Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-binaanak/357

e-BinaAnak edisi 357 (14-11-2007)

Hambatan Komunikasi

______________________________e-BinaAnak______________________________
        Milis Publikasi Elektronik untuk Para Pembina Anak
        ==================================================

Daftar Isi:                                          357/November/2007
----------
  - SALAM DARI REDAKSI
  - ARTIKEL 1     : Masalah Kata: Mengubah Perkataan
  - ARTIKEL 2     : Rintangan dalam Komunikasi
  - BAHAN MENGAJAR: Lidia
  - WARNET PENA   : The Good News: Bible Stories for Kids
  - MUTIARA GURU


                      o/ SALAM DARI REDAKSI o/

  Salam kasih,

  Pembaca tentu pernah mendengar ungkapan "mulutmu harimaumu".
  Ungkapan ini tampaknya menjadi peringatan yang keras bagi kita
  supaya berhati-hati dalam bertutur kata. Entah dalam berkomunikasi
  dengan sesama orang dewasa maupun dengan anak-anak, kita harus bisa
  menjaga mulut kita. Jangan sampai kata-kata yang keluar dari mulut
  kita menyakiti orang lain, khususnya anak-anak.

  Tuturan memang dapat menjadi penghambat dalam berkomunikasi dengan
  anak. Mereka masih memiliki saringan yang lemah terhadap semua
  perkataan yang dia dengarkan. Inilah salah satu alasan mengapa
  komunikasi yang baik dan membangun anak justru tidak tercipta, yaitu
  ketika kita tidak memerhatikan tutur kata kita. Perkataan dan sikap
  seperti apa yang dapat menghambat komunikasi dengan anak? Bagaimana
  kita bisa menyingkirkan penghambat itu dan menciptakan komunikasi
  yang lebih baik dengan mereka? Silakan simak sajian minggu ini dan
  mari ciptakan komunikasi yang lebih berkualitas dengan anak-anak
  layan kita.

  Selamat membaca!

  Redaksi Tamu e-BinaAnak,
  Christiana Ratri Yuliani

    "Didiklah anakmu, maka ia akan memberikan ketenteraman kepadamu,
          dan mendatangkan sukacita kepadamu." (Amsal 29:17)
              <http://sabdaweb.sabda.org/?p=Amsal+29:17 >


                          o/ ARTIKEL 1 o/

                   MASALAH KATA: MENGUBAH PERKATAAN
                   ================================
                 Mengalihkan Hinaan Menjadi Sanjungan

  APA YANG DIMAKSUD HINAAN?

  Hinaan berarti sebuah pernyataan negatif yang membuat penerimanya
  merasa tidak bahagia dengan dirinya, merusak harga diri, serta
  kepercayaan diri dan kompetensinya. Hinaan adalah komentar yang
  mengungkapkan sesuatu yang menyakitkan atau mengkritik diri atau
  tentang apa yang dia lakukan. Oleh karena itu, hinaan mencakup
  segala pernyataan yang ditujukan untuk merendahkan personalitas atau
  kapabilitas seseorang.

  Hinaan berarti membuat seseorang malu, merendahkan martabat, merusak
  harga diri, membuat seseorang merasa kecil atau tidak penting,
  membuat seseorang merasa tidak berkompeten, merusak gelembung
  kepercayaan diri, dan membuat orang merasa sedih dengan dirinya.

  Penghinaan niscaya akan menciptakan jarak antara pemberi dan
  penerima karena orang yang menerima dipaksa menelan perasaan hina
  dan rendah dan karena orang yang mengemukakan komentar penghinaan
  membangun sebuah ruang yang menempatkan dirinya sebagai orang yang
  menghakimi orang lain.

  Oleh karena itu, penghinaan berarti juga "menepikan atau
  mengesampingkan". Ini adalah sebuah serangan verbal. Penghinaan bisa
  secara serius merusak relasi dan individu, khususnya jika itu sering
  dilakukan. Penghinaan bisa menyulut kemarahan dan menciptakan jarak
  dan resistensi. Kondisi citra diri yang buruk dan hilangnya
  kepercayaan diri pada seorang anak yang sedang tumbuh berkembang,
  bisa memengaruhi relasi pada masa selanjutnya. Seseorang yang
  banyak menghina orang lain, kecil kemungkinan bisa bergaul dengan
  orang lain secara santai, mereka tidak bisa berempati, merasakan
  sakit dan penderitaan orang lain, dan kemungkinan besar mereka akan
  menikmati fakta bahwa orang lain berada pada garis akhir sebuah
  perubahan.

  Namun, penghinaan tidak selalu disampaikan dengan maksud jahat.
  Kadang penghinaan terjadi secara spontan -- katakanlah tanpa
  berpikir lebih dahulu karena kita biasa mengemukakan segala hal dan
  jarang memikirkan akibatnya. Kata-kata kita bisa menjadi sesuatu
  yang telah jadi sebelumnya, seolah ia telah ditulis dalam sebuah
  permainan.

  Jika kita ingin membangun sebuah relasi yang sehat dan baik dengan
  anak-anak kita dan memperlihatkan kepada mereka bahwa kita mencintai
  mereka dan senang bersama mereka, jelas kita harus mengurangi jumlah
  perkataan yang dapat merendahkan mereka. Namun, dengan memutuskan
  untuk merubah tulisan dan menulisnya kembali bukan berarti bahwa
  kita sama sekali terbebas dari kemungkinan untuk menghina anak-anak
  kita. Bukan berarti bahwa kita akan selalu mengomentari perbuatan
  mereka dengan cara-cara yang tidak merusak harga diri dan membuat
  mereka ragu dengan komitmen kita terhadap mereka.

  MENGAPA ANAK SANGAT RENTAN DENGAN HINAAN?

  Anak-anak memiliki lebih sedikit kesempatan dibanding orang dewasa
  untuk bertemu dengan orang-orang di luar rumah yang akan memberi
  mereka respons balik independen tentang seberapa menarikkah diri
  mereka. Dengan demikian, apa yang dikatakan orang lain tentang
  dirinya di rumah, akan memiliki pengaruh signifikan, khususnya
  sesuatu yang dikatakan oleh orang-orang yang paling dia cintai di
  dunia ini. Paling tidak diperlukan tiga sanjungan untuk membatalkan
  kerusakan dari penghinaan yang serius.

  APA YANG DIMAKSUD DENGAN SANJUNGAN?

  Sanjungan adalah kebalikan dari hinaan. Sanjungan lebih berkenaan
  dengan komentar deskriptif atau afirmatif yang membangun pandangan
  seseorang terhadap dirinya sendiri dan membuat mereka merasa bahagia
  dan bangga dengan dirinya dan apa yang mereka lakukan, daripada
  berkaitan dengan sesuatu yang merusak ego seseorang. Dengan
  sanjungan, akan terbuka kemungkinan ego seseorang sedikit meningkat,
  berbunga-bunga dengan kebanggaan, serta mendapat cahaya dukungan dan
  rasa berprestasi.

  Banyak orang tidak suka dengan gagasan untuk memberikan sedikit
  dorongan kepada ego anak-anak mereka. Ini bisa menjadi pujian yang
  berlebihan. Mereka menganggap sikap semacam ini bisa menyebabkan
  anak-anak besar kepala dan sombong. Namun, selama anak menyadari
  bahwa kemampuan-kemampuan yang dia miliki tidak membuatnya merasa
  menjadi pribadi yang "lebih baik" daripada orang lain yang
  berkemampuan lebih rendah, ada alasan yang kuat untuk membiarkan
  mereka tahu betapa dia adalah anak yang baik dan berprestasi. Rasa
  kesombongan yang tidak diinginkan ini bisa dihindari selama "baik"
  tidak disamakan dengan "lebih baik daripada" dalam semua hal,
  termasuk keahlian komparatif.

  Untuk menghindari munculnya kebanggaan yang tidak semestinya ketika
  kita mendorong munculnya kebanggaan "legitimate", kita bisa
  menerapkan perbedaan antara perbuatan dan pribadi yang telah dibahas
  pada bagian sebelumnya.

  - Hargai mereka atas siapa dirinya dan puji mereka atas apa yang
    mereka lakukan.
  - Pastikan bahwa kita menghargai keragaman keahlian atau
    keterampilan sehingga anak belajar toleransi.
  - Ajarkan bahwa baik itu artinya "berbeda dari" dan bukan "lebih
    baik dari ...."

  Dalam kerangka ini, anak akan mampu menghadapi lingkungan yang lebih
  kompetitif yang merangsang, memberi tantangan, dan menawarkan sebuah
  alasan untuk berprestasi dan meningkatkan diri. Berlawanan dengan
  keyakinan populer yang berkembang di masyarakat, tidak adanya
  tantangan dan kompetisi tidak niscaya akan membuat anak-anak merasa
  bahagia dan tidak terancam. Tidak adanya tantangan bisa merusak
  harga diri sama efektifnya ketika terlalu banyak jenis tantangan
  yang keliru.

  BAGAIMANA CARA MENGUBAH PERKATAAN KITA?

  Mengubah bagaimana Anda mengatakan sesuatu sangatlah tidak mudah.
  Namun, Anda akan sangat terbantu dengan melihatnya langkah demi
  langkah.

  Langkah pertama. Rasakan pengaruh dan akibat hinaan terhadap
  anak-anak dan orang lain.

  Coba Anda pikirkan kembali hinaan terakhir yang Anda terima. Apa
  yang Anda rasakan? Hinaan itu mungkin membuat Anda merasa menjadi
  orang yang lemah, kecil, marah, ingin bersembunyi, menangis, atau
  mungkin merasa rendah, membuat Anda ingin mengatakan bahwa Anda
  tidak peduli. Bagaimana bisa hinaan yang sama akan membuat anak Anda
  merasakan hal yang berbeda?

  Apa yang Anda inginkan sesudah mendengar hinaan itu? Apakah hinaan
  itu membuat Anda ingin menyakiti seseorang atau merusak sesuatu,
  katakanlah sesuatu yang dapat membalas sakit hati Anda? Bagaimana
  bisa hinaan yang sama akan membuat anak Anda ingin melakukan sesuatu
  yang berbeda?

  Apa yang benar-benar Anda lakukan? Mungkin Anda mengalihkan hinaan
  itu kepada orang lain, memboikot orang yang telah menghina Anda,
  mempertahankan diri secara verbal, menghina mereka kembali, atau
  memukul mereka. Mengapa anak Anda mesti melakukan sesuatu yang
  berbeda?

  Langkah kedua. Pahami tipe-tipe hinaan.

  Kritik adalah bentuk umum penghakiman. Seorang anak yang
  terus-menerus menjadi sasaran kritik akan mendapatkan pesan tidak
  hanya bahwa Anda kecewa dengannya, tetapi juga pesan bahwa Anda
  tidak senang dengan siapa dirinya (who he is) dan apa yang dia
  lakukan. Anda ingin agar dia menjadi orang yang berbeda. Anda ingin
  dia melakukan hal-hal sesuai dengan keinginan Anda. Dengan kata
  lain, Anda ingin dia menjadi seperti diri Anda. Jika Anda berusaha
  mengubah seseorang menjadi diri Anda, ini bisa berarti bahwa Anda
  sangat butuh mencintai diri Anda sendiri, tetapi Anda gagal
  melakukannya. Kritik adalah media untuk mengontrol. Anda tidak rela
  memberikan ruang atau waktu kepada seseorang untuk melakukan sesuatu
  sesuai dengan pilihannya sendiri. Anda merasa harus melakukan
  intervensi secara teratur untuk mempertahankan kontrol Anda dan
  mengamankan teritorial Anda.

  "Straitjacket" (baju pengekang) adalah istilah populer untuk
  menyebut orang yang memiliki kebiasaan mengunci orang lain ke dalam
  suatu peran dan personalitas tertentu ("Kamu harus ...."; "Kamu
  mirip dengan ...."; "Kamu tidak akan pernah ....") yang tidak
  memberi orang lain kesempatan untuk menjadi orang yang berbeda.
  Semua orang, dan khususnya anak-anak, berkembang dan berubah.
  Sangatlah tidak adil jika Anda merumuskan personalitas seseorang,
  lalu Anda tidak mau meninjaunya kembali ketika dihadapkan pada bukti
  yang sebaliknya. "Straitjacket" bisa mendorong anak-anak menjadi apa
  pun seperti gambaran yang diberikan kepada mereka tentang siapa
  dirinya.

  "Straitjacket" bisa menjelma dalam dua bentuk. Label-label yang
  mendeskripsikan siapa anak itu ("Kamu tidak berguna, idiot, malas,
  jorok, tolol.") dan label personalitas yang tidak menggambarkan
  dirinya ("Kamu tidak pernah bisa menjadi anak berprestasi di
  sekolah, olahraga, melukis ...."; "Mengapa kamu tidak pernah ...
  berkata jujur, lakukan apa yang saya perintahkan, selesaikan
  semuanya ...."). Membandingkan di mana anak diukur dengan orang
  lain, kakak atau adik ("Ahmad itu lebih pintar, rapi ... dibanding
  kamu."), seorang teman ("Mengapa kamu tidak mau jujur, seperti yang
  dilakukan Scott kepada ibunya?") atau orang tua ("Dengan sikapmu
  yang seperti itu, kamu akan menjadi seperti ayahmu."). Bahkan
  sekalipun perbandingan dengan orang tua itu menyenangkan, anak
  mungkin merasa tidak mampu menjadi seperti yang dia inginkan.
  Pertama dan yang terpenting, dia ingin menjadi dirinya sendiri dan
  memiliki orang tua yang meyakini hal-hal terbaik, bukan hal-hal
  terburuk tentang dirinya.

  Tindakan semena-mena yang diperlihatkan orang-orang dewasa terhadap
  anak-anak mengisyaratkan bahwa kebutuhan mereka tidak cukup
  dihargai. Unprediktabilitas adalah perangkat untuk membuat orang
  lain tegang dan gelisah, membuat mereka menduga-duga dan menunggu,
  memfokuskan energinya kepada karakter yang mudah berubah, dan
  berusaha mengantisipasi kemarahan.

  Sikap menyalahkan, sindiran kasar, dan ejekan adalah bentuk-bentuk
  kritik, karenanya komentar-komentar sebelumnya juga berlaku bagi
  tipe hinaan ini.

  Kemarahan dan bentakan dipandang sebagai hinaan karena keduanya
  mengisyaratkan bahwa orang dewasa itu benar dan anak salah. Keduanya
  adalah perangkat kekuasaan yang digunakan orang dewasa. Singkat
  kata, semua taktik yang digunakan sebagai perangkat kekuasaan dan
  kontrol bisa berkembang menjadi hinaan.

  Langkah ketiga. Pahami mengapa Anda menghina.

  Ketika kita merendahkan anak-anak, kita biasanya meyakini bahwa kita
  sedang bereaksi terhadap perilaku mereka. Karenanya dalam beberapa
  hal, kita membuat mereka sebagai pihak yang bertanggung jawab atas
  apa yang kita ucapkan. Jika kita mengatakan sesuatu yang kotor, itu
  karena mereka melakukan sesuatu yang buruk. Inilah cara yang kita
  sukai dalam memandang perbuatan kita. Ini akan memungkinkan kita
  menghindari tanggung jawab atas apa yang kita lakukan. Kita tidak
  harus berkata kotor. Kita, dan bukan mereka, yang bertanggung jawab
  atas apa yang kita ucapkan dan kata-kata apa yang kita pilih untuk
  mengekspresikan ketidaksetujuan kita.

  Sebenarnya, bagaimana kita memberi respons dalam situasi-situasi itu
  lebih dipengaruhi oleh bagaimana perasaan kita terhadap diri kita
  sendiri. Kita merendahkan atau menghina orang lain karena penghinaan
  itu akan membuat kita merasa lebih baik terhadap diri kita.
  Selanjutnya, kita mungkin merasa sangat bersalah, tetapi pada saat
  itu, penghinaan membuat kita merasakan hal-hal berikut.

  - Lebih kuat, superior, dan mengingatkan kita bahwa kita memiliki
    sejumlah kekuatan; dengan kata lain, kita dalam posisi untuk
    mendamprat dan menghakimi orang lain.

  - Secara komparatif merasa lebih baik karena kita berhasil membuat
    seseorang merasa lebih buruk.

  - Kita menyingkirkan rasa malu dan tidak bertanggung jawab terhadap
    perbuatan seseorang. Perbuatan anak-anak biasanya dipandang
    sebagai ukuran seberapa baik dan berhasilnya kita sebagai orang
    tua. Kita tidak ingin terlihat menerima perilaku yang kita rasa
    menggambarkan diri kita secara buruk. Kita ingin mengatakan,
    "Jangan beranggapan saya ikut terlibat dalam masalah ini."
    Karenanya, kita memisahkan diri dari anak-anak dengan merendahkan
    dan menghina mereka. Kita lebih memikirkan apa yang dipikirkan
    orang lain tentang diri kita daripada apa yang dipikirkan anak
    tentang diri kita.

  Kadang kita menghina karena itulah kata-kata yang digunakan orang
  tua terhadap kita. Ada rasa kepuasan ketika kita kembali
  menggunakannya kepada anak-anak kita, betapapun saat kita mengalami
  dulu terasa tidak menyenangkan.

  "Bertanggung jawab" terhadap anak-anak kita, sering
  diinterpretasikan sebagai kondisi memegang kendali. Jika kita merasa
  kehilangan kendali terhadap anak-anak, kita mungkin akan merasa
  lebih mudah untuk menghina dan merendahkan anak-anak daripada
  menghadapi masalah yang lebih sulit, yakni menemukan kembali
  kepercayaan diri kita dan meneguhkan kembali tanggung jawab dan
  otoritas kita.

  Ketika kita memahami mengapa kita memiliki kebiasaan merendahkan
  orang lain, akan lebih mudah bagi kita untuk menghindarinya.

  Langkah keempat. Sadari kapan Anda mengucapkan sesuatu yang keliru.

  Tidak ada yang bisa diubah kecuali jika kita lebih dahulu
  menyadarinya.

  Langkah kelima. Dengarkan diri Anda ketika Anda mengatakannya.

  "Aku mendengar diriku sedang mengatakannya tetapi aku tidak bisa
  menghentikannya." Paling tidak, kesalahan itu disadari. Anda bisa
  selalu minta maaf atas apa yang telah Anda katakan dan menariknya
  kembali; misalnya, "Saya kira, saya mengatakan sesuatu yang terlalu
  berlebihan. Saya tidak bermaksud demikian."

  Langkah keenam. Hentikan diri Anda sebelum memulai, dan ganti dengan
  bentuk-bentuk kata yang lebih bisa diterima.

  Sekarang, ketika Anda telah berlatih menggunakan kata-kata
  alternatif, Anda tahu bahwa Anda bisa mengatakannya, dan akan lebih
  mudah untuk menyelipkannya. Mulanya mungkin terdengar aneh, tetapi
  ini tidak akan berlangsung lama sebelum Anda mencapai tahap akhir
  dan kemudian akan berlangsung secara natural.

  Langkah ketujuh. Terakhir, pemprograman kembali akan sempurna,
  kata-kata alternatif akan dipelajari dan akan berlangsung secara
  natural.

  Selamat! Anda telah melakukannya. Dan mungkin Anda merasa lebih baik
  dengan diri Anda karena telah melakukan perubahan dan oleh karena
  kebutuhan untuk merendahkan orang lain akan semakin berkurang.
  Setiap langkah yang diambil akan menjadi sesuatu yang membanggakan.
  Tidak niscaya proses ini akan berlangsung dengan nyaman. Seperti
  perubahan pada diri anak-anak, ada dua langkah ke depan dan satu
  langkah mundur, khususnya ketika Anda merasa tertekan atau tidak
  cukup percaya dengan diri Anda sendiri. Bersikaplah realistis, Anda
  tidak mungkin menghapus secara total frase-frase menyakitkan dari
  katalog pribadi Anda. Tetapi jika Anda berhasil menguranginya,
  pahami kapan Anda merasa tidak bahagia dan cobalah untuk
  mengubahnya, lalu gunakan setiap kesempatan untuk meningkatkan harga
  diri anak Anda. Anda akan memiliki cukup pengaruh dalam memulai
  sebuah lingkaran perbaikan perilaku yang terus menanjak pada kedua
  sisi.

  Beberapa bentuk penghinaan mengikuti cara-cara ekspresi perasaan
  yang netral. Kapan pun dimungkinkan, hinaan juga bisa dikemukakan
  dalam bentuk pertanyaan yang lebih menyakitkan, memaksa anak untuk
  setuju dan dalam posisi defensif.

  Diambil dan disunting seperlunya dari:
  Judul buku: Raising Happy Kids: Mencetak Generasi Cerdas,
              Kreatif dan Smart!
  Penulis   : Elizabeth Hartley-Brewer
  Penerbit  : Inspirasi Buku Utama, Yogyakarta 2005
  Halaman   : 244 -- 251


                          o/ ARTIKEL 2 o/

                      RINTANGAN DALAM KOMUNIKASI
                      ==========================

  Komunikasi antara orang tua dan anak sering dirusak oleh sikap dan
  respons dari orang tua, seperti contoh berikut.

  A. Nada Perintah

  Contoh: Anak pulang dari sekolah diperbolehkan bermain sampai jam
  empat sore, setelah itu harus pulang untuk belajar, apabila anak
  bertanya, "Mengapa saya harus belajar?", orang tua menjawab, "Karena
  Ayah/Ibu sudah mengatakannya demikian, kamu harus menurut dan jangan
  banyak tanya!" Atau anak itu membantah, "Saya tidak mau belajar,
  saya tidak suka sekolah!" Dan orang tua pun membalas, "Sebagai anak,
  kau harus belajar, kecuali kalau Ayah/Ibu katakan tidak!" Jawaban
  yang bernada perintah semacam ini, kalau sering terjadi, dapat
  merusak komunikasi antara orang tua dan anak.

  B. Gertakan

  Secara tidak sadar, orang tua pun sering menggunakan gertakan.
  Ketika anak mengutarakan suatu masalah, orang tua memberi respons
  dengan nada gertakan dan tanpa memberi penjelasan atau petunjuk
  sedikit pun kepadanya. Tidak jarang orang tua berkata seperti
  berikut, "Kalau kamu tak mau lakukan, Ayah/Ibu akan mengunci kamu
  dalam kamar gelap!" atau "Ayah/Ibu tidak akan mengajak kamu piknik!"
  Padahal sebenarnya orang tua tidak akan melakukan hal tersebut, itu
  sekadar menakut-nakuti saja. Seringnya orang tua berlaku seperti itu
  akan membuat anak jengkel dan mereka tidak akan lagi menganggap
  perkataan orang tuanya berwibawa. Anak pun enggan mengutarakan isi
  hatinya kepada orang tua.

  C. Bertele-tele

  Keadaan yang sering merusak suasana komunikasi adalah sewaktu anak
  mulai mengutarakan sesuatu yang dipandang tidak terlalu cocok dengan
  pandangan orang tua, dan mulailah orang tua memberi kuliah panjang
  lebar. Anak merasa bahwa orang tua mereka berada di dunia yang
  berbeda dengan mereka, dan selanjutnya mereka tidak akan
  mengutarakan sesuatu lagi. Dan hal tersebut lambat-laun akan
  merusak komunikasi antara orang tua dan anaks atau antara guru
  dengan murid.

  D. Interogasi

  Adakalanya orang tua sering menanggapi anak dengan nada menghakimi,
  mengkritik, dan menyalahkan. Anak dituntut terlalu tinggi. Saat anak
  mengutarakan pendapat yang berbeda dengan orang tua, anak langsung
  ditegur dengan keras. Anak akan mengalami rasa rendah diri dan tidak
  punya keberanian untuk mengutarakan sesuatu dengan orang dewasa.
  Lebih baik menghindari cacian dan makian.

  E. Mau Tahu secara Terinci

  Ada orang tua yang terlalu ingin menguasai anaknya dan ingin
  mengetahui kehidupan si anak secara terinci, sampai si anak tidak
  memunyai kehidupan pribadi sendiri. Tidaklah menjadi masalah
  apabila hal itu dilakukan dalam suasana yang wajar dan dalam
  hubungan yang baik untuk mengenal kehidupan anak, namun bila dengan
  paksa ingin mengetahui segala sesuatunya, bisa jadi akan timbul
  kebencian dari si anak dan akan merusak hubungan.

  Diambil dan disunting seperlunya dari:
  Judul buku        : Menerobos Dunia Anak
  Judul asli artikel: Kunci Komunikasi
  Penulis           : Dr. Mary Go Setiawani
  Penerbit          : Kalam Hidup, Bandung 1993
  Halaman           : 71 -- 72


                        o/ BAHAN MENGAJAR o/

                                LIDIA
                                =====

  Paulus dan Silas mengajak penginjil muda yang bernama Timotius untuk
  melakukan perjalanan bersama mereka. Ibu Timotius adalah seorang
  wanita Yahudi yang percaya kepada Yesus dan ayah Timotius adalah
  orang Yunani.

  Pada saat mereka melakukan perjalanan, Roh Kudus menuntun mereka dan
  memberitahu ke mana mereka harus pergi. Suatu malam, saat mereka di
  Troas, Paulus mendapat penglihatan. Seorang pria dari Makedonia
  meminta dia untuk singgah ke Makedonia guna menolong mereka. Roh
  Kudus kembali memimpin mereka.

  Mereka pun berangkat ke sana. Perjalanan panjang ini ditempuh dengan
  kapal dari Troas ke Makedonia. Mereka tiba di Filipi, yang merupakan
  koloni Roma dan salah satu dari kota terbesar di Makedonia.

  Mereka tinggal selama beberapa hari. Kemudian mereka mendengar bahwa
  sekelompok orang bertemu di tepi sungai untuk memuji Tuhan di hari
  Sabat, jadi mereka keluar gerbang menuju ke tempat pertemuan itu.

  Mereka duduk bersama dan mulai berbicara kepada para wanita yang
  berkumpul di sana untuk berdoa. Salah satu dari wanita itu bernama
  Lidia yang berasal dari kota Tiatira, yang berada di daerah timur
  Makedonia. Dia adalah pedagang kain ungu.

  Kain ungu itu harganya sangat mahal karena pembuatannya susah. Warna
  untuk kain ini berasal dari kerang. Getah dari kerang ini berwarna
  putih saat berada di dalam tubuh kerang, tetapi saat terkena sinar
  matahari, cairan ini berubah menjadi berwarna ungu cerah dan merah.
  Membutuhkan kerja keras untuk bisa menangkap kerang yang cukup untuk
  memarnai satu kain. Kain yang indah itu biasanya dipakai oleh
  anggota keluarga-keluarga terhormat dan senator Roma yang minta toga
  atau jubah mereka diberi warna ungu pada pinggirannya.

  Pada saat Paulus berkhotbah, Tuhan membuka hati Lidia untuk menerima
  kabar tentang Yesus. Lidia menjadi percaya pada firman-Nya dan
  menanggapi ajaran itu. Dia dan seluruh isi rumahnya akhirnya
  dibaptis.

  Kita tidak tahu apakah ia sudah menikah atau masih lajang atau
  janda. Dia mungkin memiliki pekerja untuk menjalankan bisnisnya
  karena ia adalah seorang pedagang.

  Lidia berkata kepada Paulus dan rekan-rekannya bahwa bila mereka mau
  menjadikan dia sebagai pengikut Tuhan, dia ingin mengundang mereka
  untuk datang dan tinggal di rumahnya. Lidia memang memiliki banyak
  ruangan untuk ditempati oleh Paulus, Silas, Timotius, dan Lukas yang
  juga ikut bersama mereka. Lidia terus membujuk mereka dan akhirnya
  mereka menerima undangan itu dan tinggal di rumahnya.

  Dalam perumpamaan tentang penabur, hati Lidia seperti tanah yang
  subur. Pada saat dia mendengar firman Allah, dia menerimanya dengan
  sukacita dan mematuhi firman yang disampaikan oleh rasul itu.

  APA YANG DAPAT KITA PELAJARI DARI CERITA INI?

  Lidia adalah orang yang rajin dalam bekerja sehingga dia sukses
  dalam usahanya. Selain itu, dia merupakan orang yang taat pada
  agama, rajin bersekutu dengan Allah, dan memiliki hati yang baik,
  juga terbuka untuk kebenaran.

  Bagaimana dengan Anda? Apakah Anda pemalas atau pekerja keras?
  Atau Anda mau bekerja keras untuk belajar supaya berhasil? Jika Anda
  adalah orang yang seperti ini, Anda akan mendapatkan hidup yang
  bahagia dan juga akan menjadi berkat bagi orang lain.

  AYAT HAFALAN
  Roma 12:13

  PERTANYAAN
   1. Siapakah penginjil muda yang ibunya adalah orang Yahudi dan
      ayahnya orang Yunani? (Timotius)

   2. Bagaimana Paulus dan Silas tahu di mana mereka harus berkhotbah?
      (Roh Kudus mengarahkan mereka.)

   3. Siapakah yang dilihat Paulus pada malam saat dia mendapatkan
      penglihatan? (Seorang pria dari Makedonia.)

   4. Pesan apakah yang diberikan kepada Paulus? (Pergi ke Makedonia
      dan membantu mereka.)

   5. Bagaimana Paulus dan teman-temannya sampai di sana? (Mereka
      berlayar dengan kapal.)

   6. Ke kota mana mereka pergi? (Filipi)

   7. Di mana orang-orang itu bertemu untuk berdoa di hari Sabat? (Di
      tepi sungai.)

   8. Apakah pekerjaan Lidia? (Dia adalah pedagang kain ungu.)

   9. Apa yang terjadi setelah mereka mendengarkan khotbah Paulus?
      (Lidia dan seluruh anggota keluarganya dibabtis.)

  10. Apa yang diminta Lidia dari para pria itu? (Dia ingin mereka
      tinggal di rumahnya.) (t/Ratri)

  Diterjemahkan dari:
  Nama situs        : Garden of Praise
  Judul artikel asli: Lydia
  Penulis           : Tidak dicantumkan
  Alamat URL        : http://gardenofpraise.com/bibl62s.htm


                        o/ WARNET PENA o/

               THE GOOD NEWS: BIBLE STORIES FOR KIDS
               =====================================
           http://www.essex1.com/people/paul/bible.html

  Bukan tugas yang mudah untuk mentransfer cerita dalam Kitab Suci
  agar dapat dipahami dengan mudah oleh anak layan Anda. Kreativitas
  kita diuji dalam hal menyampaikan kebenaran tersebut. Situs the Good
  News berisi cerita-cerita Alkitab bagi anak ini, dapat membantu Anda
  dalam mengasah kreativitas bercerita. Disediakan berbagai cerita
  seputar Perjanjian Lama, seperti cerita tentang Nuh, Abraham, dan
  cerita dalam Perjanjian Baru. Semua disajikan dengan grafik yang
  menarik dan bahasa Inggris yang sederhana. Di samping itu, ada
  beberapa menu menarik lain, seperti fasilitas mendapatkan "postcard"
  yang bisa Anda bagikan dengan teman-teman sepelayanan atau sahabat
  Anda. Segera kunjungi situs ini dan silakan pilih cerita apa saja
  yang ingin Anda bagikan perihal keagungan cinta kasih Allah atas
  hidup anak-anak layan Anda.

  Oleh: Kristina


                         o/ MUTIARA GURU o/

            Hari ini saya akan memelihara naluri bertanya
                      di dalam diri saya sendiri
                        dan murid-murid saya.

----------------------------------------------------------------------
 Korespondensi dan kontribusi bahan dapat dikirimkan ke staf Redaksi:
  <binaanak(at)sabda.org> atau <owner-i-kan-BinaAnak(at)hub.xc.org>
----------------------------------------------------------------------
                  Pemimpin Redaksi: Davida Welni Dana
                Redaksi Tamu: Christiana Ratri Yuliani
                   Kontributor: Kristina Dwi Lestari
       Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA
             Didistribusikan melalui sistem network I-KAN
                 Copyright(c) e-BinaAnak 2007 -- YLSA
         http://ylsa.sabda.org/ ~~ http://katalog.sabda.org/
                     Rekening: BCA Pasar Legi Solo
                  No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati
======================================================================
Anda terdaftar dengan alamat email: $subst(`Recip.EmailAddr`)
Alamat berlangganan : <subscribe-i-kan-BinaAnak(at)hub.xc.org>
Alamat Berhenti     : <unsubscribe-i-kan-BinaAnak(at)hub.xc.org>
Arsip e-BinaAnak    : http://www.sabda.org/publikasi/e-binaanak/
Pusat Elektronik Pelayanan Anak Kristen:  http://pepak.sabda.org/
------------- PUBLIKASI ELEKTRONIK UNTUK PEMBINAAN GURU --------------

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org