Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-binaanak/319

e-BinaAnak edisi 319 (1-3-2007)

Pelayanan Anak Jalanan

______________________________e-BinaAnak______________________________
        Milis Publikasi Elektronik untuk Para Pembina Anak
        ==================================================

Daftar Isi:                                          319/Februari/2007
----------
  - SALAM DARI REDAKSI
  - ARTIKEL       : Anak Jalanan, Masalah Apa?
  - KESAKSIAN     : Pelayanan Anak Jalanan: Mereka Juga Ingin Punya
                    Masa Depan
  - BAHAN MENGAJAR: Kemiskinan: Bahkan Remah-Remah Pun Tidak
  - WARNET PENA   : Agape Bible Fellowship: Street Children Ministry
  - MUTIARA GURU


                      o/ SALAM DARI REDAKSI o/

  Salam kasih,

  Anak-anak ternyata tidak lepas pula dari dampak krisis ekonomi yang
  sedang dialami bangsa kita. Mereka yang seharusnya bersekolah malah
  menjadi pengemis karena tekanan ekonomi dan tuntutan untuk bertahan
  hidup. Mereka terpaksa hidup di jalanan. Mengingat kemampuan mereka
  yang minim, jalananlah yang dapat menerima mereka untuk mengais
  nafkah. Tidak jarang mereka menjadi frustrasi karena tidak adanya
  jaminan masa depan, akhirnya mereka terjerumus ke dalam kejahatan.

  Tentu saja kita tidak bisa hanya mengelus dada melihat keadaan
  anak-anak ini. Harus ada yang membawa mereka keluar dari kelamnya
  bayangan masa depan mereka. Meskipun pemerintah bertanggung jawab,
  anak-anak Tuhan tentunya tidak bisa berpangku tangan, terutama jika
  kita bisa membawa mereka mengenal Terang Kehidupan mereka.

  Seluruh sajian minggu ini kami harapkan dapat menggugah kita semua
  untuk ambil bagian dalam pelayanan anak-anak jalanan. Karena kita
  semua sama di hadapan Tuhan, kita pun harus peduli kepada mereka
  yang membutuhkan pertolongan.

  Selamat melayani!

  Staf Redaksi,
  Davida Welni Dana


            "belajarlah berbuat baik; usahakanlah keadilan,
        kendalikanlah orang kejam; belalah hak anak-anak yatim,
          perjuangkanlah perkara janda-janda!" (Yesaya 1:17)
             < http://sabdaweb.sabda.org/?p=Yesaya+1:17 >


                          o/ ARTIKEL o/

                      ANAK JALANAN, MASALAH APA?
                      =========================
                    Oleh Drs. Wilson Nadeak, M.A.

  Dengan menggunakan buluh ayam, anak kecil itu mencoba menghapus debu
  mobil yang berhenti di stopan. Supir menggelengkan kepala sambil
  memberi isyarat dengan tangannya pertanda menolak mobilnya
  dibersihkan dari debu dan sang anak menghindar dengan menggerutu
  dalam hati. Seorang gadis cilik menadahkan telapak tangannya kepada
  supir yang membuka jendela dan menyodorkan uang recehan seratus
  rupiah. Pemandangan yang nyaris tampak di seluruh kota-kota besar
  Pulau Jawa.

  Ratusan ribu anak jalanan setiap hari mengerubungi kendaraan yang
  lewat dan berhenti di lampu stopan kala merah menyala. Barangkali
  jutaan. Gejala apa ini? Jauh hari, dalam beberapa dekade sebelumnya,
  kaum gelandanganlah yang menguasai jalanan, dengan rombongan
  pengemis usia tua, cacat, dan mengenaskan bentuk tubuhnya. Tetapi
  satu dekade belakangan ini, muncul fenomena baru, anak-anak usia di
  bawah sepuluh tahun dan usia belasan tahun, sekonyong-konyong
  bersaing dengan pendahulu mereka dan "merajai" jalan.

  Berkali-kali dinas sosial memungut para pengemis dan menempatkan
  mereka di pusat-pusat rehabilitasi sosial, berkali-kali pula mereka
  kembali ke "habitat" mereka. Sampai akhirnya gejala baru ini muncul,
  orang dewasa yang "memperalat" anak-anak usia belasan tahun!

  TRAGEDI KOTA?

  Kalau ditilik dari sudut sosiologi, pertumbuhan dan perkembangan
  desa dan kota tentu berbeda. Umumnya, di daerah pedesaan dinamika
  masyarakat bersifat statis. Anak-anak lahir dalam keluarga,
  sementara lahan untuk mata pencaharian tidak pernah bertambah.
  Ladang dibentuk dari hutan, semakin jauh ke dalam, hanya sekadar
  untuk mempertahankan hidup. Tetapi hal itu pun tidak menolong
  banyak. Akibatnya, hutan semakin berkurang dan bencana alam pun
  turut merusak "alam" yang dijajah manusia dan menuntut "balas"
  kepada manusia yang merusak lingkungan.

  Di perkotaan, tumbuhnya industri telah menyedot banyak tenaga kerja
  bagaikan magnet bagi penduduk desa. Terjadilah arus urbanisasi.
  Walaupun begitu, tidak semua mereka ini dapat memberi hidup kepada
  anak-anak di dalam keluarganya sehingga terjadilah dampak yang tidak
  diharapkan. Anak menjadi peminta-minta di jalan dan berusaha
  "memeras" rasa belas kasihan orang yang lewat. Uang recehan akan
  bermunculan dari balik jendela depan! Sangat mudah mendapatkan uang.
  Hal ini menarik lebih banyak lagi orang desa datang ke kota dan
  memanfaatkan anak mereka yang mudah dikasihani.

  Siapa yang salah? Keadaan masyarakat ataukah keluarga anak-anak itu
  sendiri? Pertanyaan ini tidak dapat dijawab secara sederhana.
  Manusia telah memperumit situasi hidupnya sendiri. Orang dewasa
  "merampas" hak anak-anak untuk bermain, bersekolah, dan hidup
  sebagaimana lazimnya anak-anak. Mereka dipaksa orang tua untuk
  merasakan getirnya kehidupan. Dari keluarga miskin di desa, mampir
  ke kota menjadi pengemis! Sebuah tragedi zaman ini.

  NASIB ANAK JALANAN

  Pada suatu ketika, jalan-jalan di kota sepi dan "bersih" dari anak
  jalanan yang mengemis. Di mana mereka? Ditangkapi polisi! Dibawa ke
  mana? Ke rumah tahanan sementara! Sayangnya, rumah tahanan sementara
  itu kerapkali menjadi bagian dari penjara yang dihuni oleh kriminal
  amatir dan kawakan (kambuhan). Ruang tahanan yang sudah padat itu
  kemudian disesaki oleh anak-anak kecil yang "dipungut" dari jalan.

  Menurut beberapa penelitian, di Amerika Latin dan Afrika, anak-anak
  jalanan ditangkapi oleh polisi dan dititipkan di penjara orang
  dewasa. Di sini mereka mengalami sesuatu yang tidak pernah
  dipikirkan oleh anak-anak itu sebelumnya. Mereka menjadi korban
  penyalahgunaan seks orang dewasa dan di sini pula mereka belajar
  mengenali pelbagai corak kejahatan. Sekeluarnya mereka dari "tahanan
  sementara" ini, mereka menjadi terdidik dan "terlatih" sebagai calon
  penjahat.

  Berdasarkan penelitian di Brasilia, Sao Paulo, 80% penghuni penjara
  adalah bekas anak jalanan. Di tengah-tengah keluarga, mereka kurang
  dihargai, disuruh mencari nafkah sendiri, hak-hak mereka diperkosa,
  jasmani mereka juga diperkosa. Masyarakat luar pun banyak yang tidak
  menaruh simpati kepada mereka, membuat dunia anak jalanan ini
  semakin runyam. Mereka tidak memikirkan masa depan. Mereka mencari
  sesuap nasi untuk hari ini kemudian meletakkan tubuhnya, jika letih
  dan tidur pada malam hari, di mana saja. Dinginnya malam menjadi
  bagian hidupnya, teriknya siang menjadi sahabat mereka.

  Kebijakan pemerintah dengan menangkapi mereka, mungkin karena faktor
  wisata bahwa kehadiran mereka sebagai pengemis amat merusak "wajah"
  kota, demi kepentingan pariwisata itu, tidak membantu mengurangi
  "penyakit" masyarakat ini. Tentu saja pemerintah tidak akan mampu
  memulihkan situasi anak-anak jalanan ini. Bagaimana dengan orang tua
  yang melahirkan mereka?

  PEKERJA ANAK?

  Anak-anak yang "beruntung" tidak terpental ke jalanan, ada yang
  ditampung di perusahaan industri. Tetapi pengharapan kepada buruh
  anak-anak ini tidaklah memadai sebab pada umumnya mereka dihargai
  jauh di bawah upah orang dewasa walaupun kadang-kadang jam kerja
  mereka melebihi jam kerja orang dewasa!

  Ada ayah yang kehilangan pekerjaan justru mendorong anaknya untuk
  bekerja. Banyak anak menjadi pemulung karena dorongan keluarga atau
  orang tua mereka, atau mereka yang ditinggalkan oleh orang tua
  mereka begitu saja. Anak-anak yang ditampung di rumah penampungan,
  jika kemudian dapat menyesuaikan diri, beruntung karena mereka
  memiliki "keluarga besar" yang sebaya dengan mereka, dididik dan
  dibesarkan di lingkungan anak-anak sepermainan mereka.

  PETAKA LAIN

  Bencana alam, seperti yang dialami Aceh waktu gempa bumi dan tsunami
  yang terjadi pada 26 Desember 2004 lalu, telah membuat nasib
  anak-anak tidak menentu, khususnya mereka yang kehilangan sanak
  keluarga dan orang tua. Bencana alam ini telah memupus masa depan
  mereka. Jika simpati dan empati tidak diberikan kepada mereka,
  melalui pertolongan orang tua asuh, kemungkinan besar mereka yang
  luput dari bencana itu akan terlempar ke tepi jalan dan menjadi anak
  jalanan. Bencana alam telah memupus masa depan anak-anak yang
  kehilangan kerabat dan orang tua mereka. Oleh karena itu, kepedulian
  sosial sangat mereka butuhkan.

  "Organisasi" anak jalanan, yang menghimpun dan "mengekalkan" mereka
  di dalam kondisi seperti itu, dapatlah dianggap sebagai anak jalanan
  yang malang. Mereka terperangkap dalam situasi buruk yang
  dikondisikan, demi kepentingan orang dewasa yang mengorganisasi
  mereka. Petaka seperti ini patut diwaspadai oleh pihak yang
  berwenang.

  APA KATA ALKITAB MENGENAI ANAK-ANAK?

  Banyak orang mengatakan bahwa anak jalanan yang sudah "terbiasa"
  dengan kehidupan sebagai pengemis, sulit ditarik dari tempatnya.
  Kalaupun mereka "diambil" dari tempat itu dan kemudian diasuh atau
  dipekerjakan di rumah secara baik-baik, mereka toh akan kembali dan
  lebih suka dengan kehidupan itu. Sebenarnya, hal ini tidak perlu
  membuat putus asa. Perlu ada kesadaran seperti yang dimiliki oleh
  warga kota Esteli. Kesadaran merupakan sesuatu yang harus digugah.

  Bagaimanakah sebenarnya hakikat anak-anak menurut Alkitab? Kita
  perlu kembali kepada filsafat Alkitab setiap kali memikirkan anak
  jalanan di negeri kita ini. Usaha-usaha sosial yang tidak dilandasi
  oleh filsafat religius yang utuh. Padahal aspek rohani harus
  dibangun seiring dengan aspek jasmani mereka.

  Konon, satu dari 13 bersaudara keluarga Yakub (12 lelaki, 1 orang
  perempuan), yaitu Yehuda, sangat bersimpati kepada Benjamin, adik
  bungsunya yang lelaki itu. Ada dua pihak yang saling berkaitan dan
  sulit dipisahkan dalam suasana keluarga yang dicerminkan dalam ayat
  berikut. "Sebab masakan aku pulang kepada ayahku, apabila anak itu
  tidak bersama-sama dengan aku? Aku tidak akan sanggup melihat nasib
  celaka yang akan menimpa ayahku" (Kejadian 44:34). Ada kepedulian
  atas nasib adiknya, Benjamin, dan juga tanggung jawab atas orang tua
  yang amat mengasihi adiknya itu. Kasih sayang adalah unsur yang
  merekatkan anggota keluarga dan saling memikirkan nasib sesama.

  Hal lain yang membuat anak-anak terpelanting ke jalan raya dan hidup
  bagai burung (siang beratapkan langit yang terik, malam beratapkan
  embun yang dingin) ialah pendidikan. Pendidikan anak sama halnya
  dengan disiplin. Orang tua bertanggung jawab untuk memberikan
  pendidikan kepada anak-anak mereka, bekal masa depan mereka. Bekal
  itu bukan bertumpu pada uang atau warisan yang besar. Pendidikan
  adalah modal utama yang akan mendisiplin anak demi masa depan
  mereka.

  Perhatikanlah nasihat Raja Salomo berikut ini.

  "Hajarlah anakmu selama ada harapan, tetapi jangan engkau
  menginginkan kematiannya" (Amsal 19:18). Barangkali maksudnya,
  ketika anak-anak itu "dihajar", janganlah dengan nafsu amarah yang
  tidak terkendali yang cenderung membuat anak itu kesakitan dan
  mengakibatkan ia berteriak, "Bunuhlah aku. Lebih baik mati daripada
  disiksa begini!"

  Melainkan:

  "Didiklah anakmu, maka ia akan memberikan ketenteraman kepadamu, dan
  mendatangkan sukacita kepadamu" (Amsa129:17).

  Hasil akhir sebuah pendidikan adalah "ketenteraman jiwa" dan
  "mendatangkan sukacita". Ada tanggung jawab luhur yang dipikul oleh
  orang tua yang melahirkan anak ke dunia ini. Tanggung jawab yang
  sejati, yang penuh dengan rasa syukur, rasa hormat yang
  timbal-balik, yakni memberi kesempatan kepada anak-anak untuk
  memperoleh pendidikan yang sepadan dan sesuai dengan kehendak Tuhan.

  Akhirnya, Yesus Kristus berkata seperti berikut.

  "Maka Yesus mengambil seorang anak kecil dan menempatkannya di
  tengah-tengah mereka, kemudian Ia memeluk anak itu dan berkata
  kepada mereka: `Barangsiapa menyambut seorang anak seperti ini dalam
  nama-Ku, ia menyambut Aku. Dan barangsiapa menyambut Aku, bukan Aku
  yang disambutnya, tetapi Dia yang mengutus Aku`" (Markus 9:36,37).

  Memulihkan anak jalanan adalah sebuah usaha yang luhur karena
  sesungguhnya anak-anak itu harus diberi peluang untuk hidup
  sebagaimana diri mereka sendiri dan mereka pun adalah anak-anak
  calon penghuni kerajaan surga!

  Bahan diambil dan disunting seperlunya dari sumber:
  Judul majalah  : Kalam Hidup November 2005 Tahun ke-75 No. 715
  Penulis artikel: Drs. Wilson Nadeak, M.A.
  Penerbit       : Kalam Hidup, Bandung 2005
  Halaman        : 4 -- 9


                         o/ KESAKSIAN o/

                      PELAYANAN ANAK JALANAN:
                MEREKA JUGA INGIN PUNYA MASA DEPAN
                ==================================
                           Oleh: Linda

  Belum banyak jemaat yang tahu kalau GKJMB memiliki pelayanan di
  bidang yang satu ini. Kalaupun ada yang tahu, umumnya menganggap
  bagian dari Komisi Pemuda. Padahal pelayanan ini berada di bawah
  naungan Tim Misi. Artinya, terbuka bagi siapa saja.

  SEJARAH TERBENTUKNYA

  Pelayanan Anak Jalanan memang berawal dari Komisi Pemuda. Pada bulan
  Desember 1998, krisis moneter yang melanda bangsa Indonesia ternyata
  memengaruhi pola pikir Panitia Natal Pemuda Rayon III untuk tidak
  merayakan Natal secara jor-joran. Keputusan untuk ikut peduli
  terhadap situasi yang melanda akhirnya diambil. Dana konsumsi tidak
  akan digunakan, melainkan dialokasikan untuk kegiatan sosial.
  Panitia Natal juga membentuk Tim Aksi Sosial Khusus di luar Panitia
  Natal. Hanya saja, saat itu belum diputuskan kegiatan sosial macam
  apa yang akan dilakukan. Mengunjungi panti asuhan, panti jompo, atau
  membagi-bagikan sembako.

  Informasi yang didapat akhirnya menggiring tim aksos untuk
  menjatuhkan pilihannya pada penampungan anak jalanan di Jl. Kebon
  Sirih milik sebuah yayasan Kristen yang berada di bawah naungan
  Kampus Diakonia Modern (KDM) pimpinan Bapak Lumy. Di tempat
  penampungan ini, anak-anak yang tadinya hidup di jalan diajak untuk
  hidup secara normal. Makan tiga kali sehari, mandi dan berganti
  pakaian, punya tempat untuk berlindung dari panas, hujan, dan juga
  kehidupan keras jalanan yang kerap membahayakan keselamatan diri
  mereka.

  Tepat tanggal 25 Desember 1998, acara kunjungan dilaksanakan.
  Anak-anak yang hadir jumlahnya jauh lebih banyak dari kondisi
  normal. Rupanya rencana kedatangan kami dengan cepat disebar ke
  teman-teman mereka di jalan. Acara demi acara pun disuguhkan.
  Menyanyi bersama, panggung boneka, permainan, dan pembagian
  bingkisan. Tidak akan pernah terhapus dalam ingatan kami bagaimana
  mata bulat polos mereka dengan tidak berkedip memandang acara
  panggung boneka, suatu hal yang sangat langka dalam kehidupan
  mereka. (Acara ini sempat diliput oleh harian "Kompas", yang
  kemudian menjadi salah satu berita halaman pertama media tersebut
  keesokan harinya.)

  Perayaan Natal di Kebon Sirih ini tidak saja berjalan lancar, tapi
  juga meninggalkan suatu beban pelayanan baru bagi Tim Aksos. Mereka
  merasa tidak mungkin hanya datang dan lihat untuk pergi selamanya.
  Harus ada suatu tindak lanjut yang dilakukan bagi anak-anak jalanan
  tersebut. Harus ada yang menyampaikan Kabar Baik kepada mereka.
  Jangan sampai kehidupan menyedihkan selama di dunia terus mengikuti
  mereka hingga "kehidupan baru" kelak. Syukur kepada Tuhan karena Dia
  membuat Tim Aksos tidak saja tergerak, tapi juga bergerak. Pihak KDM
  segera dihubungi. Setelah berembuk, Tim Aksos akhirnya kebagian
  peran di bidang rohani. Dan sesuai dengan kebutuhan, Tim Aksos
  kemudian melayani di tempat penampungan mereka di kawasan Cileungsi.

  KONDISI PELAYANAN

  Pelayanan anak jalanan ternyata sangat unik. Tidak seperti
  pelayanan-pelayanan lainnya di dalam gereja yang sudah baku.
  Pelayanan anak jalanan merupakan suatu bentuk pelayanan yang
  tak dapat ditentukan secara pasti (unpredictable). Selain karena Tim
  Aksos kekurangan SDM dan masih mencari bentuk dan format yang tepat,
  anak-anak yang dilayani juga sangat beragam. Mulai dari usia,
  tingkat pendidikan, latar belakang, dan juga masalah yang mereka
  hadapi. Masing-masing anak memerlukan penanganan yang khusus dan
  berbeda-beda.

  Sebut saja Eko, 14 tahun, sudah beberapa tahun malang-melintang di
  jalan. Untuk bisa tetap makan, biasanya dia ngamen di lampu-lampu
  merah ataupun di kendaraan umum. Tampaknya tidak ada yang berbahaya
  dalam diri anak ini. Tapi, ternyata Eko sudah pernah beberapa kali
  menjadi korban perlakuan seksual orang dewasa selama menjalani
  kehidupannya. Akibatnya, di tempat penampungan dia tidak dapat
  melepaskan diri dari kebiasaan ini sehingga temannya pun menjadi
  korban.

  Atau Rahmat, asal Banten. Sebelum ke Jakarta dia sudah dibekali
  bermacam-macam ilmu hitam. Selain pernah berniat menurunkan ilmunya
  itu ke teman-temannya, sering ke kuburan sendirian pada waktu malam
  merupakan kegiatan yang dikerjakannya selama berada di tempat
  penampungan Cileungsi. Masih banyak lagi kisah anak-anak malang yang
  dilayani Tim Aksos yang terlalu banyak untuk diceritakan di sini.

  Mereka memang anak-anak yang malang, sementara anak-anak normal di
  belahan bumi ini menikmati hangatnya kasih sayang dan perhatian
  orang tua, anak-anak ini sudah harus merasakan kerasnya kehidupan di
  jalanan. Kehidupan yang keras di rumah, hidup bersama dengan
  ayah/ibu tiri yang tidak ramah, kemiskinan, merupakan salah satu
  dari sekian banyak alasan kenapa akhirnya anak-anak itu lebih senang
  hidup luntang-lantung di jalanan. Sekolah dan kehidupan normal
  ditinggalkan untuk menikmati alam kebebasan yang tampaknya sangat
  menjanjikan. Tapi nyatanya, kehidupan di jalan jauh lebih keras
  daripada yang mereka bayangkan sebelumnya. Untuk bisa diterima di
  komunitas jalanan, tidak jarang mereka harus diplonco terlebih
  dahulu. Dan sekadar untuk mempertahankan hidup, mereka melakukan
  perbuatan yang bertentangan dengan norma yang berlaku di masyarakat.
  Ngoyen (makan makanan sisa), nguping (melepas kaca spion mobil),
  ngebola (mencuri dengan cara oper-operan di atas kendaraan umum),
  ngaibon (menghirup hawa lem yang bisa membuat mereka melupakan
  sejenak masalah mereka) adalah hal-hal yang lazim mereka lakukan.
  Saat ini jumlah anak jalanan yang ditampung di Cileungsi hanya
  tinggal 15, dari 30 orang anak yang mula-mula berhasil ditampung.

  Dengan kondisi demikian Tim Aksos merasa sulit untuk menembus
  benteng yang mereka pasang untuk Injil, apalagi tanpa dukungan daya
  dan doa dari segenap jemaat. Kiranya tulisan ini mampu mengetuk hati
  nurani jemaat agar kita tidak lagi melihat mereka sebagai makhluk
  pengganggu yang menjijikkan di lampu-lampu merah (yang kemudian
  membuat kita deg-degan dan cepat-cepat menyiapkan duit receh). Tapi
  marilah kita melihat mereka sebagai orang-orang yang patut kita
  jaring dan kasihi. Kalau Yesus saja mengasihi kita, mengapa kita tak
  mau mengasihi mereka?

  Kesaksian diambil dan disunting seperlunya dari:
  Nama situs     : Gereja Kristus Yesus
  Penulis artikel: Linda
  URL artikel    : http://www.gky.or.id/buletin10/anakjalanan.html


                        o/ BAHAN MENGAJAR o/
               KEMISKINAN: BAHKAN REMAH-REMAH PUN TIDAK
               ========================================

  REFLEKSI UNTUK ORANG TUA/GURU

  Dalam sepuluh tahun terakhir ini, dengan adanya jaringan media
  global, kita dapat menjadi saksi mata atas kemiskinan yang
  mengerikan. Sebagian orang yang miskin dan tersisih terpaksa
  mengaduk-aduk tempat sampah, sementara yang lain menderita dan
  sekarat, bahkan tanpa ada yang sempat mereka pungut dari tempat
  sampah. Setiap hari kita melihat mereka saat kita keluar untuk makan
  malam atau berangkat kerja. Kita pun dapat menyaksikan mereka setiap
  malam melalui televisi dan melihat foto mereka melalui
  majalah-majalah.

  Namun, kemiskinan mereka tak berarti bila dibandingkan kemiskinan
  rohani yang sangat mengerikan, yang dialami oleh mereka yang tidak
  mau memberi dan memerhatikan orang-orang miskin karena
  prinsip-prinsip politik dan ketamakan. Sikap masa bodoh terhadap
  kebutuhan dasar dari mereka yang diciptakan menurut gambar Allah
  sama dengan masa bodoh terhadap Allah.

  Namun, sukar dimengerti dari mana kita harus mulai mengatasi
  masalah sehingga sering kali kita tidak berbuat apa-apa. Banyak
  orang yang memberikan uang, namun hanya ada sedikit orang yang mau
  memberikan waktu mereka, apalagi yang mau memberikan diri mereka.

  Bacaan Alkitab minggu ini mengambil tema yang kerap disuarakan,
  yaitu tanggung jawab kita terhadap saudara-saudara kita. Allah
  mengharapkan kita memerhatikan orang lain. Tentu saja tidak dalam
  bidang yang sama. Kita dipanggil untuk berkarya dalam berbagai
  bidang sesuai dengan kreativitas masing-masing demi kepentingan
  orang lain yang membutuhkan. Tetapi kita tidak boleh menjadi
  penonton. Jika kita mengabaikan kebutuhan orang lain, kita masuk
  dalam bilangan orang-orang yang miskin secara rohani. Kemiskinan
  kita berasal dari kurangnya belas kasihan, kemurahan, dan keadilan
  yang merupakan panggilan Sang Pencipta bagi kita.

  REFLEKSI UNTUK SELURUH ANGGOTA KELUARGA/KELAS

  Hal pertama yang saya lakukan setiap kali bangun pagi adalah turun
  ke bawah dan menyiapkan makan siang yang akan dibawa Sarah dan
  Matthew ke sekolah. Mereka sudah berpesan agar dibawakan roti dengan
  selai buah, bukan kue keju dan biskuit. Dan saat sarapan mereka
  bertanya, "Bolehkah hari ini saya minta kuenya dua potong?"

  Saya senang anak-anak saya dapat menikmati hal-hal semacam ini. Saya
  senang mereka dapat ke sekolah dengan perut kenyang dan juga bekal
  makan siang. Tetapi saya juga tahu bahwa tidak setiap anak di dunia
  ini dapat menikmati hal yang demikian. Saya sering bertanya-tanya
  bagaimana seandainya anak-anak saya berangkat ke sekolah tanpa
  sarapan dan bekal makan siang? Bagaimana perasaan saya jika cuaca
  dingin dan mereka tidak memakai baju hangat dan sepatu? Bagaimana
  perasaan mereka? Bagaimana perasaan Anda?

  Allah menghendaki kita bertanggung jawab satu terhadap yang lain.
  Itu berarti kita diminta saling memerhatikan dan peka akan kebutuhan
  orang lain. Apa yang dapat Anda lakukan berkenaan dengan hal ini?
  Minggu ini adalah saat yang tepat untuk mulai merenungkan pertanyaan
  ini.

  PELAJARAN

  Hari 1: Memberikan Persepuluhan dan Memerhatikan Orang Miskin
  Ulangan 14:28-29, 15:7-11

  1. Apa yang harus diberikan kepada orang miskin dan orang yang
     membutuhkan?
  2. Menurutmu, apakah lima hal terpenting yang harus dipunyai setiap
     orang agar dapat hidup layak?

  Hari 2: Tanggung Jawab Terhadap Orang Miskin
  Ulangan 24:14-22

  1. Apa yang harus diberikan kepada orang asing, anak yatim, dan
     para janda?
  2. Apa yang gereja Anda lakukan untuk membantu orang miskin?
     Bagaimana Anda dapat berbuat lebih banyak?

  Hari 3: Seorang Janda dan Nabi Elia
  1 Raja-Raja 17:8-24

  1. Janda itu sudah berputus asa. Apa yang hendak dilakukannya ketika
     Nabi Elia menjumpainya?
  2. Tahukah kamu suatu tempat di mana terdapat orang-orang yang
     mengalami kelaparan dan persoalan? Apa yang dapat kamu lakukan?

  Hari 4: Doa Mohon Berkat Allah untuk Raja
  Mazmur 72

  1. Bagaimana kamu dapat menggambarkan tentang raja ini?
  2. Adakah kamu mengetahui seorang tokoh dunia yang berjuang keras
     dalam menolong orang miskin dan mereka yang membutuhkan? Apa yang
     ia lakukan?

  Hari 5: Orang Kaya dan Lazarus
  Lukas 16:19-31

  1. Mengapa Lazarus tidak diizinkan memperingatkan keluarga orang
     kaya itu?
  2. Mungkin di antara orang-orang yang kamu jumpai setiap hari ada
     seseorang yang membutuhkan pertolongan. Bagaimana kamu dapat
     membantu orang itu, baik secara langsung maupun tidak langsung?

