: menghargainya sebagai petunjuk dalam mengajar, memanfaatkannya untuk memperoleh ide-ide kreatif dalam menyampaikan Firman Tuhan, menggunakan berbagai usulan metode/pendekatan serta berbagai alat peraga yang disediakan, TAPI tidak perlu melihatnya sebagai suatu pola yang harus diikuti dengan ketat. C. Kesimpulan ------------- Kurikulum yang diterbitkan oleh gereja, lembaga Kristen, maupun perorangan mana pun, masing-masing mempunyai kekuatan dan kelemahan sendiri. Tidak ada bahan kurikulum yang sempurna. Yang perlu dalam hal ini adalah fleksibilitas dan kreatifitas Guru Sekolah Minggu yang memakainya supaya dapat menyesuaikan bahan kurikulum dengan situasi gereja dan kebutuhan murid. Bila seorang guru terbuka dan peka akan bimbingan Roh Kudus, maka ia akan menerima inspirasi dan kuasa ilahi untuk menjalankan tugasnya dengan baik dan bertanggung jawab. Bahan ini dirangkum dari: 1. Judul buku: Mengajarkan Alkitab Secara Kreatif, Bag. II no.12: Memilih dan Menggunakan Kurikulum Penulis : Lawrence O. Richards Penerbit : Kalam Hidup Halaman : 192-201 2. Judul buku: Pedoman Pelayanan Anak Penulis : Ruth Laufer Penerbit : YPII Halaman : 200-204 ********************************************************************** o/ SERBA-SERBI KURIKULUM INTI KURIKULUM UNTUK ANAK DARI BERBAGAI TINGKATAN USIA ====================================================== Alkitab memang tidak dirancang sebagai bahan bacaan untuk anak, tapi bukan berarti isi Alkitab tidak perlu disampaikan pada anak. Tuhan sendiri yang memerintahkan agar FirmanNya diajarkan turun-temurun pada generasi yang lebih muda (Ulangan 6:6-7). Dari perkembangan sejarah gereja, pendidikan rohani anak mengalami banyak perubahan dan perkembangan. Berawal dari terbentuknya Sekolah Minggu yang pertama di Inggris (1780), materi pengajaran Alkitab untuk anak pun mulai dipikirkan gereja. Amerika Serikat, dalam hal ini, mendahului negara-negara lain dalam usaha menciptakan kurikulum untuk Sekolah Minggu bagi seluruh bangsanya. A. Latar Belakang Sejarah ------------------------- 1. Masa Katekismus (1799-1815) Pada mulanya gereja mengajarkan materi Katekismus pada anak, bagian demi bagian. Oleh karena Katekismus dirancang untuk orang dewasa, sudah bisa diduga bahwa bahan tersebut tidak memuaskan kebutuhan anak. 2. Masa Hafalan (1815-1840) Pada masa ini, gereja menekankan "penghafalan ayat Alkitab" sebagai cara mengajarkan Firman Tuhan pada anak. Menurut laporan, pada masa itu, anak berusia 10-12 tahun dapat menghafal sampai 1000 ayat dalam satu triwulan. Tapi, kembali metode ini dianggap kurang mengena, karena anak hanya mampu menghafal tanpa mengerti arti ayat yang dihafalkannya tersebut. Baik guru maupun murid akhirnya sama-sama menjadi bosan. 3. Masa "Babel" (1840-1872) Kemudian ditemukan cara lain, dimana dalam setiap pertemuan hanya 1 ayat saja yang diberikan sebagai bahan pelajaran. Seiring dengan berjalannya waktu, akhirnya masing-masing gereja mencari jalan dan caranya sendiri dalam memilih bahan pelajaran untuk Sekolah Minggu. 4. Bahan Pelajaran yang Seragam (1872-1900) Dengan makin berkembangnya dunia pendidikan, mulailah dipikirkan untuk menyusun suatu kurikulum yang SERAGAM, dimana pada hari Minggu yang sama seluruh anggota keluarga (mulai anak kecil hingga kakek dan nenek) menyelidiki bahan Alkitab yang sama. Setelah bertahun- tahun cara ini diterapkan, akhirnya disadari bahwa penyusunan bahan lebih memperhatikan kepentingan orang dewasa dibanding kebutuhan anak. 5. Pelayanan per Kelas (1900-1914) Kemudian timbul pandangan ekstrim yang bertolak belakang dengan ide bahan pelajaran yang seragam di atas. Materi Sekolah Minggu mulai disusun secara terpisah untuk setiap umur, dan telah mulai memperhatikan aspek perkembangan jiwa anak dari setiap tingkatan umur. Namun karena pembagian kelas terlalu rinci (karena tiap umur memiliki materi berbeda), akhirnya tenaga Guru Sekolah Minggu tidak memadai. 6. Pelayanan per Kelompok (1914-sekarang) Akhirnya, ditemukan sebuah sistem yang hingga saat ini banyak digunakan oleh Sekolah Minggu, dimana anak diajar per-kelompok berdasarkan penggolongan usia sebagai berikut: - Anak Batita (di bawah 3 tahun) - Anak Indria (usia 4-5 tahun) - Anak Pratama (usia 6-8 tahun) - Anak Madya (usia 9-11 tahun) - Tunas Remaja (usia 12-14 tahun) Dewasa ini, sebagian besar Kurikulum Sekolah Minggu disusun berdasarkan pengelompokan di atas. B. Inti Kurikulum ----------------- Mengajarkan Alkitab pada seorang anak kecil yang belum sekolah misalnya, tentulah berbeda cara pendekatannya dibanding pada anak yang memasuki usia remaja. Bahkan mengajarkan cerita Alkitab yang sama pun membutuhkan teknik serta penekanan yang berbeda pada tiap kelompok usia anak. Oleh karena itu, penting diketahui oleh setiap Guru Sekolah Minggu bahwa Inti Kurikulum adalah BERBEDA untuk setiap kelompok usia anak. 1. Anak-anak Pra-Sekolah: Tugas utama dari seorang guru yang mengajar anak-anak pra-sekolah adalah untuk memberikan konsep-konsep dasar dan informasi yang diperlukan oleh anak-anak itu agar mereka dapat merumuskan pandangan yang bersifat alkitabiah mengenai dunia ini. a. Anak-anak Asuhan/batita (2-3 tahun) -------------------------------------- Cara terbaik untuk menyampaikan isi Alkitab pada anak batita ialah dengan mengajarkannya di dalam konteks aktivitas dan pengalaman. Informasi alkitabiah juga harus disampaikan sesuai dengan level pemahaman mereka. Misalnya guru akan mengajarkan "Allah yang Maha Tahu dan Maha Hadir", maka kalimatnya bisa disederhanakan menjadi "Yesus selalu melihat kita". Untuk mengajarkan satu kebenaran dalam tiap pertemuan, guru harus memperlengkapi diri dengan berbagai metode yang menarik dan menyenangkan anak. Semua aktivitas harus dirangkai menjadi satu kesatuan yang utuh untuk menyampaikan pesan yang sama, mulai dari pujian, permainan, alat peraga, aktivitas, dsb. b. Anak-anak Kelas Indria/TK (4-5 tahun) ---------------------------------------- Menurut riset, anak-anak usia TK sedang membina suatu cara untuk memandang kehidupan ini, oleh karena itu kepada mereka harus diberikan kebenaran-kebenaran yang dasar agar mereka mendapat pengertian yang alkitabiah mengenai kehidupan ini dan mengenai dunia mereka. Mengingat anak Indria belum sadar akan perkembangan sejarah (misal: bahwa Abraham hidup sebelum Zakheus), materi-materi Alkitab yang disajikan sebaiknya disusun dalam tema bulanan yang berpusat pada pengalaman mereka, seperti: kehidupan dalam keluarga, penciptaan dan pemeliharaan Allah, dsb. 2. Anak-anak Sekolah: Ajaran yang diberikan harus dapat menolong anak-anak mengenal kebenaran yang relevan untuk mereka, sehingga mereka dapat memberi respons sesuai dengan kesanggupan dan tahap pengertian mereka sendiri. a. Anak-anak Kelas Pratama (6-8 tahun) -------------------------------------- Bahan pelajaran untuk Anak Kelas Pratama disusun dengan pengertian bahwa perikop Alkitab yang ingin disampaikan untuk umur ini boleh lebih panjang dan lebih lengkap. Cerita Alkitab sewaktu-waktu masih terfokus kepada tema bulanan, misalnya "Memberi dengan sukacita", bisa dipilih 2 kisah dari PL dan 2 kisah dari PB. Tetapi boleh juga ada cerita berseri, misalnya "Kehidupan Daniel" atau "Yusuf dan saudara-saudaranya". Pada umur ini anak-anak mulai mengerti hubungan dari satu peristiwa ke peristiwa lainnya. b. Anak-anak Kelas Madya (9-11 tahun) ------------------------------------- Bahan pelajaran untuk Anak Kelas Madya disusun dengan pertimbangan bahwa peristiwa Alkitab dilihat secara keseluruhan dari segi sejarah, mulai dari PL hingga PB. Pada umur ini anak juga mengagumi tokoh-tokoh serta meneladaninya, karena itu penting sekali ditekankan mengenai teladan hidup baik tokoh Alkitab maupun tokoh Kristen pada jaman modern. c. Tunas Remaja (12-14 tahun) ----------------------------- Metode bercerita sudah mulai jarang digunakan, anak remaja cenderung lebih menyukai penyelidikan Alkitab sendiri (tentunya dengan metode yang menunjang dan pendampingan yang baik dari Pembimbingnya). Bahan ini dirangkum dari: 1. Judul buku: Pedoman Pelayanan Anak Penulis : Ruth Laufer & Anni Dyck Penerbit : YPPI, Batu-Malang Halaman : 200-206 2. Judul buku: Mengajarkan Alkitab Secara Kreatif Penulis : Lawrence O. Richards Penerbit : Kalam Hidup Halaman : 205-243 ********************************************************************** o/ DARI ANDA UNTUK ANDA Dari: Kriz <@ap.abnamro.com> >Dear Bina Anak, terima kasih banyak atas informasinya. Sangat >berguna bagi perkembangan di Sekolah Minggu kami di Gereja HKBP >Menteng. Kalau bisa, saya mau minta tolong untuk informasi mengajar >di kelas BATITA, adakah input yang bisa menunjang kelas? Sebelumnya >saya mengucapkan terima kasih banyak atas segala perhatiannya. >Syaloom, Kriz Redaksi: kami bersyukur untuk manfaat yang anda terima dari pelayanan kami. Publikasi e-BinaAnak pernah mengupas tentang pelayanan untuk anak BATITA pada edisi yang ke 19. Jika anda belum memiliki edisi tsb. silakan menghubungi kami, maka kami akan kirimkan untuk anda. ********************************************************************** Untuk berlangganan kirim e-mail ke: <subscribe-i-kan-BinaAnak@xc.org> Untuk berhenti kirim e-mail ke: <unsubscribe-i-kan-BinaAnak@xc.org> Untuk arsip: http://hub.xc.org/scripts/lyris.pl?visit=i-kan-BinaAnak ********************************************************************** Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA Didistribusikan melalui sistem network I-KAN Copyright(c) e-BinaAnak 2001 YLSA
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |