Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-binaanak/318

e-BinaAnak edisi 318 (21-2-2007)

Pelayanan Anak di Rumah Sakit

______________________________e-BinaAnak______________________________
        Milis Publikasi Elektronik untuk Para Pembina Anak
        ==================================================

Daftar Isi:                                          318/Februari/2007
----------
  - SALAM DARI REDAKSI
  - ARTIKEL       : Pelayanan Anak di Rumah Sakit: Mengenal
                    Kebutuhan-Kebutuhan Rohani
  - TIPS          : Melakuan Kegiatan Pelayanan Anak di Rumah Sakit
  - BAHAN MENGAJAR: Seorang Gadis yang Hidup Kembali
  - WARNET PENA   : Obor Berkat Indonesia
  - MUTIARA GURU


                      o/ SALAM DARI REDAKSI o/

  Salam kasih,

  Biasanya, rumah sakit yang bernaung di bawah suatu yayasan agama
  tertentu akan memberikan perhatian terhadap kebutuhan-kebutuhan
  rohani pasiennya. Dalam hal ini rumah sakit dapat menjadi mitra
  gereja untuk membantu pasien tetap bertumbuh dalam iman walaupun
  sedang mengalami sakit, termasuk pasien anak-anak. Di negara-negara
  seperti Amerika Serikat, beberapa rumah sakit bahkan memiliki
  sekolah minggu khusus bagi pasien anak lengkap dengan rohaniawan dan
  sarana rohani.

  Bagaimana dengan rumah sakit di Indonesia? Pelayanan anak di rumah
  sakit mungkin belum kelihatan. Pasien di rumah sakit Kristen/Katolik
  yang tidak hanya orang Kristen/Katolik tampaknya menjadi salah satu
  alasannya. Walaupun demikian, belum tentu para pekerja di rumah
  sakit tidak dapat melakukan pelayanan kepada pasien anak. Pelayanan
  secara pribadi dapat dilakukan.

  Artikel minggu ini memberikan wawasan, khususnya bagi para pekerja
  di rumah sakit tentang bagaimana kita dapat melayani pasien anak.
  Selain itu, pihak gereja dan sekolah minggu pun dapat melakukan
  pelayanan anak di rumah sakit. Bagaimana caranya? Silakan simak tips
  minggu ini. Satu hal yang perlu dipahami, pelayanan anak di rumah
  sakit bukan hanya dapat membawa anak tetap memiliki pengharapan
  untuk kesembuhan mereka, melainkan lebih dari itu, mereka dapat
  mengenal Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat mereka.

  Selamat melayani!

  Pimpinan Redaksi,
  Davida Welni Dana


                   Yesus mendengarnya dan berkata:
             "Bukan orang sehat yang memerlukan tabib,
                 tetapi orang sakit." (Matius 9:12)
            < http://sabdaweb.sabda.org/?p=Matius+9:12 >


                          o/ ARTIKEL o/

                   PELAYANAN ANAK DI RUMAH SAKIT:
                MENGENAL KEBUTUHAN-KEBUTUHAN ROHANI
                ===================================
                       Oleh: Dianne Stannard

  Yani berusia sepuluh tahun. Ia telah menjalani pembedahan tulang
  tengkorak dua hari yang lalu. Ada tumor berupa kista yang tumbuh
  kembali dan harus diangkat. Malam itu ia merasa sakit sekali.
  Kepalanya seperti akan pecah dan bahunya terasa nyeri. Saya
  mengobati Yani dengan Tylenol #3 setiap tiga sampai empat jam
  sebagaimana yang diperintahkan, namun pukul 10.00 malam ia masih
  resah dan tidak tenang. Ketika saya memasuki ruangan itu untuk
  memeriksa infusnya, ia sedang berteriak, "Tuhan, kasihanilah saya!"
  sambil menghempas-hempaskan tubuhnya di tempat tidur. Ibunya
  berusaha menghibur dia dengan mengusap-usap lehernya dan berbicara
  lembut-lembut kepadanya. Saya berkata, "Yani, saya merasa pasti
  bahwa Tuhan mengasihanimu dan akan menolongmu." Saya bertanya kepada
  ibunya apakah Yani biasa berdoa sebelum tidur dan ia menjawab, "Ya."
  Kemudian ibunya dan saya berdoa bagi Yani sementara saya
  mengusap-usap leher Yani. Dalam waktu lima menit Yani tertidur
  lelap.

