Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-binaanak/364

e-BinaAnak edisi 364 (9-1-2008)

Komitmen dalam Hidup Rohani

 


______________________________e-BinaAnak______________________________
        Milis Publikasi Elektronik untuk Para Pembina Anak
        ==================================================

Daftar Isi:                                          364/Januari/2008
----------
  - SALAM DARI REDAKSI
  - ARTIKEL 1           : Hidup Allah di Dalam Sekolah Minggu
  - ARTIKEL 2           : Kualifikasi Rohani Seorang Pengajar Anak
  - KESAKSIAN GSM       : Kesaksian Guru
  - WARNET PENA         : Sahabat Anak
  - DARI ANDA UNTUK ANDA: Situs PEPAK
  - MUTIARA GURU


                      o/ SALAM DARI REDAKSI o/

  Salam kasih,

  Apakah bekal utama seorang guru sekolah minggu? Pandai mengajar,
  mampu menarik perhatian anak-anak, suka dengan anak-anak, atau
  jawaban-jawaban lain yang pernah kita lontarkan saat ditanyakan hal
  yang sama? Ya, kemampuan dan ketrampilan mengajar, juga kecintaan
  kepada anak-anak dapat menjadi bekal untuk mulai masuk dalam
  pelayanan anak, akan tetapi yang harus menjadi bekal utama adalah
  kecintaan seorang pelayan anak kepada Tuhan. Seorang pelayan yang
  mengasihi Tuhan, akan memancarkan terang hidup di tengah anak-anak
  layannya, sehingga firman Tuhan yang disampaikan pun akan hidup
  dalam diri mereka. Pelayan anak yang mengasihi Tuhan pasti akan
  memelihara hidup rohaninya sehingga semakin bertumbuh di dalam
  Tuhan.

  Allah hidup di dalam orang yang menuruti dan melakukan kehendak-Nya.
  Setiap pelayan anak harus memiliki hidup yang seperti itu agar
  pengajarannya memiliki kuasa. Simaklah edisi e-BinaAnak kali ini
  yang mengajak kita semua melihat bagaimana Allah dapat hidup dalam
  pelayanan sekolah minggu melalui setiap pengajarnya. Kualifikasi
  rohani seorang pelayan anak dapat kita simak dalam artikel kedua.
  Kesaksian kali ini mengajak kita juga melihat bagaimana pentingnya
  menjaga hidup rohani di tengah-tengah pergumulan pelayanan seorang
  guru sekolah minggu. Kiranya menjadi berkat!

  Pimpinan Redaksi e-BinaAnak,
  Davida Welni Dana

  "Maka kata-Nya kepada orang-orang Yahudi yang percaya kepada-Nya:
                `Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku,
      kamu benar-benar adalah murid-Ku ....`" (Yohanes 8:31)
            <http://sabdaweb.sabda.org/?p=Yohanes+8:31 >


                          o/ ARTIKEL 1 o/

                HIDUP ALLAH DI DALAM SEKOLAH MINGGU
                ===================================

  Secara umum, kerohanian adalah ciri yang terpenting dari sekolah
  minggu yang berhasil baik. Sebab itu, marilah kita mendefinisikan
  dan mempelajari bagaimana kerohanian dalam sekolah minggu dapat
  diperoleh dan dipelihara.

  Kerohanian yang benar, tidak lain dan tidak bukan ialah hidup Allah
  sendiri. Dapat dikatakan, jika sebuah sekolah minggu berhasil dengan
  baik, itu berarti Allah hidup di dalam sekolah minggu tersebut.
  Karena itu, jikalau sebuah sekolah minggu tidak memunyai hidup
  Allah, maka sekolah minggu itu mati dan tidak berguna. Mungkin saja
  sekolah minggu itu masih merupakan suatu badan yang diorganisir
  dengan baik (seperti halnya dengan mayat) dan dengan kuasa tenaga
  manusia ia digerakkan seolah-olah hidup, sebagaimana percobaan
  dengan listrik pada mayat telah menyebabkan otot-ototnya menyusut
  dan mengembang, seolah-olah hidup. Tetapi satu kebenaran yang kekal
  ialah bahwa: "Barangsiapa memiliki Anak, dia memiliki hidup;
  barangsiapa tidak memiliki Anak, ia tidak memiliki hidup"
  (1 Yohanes   5:12), melainkan "sudah mati karena pelanggaran-pelanggaran
  dan dosa" (Efesus 2:1).

