Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-binaanak/349

e-BinaAnak edisi 349 (19-9-2007)

Persiapan Bercerita

 

______________________________e-BinaAnak______________________________
        Milis Publikasi Elektronik untuk Para Pembina Anak
        ==================================================

Daftar Isi:                                         349/September/2007
----------
  - SALAM DARI REDAKSI
  - ARTIKEL         : Mengajar Cerita Alkitab
  - TIPS            : Bagaimana Memulai Bercerita?
  - BAHAN MENGAJAR  : Jangan Pakai Topeng
  - WARNET PENA     : Sunday Software
  - MUTIARA GURU


                      o/ SALAM DARI REDAKSI o/

  Salam dalam kasih Kristus,

  Salah satu metode penyampaian firman Tuhan yang digunakan di sekolah
  minggu adalah melalui cerita. Setiap anak akan betah mendengarkan
  cerita bila cerita itu disampaikan dengan metode yang kreatif dan
  menarik. Sebaliknya, betapa membosankannya mendengarkan cerita yang
  disampaikan dengan asal-asalan.

  Karena cerita bisa dijadikan cara untuk menanamkan kebenaran firman
  Tuhan dalam diri anak, maka penting bagi setiap guru sekolah minggu
  untuk melakukan persiapan-persiapan yang matang sebelum menyampaikan
  cerita. Persiapan yang dibutuhkan tidak hanya persiapan materi saja
  karena ada banyak hal yang bisa digunakan untuk mendukung kegiatan
  ini.

  Dalam edisi ketiga bulan September ini, e-BinaAnak secara khusus
  menyajikan persiapan-persiapan apa saja yang harus dilakukan oleh
  para GSM sebelum menyampaikan cerita kepada anak-anak layan mereka.
  Silakan simak, semoga menjadi bekal dalam pelayanan Anda.

  Selamat melayani, Tuhan memberkati!

  Redaksi tamu e-BinaAnak,
  Christiana Ratri Yuliani


          Usahakanlah supaya engkau layak di hadapan Allah
            sebagai seorang pekerja yang tidak usah malu,
      yang berterus terang memberitakan perkataan kebenaran itu.
                          (2 Timotius 2:15)
           <http://sabdaweb.sabda.org/?p=2Tomotius+2:15 >


                          o/ ARTIKEL o/

                      MENGAJAR CERITA ALKITAB
                      =======================
                Diringkas oleh: Kristina Dwi Lestari

  Mengajar cerita Alkitab merupakan suatu usaha untuk menyampaikan
  berita sukacita Tuhan kepada anak-anak. Karena kemampuan anak untuk
  memahami dan berkonsentrasi belum sebaik orang dewasa, pengajar
  harus dapat menyampaikan cerita secara menarik. Itu sebabnya,
  pelayanan terhadap anak menuntut kreativitas yang lebih besar
  daripada pelayanan terhadap orang dewasa.

  Secara garis besar, ada dua tahap utama dalam mengajar cerita
  Alkitab, yaitu persiapan dan penyampaian. Keberhasilan pengajaran
  sangat bergantung pada penguasaan pengajar terhadap materi yang
  disampaikan dan pada persiapan yang matang.

  Persiapan
  ---------
  Banyak orang mungkin menganggap remeh masa persiapan. Padahal untuk
  dapat menyampaikan cerita Alkitab dengan efektif, persiapan
  merupakan langkah yang mutlak diperlukan. Pentingnya sebuah
  persiapan ditujukkan oleh slogan 5p, "proper preparation prevent
  poor performance", yang berarti persiapan yang baik mencegah
  penampilan yang buruk.

  Berikut adalah tiga jenis persiapan bercerita yang harus dilakukan
  oleh seorang pelayan anak.

  1. Persiapan dasar, meliputi: analisis acara dan analisis calon
     pendengar.
  2. Persiapan materi, meliputi: perumusan tujuan, penyusunan
     outline/struktur presentasi, pengumpulan bahan, dan penyusunan
     cerita.
  3. Persiapan alat bantu, meliputi: pemilihan alat bantu, pembuatan
     alat bantu, dan latihan menggunakannya.

  1. Persiapan Dasar
  ------------------
  Penyusunan cerita memang harus dipersiapkan dengap cermat, tetapi
  setiap pengajar perlu tahu hal-hal di sekitar cerita dan kepada
  siapa cerita itu akan disampaikan. Tahapan selanjutnya akan sangat
  bergantung pada hasil analisis tahap ini. Misalnya, menyampaikan
  cerita kepada anak sekolah minggu di kelas kecil atau batita tentu
  akan berbeda dengan di kelas besar.

  Langkah awal atau dasar yang bisa dilakukan yaitu dengan membuat
  analisis acara dan analisis siapa calon pendengar, yang dapat
  dilakukan dengan memerhatikan pertanyaan berikut.

  - Mengapa cerita ini disampaikan? Dengan kata lain, hasil apa yang
    diharapkan dari cerita tersebut?
  - Bagaimana cerita ini akan disampaikan? Apakah dengan cara yang
    biasa, dengan panggung boneka, ataukah dengan kombinasi bentuk
    lain.
  - Tentukan jadwal dan alokasi waktu yang dibutuhkan karena hal itu
    akan menentukan kuantitas dan kualitas dari materi yang akan
    disampaikan serta alat bantunya.

  Langkah selanjutnya adalah menganalisa calon pendengar Anda. Ini
  merupakan langkah yang paling dominan dalam persiapan dasar karena
  merekalah yang harus menjadi pusat perhatian dalam menyiapkan dan
  menyampaikan bahan. Terlebih jika kita bercerita ke gereja lain, hal
  ini sangat penting. Beberapa pertanyaan, seperti siapa pendengarnya,
  berapa jumlahnya, dan sebagainya, perlu Anda buat analisanya.

  2. Persiapan Materi
  -------------------
  Dalam persiapan materi, beberapa langkah yang bisa dilakukan adalah
  perumusan tujuan, penyusunan outline/struktur, pengumpulan bahan,
  dan penyusunan cerita. Tahap pertama atau penyusunan tujuan biasanya
  sudah ditetapkan oleh pihak individu atau gereja seperti yang
  tertulis dalam buku panduan.

  Tahap kedua, yaitu dengan menyusun struktur cerita yang terdiri dari
  tahap permulaan cerita, inti pembicaraan, dan kesimpulan cerita.
  Pendahuluan cerita sangat penting sebagai pengantar ke dalam inti
  cerita dan memengaruhi sikap pendengar apakah serius untuk menyimak
  cerita selanjutnya atau tidak. Kemudian lanjutkan dengan
  mengemukakan inti atau isi cerita yang dapat Anda bagi menjadi
  beberapa bagian kecil jika waktu yang diberikan panjang. Tahap
  terakhir adalah penutup atau kesimpulan cerita yang digunakan untuk
  menekankan apa yang ingin dicapai atau pelajaran apa yang diperoleh
  dari cerita tersebut.

  Tahap yang ketiga, guru atau pengajar sekolah minggu harus
  mengumpulkan atau menyelidiki materi. Penyelidikan ini akan menjadi
  kisi-kisi cerita. Kumpulkan perlengkapan yang diperlukan, seperti
  Alkitab, buku panduan (kurikulum), konkordansi, alat tulis, dan
  lainnya. Berikut ini adalah beberapa hal yang terkait dengan
  penyiapan bahan ini.

  - Menyediakan waktu persiapan untuk menyelidiki materi yang akan
    disampaikan.

  - Membaca untuk mendapatkan pengertian yang lebih lengkap. Baca juga
    teks sebelum dan sesudahnya, karena biasanya suatu perikop dalam
    Alkitab memunyai kaitan dengan bagian sesudah atau sebelumnya.

  - Perhatikan tokoh yang terkait dalam cerita, seperti jenis kelamin,
    rupa, bentuk badan, kedudukan, watak, hubungan dengan orang lain,
    maupun persoalan yang dihadapi.

  - Sampaikan lokasi atau tempat berlangsungnya peristiwa agar nuansa
    cerita dapat ditangkap oleh pendengar.

  - Perhatikan waktu terjadinya cerita itu. Tempat dan waktu yang
    disampaikan dengan jelas akan membantu pendengar atau anak-anak
    memahami situasi, keadaan, serta kesulitan yang berkaitan dengan
    peristiwa atau kejadian yang dihadapi oleh tokoh dalam cerita itu.

  - Perhatikan peristiwa, tentukan pemeran utama, dan jangan lupa
    perhatikan kata-kata sulit yang perlu Anda perhatikan sesuai
    dengan tingkat pemahaman anak-anak. Sebisa mungkin, pakailah
    kata-kata yang sederhana. Bila tidak ada padanan dari kata-kata
    yang sulit itu, berikan arti kata itu sehingga anak-anak dapat
    mengerti.

  Setelah bahan atau materi cerita telah siap, sekarang waktunya untuk
  menyusun cerita. Tentunya cerita yang akan disusun mengikuti
  struktur yang telah dipilih pada tahap sebelumnya, yakni pendahuluan
  atau permulaan cerita, isi cerita, dan kesimpulan atau penutup.

  - Pendahuluan
    Bagian ini bisa diisi dengan menceritakan apa yang akan
    disampaikan, menanyakan, atau mengulang sebentar cerita yang lalu,
    atau memberi awal pada cerita yang baru. Permulaan harus pendek,
    dibuat menarik, dan bervariasi (tidak selalu sama setiap minggu).
    Beberapa contoh permulaan cerita adalah penyampaian
    persoalan/kesulitan (misalnya, Zakheus yang pendek mengalami
    kesulitan di antara orang banyak), penjelasan istilah baru (arti
    pemungut cukai, orang Farisi, paskah, dll.), peragaan alat/benda
    (misalnya bunga).

  - Isi cerita
    Isi cerita perlu dibuat atau ditulis dengan alur yang jelas dan
    sederhana untuk mempermudah pemahaman anak-anak terhadap kisah
    yang disampaikan. Dalam penyusunan ini, konsentrasi yang dimiliki
    anak-anak perlu diperhatikan juga.

  - Kesimpulan/penutup
    Kesimpulan harus mencakup setidaknya dua hal penting, yaitu
    rangkuman dari inti pembicaraan dan rangsangan untuk melakukan
    tindakan seperti tujuan cerita. Misalnya: "Adik-adik, perempuan
    itu pulang dengan sukacita. Dosanya telah diampuni dan ia memulai
    hidup yang baru. Siapa di antara adik-adik yang mau diampuni
    dosanya oleh Yesus? Siapa yang mau hidup benar di hadapan Tuhan?
    Mari kita berdoa ....", 3. Persiapan Alat Bantu
  -----------------------
  Berbagai penelitian menunjukkan bahwa penyampaian informasi yang
  paling efektif adalah melalui media audiovisual (pendengaran dan
  penglihatan). Oleh karena itu, penggunaan alat bantu pada saat
  menyampaikan cerita sangat bermanfaat.

  Persiapan alat bantu baru dapat dilakukan setelah persiapan dasar
  dan persiapan materi selesai. Tiga langkah yang terkait dengan
  persiapan ini adalah pemilihan, pembuatan, dan latihan penggunaan
  alat bantu.

  Pemilihan jenis alat bantu sangat ditentukan oleh persiapan dasar.
  Sedangkan materi yang akan ditampilkan melalui alat bantu ini
  mengacu pada persiapan materi.

  Pembuatan alat bantu membutuhkan keahlian, waktu, dan biaya yang
  tidak sedikit. Oleh karena itu, pemilihannya harus benar-benar
  disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan. Penggunaan alat bantu
  yang telah tersedia dengan atau tanpa modifikasi, dapat menghemat
  waktu dan biaya. Setelah alat bantu tersedia, guru atau pengajar
  perlu melakukan latihan menggunakan alat bantu ini.

  Kesiapan bercerita amat menentukan berhasil tidaknya cerita tersebut
  disampaikan kepada anak layan kita. Penyampaian firman Tuhan perlu
  dilakukan dengan sebaik mungkin agar pesan dapat diterima anak-anak.
  Yang terpenting, firman tersebut dapat menjadi tuntunan mereka untuk
  turut dalam kebenaran Allah. Oleh sebab itu, mari sampaikan
  kebenaran akan firman Allah dengan sebaik mungkin.

  Diringkas dari:
  Judul buku   : Menciptakan Sekolah Minggu Yang Menyenangkan
  Judul artikel: Mengajar Cerita Alkitab
  Penulis      : Helena Erika dan Sudi Ariyanto
  Penerbit     : Gloria Graffa, Yogyakarta 2003
  Halaman      : 90 -- 101


                           o/ TIPS o/

                    BAGAIMANA MEMULAI BERCERITA?
                    ============================

  1. Membaca berbagai cerita. Saat membaca, perhatikan bagaimana
     beberapa penulis bercerita tentang telinga (ini adalah
     cerita-cerita yang Anda inginkan), sedangkan penulis lainnya
     bercerita tentang mata. Beberapa cerita modern pada umumnya
     bersifat literal -- lebih menekankan gaya daripada plot/alur
     ceritanya -- sedangkan penulis seperti Elie Wiesel dan Leo
     Tolstoy menulis seperti cara kita berbicara. Hampir semua cerita
     Alkitab memiliki suatu "oral voice" (suara yang dikeluarkan oleh
     mulut) yang memudahkan cerita itu untuk dituturkan. Perhatikan
     cerita tentang Yunus atau perumpamaan dalam Perjanjian Baru
     tentang orang Samaria yang baik hati. Kebanyakan cerita Alkitab
     menimbulkan imajinasi yang kuat dan jelas bagi pendengar
     modernnya.

  2. Dari cerita yang Anda baca, pilihlah suatu cerita yang sederhana.
     Untuk tantangan pertama ini, cerita yang disampaikan seharusnya
     tidak lebih dari 3 atau 4 menit. Bacalah cerita itu 10 atau 15
     kali, sampai Anda benar-benar memahaminya.

  3. Persiapkan cerita itu dengan membacanya secara bersuara. Meskipun
     Anda merasa seperti orang bodoh yang berbicara dengan tembok,
     tidak ada jalan lain untuk bisa mengetahui bagaimana cerita itu
     bila tidak dikatakan atau kata-kata mana yang harus Anda pilih.
     Acara yang berupa kegiatan oral (oral event) memerlukan persiapan
     oral pula.

  4. Pada umumnya, akan sangat baik bagi Anda untuk mengingat setiap
     kejadian yang ada dalam cerita Anda daripada setiap kata yang
     ada. Hal ini untuk menghindari cerita menjadi kaku dan canggung.
     Setelah membaca cerita itu selama lima belas kali, Anda bisa
     merasakan bahwa Anda tidak perlu mengingatnya. Pengecualian dari
     peraturan ini termasuk metode literal dalam menuturkan cerita
     Alkitab dan ungkapan-ungkapan penting yang memerlukan bahasa yang
     tepat.

  5. Jangan terlalu banyak menggunakan kata-kata. Kebanyakan cerita,
     baik yang diceritakan secara formal maupun secara informal,
     gagal disampaikan karena kita terlalu banyak menggunakan
     kata-kata. Contoh cerita yang bisa digunakan adalah
     perumpamaan-perumpamaan yang digunakan oleh Yesus yang tidak
     banyak menggunakan kata-kata.

  6. Carilah pendengarnya dan mulailah. Saya terberkati dengan
     hadirnya dua anak yang menyukai cerita dan secara alami menjadi
     pendengarnya. Bila Anda tidak punya anak, mintalah bantuan
     beberapa anak.

  7. Gunakan suara yang alami. Hindari suara pendeta atau suara aktor
     yang dibuat-buat. Duduk akrab membentuk lingkaran bersama dengan
     pendengar atau dengan mendekati pendengar dapat membantu menjaga
     suara kita tetap terdengar alami. Meskipun beberapa orang yang
     memiliki nada suara tinggi perlu menurunkan suara mereka,
     kebanyakan orang harus dapat berbicara seolah-seolah mereka
     sedang bercakap-cakap dengan teman-teman mereka.

  8. Anda diharapkan membuat rekaman cerita pertama yang Anda
     sampaikan. Kritik yang sangat jelas bisa membantu Anda
     menghindari ucapan yang sedikit berlebihan, misalnya kata-kata
     "ehm" dan "em" yang muncul ketika pencerita menyampaikan
     ceritanya.

  Apa yang harus dihindari saat bercerita?
  ----------------------------------------
  Seperti kebanyakan tugas lainnya, kepekaan umum dan intuisi akan
  menyebabkan pencerita lebih mudah menyampaikan ceritanya dengan
  lebih meyakinkan daripada serangkaian peraturan. Mungkin saya telah
  mempersempit batasannya, tetapi bila Anda masih ragu-ragu, berikut
  beberapa tips tambahan dalam bentuk negatif.

  1. Jangan terburu-buru. Tempo merupakan hal yang penting dalam
     menciptakan cerita yang bagus seperti halnya dalam menciptakan
     lagu yang baik. Kecenderungan untuk terburu-buru sering terjadi
     pada awal bercerita, ini disebabkan oleh rasa takut yang
     mendorong kita untuk terburu-terburu, misalnya saat mengatakan,
     "Mari segera kita selesaikan kegiatan ini." Berikan jeda supaya
     cerita Anda terdengar alami/natural. Seperti rancangan sebuah
     iklan yang baik, jarak antarhuruf sering kali sama pentingnya
     dengan kata-kata itu sendiri. Jeda menimbulkan rasa ketertarikan
     untuk membangun dan membuat imajinasi pendengar melayang.

  2. Hindari penggunaan alat-alat yang justru merusak cerita.
     Penggunaan alat peraga yang terlalu banyak justru tidak membantu
     dalam membuat cerita menjadi menarik, tetapi malah menghalangi
     komunikasi yang alami antara pencerita dengan pendengarnya. Salah
     satu alat peraga yang sering digunakan, yaitu peraga dari kain
     flanel, sangat tidak efektif untuk digunakan. Ketika pencerita
     menempatkan peraganya di papan, maka hilanglah kontak mata dengan
     pendengarnya. Saya biasa menggunakan rompi dari flanel bila
     mendapat kesempatan untuk menyampaikan cerita. Dengan menggunakan
     rompi ini, saya bisa menempelkan peraga di rompi saya sambil
     memandang pendengar sehingga saya tidak kehilangan kontak mata
     dengan mereka. Meskipun rompi bisa memberi nilai lebih pada
     penampilan, sering kali saya merasa rompi bisa menjadi cara
     untuk menjalin kontak antara pencerita dan pendengar.

     Bila Anda menggunakan sebuah gambar, lebih baik Anda menggunakan
     gambar abstrak supaya menimbulkan rangkaian imajinasi. Meskipun
     saya enggan menggunakan gambar, namun saya pernah harus
     menunjukkan foto Martin Luther pada hari Minggu Reformasi. Saya
     melihat anak-anak menganggap saya sedang bercerita tentang tokoh
     besar pembela hak asasi itu. Sejak saat itu, saya hanya
     menunjukkan gambar sesaat sebelum saya mulai bercerita, kemudian
     saya simpan gambar itu ketika saya menyampaikan cerita.

  3. Hindari menggurui atau menempatkan ajaran-ajaran moral dalam
     cerita Anda. Tidak ada yang bisa dengan cepat membuyarkan cerita
     Anda selain menyertakan ajaran moral itu beserta penjelasannya.
     Bila Anda menghormati pendengar Anda, cukup sampaikan cerita itu
     kepada mereka. Hormati mereka dengan membiarkan mereka
     menggambarkan sendiri kesimpulannya. "Mereka yang memunyai
     telinga, biarkanlah mendengar."

     Bila suatu diskusi bisa membantu mengembangkan cerita, menurut
     pendapat saya, pencerita diizinkan untuk membuat diskusi, tetapi
     tidak lagi memunyai kekuasaan untuk mengarahkan interpretasi
     orang lain. Tidak seperti seorang guru yang menyampaikan
     pelajarannya, cerita memunyai keberadaannya sendiri.

  4. Jangan membuat ilustrasi cerita yang membingungkan.
     Ilustrasi-ilustrasi saja tidaklah cukup; ilustrasi itu
     menunjukkan makna yang lebih besar. Cerita memiliki arti
     tersendiri. Dengan luar biasa, Yesus "menjelaskan"
     perumpamaan-perumpaman-Nya dan dalam beberapa saat kemudian Ia
     hanya memberikan suatu permintaan. (t/Ratri)

  Diterjemahkan dari:
  Judul buku        : Speaking in Stories
  Judul asli artikel: The Appeal of Storytelling; Resources for
                      Christian Storytellers
  Penulis           : William R. White
  Penerbit          : Augsburg Publishing House, Minneapolis, 1982
  Halaman           : 17 -- 20


                       o/ BAHAN MENGAJAR o/

                        JANGAN PAKAI TOPENG
                        ===================

  Alat peraga
  -----------
  Bermacam-macam topeng

  Ayat Alkitab
  ------------
  Yakobus 5:13-16

  Tema
  ----
  Kita Tidak Perlu Menutupi Perasaan Kita pada Saat Kita Berdoa


  Pagi ini saya membawa sesuatu. Mari kita lihat benda apa ini. Saya
  punya sebuah topeng hitam, topeng monyet, dan topeng burung yang
  besar.

  Pada hari Halloween atau pada acara pesta-pesta tertentu, orang
  memakai topeng atau melukis wajah mereka untuk berpura-pura menjadi
  orang lain.

  Pada waktu-waktu yang lain, walaupun kita tidak memakai topeng, kita
  tetap tidak mau membiarkan orang lain mengetahui perasaan kita yang
  sebenarnya. Itu seperti memakai topeng. Kita mungkin tidak dapat
  memberi tahu orang lain bagaimana perasaan kita yang sebenarnya.
  Mungkin kita menyimpan banyak perasaan dalam hati.

  Tetapi, kita tidak boleh memakai topeng apapun yang menutupi
  perasaan kita pada saat kita berbicara kepada Tuhan dalam doa.
  Karena Tuhan sangat mengenal setiap kita. Tuhan ingin tahu, apakah
  kita sedang merasa sedih, atau marah, atau bahagia.

  Kamu tidak harus selalu berdoa dengan suara yang keras. Kamu dapat
  berdoa dalam hati sehingga hanya Tuhan saja yang mendengarnya. Kamu
  dapat berdoa sambil duduk, berdiri, berlutut, dengan tangan dilipat,
  atau tidak dilipat.

  Saya pernah mendengar bahwa Tuhan memandang hati, bukan posisi kita
  ketika sedang berdoa. Kamu dapat berdoa sebelum tidur atau sebelum
  makan, atau di gereja, atau di sekolah, atau kapan saja kamu merasa
  perlu bicara dengan Tuhan.

  Kamu bukan hanya dapat mendoakan dirimu sendiri, melainkan orang
  lain juga. Tuhan mendengarkan dan memerhatikan segala hal yang kamu
  katakan dalam doamu.

  Pada saat kamu mengembangkan hubunganmu dengan Tuhan dalam doa,
  jangan pakai topeng yang menutupi perasaanmu.

  Mari kita berdoa
  ----------------
  Ya Tuhan, kami bersyukur atas hak istimewa kami sehingga kami dapat
  mengatakan segalanya kepada-Mu dalam doa. Kami tahu bahwa Engkau
  memedulikan kami semua. Amin.


                        o/ WARNET PENA o/

                          SUNDAY SOFTWARE
                          ===============
                     http://sundaysoftware.com/

  Perkembangan teknologi dewasa ini dapat dimanfaatkan oleh para
  pelayan sekolah minggu untuk memberikan variasi metode mengajar di
  dalam kelas agar semakin menarik dan pastinya akan menambah semangat
  anak layan Anda. Di situs ini terdapat berbagai macam CD dan
  perangkat lunak (software) tentang cerita-cerita Alkitab untuk
  anak-anak, juga berbagai macam game yang diambil dari cerita Alkitab
  yang menarik dan asyik. Situs Sunday Software bisa menjadi satu
  pilihan menarik bagi Anda untuk mengenalkan Alkitab dengan cara yang
  berbeda.

  Situs Sunday Software tidak hanya menyediakan berbagai macam
  perangkat lunak saja, tapi juga berbagai macam artikel, tips yang
  mengangkat tentang topik seputar perangkat lunak yang menarik dan
  pastinya akan menambah pengetahuan Anda. Akan tetapi, untuk
  mendapatkan CD-CD tersebut Anda harus mengeluarkan kocek Anda untuk
  mendapatkannya. Untuk melihat lebih lanjut tentang isi situs ini,
  silakan Anda kunjungi alamat tersebut. Selamat melayani.

  Oleh: Kristina


                       o/ MUTIARA GURU o/

    Pada saat kita memberitakan firman Tuhan, Firman itu memberikan
                         hidup juga bagi kita.

----------------------------------------------------------------------
 Korespondensi dan kontribusi bahan dapat dikirimkan ke staf Redaksi:
  <binaanak(at)sabda.org> atau <owner-i-kan-BinaAnak(at)hub.xc.org>
----------------------------------------------------------------------
                  Pimpinan redaksi: Davida Welni Dana
                Redaksi tamu: Christiana Ratri Yuliani
             Kontributor edisi ini: Kristina Dwi Lestari
       Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA
             Didistribusikan melalui sistem network I-KAN
                 Copyright(c) e-BinaAnak 2007 -- YLSA
        http://www.sabda.org/ylsa/ ~~ http://katalog.sabda.org/
                     Rekening: BCA Pasar Legi Solo
                  No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati
======================================================================
Anda terdaftar dengan alamat email: $subst(`Recip.EmailAddr`)
Alamat berlangganan : <subscribe-i-kan-BinaAnak(at)hub.xc.org>
Alamat Berhenti     : <unsubscribe-i-kan-BinaAnak(at)hub.xc.org>
Arsip e-BinaAnak    : http://www.sabda.org/publikasi/e-binaanak/
Pusat Elektronik Pelayanan Anak Kristen:  http://pepak.sabda.org/
------------- PUBLIKASI ELEKTRONIK UNTUK PEMBINAAN GURU --------------

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org