  Sebagai perawat di bagian pediatri selama beberapa tahun, saya
  mempunyai banyak pengalaman bersama anak-anak yang menjadi pasien di
  situ serta keluarga mereka dalam menghadapi saat-saat krisis.
  Melalui pengalaman-pengalaman itu saya telah diyakinkan bahwa selama
  krisis, dalam sakitnya anak-anak tidak hanya mempunyai
  kebutuhan-kebutuhan fisik, emosi, dan psikososial, tetapi juga
  kebutuhan rohani yang amat nyata. Namun, sebelum dapat
  menafsirkan/memastikannya, harus jelas dulu jenis-jenis kebutuhan
  rohaninya itu. Dalam Korintus 13 kita membaca bahwa "yang tinggal
  ialah iman, pengharapan, kasih." Pada ketiga hal ini saya tambahkan
  pengampunan, suatu kebutuhan rohani yang telah saya ketahui dengan
  jelas.

  IMAN: RISIKO MEMERCAYAI

  Seseorang yang beriman kepada Allah mempunyai damai sejahtera dan
  mampu memercayai orang lain. Suatu perasaan bahwa "semua akan
  menjadi beres" akan meresap terus dalam dirinya. Tanpa iman
  seseorang akan takut dan khawatir. Hubungan seorang anak dengan
  orang tua dan orang-orang dewasa lain yang berwewenang merupakan
  dasar utama bagi perkembangan iman kepada Allah. Jika seorang anak
  belajar dari pengalamannya bahwa orang-orang dewasa yang dihargainya
  dapat dipercayai, kepercayaan akan kesetiaan Allah biasanya timbul
  secara wajar.

  Namun Peter, sepuluh tahun, mendapati bahwa kepercayaan merupakan
  suatu risiko. Ia harus ditransfusi untuk menambah darah sebagai
  bagian dari kemoterapi (pengobatan kimiawi). Ia tampak kaget dan
  berteriak, "Saya tidak mau darah orang lain!" Saya bertanya, "Apa
  sebabnya?" Dan ia menjawab, "Pokoknya saya tidak mau! Bagaimana
  kalau darah itu darah orang Jepang? Nanti mata saya akan kelihatan
  lucu!" Saya meyakinkan dia bahwa darah tidak akan mengubah wajah
  seseorang. Ia menjawab, "Bagaimana Suster tahu? Apakah Suster pernah
  ditransfusi?" Saya terpaksa mengakui bahwa saya tidak pernah. Namun,
  saya tambahkan bahwa saya telah melihat banyak anak yang menerimanya
  dan mereka sama sekali tidak kelihatan berubah sesudahnya.

  "Tetapi bagaimana nanti, kalau darah itu darah seorang perempuan?
  Saya tidak mau darah seorang perempuan!" Karena tidak tahu apa yang
  terjadi kalau ditransfusi, hal itu membuat dia semakin gelisah. Saya
  menjelaskan jenis-jenis golongan darah dan bagaimana darahnya
  disesuaikan dengan darah yang akan diterimanya. Saya mengatakan
  bahwa satu-satunya hal yang terjadi dengan penambahan darah ialah
  memberi dia lebih banyak sel darah untuk membuat dia lebih kuat,
  sampai tubuhnya sendiri dapat membuat lebih banyak sel darah. Ibu
  dari salah seorang teman sekamar Peter menceritakan bahwa ia pernah
  ditransfusi dan sehat sampai saat ini. Akhirnya, Peter mengizinkan
  saya untuk memulai transfusi. Selang 45 menit kemudian, ia tertidur.

