Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-binaanak/34 |
|
e-BinaAnak edisi 34 (18-6-2001)
|
|
><> Milis Publikasi Elektronik untuk Para Pembina Anak <>< Daftar Isi: Edisi 034/Juni/2001 ----------- o/ SALAM DARI REDAKSI o/ ARTIKEL : Mengenal Anak dan Kebutuhannya o/ TIPS MENGAJAR : Bagaimana Mengajar Alkitab pada Anak o/ SERBA SERBI : Membuat Buku Iman Bersama Anak o/ "SHARING" PENGALAMAN : Saat patah semangat ... o/ DARI ANDA UNTUK ANDA *********************************************************************** Korespondensi dan kontribusi bahan dapat dikirimkan ke staf Redaksi di: Meilania <submit-BinaAnak@sabda.org> atau <owner-i-kan-BinaAnak@xc.org> *********************************************************************** o/ SALAM DARI REDAKSI Salam Kasih dalam Kristus, Seperti yang telah kita ketahui, misi utama Sekolah Minggu adalah memberitakan INJIL kepada anak-anak. Para guru SM dan pelayan anak memiliki tugas untuk memperkenalkan anak-anak pada Kristus dan menuntun mereka untuk menerima Dia sebagai Juruselamat pribadinya. Untuk dapat melakukan tugas ini, guru Sekolah Minggu harus lebih dahulu belajar mengenal murid-muridnya dengan baik karena mereka masing-masing adalah pribadi-pribadi yang unik di hadapan Tuhan. Edisi e-BinaAnak kali ini akan khusus membahas tentang "Mengenal Anak dan Kebutuhannya", Selain itu, edisi ini juga akan memberi TIPS MENGAJAR kepada guru-guru SM tentang "Bagaimana Mengajarkan Alkitab pada Anak?". Sebagai tambahan untuk menolong guru mengajar anak Firman Tuhan dengan cara yang menarik maka dalam kolom SERBA-SERBI kami sajikan kegiatan "Membuat Buku IMAN bersama Anak". Seperti yang telah kami umumkan minggu lalu, maka mulai edisi ini kami akan menyediakan kolom SHARING PENGALAMAN GURU SEKOLAH MINGGU agar pembaca e-BinaAnak dapat mensharingkan pengalaman-pengalamannya sebagai guru SM. Demikian sajian kami minggu ini. Tuhan memberkati, Staf Redaksi "Lihatlah betapa besarnya kasih yang dikaruniakan Bapa kepada kita, sehingga kita disebut anak-anak Allah, dan memang kita adalah anak- anak Allah. Karena itu dunia tidak mengenal kita, sebab dunia tidak menganal Dia." (I Yohanes 3:1) < http://www.bit.net.id/SABDA-Web/1Yo/T_1Yo3.htm 3:1 > ********************************************************************** o/ ARTIKEL MENGENAL ANAK DAN KEBUTUHANNYA ============================== Mengajar anak di Sekolah Minggu memang merupakan suatu tugas dan tanggung jawab yang besar, khususnya bagi guru Sekolah Minggu. Tidak cukup guru memiliki pengetahuan yang baik tentang Firman Tuhan, guru juga harus "mengenal" keadaan dan kebutuhan murid- muridnya. Pelajaran yang disampaikan setiap minggu pada anak-anak tidak akan banyak gunanya bila kita sebagai guru tidak mampu mengkaitkan/ menghubungkan Firman Tuhan dengan kehidupan dan pergumulan hidup anak-anak. Sebagai contoh, Tulus (nama anak) sudah mengalami lahir baru, namun dia belum dapat menghilangkan kebiasaan berkelahinya. Apabila kita hanya mengajar mengenai lahir baru saja tanpa mengajarkan bagaimana melepaskan diri dari kebiasaan buruk si anak, yaitu berkelahi, maka hal ini berarti pengajaran kita kurang sesuai dengan pergumulan/ kebutuhan hidupnya. Sasaran/tujuan dalam mengajar Sekolah Minggu adalah membawa murid- murid yang masih muda ini kepada Tuhan agar mereka menemukan hidup baru di dalam Yesus serta dapat bertumbuh secara rohani sesuai dengan kebenaran Alkitab. Untuk itu, selain pengetahuan tentang Firman Tuhan, sebagai guru Sekolah Minggu kita juga harus benar-benar mengenal murid-murid kita dan mengerti akan pergumulan/kebutuhan hidupnya agar pengajaran yang kita berikan dapat menjawab kebutuhan mereka masing-masing. A. SIAPAKAH MURID-MURID ANDA? Yang menjadi murid-murid di Sekolah Minggu adalah anak-anak yang masih dalam taraf pertumbuhan dan perkembangan, yang (biasanya) kita bagi dalam kelompok umur seperti berikut ini: 1. Anak Asuhan/Batita : 2 - 3 tahun 2. Anak Balita/Indria : 4 - 5 tahun 3. Anak Pratama/Kecil : 6 - 8 tahun 4. Anak Madya/Tengah : 9 - 11 tahun 5. Anak Pra-remaja/Besar: 12 - 14 tahun Untuk mengetahui karakteristik anak dari masing-masing kelompok umur ini, silakan anda melihat ulang edisi e-BinaAnak edisi 019 - 023. Selain memiliki karakter umum sesuai dengan kelompok umur masing- masing, murid-murid anda juga merupakan pribadi-pribadi yang unik, yang berbeda antar anak yang satu dengan anak yang lainnya. Keunikan setiap pribadi ini dipengaruhi oleh seluruh aspek kehidupan anak yang meliputi aspek fisik, mental, sosial, dan rohani, serta dipengaruhi oleh lingkungan yang membentuk mereka, baik lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Keunikan tiap murid ini menimbulkan adanya perbedaan kebutuhan bagi masing-masing mereka, dimana setiap anak memerlukan pemenuhan terhadap kebutuhan-kebutuhannya itu. Misalnya, anda mengajar di sebuah kelas pratama (6-8 tahun). Dapatkah anda bayangkan, bahwa mungkin anda akan mendapati seorang anak yang suka berkelahi, sementara itu ada anak yang suka bersungut-sungut, ada yang malas menyelesaikan tugas-tugas yang menjadi tanggung jawabnya, atau bahkan ada anak yang memiliki ketakutan jika ditinggalkan orang tuanya. Jadi, walau mereka berada dalam kelompok umur yang sama, namun setiap anak bisa saja memiliki sifat dan latar belakang yang berbeda, yang menjadi penyebab timbulnya perbedaan pula dalam kebutuhan dan pergumulan hidup mereka. Supaya dapat lebih memahami kebutuhan dan keperluan murid-murid, ada baiknya seorang guru Sekolah Minggu memperlengkapi diri dengan membuat catatan khusus mengenai kondisi dan kebutuhan murid-muridnya. Untuk penjelasan lebih lengkap mengenai hal ini, anda dapat melihat ulang edisi e-BinaAnak 001 mengenai cara membuat Buku Data Anak. Di bawah ini ada beberapa langkah sederhana yang dapat anda lakukan untuk dapat semakin "mengenal" murid-murid anda: 1. Mengadakan kunjungan ke rumah murid 2. Bercakap-cakap secara pribadi sebelum atau sesudah pelajaran selesai. 3. Memperhatikan murid ketika dia sedang mengadakan kegiatan bersama murid lain, misalnya amatilah bagaimana ia berinteraksi, bagaimana ia bersikap, bagaimana ia berbicara, dll. 4. Meminta setiap murid untuk bercerita mengenai keluarganya, hobinya dan kegiatan-kegiatan yang disukainya. 5. Membuat buku catatan data anak (alamat dan tgl. ulang tahun) dan juga hasil pengamatan kita terhadap anak tsb. 6. Mencatat kehadiran anak setiap minggu, mengunjungi anak-anak yang sering absen atau sakit, serta mendoakan mereka yang berhalangan hadir. B. TELADAN TUHAN YESUS Tuhan Yesus semasa hidup-Nya telah memberikan teladan bagi kita tentang bagaimana mengajar sesuai dengan kondisi dan pergumulan hidup masing-masing orang yang diajar-Nya. Mis., dengan Nikodemus (seorang Farisi), maka Tuhan Yesus memberi contoh dari Perjanjian Lama (karena Perjanjian Lama inilah yang dipelajari oleh Nikodemus siang dan malam). Namun dengan perempuan Samaria, yang sederhana, Tuhan Yesus memberi contoh tentang air minum dan air hidup (contoh sederhana yang berkaitan dengan pengalaman hidupnya sehari-hari), supaya perempuan Samaria itu bisa mengerti ajaran-Nya. Sebagai guru Sekolah Minggu, kita sebaiknya juga mengajar seperti Tuhan Yesus, yaitu merancang sedemikian rupa sehingga pengajaran yang kita sampaikan adalah sesuai dengan keadaan/kondisi murid serta mampu menjawab kebutuhan hidupnya. C. KEBUTUHAN MURID-MURID ANDA Anak-anak boleh berbeda dalam umur, dalam kedudukan sosial, dalam daya pikir maupun dalam cara mengemukakan pikirannya. Tetapi, status rohani anak manapun adalah sama, yaitu orang berdosa yang membutuhkan Juruselamat. Hal ini akan lebih jelas apabila kita menelaah Roma 5 dan Efesus 2. Dalam Matius 18 juga dijelaskan keadaan dan akibat dosa, hal ini berlaku tidak hanya bagi orang dewasa, anak-anak pun juga termasuk di dalamnya. Dosa anak tidak boleh dianggap sebagai kenakalan biasa, yang tidak perlu disesalkan, sehingga akhirnya kita sebagai orang dewasa cenderung menganggapnya sebagai suatu hal yang "wajar". Di dalam Alkitab, kita dapat melihat bahwa Tuhan Yesus mengajarkan banyak hal mengenai anak-anak dan berbagai potensi yang dapat berkembang dalam diri anak. Hal ini dapat kita lihat dalam: 1. Matius 18:10 - mereka berharga (tinggi nilainya) 2. Matius 18:11 - mereka hilang 3. Matius 18:12 - mereka sesat 4. Matius 18:14 - mereka dapat hilang 5. Matius 18:6 - mereka dapat disesatkan 6. Matius 18:6 - mereka dapat percaya kepada Yesus Di dalam sebuah kelas Sekolah Minggu, memang ada 2 kemungkinan mengenai kondisi rohani anak, yaitu: 1. Ia telah dilahirkan kembali/telah menerima Tuhan Yesus sebagai Juruselamatnya secara pribadi. 2. Ia belum dilahirkan kembali, dan ini berarti anak tersebut belum menjadi anak Allah. Keadaaan di atas bisa terjadi pada anak mana pun; baik yang terdidik dengan baik atau yang kurang diperhatikan oleh orang tua; baik anak yang status sosial ekonominya yang baik maupun yang kurang baik. Keselamatan seseorang tidak bisa dinilai dari "penampakan" luar seorang anak. Seringkali, kita mencoba menilai keadaan lahiriahnya saja, sehingga kita hanya mencari tanda atau bukti luarnya saja. Dalam diri anak kadang kita sulit menemukannya karena mereka nampaknya polos dan tidak berdosa. Tapi Tuhan melihat "sampai ke dalam hati/batin", seperti yang dikatakannya dari Markus 7:21, " ... dari dalam, dari hati orang, timbul segala pikiran jahat, percabulan, pencurian, pembunuhan ...". Inilah gambaran yang diberikan Tuhan mengenai hati manusia. Yang nyata ialah, bahwa anak itu mempunyai hati yang berdosa, dan akan mengikuti jalan dosa, sampai Kasih karunia Allah bekerja dalam hatinya. Itu sebabnya semua anak memerlukan Injil anugerah (Kasih karunia) Allah. Mereka perlu diberitahukan tentang pengampunan dosa, karena Tuhan Yesus bersedia menanggung salib ganti mereka; tentang kuasa Tuhan yang dapat mengubah/memperbaharui hidup mereka; dan tentang kuasa Tuhan Yesus yang memberi kemenangan atas Iblis. Di sisi yang lain, janganlah kita menganggap remeh keberadaan rohani seorang anak. Mereka dapat bertumbuh secara rohani! Meskipun kelihatannya mereka sangat terbatas daya tangkap dan pemahamannya mengenai Firman Tuhan, namun pengetahuan dan pengalaman anak tentang Kristus dapat bertumbuh secara luar biasa. Alkitab mencatat tentang pertumbuhan Yesus dalam Lukas 2:40, 52 "Yesus bertambah besar dan menjadi kuat, penuh hikmat, dan kasih karunia Allah ada padaNya." Dan tentang Yohanes pembabtis Alkitab menulis, "Anak itu bertambah besar dan makin kuat rohnya" (Lukas 1:80). Perkembangan rohani dalam kasih karunia Allah adalah sesuatu yang harus dimiliki oleh setiap anak yang kita bimbing kepada Tuhan Yesus. Dan inilah yang menjadi tugas utama kita sebagai guru Sekolah Minggu. Selamat melayani! Bahan ini dirangkum dari: 1. Judul buku : Mengajar untuk mengubah kehidupan Penulis : Lelia Lewis Penerbit : Yayasan Kalam Hidup Halaman : 14-17 2. Judul buku : Penuntun Sekolah Minggu (Sunday School Teaching) Penulis : J. Reginald Hill Penerbit : Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF Halaman : 18-22 ********************************************************************** o/ TIPS MENGAJAR BAGAIMANA MENGAJARKAN ALKITAB PADA ANAK ======================================= Kita semua sebagai guru Sekolah Minggu tentunya sepakat bahwa Alkitab perlu dan harus diajarkan pada anak-anak. Namun demikian kita juga menyadari bahwa ini tidak mudah. Sebagai guru-guru SM kita harus tahu bagaimana "menerjemahkan" gaya bahasa Alkitab yang ditulis untuk orang dewasa itu menjadi bahasa yang mudah dimengerti dan dicerna oleh anak-anak. Salah satu hal yang sering diperdebatkan oleh para guru Sekolah Minggu adalah: bagian Alkitab mana saja yang "cocok" untuk diajarkan pada anak-anak dan bagian mana yang belum cocok. Pertanyaan ini akan jauh lebih rumit bila kita mulai memilah anak-anak berdasarkan tingkatan usianya. Untuk mencari tahu jawaban dari pertanyaan ini, maka ada beberapa faktor yang harus diperhatikan oleh seorang guru Sekolah Minggu: 1. Ajaran itu harus sesuai dengan asas Firman Allah Seringkali tanpa disadari, kepada anak-anak diajarkan pokok-pokok "kebenaran" yang harus diperbaiki di kemudian hari, seperti mengajarkan bahwa Alkitab adalah suatu buku yang penuh peraturan- peraturan moral saja, daftar dari hal-hal yang dilarang dan hal-hal yang harus dilakukan. Padahal bukan itu inti berita yang terdapat dalam Alkitab. Tidak jarang pula, sekali lagi tanpa disadari, guru berusaha mencabut peristiwa-peristiwa dalam Alkitab keluar dari konteksnya, dan mempergunakannya sebagai contoh untuk menyampaikan ajaran moral tertentu. Kesulitan lain yang ditemui adalah dalam hal pengajaran doktrin. Belum saatnya anak-anak mempelajari seluruh doktrin yang ada dalam Alkitab. Tapi, mereka tetap perlu mengerti (walaupun mungkin pengertian mereka belum sempurna) tentang doktrin yang dasar, yang ada hubungannya dengan apa yang dialaminya sendiri. Misalnya: doktrin Allah dan Kristus, bahwa Allah adalah Pencipta alam semesta. dan juga bahwa Kristus adalah berkuasa untuk menyelamatkan dan memelihara/melindungi mereka. 2. Ajaran tersebut harus menyangkut apa yang diperlukan anak-anak dan apa yang sedang dialami anak-anak. Sasaran utama dalam mengajarkan Alkitab adalah untuk membimbing anak-anak agar mempunyai hubungan pribadi dengan Allah SEKARANG juga, dan bukan hanya untuk mengajarkan hal-hal yang "kelak di kemudian hari" akan berguna bagi anak-anak tersebut. Misalnya: melarang anak balita untuk minum minuman keras/merokok. Walaupun nantinya mungkin mereka akan memerlukan ajaran itu, namun akan lebih berguna bila guru memusatkan perhatian pada apa yang menjadi kebutuhan anak pada masanya tersebut. Konsekuensi dari pernyataan di atas memang tidak mudah, guru tidak lagi cukup sekedar menyajikan materi pengajaran yang sudah tersusun rapi (apalagi oleh orang lain), guru justru harus berperan aktif dalam menentukan arah dan materi pengajaran supaya sesuai dengan konteks kehidupan anak-anak didiknya. 3. Ajaran itu harus membuat agar penyataan Allah relevan untuk anak- anak dan sesuai dengan tahap pengertiannya Seringkali dalam mengajar anak-anak, kita hanya memberikan jawaban yang sederhana dan penyelesaian yang dangkal. Seperti: "Percayalah pada Tuhan, dan taatilah Dia!", "Mintalah pertolongan pada Tuhan". Sayangnya, kebenaran yang disampaikan hanya sebagai nasihat saja tapi belum menjadikan Firman Tuhan relevan bagi kehidupan si anak. Ajaran Alkitab harus mengantar mereka untuk bertemu dengan Allah secara pribadi, dan bukan hanya untuk mengenalkan peraturan/perintah Allah saja. Walaupun pengertian seorang anak tentang Tuhan dan peristiwa hidupnya mungkin tidak sedalam pemahaman orang dewasa, namun itu sudah cukup berarti dan berkesan bagi diri mereka sendiri. Jadi, ajaran kita harus dapat menolong anak untuk mengenal kebenaran yang relevan untuk kehidupan mereka, sehingga mereka dapat memberi respons sesuai dengan kesanggupan dan tahap pengertian mereka sendiri. Bahan ini diambil dari: Judul : Mengajarkan Alkitab Secara Kreatif Penulis : Lawrence O. Richards Penerbit: Kalam Hidup Halaman : 247-257 ********************************************************************** o/ SERBA SERBI MEMBUAT BUKU IMAN BERSAMA ANAK ============================== Di bawah ini Tim Redaksi menyajikan sebuah ide aktivitas, dimana anak dapat belajar Firman Tuhan secara aktif mengenai berbagai permasalahan hidup mereka sendiri dengan bimbingan anda sebagai guru Sekolah Minggu mereka. Aktivitas ini menuntut kesabaran dan kreativitas, tapi hasilnya akan sangat bermanfaat, terutama bagi anak yang sedang mengalami pergumulan hidup tertentu. PERALATAN YANG DIBUTUHKAN: 1. Alkitab 2. Buku gambar / buku tulis 3. Konkordansi, Ensiklopedi Alkitab (boleh ditambahkan buku penunjang lainnya) 4. Peralatan menulis dan menggambar (crayon, spidol, dsb) 5. Kertas warna, gunting, lem, dll (bila dibutuhkan) TUJUAN AKTIVITAS: Anak dapat mempelajari dan mendalami satu tema tertentu dari Alkitab dan mengkaitkannya dengan hidup mereka secara pribadi WAKTU: Tergantung kebutuhan (sebaiknya dibuat berseri selama beberapa minggu/pertemuan) CARANYA: 1. Menentukan TEMA --------------- GURU: Guru Sekolah Minggu mengajak anak menentukan tema apa yang ingin dipelajari bersama. Misalnya: tentang KETAKUTAN. Guru dapat mengajak anak menginventarisasi berbagai jenis ketakutan dan penyebabnya. Bisa jadi ada anak yang takut anjing karena pernah digigit, atau takut gelap karena pernah mendengar cerita yang seram tentang hantu, takut mati, takut ditinggal ibu dan ayahnya, dst. ANAK: Anak dapat menuliskan berbagai jenis ketakutan tsb, atau membuat karangan singkat tentang sebuah pengalaman yang menakutkan baginya, atau menyajikannya dalam bentuk gambar 2. Menggali Alkitab: TOKOH-TOKOH ----------------------------- GURU: Guru mengajak anak mencari berbagai ayat di Alkitab yang memuat pengalaman tokoh-tokoh Alkitab yang (mungkin) pernah merasa takut, atau adanya peristiwa tertentu yang dapat membuat mereka menjadi takut. Misalnya: Maria waktu didatangi malaikat, Daniel di gua singa, Yusuf dipenjara, dsb. guru menunjukkan pada anak bahwa "rasa takut" adalah perasaan yang dapat dialami oleh semua orang, bahkan orang dewasa, dan orang-orang yang percaya pada Tuhan. ANAK: Anak dapat mempelajari pengalaman beberapa tokoh yang dipilihnya, atau menggambar dan mewarna (bisa dilakukan di rumah) 3. Menggali Alkitab: AYAT-AYAT --------------------------- GURU: Guru mengajak anak mencari berbagai ayat di Alkitab yang berisi janji Tuhan, penghiburan, penguatan, dsb mengenai perasaan takut tersebut. ANAK: Anak dapat mendaftarkan dan menuliskan ayat-ayat yang mereka "sukai" dari hasil penyelidikan tersebut (bisa dilakukan di rumah). Selanjutnya, setelah semua materi selesai dikumpulkan, anak dapat berkarya sesuai dengan kreativitas dan pergumulan mereka masing- masing. Misalnya: anak menetapkan judul buku "Jangan Takut", atau "Aku Tidak Takut Lagi", dst. Barangkali ada yang ingin menambahkan gambar di sampul depan buku: apakah itu gambar perisai, atau benteng yang kokoh, atau lukisan Tuhan Yesus. Di dalam buku tersebut bisa saja terdapat kesaksian, pengalaman, syair lagu, puisi, dsb. Setiap anak dapat menuangkan pikiran dan perasaannya masing-masing dengan bebas. Tugas guru di sini hanyalah membantu anak menemukan kebenaran dari Firman Tuhan guna menjawab pergumulan