  Tetapi hidup Allah tidak dengan sendirinya ada dalam tabiat
  manusia. "Kamu harus dilahirkan kembali" (Yohanes 3:7), dan dengan
  jalan demikian "mengambil bagian dalam kodrat ilahi" (2 Petrus 1:4).
  Jadi, memunyai pendidikan tinggi atau menjadi seorang pendidik yang
  terlatih belumlah cukup. Memunyai kecakapan memimpin atau menjadi
  orang yang berpengaruh tidaklah cukup. Seseorang dengan bakat apa
  pun yang tidak dilahirkan kembali, sama sekali tidak dapat dijadikan
  guru atau pengurus sekolah minggu. Orang yang demikian tidak
  menyalurkan hidup ilahi. Mereka bagaikan debu dalam mata, yang akan
  menimbulkan rasa sakit selama belum dikeluarkan. Tiap guru dan
  pekerja sekolah minggu harus sudah mengalami kelahiran baru dan
  perubahan hati oleh kuasa Allah. Melalui pengalaman kelahiran baru
  inilah hidup Allah masuk ke dalam hati seseorang, dan melalui
  orang-orang yang telah mengalami kelahiran baru itu, hidup Allah
  masuk ke dalam sebuah sekolah minggu.

  Akan tetapi, mengalami kelahiran baru pada masa lampau dan tidak
  senantiasa "tinggal" di dalam Tuhan berarti berada dalam keadaan
  di mana kita tidak berbuah, dan dengan demikian tidak berbuat
  "apa-apa" (Yohanes 15:1-8). Seorang yang pernah menjadi penyalur
  hidup ilahi pada waktu yang lampau, mungkin saja sekarang tidak lagi
  menyalurkan hidup ilahi itu. Ketidakpatuhan pada kehendak Allah dan
  tidak memelihara hubungan dengan Dia melalui doa dan pembacaan
  Alkitab, akan memutuskan aliran hidup dari Allah sehingga
  mengakibatkan keadaan yang gersang dan tidak berbuah (2 Petrus 1:8).
  Dapatkah suatu carang yang mati menyumbang kepada hidup kerohanian
  sebuah sekolah minggu? Maka gembala dan pemimpin sekolah minggu
  hendaknya berusaha dengan sekuat tenaga untuk menjaga agar hidup
  Allah tidak hanya terdapat di dalam diri semua pekerja sekolah
  minggu, akan tetapi agar hidup itu tetap diperbaharui dan mengalir
  melalui mereka kepada orang-orang yang dilayaninya.

  Akan sangat menolong kehidupan dan kuasa rohani sebuah sekolah
  minggu jika semua guru telah mengalami apa yang disebut Alkitab
  sebagai hidup yang "penuh dengan Roh" (Efesus 5:18). Pelayanan kita
  akan memiliki kuasa apabila ada perlengkapan dengan kuasa dari
  tempat yang mahatinggi (Lukas 24:49). Allah menandaskan bahwa Ia
  menghendaki semua pekerja-Nya memiliki dan memelihara perlengkapan
  kuasa itu (Kisah Para Rasul 1:8). Gereja-gereja yang mengajar dan
  mempraktikkan amanat-amanat Alkitab serta pengalaman rasuli akan
  memunyai sejumlah pria dan wanita yang penuh dengan Roh, dan dengan
  demikian mereka memenuhi syarat Alkitab dan dilengkapi secara ilahi
  untuk memberikan pelayanan Kristen. Alangkah bersukacitanya sekolah
  minggu yang para pekerjanya telah memunyai pengalaman rohani yang
  seperti itu, bagaikan sekian banyak waduk (saluran) kuasa dan hidup
  Allah.

  Motivasi-motivasi para pelayan dalam melakukan pelayanan sekolah
  minggu merupakan hal yang penting bagi kerohanian suatu sekolah
  minggu. Beberapa orang merasa harus menolong pelayanan sekolah
  minggu hanya karena tidak ada orang lain yang melakukannya.
  Bagaimana pun juga, sekolah minggu harus tetap berjalan karena akan
  sangat memalukan dan merusak nama baik gereja apabila kegiatan
  sekolah minggu sampai terhenti hanya karena tidak ada yang
  mengerjakannya. Hal ini berarti hanyalah dorongan pelayanan secara
  lahiriah saja. Pada suatu saat, jika para pelayan ini mendapatkan
  kesempatan untuk melepaskan pelayanannya, mereka akan
  meninggalkannya tanpa merasa bersalah karena mengganggap ini
  bukanlah pekerjaan yang menyenangkan. Akhirnya, sekolah minggu akan
  dijalankan dengan tidak sungguh-sungguh, tanpa dorongan yang benar.

  Ada juga yang secara sukarela memenuhi permintaan untuk menolong
  pelayanan sekolah minggu sebab mereka menganggap pelayanan tersebut
  sangat besar jasanya. Itu merupakan pekerjaan gerejawi yang tinggi
  derajatnya, dan dengan demikian tentu akan mendatangkan pujian bagi
  mereka pada hari kiamat. Mereka melakukannya agar menjadi bukti bagi
  dirinya dan bagi Allah, bahwa mereka adalah orang Kristen. Apabila
  mutu pelayanan yang diberikan atau alasan yang mendorong pelayanan
  itu demikian adanya, itu hanya merupakan "perbuatan yang sia-sia",
  yang harus disesalkan (Ibrani 6:1; Roma 10:3).

  Ada juga sekolah minggu yang berjuang untuk mencapai "jumlah"
  anggota yang banyak, supaya melebihi sekolah minggu lain atau
  mendapat nama baik bagi badan pengurusnya dan bagi gerejanya. Karena
  alasan ini bersifat jasmani, untuk kemuliaan dan pujian bagi diri
  sendiri, acapkali ia tidak malu-malu membujuk anggota-anggota
  sekolah minggu yang lain, atau menawarkan hadiah yang merupakan
  sogokan. "Pertumbuhan" yang diperoleh dengan cara seperti itu
  acapkali menjadi pertumbuhan cepat yang dibuat-buat, dan biasanya
  bersifat sementara. Semangat seperti itu tidak bersifat rohani,
  melainkan semangat jasmani, dan karena itu tak akan tahan lama.

  Tentu saja ada alasan atau dorongan yang murni dan benar dalam
  pekerjaan sekolah minggu, yaitu bekerja demi kemuliaan Tuhan dan
  keselamatan jiwa-jiwa. Pandangan dan semboyannya ialah kerohanian,
  penyelenggaraan yang baik, dan pertumbuhan. Sekolah minggu yang
  memunyai alasan yang benar, menyadari amanat Tuhan, "Pergilah dan
  mengajar", serta dengan sungguh-sungguh berusaha menaati amanat itu.
  Seluruh anggotanya dipersembahkan sebagai suatu korban yang hidup.
  Sekolah minggu itu sadar akan kehadiran dan kuasa hidup Allah di
  dalamnya, yang menjadi daya penggerak dan pendorong bagi semua
  pekerjaannya. Sekolah minggu itu senang bahwa sifat dan kuasa ilahi
  ada dan berusaha untuk berserah secara mutlak, agar sifat dan kuasa
  ilahi itu dapat dinyatakan sepenuhnya. Bagi sekolah minggu, "jumlah"
  berarti "jiwa." Dan jiwa-jiwa itu diperolehnya bukan untuk
  dipamerkan sebagai tanda kemenangan usahanya, melainkan sebagai
  "puntung" yang direbut dari dalam api (Zakharia 3:2; Yudas 23).

  Kerohanian dalam sebuah sekolah minggu akan menghasilkan buah-buah
  yang baik dan hasil-hasil yang menggembirakan. Pekerja-pekerjanya
  akan memunyai sifat kesukaan, kedamaian, dan kerendahan hati. Sifat
  memikirkan diri sendiri, ambisi pribadi, dan sifat mudah tersinggung
  akan jarang dijumpai dalam sekolah minggu tersebut. Demikian pula
  tenggang rasa, kesopanan, dan keramahan akan nyata dalam hubungan
  satu sama lain. Tidak akan ada perasaan bahwa sesuatu pekerjaan
  dalam sekolah minggu itu menjadi milik seseorang. Pekerjaan Roh
  Kristus amat manis dan indah. Roh Kristus akan menyebabkan tiap-tiap
  pekerja merasa bahwa dia bekerja untuk Allah dan bukan untuk
  manusia. Karenanya, mereka semua akan berusaha dengan rajin dan
  bersemangat dalam menyiapkan pekerjaannya, setia dan datang tepat
  pada waktunya serta melakukan pekerjaannya dengan saksama dan tulus
  hati. Para guru tidak saja berusaha untuk memberi keterangan
  berdasarkan Alkitab, akan tetapi berusaha memasukkan hidup Allah
  sendiri ke dalam hati murid-muridnya. Pertobatan tiap-tiap murid
  sekolah minggu bukan hanya menjadi tujuan yang diucapkan saja,
  melainkan setiap guru dan pekerja akan berdoa dan berjuang dengan
  tekun untuk mencapai maksud itu. Semua pekerja akan senantiasa
  memerhatikan dan mengusahakan dengan hati-hati untuk membentuk
  kehidupan anak-anak Kristen yang masih muda itu.

  Suasana sekolah yang rohani akan memunyai pengaruh yang nyata pada
  murid-muridnya. Rasa hormat yang sejati terhadap rumah Allah akan
  diperkuat oleh adanya kasih kepada guru dan pengurus, juga kasih
  kepada Alkitab dan kepada Tuhan sendiri. Roh Kudus, Guru Agung itu,
  akan mengepalai semua jam pelajaran dan juga melaksanakan
  pekerjaan-Nya yang telah ditentukan, yaitu meyakinkan tentang dosa
  (Yohanes 16:8).

  Sekolah minggu dengan kerohanian yang benar tidak akan merasa puas
  dengan kesenangannya sendiri, meskipun kesenangan itu suci dan
  murni. Dan sekolah minggu yang benar-benar rohani akan mengusahakan,
  tidak hanya penyelamatan dan peneguhan rohani semua anggotanya,
  tetapi juga penyelamatan semua orang yang dapat dicapainya di daerah
  sekitarnya. Semangat pengabaran Injil juga akan mendorong perhatian
  dan pemberian untuk usaha pemberitaan Injil.

  Diambil dan disunting seperlunya dari:
  Judul buku   : Sekolah Minggu yang Berhasil
  Judul Artikel: Hidup Allah di Dalam Sekolah Minggu
  Penulis      : Ralph M. Riggs
  Penerbit     : Gandum Mas, Malang 1978
  Halaman      : 15 -- 19


                         o/ ARTIKEL 2 o/

              KUALIFIKASI ROHANI SEORANG PENGAJAR ANAK
              ========================================

  Sebelum Tuhan Yesus memilih murid-Nya untuk mengikut Dia dan belajar
  mengajar, Ia berdoa semalam suntuk/berbicara dengan Bapa-Nya. Yesus
  memilih dengan tepat bagaimana Dia, sebagai seorang Guru, harus
  berhubungan dengan Bapa-Nya.

  Siapakah yang dapat dipilih sebagai pengajar anak? Bagaimanakah
  kualifikasi rohani yang harus mereka miliki?

  1. Mengenal Tuhan Yesus.
     Seorang pengajar anak bertanggung jawab mengenalkan Tuhan Yesus
     kepada anak-anak. Itu hanya memungkinkan kalau ia sendiri
     mengenal Tuhan Yesus secara pribadi. Tuhan Yesus, Juru Selamat
     dunia, telah diakui sebagai Juru Selamat pribadi oleh guru. Ia
     telah datang kepada Tuhan Yesus dan membawa segala dosa dan
     pelanggarannya kepada Tuhan Yesus. Ia diampuni, disucikan, dan
     menerima hidup baru. Inilah suatu dasar yang kokoh untuk mengajar
     firman Tuhan.

  2. Mengenal firman Tuhan.
     Seorang guru akan membutuhkan waktu untuk membaca firman Tuhan
     setiap hari. Hidup rohani seorang guru akan diubah dan
     berkembang jika ia menyukai firman Allah dan menjadikan firman
     itu bagian dari hidupnya sehari-hari.

     Jika seorang guru hanya membaca Alkitab sesaat sebelum ia
     mengajar, dia akan kekurangan kewibawaan rohaninya. Guru yang
     kurang memiliki saat teduh bersama dengan Tuhan, dapat dirasakan
     oleh anak-anak. Kesediaan dan sukacita dalam mengenal firman
     Tuhan akan membawa suatu kewibawaan dalam mengajar. Guru pun
     dapat mengajar tanpa dibuat-buat, dan apa yang dia lakukan akan
     mengalir dengan wajarnya.

  3. Menjadi teladan rohani.
     Seorang ahli dalam pendidikan telah berkata, "Untuk memberikan
     pengajaran Alkitab kepada anak selama satu jam, guru harus hidup
     menurut firman Allah selama seminggu." Anak-anak tidak hanya akan
     terkesan dengan apa yang dikatakan oleh guru, tetapi bagaimana
     guru juga hidup sesuai dengan apa yang dikatakannya itu.
     Misalnya, jika guru memberi pelajaran mengenai kesabaran Tuhan,
     padahal guru sendiri kurang sabar, maka keberadaan atau sikapnya
     itu berlawanan dengan pengajarannya.

     Melalui seluruh sikapnya, guru adalah teladan bagi anak-anak
     layannya. Oleh karena itu, kita harus menyadari bahwa kita
     membutuhkan perubahan secara total dalam kehidupan kita.

  4. Menghargai anak.
     Seorang pengajar akan melihat anak-anak layannya dengan kasih
     sayang Tuhan Yesus. Ia mengerti bahwa setiap anak berharga di
     hadapan Allah. Karena itu, anak juga berharga untuk dia. Guru
     akan paham bahwa apa yang dia lakukan untuk anak-anak layannya,
     dia perbuat juga bagi Tuhan Yesus.

  Diambil dan disunting seperlunya dari:
  Judul buku   : Pedoman Pelayanan Anak
  Judul artikel: Guru dalam Pandangan Allah
  Penulis      : Ruth Laufer
  Penerbit     : Yayasan Persekutuan Pekabaran Injil Indonesia
                 Departemen Pembinaan Anak dan Pemuda, Malang 1993
  Halaman      : 23 -- 24


                       o/ KESAKSIAN GSM o/

                          KESAKSIAN GURU
                          ==============

  Tiga tahun yang lalu, saya kembali mengajar sekolah minggu setelah
  enam tahun absen. Tujuan utama saya adalah mengajar tentang Allah
  melalui perbuatan-perbuatan yang kita lakukan setiap hari. Karena
  peraturan pemerintah mengenai doa yang dilakukan di sekolah negeri
  masih menjadi perdebatan hangat, saya mendapati banyak guru yang
  menghindari peraturan keagamaan itu. Yang lainnya, seperti saya,
  malah lebih menganggap bahwa Tuhan adalah anggota yang boleh datang
  ke setiap kelas. Dengan berbagai penekanan yang ditempatkan pada
  kreativitas di kelas, saya mulai bertanya-tanya, "Bagaimana setiap
  orang bisa kreatif tanpa kehadiran Allah? Bahkan guru tidak bisa
  melakukan yang terbaik bila kerohaniaanya tidak bertumbuh."
  Masalahnya adalah bagaimana menyatukan perasaan terhadap Tuhan tanpa
  menjadi begitu tertutup. Saya memecahkan masalah itu dengan
  melakukan infiltrasi (penyusupan)! Alasan saya, "Bila Komunis bisa
  melakukannya, maka orang Kristen pun bisa melakukan lebih dari
  mereka!"

  Saya memulainya dengan menulis suatu ayat Alkitab berdasarkan
  alfabet di papan tulis saya. Satu ayat satu hari diulangi di ruang
  kelas saya. Saya terdorong untuk melakukan lebih banyak lagi setelah
  terjadi suatu peristiwa saat salah satu murid berkata, "Kami lupa
  ayat hafalan kami kemarin!"

  Saat hari "Thanksgiving" berlalu, dan tidak ada program pertemuan
  yang direncanakan, departemen kami mulai membuat persiapan-persiapan
  untuk acara Paskah. Anak-anak perempuan anggota divisi Ekonomi
  Keluarga menyiapkan jamuan makan siang untuk seluruh pelayan di
  komunitas itu. Mereka yang membuat roti berbentuk kelinci itu
  bekerja keras supaya roti kelinci itu sempurna bentuknya. Dia
  melihat ke papan tulis dan kemudian bertanya, "Bu ..., saya tahu
  mengapa Anda menuliskan ayat di papan tulis itu. Saya membutuhkan
  ayat itu hari ini." Ayat itu adalah: "Segala perkara dapat
  kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku" (Filipi
  4:13).

  Hal ini menandakan bahwa ayat itu dan ayat-ayat lainnya mendorong
  saya untuk mencoba lebih giat lagi untuk menyatakan kepada Tuhan,
  bahwa Dia diperlukan di sana. Anak-anak tampaknya menghargai
  kerohanian yang lebih dalam lagi. Salah satu anak menunjukkan kepada
  saya suatu doa yang sangat penting yang telah ditulisnya, tetapi ia
  takut menunjukkannya kepada siapa pun. Tulisan itu benar-benar suatu
  mazmur modern. Kami menggunakannya di acara "Thanksgiving"
  berikutnya.

  Pada saat saya menjadi ketua bazar, saya mulai bertanya-tanya
  bagaimana saya bisa menempatkan Tuhan dalam acara ini. Ternyata
  sangat mudah, temanya adalah nama daerah kami, Ohio, dan moto dari
  daerah kami adalah kutipan dari Alkitab, "Bersama dengan Allah,
  tidak ada yang mustahil". Salah satu anggota divisi Ekonomi Keluarga
  membuat peta Ohio yang indah dari beludru dan menuliskan moto Ohio
  dalam peta itu. Peta ini dibingkai dan sekarang digantung sebagai
  hiasan dinding di perpustakaan sekolah.

  Musim gugur ini saya mulai mengajar di sekolah lain, yang pasti akan
  lebih menantang dari sekolah sebelumnya. (t/Ratri)

  Diterjemahkan dari:
  Judul buku        : God in the Classroom
  Judul asli artikel: Teacher`s Witness
  Penulis           : Sue Dallas
  Penerbit          : Good News Publisher, Illinois 1970
  Halaman           : 40 -- 41


                         o/ WARNET PENA o/

                             SAHABAT ANAK
                             ============
                     http://www.sahabatanak.com/

  Kemiskinan yang melanda negeri ini mengakibatkan banyak anak-anak
  terpaksa putus sekolah. Tidak jarang mereka terpaksa membantu orang
  tuanya untuk mencari nafkah. Banyak pula yang menjadi anak-anak
  jalanan dan mengamen untuk mencari sesuap nasi. Keprihatinan
  terhadap anak-anak jalanan inilah yang kemudian mendorong
  dibentuknya Sahabat Anak untuk memberi perhatian yang luar biasa
  kepada anak-anak jalanan, di antaranya dengan menyediakan bimbingan
  belajar. Saat ini bimbel tersebut diselenggarakan di enam area di
  Jakarta, meliputi Prumpung, Grogol, Cijantung, Gambir, Manggarai,
  dan Senen. Sejumlah kegiatan lain turut mereka selenggarakan,
  seperti Jambore Anak Jalanan, pameran pendidikan, buka puasa
  bersama, bahkan Natal gelandangan. Cobalah menjelajahi seluruh isi
  situs ini. Siapa tahu Anda terinspirasi untuk membuka pelayanan
  Sahabat Anak lain di daerah Anda, mengingat Sahabat Anak saat ini
  masih melayani sebatas di Jakarta.

  Kiriman dari: Raka S.K. < francolingua(at)xxxx >


                   o/ DARI ANDA UNTUK ANDA o/

  Dari: Andri Rondonuwu < kangkong_cah(at)xxxx >
  >Saya sangat berterima kasih dengan adanya situs ini, sebagai guru
  >sekolah minggu yang masih baru, saya dapat mencari cerita-cerita
  >tetang Alkitab untuk menceritakan kepada anak-anak sekolah minggu.
  >Tuhan Memberkati.

  Redaksi:
  Terima kasih atas kunjungan Anda ke situs PEPAK. Kiranya
  cerita-cerita yang para pengunjung dapatkan dari situs PEPAK, dapat
  menjadi berkat, dan membawa anak semakin mengenal Dia, Sang Juru
  Selamat. Bagi Anda yang ingin mendapatkan banyak bahan mengajar,
  silakan akses alamat: http://pepak.sabda.org/pelajaran/.


                       o/ MUTIARA GURU o/

       Guru yang ingin berhasil dalam pelayanannya haruslah
     menyadari bahwa ia yang terbatas itu tidak dapat melakukan
       apa-apa tanpa Allah Roh Kudus menyertai pelayanannya.
          - Paulus Lie, dalam Mereformasi Sekolah Minggu,
                  Yogyakarta: Andi, 2003, hal: 95 -


----------------------------------------------------------------------
   Korespondensi dan kontribusi bahan dapat dikirimkan ke redaksi:
  <binaanak(at)sabda.org> atau <owner-i-kan-binaanak(at)hub.xc.org>
----------------------------------------------------------------------
                 Pimpinan Redaksi: Davida Welni Dana
   Staf Redaksi: Kristina Dwi Lestari dan Christiana Ratri Yuliani
      Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA
             Didistribusikan melalui sistem network I-KAN
                 Copyright(c) e-BinaAnak 2008 -- YLSA
       http://www.sabda.org/ylsa/ ~~ http://katalog.sabda.org/
                     Rekening: BCA Pasar Legi Solo
                  No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati
======================================================================
Anda terdaftar dengan alamat email: $subst(`Recip.EmailAddr`)
Alamat berlangganan : <subscribe-i-kan-BinaAnak(at)hub.xc.org>
Alamat Berhenti     : <unsubscribe-i-kan-BinaAnak(at)hub.xc.org>
Arsip e-BinaAnak    : http://www.sabda.org/publikasi/e-binaanak/
Pusat Elektronik Pelayanan Anak Kristen:  http://pepak.sabda.org/
------------- PUBLIKASI ELEKTRONIK UNTUK PEMBINAAN GURU --------------

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org