  PENGHARAPAN: DORONGAN UNTUK MAJU TERUS

  Orang-orang yang mempunyai pengharapan bersikap positif dan optimis.
  Tanpa pengharapan, akan timbul pikiran yang negatif dan depresi.
  Kasus Jodi merupakan contoh yang baik.

  Jodi menderita penyakit Hirschsprung (gangguan pada usus yang
  menyebabkan tersumbatnya penyaluran tinja). Penyakit bawaan ini
  memerlukan banyak prosedur operasi untuk memperbaiki keadaannya.
  Pada usia sembilan tahun ia dibawa ke rumah sakit karena ususnya
  melekat dan perlu dioperasi lagi. Masalah yang terbesar ialah bahwa
  Jodi membenci selang (pipa karet/plastik) yang dimasukkan dari
  hidung ke lambung. Ia tahan menerima pemberian makanan yang
  disuntikkan melalui pembuluh darah (infus) dan tidak keberatan
  diambil darahnya. Namun, selang makanan yang dimasukkan dari hidung
  ke lambung merupakan suatu hal yang paling tidak bisa ditahannya.
  Pada hari kedua setelah operasi, selang itu biasanya dicabut. Tetapi
  Jodi masih belum buang angin sehingga selang itu harus tetap
  dipasang. Anak yang cerewet dan suka tersenyum ini mulai cemberut,
  tidak mau menjawab pertanyaan, bermuka masam, dan menangis.

  Beberapa hari telah berlalu, tetapi ia masih belum juga buang angin.
  Jodi sangat murung, namun demikian "selang jangan dicabut" merupakan
  satu-satunya pilihan dokter. Ibunya berusaha menghibur dia,
  memancing dia agar menjawab pertanyaan, membuat lelucon dan
  berkelakar -- tetapi tidak ada perubahan pada wajah Jodi. Pada hari
  ke enam, saya berkata kepadanya, "Jodi, kamu pasti sangat sedih dan
  marah karena selang di hidungmu itu. Saya sama sekali tidak
  menyalahkan kamu bila kamu tidak mau berbicara kepada siapa pun.
  Pasti kamu merasa tidak berdaya dan sangat sedih karena tidak tahu
  kapan akan dicabut."

  "Ya, memang." Itulah responsnya, ucapan pertama kali yang keluar
  dari mulutnya selama beberapa hari itu.

  "Para dokter juga merasa amat sedih," kata saya. "Mereka ingin
  mencabut selang itu secepat mungkin. Kami semua berharap dapat
  segera mencabutnya."

  Pada malam itu saya berbicara dengan ibu Jodi tentang perasaannya.
  Ibu itu menjadi tidak terlalu banyak menuntut. Malamnya Jodi ikut
  serta dalam pembacaan Alkitab dan berdoa yang mereka adakan setiap
  hari, hal yang belum pernah dilakukannya sejak dioperasi.

  KASIH: RASA MEMILIKI DAN DIMILIKI

  Kasih memberikan rasa harga diri dan martabat, suatu perasaan
  memiliki dan dimiliki. Seorang anak yang tidak merasa dikasihi
  cenderung merasa kesepian dan terasing. Suatu percakapan dengan
  Maria menunjukkan dengan jelas kepada saya bagaimana seorang anak
  yang dirawat di rumah sakit dapat merasa tersisih dan terasing.

  Pada suatu malam Maria, tiga belas tahun, seorang pasien yang
  menderita fibrosis sistik, bertanya apakah ia boleh berbicara dengan
  saya. Lantai kamarnya berantakan dan semua perawat sedang prihatin
  terhadap seorang gadis lain yang juga menderita fibrosis sistik.
  Susana, delapan tahun, menderita korpulmonale dan berada dalam
  keadaan kritis selama beberapa hari. Maria sering bercakap-cakap
  dengan Susana, namun saya tidak tahu apakah ia menyadari betapa
  kritisnya keadaan Susana. Sesudah pukul 23.30 barulah saya dapat
  menyediakan waktu untuk berbicara dengan Maria.

  "Coba bayangkan, setiap orang di sekitar sini tahu bahwa Susana akan
  meninggal, tetapi tidak seorang pun mau memberitahukannya kepada
  saya!" katanya. Saya merasa bersalah. Tentu saja ia berhak
  mengetahuinya. Sampai saat itu kami terus berusaha merahasiakannya
  demi melindungi dia. Padahal efeknya malah sebaliknya, kami telah
  menutup kesempatan bagi dia untuk membagikan perasaannya dengan
  kami, seolah-olah kami menyisihkan dia pada waktu ia sangat
  memerlukan seseorang untuk diajak berbicara. Saya telah menghindari
  Maria, membuat diri saya kelihatan sibuk bila berada di dalam
  ruangannya, dengan berharap bahwa ia tidak akan mengajukan
  pertanyaan-pertanyaan, dan berusaha untuk melupakan di antara kami
  berdua bahwa kematian Susana tak dapat dihindari lagi. Saya
  pura-pura tidak melihat usaha Maria untuk menghampiri saya dengan
  cara mondar-mandir di sekitar kantor para perawat, namun ia
  berbicara dengan keras untuk menarik perhatian; ia menunjukkan sikap
  diam dan wajah cemberut yang tidak biasa padanya.

  Kami berbicara lama sekali. Saya mengakui perasaan saya terhadap
  Maria dan membagikan kepadanya keyakinan saya bahwa Susana sudah
  berada bersama Tuhan, bahwa Tuhan mengasihi Susana jauh lebih
  daripada kami, dan bahwa sekalipun Susana meninggal saya akan
  bertemu kembali dengan dia kelak di surga. Kemudian kami menangis
  bersama, sambil saling berbagi kesedihan karena kehilangan
  seseorang.

  PENGAMPUNAN: MENGANGKAT BEBAN

  Tanpa pengampunan, seorang anak akan dibebani rasa bersalah, yang
  membuatnya bahkan lebih sukar untuk mengatasi sebuah krisis. Billy,
  delapan tahun, bersikap patuh selama tinggal di rumah sakit. Saya
  telah berusaha melibatkan dia dalam beberapa kegiatan, namun ia
  menarik diri dan berbicara pun hanya sedikit sekali.

  Suatu hari ia bertanya, "Mengapa saya mengalami fibrosis sistik?
  Apakah karena saya nakal?" Ibunya dan saya meyakinkan Billy bahwa
  dia sama sekali tidak bersalah; bahwa ia dilahirkan dengan mengidap
  penyakit itu sama halnya seperti beberapa anak lain yang sedang
  duduk-duduk di lantai, yang dilahirkan dengan kelainan jantung, dan
  pula bahwa Tuhan tidak memberikan penyakit kepada anak-anak itu
  sebagai hukuman. Sejak saat itu, Billy lebih bisa mengungkapkan
  perasaannya dengan kata-kata.

  Iman, pengharapan, kasih, dan pengampunan -- anak-anak dan keluarga
  mereka cenderung mengalami salah satu atau semua dari empat
  kebutuhan rohani ini selama sakit. Kebutuhan-kebutuhan ini
  dinyatakan dengan kata-kata maupun tanpa kata-kata -- secara verbal
  maupun nonverbal; secara samar maupun blak-blakan. Dengan melihat
  petunjuk-petunjuk verbal dan nonverbal, kita mungkin dapat menjajaki
  kebutuhan-kebutuhan rohani. Melalui komunikasi dan penelitian yang
  lebih jauh, kita mungkin dapat memastikan diagnosa-diagnosanya dan
  menjadi lebih diperlengkapi untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan
  tersebut.


  Bahan diambil dan diedit seperlunya dari sumber:
  Judul buku     : Kebutuhan Rohani Anak: Pedoman untuk Para
                   Orang Tua, Guru dan Perawat
  Penyusun       : Judith Allen Shelly
  Penulis artikel: Dianne Stannard
  Penerbit       : Yayasan Kalam Hidup, Bandung
  Halaman        : 88 -- 92

                             o/ TIPS o/

            MELAKUKAN KEGIATAN PELAYANAN ANAK DI RUMAH SAKIT
            ================================================
                       Oleh: Davida Welni Dana

  Melakukan pelayanan anak di rumah sakit mungkin belum pernah atau
  jarang dilakukan oleh sekolah minggu. Sebenarnya, kita dapat
  memasukkan kegiatan pelayanan tersebut sebagai salah satu program
  sekolah minggu. Pelayanan tidak terbatas hanya kepada anak-anak
  sekolah minggu atau jemaat saja, tetapi juga kepada anak-anak lain
  yang sedang menderita sakit di rumah sakit.

  Seperti pelayanan-pelayanan di rumah sakit lainnya, pelayanan rumah
  sakit untuk anak pun sebaiknya hanya terbatas pada anak-anak yang
  beragama Kristen atau Katolik. Kita tidak dapat secara langsung
  melayani mereka yang belum percaya. Tetapi diharapkan dari kunjungan
  kita kepada anak-anak dari keluarga percaya, mereka yang belum
  percaya, yang mungkin satu ruangan dengan yang kita kunjungi dapat
  mendengar kabar kesukaan itu pula.

  Bagaimana kita melakukan kegiatan pelayanan anak di rumah sakit?

  PERSIAPAN

  1. Sebelumnya, pelayanan ini harus dimasukkan dalam program sekolah
     minggu. Perlu diadakan pembicaraan khusus mengenai prosedur
     pelaksanaan acara ini. Harus jelas pula visi, misi, tujuan,
     kegiatan-kegiatan, waktu pelaksanaan, daftar rumah sakit,
     sasaran, dan lain-lain sebagai dasar sekolah minggu melakukan
     pelayanan ini.

  2. Jika ingin mengajak anak-anak ikut dalam pelayanan ini, kita
     dapat memberikan pengertian terlebih dahulu kepada anak mengenai
     arti pelayanan rumah sakit dalam minggu-minggu sebelum
     pelaksanaan program, siapa saja yang akan di layani, bagaimana
     cara melayaninya, dan dasar Alkitab tentang memerhatikan orang
     sakit (misalnya, melalui kisah mengenai seorang perwira yang
     pembantunya sakit, dll.)

  3. Segera hubungi pihak rumah sakit saat program ini disetujui
     sebagai program sekolah minggu dan siap untuk dilaksanakan. Jika
     baru pertama kali melakukan pelayanan ini, lebih baik menghubungi
     pihak rumah sakit Kristen atau Katolik dulu. Karena biasanya kita
     tidak akan menghadapi banyak kesulitan saat mengurus perizinan
     dari pihak rumah sakit untuk melakukan pelayanan di
     rumah sakit-rumah sakit tersebut. Berikut yang dapat dilakukan.

     a. Biasanya ada bagian pastoral di rumah sakit Kristen atau
        Katolik. Untuk izin pelayanan di rumah sakit, hubungi terlebih
        dahulu bagian tersebut dengan mengajukan permohonan kerja sama
        yang diketahui gereja.
     b. Kita dapat menunggu pihak rumah sakit menghubungi kembali atau
        jika memungkinkan secara proaktif kita menghubungi mereka
        dengan cara menelepon, datang langsung, dan lain sebagainya.
     c. Lakukanlah pertemuan dengan pihak rumah sakit atau bagian
        pastoral untuk membicarakan teknis pelaksanaan kunjungan.

  4. Sebelum melakukan pelayanan secara pribadi dan berkelompok,
     adakan persekutuan doa untuk menggumuli kunjungan ke rumah sakit
     ini agar berkenan pada Tuhan dan menjadi berkat bagi anak dan
     keluarga yang dikunjungi.

  5. Pastikan Anda telah membagi tim pengunjung ke dalam berbagai
     kelompok. Tugas masing-masing kelompok harus jelas.
     Kelompok-kelompok kunjungan bisa mengunjungi di hari yang sama
     atau di hari-hari lain, tergantung persetujuan dengan pihak rumah
     sakit, apakah boleh mengunjungi pasien sekaligus dengan banyak
     pelayan.

  PELAKSANAAN

  1. Saat tiba di lokasi, jangan langsung menuju bangsal, tapi hubungi
     kembali pihak rumah sakit atau divisi pastoral. Pihak pastoral
     akan menghubungi bangsal anak, kemudian memberikan data nama dan
     ruangan seluruh pasien anak yang beragama Kristen atau Katolik.
     Daftar ini juga bisa diminta sehari sebelum hari kunjungan. Jika
     pada hari kunjungan ada anak yang sudah keluar, pihak rumah sakit
     akan memberitahukan kepada para pelayan saat tiba di rumah sakit.

  2. Jika sudah mendapatkan daftar pasien anak, bagilah para pelayan
     sesuai kelompoknya dan berikan daftar anak yang harus dikunjungi.

  3. Rombongan bisa diantar oleh staf atau bagian pastoral rumah
     sakit. Tetapi bisa juga pihak rumah sakit memberi kebebasan untuk
     mengunjungi sendiri.

  KEGIATAN

  1. Berbicara
     Saat para pelayan tiba di ruangan yang dimaksud, sesuaikan daftar
     yang diberikan pihak rumah sakit dengan bangsal di mana anak yang
     ada dalam daftar ditempatkan. Silakan memulai pertemuan dengan
     memberi salam. Jelaskan maksud kedatangan. Kita dapat
     ngobrol-ngobrol ringan dan bertanya tentang keadaan atau kondisi
     pasien. Tawarkan kepada pasien apakah ingin didoakan dan apa
     pokok doa mereka.

  2. Membaca firman
     Jika orang tua atau pasien bersedia didoakan, bacalah terlebih
     dahulu ayat firman Tuhan. Beri ulasan singkat dari firman
     tersebut.

  3. Bernyanyi
     Setelah selesai membaca firman Tuhan, nyanyikan sebuah lagu. Jika
     pasien dan keluarga bisa bernyanyi bersama akan lebih baik.

  4. Berdoa
     Setelah itu kita mulai berdoa. Doa dapat berisi permohonan
     kesembuhan bagi pasien, kecukupan biaya, kesabaran kepada
     keluarga yang menunggu, dan agar hati mereka penuh dengan
     sukacita di tengah-tengah kesulitan. Doakan pula pokok-pokok doa
     yang sudah disebutkan anak atau keluarga.

  5. Memberi kenang-kenangan
     Sebagai tanda perhatian berikan kenang-kenangan kepada pasien.
     Tidak perlu mahal, yang penting berkesan. Misalnya, sekuntum
     bunga, kartu nama, pembatas buku, gantungan kunci, dan
     sebagainya.

  6. Berpamitan sambil meminta alamat dan nomor telepon yang dapat
     dihubungi jika keluarga berkenan memberikan. Tujuannya untuk
     tindak lanjut dari kunjungan hari itu.

  TINDAK LANJUT

  1. Kumpulkan semua daftar alamat dan nomor telepon yang didapatkan
     dari kunjungan tersebut. Satu atau dua minggu dari kunjungan,
     pasien dapat dihubungi kembali untuk mengetahui kondisi terakhir
     mereka. Jika pasien yang dikunjungi sudah sehat, doronglah mereka
     untuk menyaksikan cinta kasih Tuhan dalam hidup mereka. Jika
     masih sakit, tanyakan apakah ingin kembali dikunjungi dan
     didoakan.

  2. Lakukan evaluasi bersama dari hasil pelayanan ini. Tiap kelompok
     melaporkan kegiatan mereka dan rencana tindak lanjutnya. Setelah
     itu, pengurus melaporkan ke pihak gereja.

  3. Di program berikutnya, lakukan kerja sama dengan rumah sakit yang
     berbeda dari rumah sakit sebelumnya.

  Yang harus diperhatikan jika kita ingin mengikutsertakan anak dalam
  pelayanan ini adalah menanyakan ketentuan rumah sakit mengenai usia
  anak yang boleh masuk ke ruang pasien. Sebaiknya juga, hanya anak
  yang sudah berusia sebelas tahun ke atas yang diajak terlibat dalam
  pelayanan ini. Karena anak yang lebih kecil lebih rentan terhadap
  penularan penyakit.

  Selamat melakukan pelayanan di rumah sakit.


  Kontributor: Eunike Septiani Morib.


                      o/ BAHAN MENGAJAR o/

                 SEORANG GADIS YANG HIDUP KEMBALI
                 ================================

  Yairus adalah seorang pemimpin Yahudi yang menyembah Tuhan dan
  mengajarkan firman Tuhan kepada orang lain. Suatu hari, suatu hal
  yang sangat buruk menimpa Yairus. Anak perempuan yang sangat
  dikasihinya, yang berusia dua belas tahun, jatuh sakit. Tak ada
  seorang pun yang dapat menyembuhkannya karena penyakit yang diderita
  gadis ini sangatlah parah. Yairus tahu bahwa anaknya akan mati.
  Hanya ada satu orang yang dapat menolong anak perempuannya. Yairus
  mencari Yesus dan mengajak Yesus ke rumahnya. Yairus mungkin tahu
  bahwa teman-temannya di gereja tidak menghendaki Yesus. Tetapi
  Yairus tidak memedulikannya. Dia harus segera meminta bantuan
  sebelum anaknya meninggal.

  Yairus menemukan Yesus di tengah-tengah kerumunan orang. Ia berlutut
  kepada Yesus. "Anak perempuanku akan mati," katanya dengan memelas
  dan putus asa. "Datanglah dan letakkan tangan-Mu kepadanya agar
  anakku sembuh dan tetap hidup."

  Yesus datang ke rumah Yairus. Tetapi mereka tidak bisa segera ke
  sana karena banyaknya orang yang berkerumun. Ada seorang wanita yang
  sudah dua belas tahun sakit. Dia telah pergi ke semua dokter (dan
  seluruh uangnya telah habis) tanpa mendapatkan hasil. Ia begitu
  ingin bertemu dengan Yesus!

  Apa yang bisa dilakukan oleh perempuan itu? "Jika aku bisa menyentuh
  jubah-Nya, aku akan sembuh," gumam perempuan itu. Ia mendekatkan
  dirinya kepada Yesus, lalu mengulurkan tangannya dan menyentuh jubah
  Yesus.

  Suatu mujizat terjadi! SUATU MUJIZAT TERJADI! Perempuan itu sembuh.
  Saat itu juga! Ia benar-benar sembuh! Ia tahu bahwa ia sudah sembuh
  dan sehat kembali seutuhnya. Tetapi kemudian ada yang berkata,
  "Siapa yang menyentuh Aku?" tanya Yesus. Kerumunan itu
  menyentuh-Nya. Tetapi perempuan yang disembuhkan itu tahu Ia ingin
  agar dirinya mengatakan apa yang baru saja terjadi kepada-Nya.
  Segera ia mengatakan apa yang baru saja terjadi kepada-Nya.

  Kemudian, para pelayan di rumah Yairus datang. Wajah mereka
  menunjukkan kabar buruk sebelum mereka mengatakannya. "Anak
  perempuanmu meninggal!" kata mereka kepada Yairus. Meninggal! Sudah
  terlambat. Mungkin, bila perempuan itu menunda keinginannya ....

  Ketika Yesus mendengar hal itu, Dia menjawab, "Jangan takut;
  percayalah, maka ia akan sembuh." Sesungguhnya, tidaklah sulit bagi
  Yairus untuk benar-benar percaya kepada Yesus, meskipun anak
  perempuannya telah meninggal.

  Di rumah Yairus, semua orang bersedih dan berduka karena kematian
  gadis itu. "Dia tidak meninggal, tetapi ia sedang tidur," kata Yesus
  kepada mereka. Orang-orang itu menertawakan-Nya. Mereka tahu bahwa
  gadis itu telah meninggal.

  Yesus menyuruh semua orang keluar dari rumah itu, Ia menarik tangan
  anak itu dan berkata, "Anak-Ku, bangunlah."

  Yairus ada di sana saat itu, demikian pula istrinya, dan tiga orang
  murid Yesus. Mereka semua mendengarkan kata-kata Yesus. Akankah
  gadis kecil yang sudah meninggal itu juga mendengarkan perkataan
  Yesus? Gadis yang sudah meninggal itu mendengarkan perintah Yesus!
  Rohnya kembali dan kemudian ia bangun. Yesus telah membangkitkannya
  dari kematian.

  Orang tua gadis itu benar-benar takjub. Yesus menyuruh mereka untuk
  memberi makan gadis itu. Betapa bahagianya mereka; betapa mulianya
  Yesus. Kasih dan kuasa-Nya yang indah membangkitkan kembali anak
  mereka.

  (Gadis yang dibangkitkan, suatu cerita dari firman Allah, yang
  terdapat di Alkitab, di Markus 5 dan Lukas 8)

  Bahan diambil dan diedit seperlunya dari:
  CD SABDA Versi 3.0, BibleLand No. 0201-0217


                         o/ WARNET PENA o/

                        OBOR BERKAT INDONESIA
                        =====================
                 http://www.oborberkatindonesia.com/

  Situs ini dirancang khusus untuk memperkenalkan pelayanan Obor
  Berkat Indonesia (OBI). Pelayanan ini dimulai atas dasar kasih dan
  kepedulian kepada sesama dengan menitikberatkan program pelayanan
  pada dua bidang, yaitu kesehatan dan pendidikan. OBI juga telah
  membentuk "Tim emergency" yang siap dikirimkan ke lokasi bencana
  alam setiap waktu. Secara keseluruhan pelayanan yang OBI lakukan
  secara gratis adalah:

  1. pelayanan kesehatan umum dan gigi secara massal,
  2. pelayanan operasi di rumah sakit: bibir sumbing, hernia, dll.,
  3. pelayanan beasiswa melalui kegiatan OBI Peduli Siswa,
  4. pembagian paket, dan
  5. penanggulangan bencana alam.

  Untuk melihat lebih jauh lagi pelayanan yang dilakukan OBI dan
  bagaimana kita dapat berpartisipasi di dalamnya, silakan langsung
  kunjungi profilnya lewat alamat di atas.

  Oleh: Redaksi


                         o/ MUTIARA GURU o/

   Allah juga bekerja di dalam diri anak-anak melalui rasa sakit,
          penderitaan, dan kehilangan yang mereka alami.


----------------------------------------------------------------------
 Korespondensi dan kontribusi bahan dapat dikirimkan ke staf Redaksi:
<staf-BinaAnak(at)sabda.org> atau <owner-i-kan-BinaAnak(at)hub.xc.org>
----------------------------------------------------------------------
                  Pemimpin redaksi: Davida Welni Dana
             Kontributor edisi ini: Eunike Septiani Morib
       Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA
             Didistribusikan melalui sistem network I-KAN
                 Copyright(c) e-BinaAnak 2007 -- YLSA
        http://www.sabda.org/ylsa/  ~~ http://katalog.sabda.org/
                     Rekening: BCA Pasar Legi Solo
                  No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati
======================================================================
Anda terdaftar dengan alamat email: $subst(`Recip.EmailAddr`)
Alamat berlangganan : <subscribe-i-kan-BinaAnak(at)hub.xc.org>
Alamat Berhenti     : <unsubscribe-i-kan-BinaAnak(at)hub.xc.org>
Arsip e-BinaAnak    : http://www.sabda.org/publikasi/e-binaanak/
Pusat Elektronik Pelayanan Anak Kristen:  http://pepak.sabda.org/
------------- PUBLIKASI ELEKTRONIK UNTUK PEMBINAAN GURU --------------

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org