  Hari 6: Iman dan Perbuatan
  Yakobus 2:1-17

  1. Kapan iman disebut mati?
  2. Adakah anggapan-anggapan tertentu yang tidak benar tentang orang
     miskin di kota Anda? Bagaimana Anda dapat mengetahui lebih banyak
     tentang keadaan mereka yang sebenarnya?

  AKTIVITAS KHUSUS: KELAPARAN

  Pada suatu kesempatan makan malam atau makan bersama dalam kelas,
  hidangkanlah sebuah menu kejutan, yaitu semangkuk nasi untuk
  seluruh kelas dan segelas air untuk setiap orang. Anda tak perlu
  berkata apa-apa; dengarkan bagaimana setiap peserta berkomentar
  mengenai menu tersebut. Adakah yang menggerutu? Adakah yang
  terkejut? Jelaskan pada mereka bahwa ada banyak orang di dunia
  yang pergi tidur malam itu hanya dengan makanan seperti yang
  mereka hadapi saat itu. Bicarakanlah perbedaan antara menu tersebut
  dengan menu yang biasa dinikmati keluarga Anda. Kemudian, jika Anda
  menghendaki, hidangkanlah makanan dengan menu lengkap. Namun,
  pakailah pengalaman yang mengejutkan ini untuk memotivasi agar
  keluarga Anda turut memikirkan tentang masalah kelaparan.

  Tentukan jadwal untuk pergi ke toko makanan dan membeli makanan
  kaleng untuk disumbangkan ke organisasi atau gereja yang menangani
  kelaparan di daerah Anda. Jika memungkinkan, bantulah menyediakan
  makanan bagi para tunawisma.

  Bahan diambil dan disunting seperlunya dari:
  Judul buku: Belajar Bersama
  Penulis   : Janice Y. Cook
  Penerbit  : Yayasan Gloria, Yogyakarta 1999
  Halaman   : 153 -- 155


                         o/ WARNET PENA o/

          AGAPE BIBLE FELLOWSHIP: STREET CHILDREN MINISTRY
          ================================================
       http://www.agapeindia.com/street_children_challenge.htm

  Street Children Ministry merupakan salah satu pelayanan dan juga
  bagian dari situs Agape Bible Fellowship. Halaman ini membawa kita
  melihat bagaimana pelayanan anak jalanan dapat dilakukan. Jika Anda
  klik bagian "Why we have taken up this challenge?", Anda dapat
  memahami mengapa pelayanan anak jalanan sangat penting untuk
  dilakukan. Hal ini juga dapat membawa kita untuk mulai memikirkan
  pelayanan yang mulia ini. Situs ini banyak pula menampilkan
  foto-foto seputar anak jalanan yang dapat semakin menggugah Anda
  untuk turut ambil bagian dalam pelayanan ini. Untuk informasi lebih
  lanjut, silakan kunjungi halaman ini.

  Oleh: Redaksi


                         o/ MUTIARA GURU o/

       Memulihkan anak jalanan adalah sebuah usaha yang luhur.
      Mereka pun adalah anak-anak calon penghuni kerajaan surga.
                     - Drs. Wilson Nadeak, M.A. -


----------------------------------------------------------------------
 Korespondensi dan kontribusi bahan dapat dikirimkan ke staf Redaksi:
<staf-BinaAnak(at)sabda.org> atau <owner-i-kan-BinaAnak(at)hub.xc.org>
----------------------------------------------------------------------
                  Pemimpin redaksi: Davida Welni Dana
       Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA
             Didistribusikan melalui sistem network I-KAN
                 Copyright(c) e-BinaAnak 2007 -- YLSA
        http://www.sabda.org/ylsa/  ~~ http://katalog.sabda.org/
                     Rekening: BCA Pasar Legi Solo
                  No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati
======================================================================
Anda terdaftar dengan alamat email: $subst(`Recip.EmailAddr`)
Alamat berlangganan : <subscribe-i-kan-BinaAnak(at)hub.xc.org>
Alamat Berhenti     : <unsubscribe-i-kan-BinaAnak(at)hub.xc.org>
Arsip e-BinaAnak    : http://www.sabda.org/publikasi/e-binaanak/
Pusat Elektronik Pelayanan Anak Kristen:  http://pepak.sabda.org/
------------- PUBLIKASI ELEKTRONIK UNTUK PEMBINAAN GURU --------------

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org