hidup mereka secara pribadi. Selamat mencoba! /Tim Redaksi ********************************************************************** o/ "SHARING" PENGALAMAN DARI GURU SEKOLAH MINGGU Terkadang para guru SM tidak dapat langsung melihat buah atau hasil pelayanan dari segala pengajaran yang telah mereka berikan pada anak- anak SM. Sering kali hal tersebut membuat para guru merasa putus asa dan patah semangat. Bagaimana cara mengatasi hal tersebut? Mari kita bersama belajar dari sharing berikut ini yang dikirimkan oleh salah seorang guru SM Kiriman dari: Dona S. Leon >Sebelumnya perkenalkan nama saya Dona, saya berkecimpung di >pelayanan anak sejak thn 1992. Tahun-tahun awal di mana saya >mengajar adalah anak umur batita/bawah 3 thn (Toddler), sekitar >satu tahun pertama, terus terang saya sempat putus harapan karena >apa yang saya ajarkan pada anak didik saya rasanya kok tidak >membawa hasil. Maksudnya di sini adalah pada saat saya menyampaikan >firman Tuhan mereka hanya duduk diam dengan manis tanpa ada >ekspresinya (seperti bengong saja). Proses belajar mengajar hanya >terjadi monolog. > >Saya sempat berpikir apa saya yang salah cara mengajarnya atau >memang mereka tidak mengerti sama sekali karena masih terlalu kecil >atau bagaimana, dan terus terang hal ini membuat saya jadi agak >patah semangat sampai-sampai sempat terlintas dalam benak saya >untuk berhenti sebagai guru SM, karena saya merasa ini bukan >panggilan saya. Sampai pada hari di mana saya memutuskan untuk >benar-benar berhenti dari pelayanan anak, saya bertemu dengan salah >seorang ibu yang anaknya adalah salah satu murid SM saya. Beliau >bercerita bahwa anaknya yang masih kecil, pada saat itu masih >berumur 2 thn, bisa cerita mengenai firman Tuhan, bahkan bernyanyi >lagu2 SM yang selama ini diajarkan. Beliau mengucapkan terima kasih >atas apa yang telah saya lakukan. Saya mendengarnya sampai >terbengong2 karena tidak percaya. Dalam hati saya berkata: "Ini >tidak mungkin!!" berulang kali sampai akhirnya saya diingatkan, >jangan pernah putus asa! Teruskan pelayananmu, jangan pernah >berhenti! Firman Tuhan yg menguatkan saya hingga saat ini saya >masih mendapat kehormatan untuk melayani Dia, dari Filipi 1:6, > "Akan hal ini aku yakin sepenuhnya, yaitu Ia, yang memulai > pekerjaan yang baik di antara kamu, akan meneruskannya > sampai pada akhirnya pada hari Kristus Yesus." ********************************************************************** o/ DARI ANDA UNTUK ANDA Dari: E.R. <elsyer@> >Salam Sejahtera, >Saya sangat senang sekali menerima informasi untuk para Pembina >Anak dalam artikel "Menjadi Seorang Guru Sekolah Minggu". Saya akan >share dengan teman-teman Pelayan Anak di Gereja kami, karena saya >rasa hal tsb. sangat bermanfaat bagi para pelayan (pengajar SM). ---- cut---- >Terima kasih. Redaksi: Puji Tuhan karena artikel "Menjadi Seorang Guru Sekolah Minggu" dapat menjadi bahan sharing dan membawa banyak manfaat bagi perkembangan pelayanan SM di gereja anda. Dapatkah anda sharingkan tentang manfaat-manfaat apa saja yang anda terima kepada para pembaca e-BinaAnak? Kami tunggu balasan dan sharing anda. ********************************************************************** Untuk berlangganan kirim e-mail ke: <subscribe-i-kan-BinaAnak@xc.org> Untuk berhenti kirim e-mail ke: <unsubscribe-i-kan-BinaAnak@xc.org> Untuk arsip: http://hub.xc.org/scripts/lyris.pl?enter=i-kan-BinaAnak ********************************************************************** Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA Didistribusikan melalui sistem network I-KAN Copyright(c) e-BinaAnak 2001 YLSA
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |