Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-binaanak/398

e-BinaAnak edisi 398 (3-9-2008)

Role Play (Bermain Peran)

 

___e-BinaAnak (Milis Publikasi Elektronik untuk Para Pembina Anak)____

  DAFTAR ISI EDISI 398/SEPTEMBER/2008

  - SALAM DARI REDAKSI
  - ARTIKEL 1: Mengajar dengan Bermain Peran (Role Play)
  - ARTIKEL 2: Role Play (Bermain Peran)
  - KESAKSIAN GSM: Ayo, Bermain Peran!
  - WARNET PENA: Baru! Naskah Operet Natal di PEPAK
  - MUTIARA GURU

______________________________________________________________________
o/ SALAM DARI REDAKSI o/

  Shalom,

  "Banyak jalan menuju Roma ...."

  Siapa yang tidak pernah mendengar ungkapan di atas? Ungkapan di atas 
  merupakan sebuah ungkapan terkenal yang maknanya adalah bahwa untuk 
  mencapai satu tujuan, seseorang dapat melakukan berbagai macam cara. 
  Ungkapan ini pun dapat menjadi dasar para pelayan anak dalam 
  menyampaikan kebenaran firman Tuhan kepada anak-anak layannya.

  Ya, banyak kreasi mengajar yang dapat kita lakukan dan kembangkan 
  dalam pelayanan anak yang kita geluti. Tidak hanya dengan cara yang 
  itu-itu saja. Seiring dengan perkembangan zaman, metode mengajar pun 
  tentunya berkembang. Gaya belajar dan perilaku anak zaman sekarang 
  pun semakin menuntut kreativitas guru dalam mengajar. Mengajar 
  dengan satu metode saja tidaklah cukup, bahkan akan sangat tidak 
  efektif. Melihat kebutuhan kreasi mengajar dalam sekolah minggu, 
  maka e-BinaAnak minggu ini akan membawa kita melihat berbagai macam 
  kreasi mengajar yang mungkin sangat jarang digunakan dalam kelas 
  sekolah minggu Anda. Kreasi-kreasi tersebut kiranya dapat menambah 
  kreativitas Anda dalam mengajar, atau paling tidak dapat menjadi ide 
  untuk mengembangkan kreasi yang sudah ada, bahkan menciptakan kreasi 
  yang baru. Berikut berbagai kreasi mengajar yang akan kita pelajari 
  bersama-sama sepanjang bulan September ini.
  
  1. Role Play (Bermain Peran),
  2. Drama,
  3. Menulis, dan
  4. Permainan.

  Silakan menyimak edisi pertama e-BinaAnak di September ceria ini. 
  Kiranya menjadi berkat dan penambah semangat bagi Anda dalam 
  melayani anak-anak layan Anda.

  Pimpinan Redaksi e-BinaAnak,
  Davida Welni Dana

                "Segala tulisan yang diilhamkan Allah
    memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan,
untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran."
                           (2 Timotius 3:16)
            < http://sabdaweb.sabda.org/?p=2Timotius+3:16 >

______________________________________________________________________
o/ ARTIKEL o/

             MENGAJAR DENGAN BERMAIN PERAN (ROLE PLAY)

  Teknik yang terkenal akhir-akhir ini, bermain peran (role play), 
  mengajak kita kembali kepada psikoterapi tahun 1930-an. Sejak itu, 
  "role play" telah berkembang menjadi berbagai bentuk dan variasi 
  pendidikan dari tingkat pemula di sekolah dasar hingga ke tingkat 
  yang lebih tinggi dalam pelatihan manajerial bisnis eksekutif.

  Banyak guru yang tidak bisa membedakan antara "role play" dan drama. 
  Meskipun keduanya tampak sama, tetapi mereka sangat berbeda dalam 
  gaya. Mungkin perbedaan yang paling menonjol adalah pada 
  pelaksanaannya; drama yang asli biasanya menggunakan naskah, 
  sedangkan role play menggunakan unsur spontan atau setidaknya reaksi 
  yang tidak dipersiapkan terlebih dahulu.

  Peran (role) bisa diartikan sebagai cara seseorang berperilaku dalam 
  posisi dan situasi tertentu. Dalam ilmu manajerial, ketidaksesuaian 
  dalam pengenalan peran ditunjukkan sebagai "role conflict" (konflik 
  peran) -- saran yang tidak konsisten, yang diberikan kepada 
  seseorang oleh dirinya sendiri atau orang lain. Role play sebagai 
  suatu metode mengajar merupakan tindakan yang dilakukan secara sadar 
  dan diskusi tentang peran dalam kelompok. Di dalam kelas, suatu 
  masalah diperagakan secara singkat sehingga murid-murid bisa 
  mengenali tokohnya.

  Beberapa tahun yang lalu, salah satu kelas di seminari saya 
  mengadakan permainan peran (role play) dengan cara yang unik. 
  Permainan peran ini menitikberatkan pada semangat yang dapat 
  disertakan dalam teknik mengajar ini. Kelompok-kelompok kecil di 
  kelas telah ditunjuk untuk memeragakan berbagai metode mengajar di 
  kelas. Salah satu anggota kelompok berperan sebagai seorang pria 
  yang terluka serius karena kecelakaan mobil. Peran lainnya adalah 
  Tuhan berusaha menjelaskan kepada pemuda yang memberontak ini 
  tentang rencana-Nya, termasuk bencana ini, meskipun anak muda ini 
  sudah masuk ke sekolah Kristen dan memberikan hidupnya untuk 
  pelayanan.

  Kelompok ini kemudian menyusun kursi membentuk lingkaran di dalam 
  kelas. Di tengah lingkaran, dua kursi saling berhadapan dan 
  dimulailah percakapan yang tidak direncanakan sebelumnya. Pria muda 
  itu marah kepada Tuhan atas apa yang terjadi pada dirinya. Respons 
  yang lembut dari pemain lain dan dialog-dialog berikutnya 
  menciptakan suatu semangat belajar yang tidak akan segera dilupakan.

  Nilai-Nilai dari Permainan Peran

  Role play bisa dipakai untuk murid segala usia. Bila role play 
  digunakan pada anak-anak, maka kerumitan situasi dalam peran harus 
  diminimalisir. Tetapi bila kita tetap memertahankan kesederhanaannya 
  karena rentang perhatian mereka terbatas, maka permainan peran juga 
  bisa digunakan dalam mengajar anak-anak prasekolah.

  Dalam Permainan Peran, Kita Bisa Melakukan Kesalahan. 
  
  Kesalahan-kesalahan itu bisa menguji beberapa solusi untuk 
  masalah-masalah yang sangat nyata, dan penerapannya bisa segera   
  dilakukan. Permainan peran juga memenuhi beberapa prinsip yang 
  sangat mendasar dalam proses belajar mengajar, misalnya keterlibatan 
  murid dan motivasi yang hakiki. Suasana yang positif sering kali 
  menyebabkan seseorang bisa melihat dirinya sendiri seperti orang 
  lain melihat dirinya.

  Keterlibatan para peserta permainan peran bisa menciptakan baik 
  perlengkapan emosional maupun intelektual pada masalah yang dibahas. 
  Bila seorang guru yang terampil bisa dengan tepat menggabungkan 
  masalah yang dihadapi dengan kebutuhan dalam kelompok, maka kita 
  bisa mengharapkan penyelesaian dari masalah-masalah hidup yang 
  realistis.

  Permainan peran bisa pula menciptakan suatu rasa kebersamaan dalam 
  kelas. Meskipun pada awalnya permainan peran itu tampak tidak 
  menyenangkan, namun ketika kelas mulai belajar saling percaya dan 
  belajar berkomitmen dalam proses belajar, maka "sharing" mengenai 
  analisa seputar situasi yang dimainkan akan membangun persahabatan 
  yang tidak ditemui dalam metode mengajar monolog seperti dalam 
  pelajaran.

  Masalah-Masalah dalam Permainan Peran

  Mungkin kekurangan utama dari pengajaran melalui permainan peran ini 
  adalah ketidakamanan anggota kelas itu. Beberapa anak mungkin 
  memberikan reaksi negatif dalam berpartisipasi mengenai situasi yang 
  akan dibahas dan mungkin dikritik oleh anggota lain di kelas itu. 
  Permainan peran memerlukan waktu. Diskusi dalam kelas mengenai 
  permainan peran yang dimainkan selama 5 -- 10 menit mungkin bisa 
  membutuhkan waktu yang lebih lama lagi. Kadang-kadang hasil yang 
  benar-benar bermanfaat dapat dicapai. Pada kesempatan yang lain, 
  karena penampilan yang tidak efektif dari pemainnya, atau penanganan 
  yang salah karena guru tidak mempersiapkannya dengan baik, hasilnya 
  mungkin hanya pengulangan yang dangkal dari apa yang sudah diketahui 
  oleh setiap orang mengenai masalah yang dibahas.

  Hubungan antarorang yang ada dalam kelompok merupakan suatu faktor 
  yang penting agar permainan peran bisa berhasil. Kadang-kadang 
  hubungan ini muncul sebagai faktor negatif. Misalnya, 
  kesulitan-kesulitan interpersonal yang pernah dialami oleh anggota 
  kelompok bisa muncul di kelas dan merusak suasana permainan peran. 
  Juga bila kelompok itu terdiri dari orang-orang yang berbeda status, 
  mereka mungkin enggan untuk terlibat karena takut direndahkan di 
  depan anggota lain di kelas itu yang lebih pintar dan terkenal.

  Kesulitan-kesulitan dengan metode ini berat, tetapi tidak berarti 
  tidak dapat diatasi, atau terlalu luas sehingga kita harus 
  menghindari menggunakan permainan peran. Manfaat yang paling besar 
  dari metode ini dengan cepat menyeimbangkan kesulitan-kesulitan yang 
  nampaknya sangat nyata dalam tahap-tahap persiapan awal.

  Prinsip-Prinsip Supaya Permainan Peran Bisa Efektif

  Sebagai suatu teknik mengajar, permainan peran didasarkan pada 
  filosofi bahwa "makna ada pada orang-orang", bukan dalam kata-kata 
  atau simbol-simbol. Bila filosofi itu akurat, kita terlebih dahulu 
  harus membagikan makna, menjelaskan pemahaman kita atas setiap 
  makna, dan kemudian, bila perlu, mengubah makna-makna kita.

  Dalam bahasa psikologi "phenomenologikal", hal ini harus dilakukan 
  dengan mengubah konsep diri. Konsep diri sangat tepat bila diubah 
  melalui keterlibatan langsung dalam suatu situasi masalah yang 
  realistis dan berhubungan dengan hidup daripada melalui apa yang 
  didengar dari orang lain tentang situasi-situasi itu.

  Menciptakan suasana mengajar yang bisa membawa perubahan konsep diri
  membutuhkan pola pengaturan yang berbeda. Salah satu struktur
  permainan peran yang mungkin bisa sangat membantu adalah sebagai
  berikut.

  1. Persiapan
     a. Tentukan masalah
     b. Buat persiapan peran
     c. Bangun suasana
     d. Pilihlah tokohnya
     e. Jelaskan dan berikan pemanasan
     f. Pertimbangkan latihan

  2. Memainkan
     g. Memainkan
     h. Menghentikan
     i. Melibatkan penonton
     j. Menganalisa diskusi
     k. Mengevaluasi

  Meskipun kita tidak punya waktu untuk menggali setiap detail ini, 
  tetapi penting untuk kita perhatikan bahwa semuanya berfokus pada 
  pengalaman kelompok, bukan pada perilaku unilateral guru. Kelompok 
  harus berbagi dalam menentukan masalah, membawakan situasi dalam 
  role play, mendiskusikan hasil, dan mengevaluasi seluruh pengalaman.

  Guru harus mengenalkan situasinya dengan jelas sehingga baik tokoh 
  maupun penontonnya memahami masalah yang disampaikan. Dalam memilih 
  tokoh, guru yang bijaksana akan mencoba menerima para sukarelawan 
  daripada memberikan tugas. Murid harus menyadari bahwa kemampuan 
  berperan dalam permainan peran ini tidak kaku, tetapi spontan bebas 
  memeragakan tokoh yang muncul dalam situasi tersebut.

  Para pemain mungkin dilatih di depan umum sehingga penonton tahu apa
  yang diharapkan atau mungkin juga pemain dilatih secara pribadi
  sehingga penonton dapat menafsirkan arti dari perilaku mereka.
  Biarkan kreativitas dari pemainnya berkembang dalam memerankan tokoh
  dan jangan terlalu kaku pada situasinya.

  Situasi diskusi dan analisa permainan peran tergantung pada seberapa 
  baiknya kita melibatkan penonton. Pertanyaan kunci yang mungkin 
  ditanyakan oleh pemimpin dan/atau kelompok-kelompok mungkin mulai 
  terbentuk. Seluruh anggota kelompok (para pemain dan penonton) 
  seharusnya berpartisipasi, dan reaksi-reaksi pemain mungkin memberi 
  manfaat dibandingkan dengan penonton.

  Sama seperti para pemainnya, penonton juga terlibat penuh dalam 
  situasi belajar. Pada saat menganalisa dan berdiskusi, penonton 
  harus memberikan solusi-solusi yang mungkin bisa digunakan untuk 
  mengatasi masalah-masalah yang disampaikan.

  Penting untuk mengevaluasi permainan peran dengan tujuan-tujuan yang 
  sudah ditentukan. Mengelompokkan perilaku sering kali dilakukan 
  secara berlebihan dan masuk dalam proses belajar. Evaluasi harus 
  dilakukan pada kedua kelompok dan dalam tingkat-tingkat pribadi, 
  pertanyaan yang muncul seputar kevalidan tujuan utama.

  Dari keseluruhan proses, perlu untuk menghadapi masalah-masalah 
  tertentu yang muncul pada saat permainan peran diadakan. Sebaliknya, 
  anggota yang hanya diam saja harus didorong untuk ikut 
  berpartisipasi. Ciptakan suasana di mana dia tidak perlu takut untuk 
  membagikan ide-ide, percaya bahwa tidak ada seorang pun yang akan 
  menertawakan masukannya atau dengan kasar mengkritik kesimpulannya.

  Peserta yang terlalu memonopoli harus ditegur pada saat diskusi 
  permainan peran supaya dia tidak mendominasi kelompok sehingga 
  justru menghentikan semangat diskusi. Penyelesaian masalah mungkin 
  membutuhkan beberapa konseling pribadi di luar kelas. Tekanan dan 
  konflik di dalam kelompok tidak selalu buruk. Kadang-kadang 
  elemen-elemen ini bertindak sebagai perangsang untuk berpikir. Ada 
  hal yang dinamakan "tekanan supaya kreatif", dan ini sering kali 
  ditemukan dalam suatu permainan peran ketika semangat dalam kelompok 
  itu mulai muncul.

  Di akhir diskusi, kelompok secara kolektif mengukur keefektivan 
  dalam memberikan solusi yang alkitabiah terhadap masalah yang 
  diberikan di awal kegiatan. Teknik permainan peran ini memberikan 
  pendekatan untuk melibatkan murid-murid dalam proses belajar mereka 
  sendiri terhadap penjelasan konsep diri, evaluasi perilaku, dan 
  meluruskan perilaku tersebut dengan kenyataan. Anda bisa melihat 
  mengapa ini menjadi pendekatan yang diperlukan dalam prosedur kelas 
  untuk guru Kristen. Dengan berdoa mohon pimpinan Roh Kudus, 
  permainan peran bisa menjadi alat mengajar yang efektif di kelas 
  Kristen. (T/Ratri)

  Diterjemahkan dari:
  Judul buku: 24 Ways to Improve Your Teaching
  Judul asli artikel: Teaching Through Role Playing
  Penulis: Kenneth O. Gangel
  Penerbit: Victor Books, Illinois 1986
  Halaman: 22 -- 26

______________________________________________________________________
o/ ARTIKEL 2 o/

                     ROLE PLAY (BERMAIN PERAN)

  Dalam "role play", anak-anak berperan sebagai orang lain -- mereka 
  memainkan suatu peran. Namun, permainan ini tidak perlu latihan dan 
  tidak untuk hiburan. Role play biasanya menyampaikan suatu masalah 
  sebelum memberikan pemecahan atas masalah itu. Anak-anak yang 
  memainkan peran itu menunjukkan apa yang akan mereka lakukan --
  bagaimana reaksi mereka terhadap suatu kejadian atau situasi. Karena 
  kekristenan berkaitan dengan hubungan pribadi, role play akan sangat 
  efektif bila digunakan untuk mengajarkan prinsip-prinsip Alkitab 
  mengenai perilaku.

  Tidak seperti beberapa metode mengajar lainnya, guru pemula 
  seharusnya tidak memutuskan, "Hari ini kita akan mencoba bermain 
  role play." Guru yang menggunakan metode ini harus memahami metode 
  dan bagaimana menggunakannya sebelum mencobanya di kelas. Role play 
  digunakan oleh beberapa psikolog dan psikiater, tetapi guru tidak 
  boleh menggunakan role play untuk menyelesaikan masalah-masalah 
  psikologis! Role play yang dimainkan di dalam kelas harus sebatas 
  pengalaman-pengalaman sehari-hari dari anak-anak yang terlibat di 
  dalamnya.

  Sebelum menggunakan role play, guru harus belajar sebanyak mungkin 
  mengenai role play ini. Guru harus membaca, mengamati role play yang 
  dimainkan di dalam kelas, dan bila memungkinkan, melihat film 
  mengenai role play ini dan mendiskusikan metodenya dengan guru lain. 
  Kemudian dia mungkin bisa siap untuk melakukan role play ini. Ketika 
  seorang guru menggunakan role play ini, dia akan membentuk suatu 
  pandangan terhadap peluang-peluang atas metode ini.

  Seorang guru kelas dua telah memutuskan untuk mencoba role play ini. 
  Dia juga telah memutuskan untuk menggunakannya dalam memecahkan 
  masalah-masalah di rumah. Dia mengatakan, "Ada masalah di rumah 
  Smith. Bobby dan Betty ingin menonton acara TV yang berbeda. 
  Menurutmu apa yang akan terjadi?" Kemudian setelah beberapa 
  sukarelawan memberikan pendapat tentang apa yang akan terjadi, guru 
  bisa mengatakan, "Maukah kamu menunjukkan pendapatmu tentang apa 
  yang akan terjadi?" Guru harus memilih anak-anak yang dengan cepat 
  mau menjadi sukarelawan karena anak-anak ini telah merasakan 
  beberapa tanda tentang Bobby dan Betty. Guru mengulangi situasi yang 
  terjadi sehingga semuanya bisa mengerti.

  "Sekarang Ronnie dan Jannet, tunjukkan apa yang menurutmu akan 
  terjadi. Bagaimana Bobby dan Betty menyelesaikan masalah mereka?" 
  Setelah anak-anak ini menunjukkan penyelesaian masalah, guru bisa 
  memanggil sukarelawan lainnya. Mungkin beberapa anak ada yang ingin 
  menjadi ayah atau ibu dalam permainan ini. Adegan ini bisa diulang 
  beberapa kali dengan pemain sukarelawan yang berbeda. Guru akan 
  menghentikan permainan bila pemainnya telah memberikan penyelesaian 
  masalah, telah mengeluarkan semua ide mereka, atau karena guru ingin 
  memberikan beberapa informasi tambahan atas masalah tersebut.

  Di akhir role play, atau setelah setiap adegan selesai, guru harus 
  memimpin suatu diskusi tentang penyelesaian atas masalah itu. Namun, 
  guru harus selalu sangat berhati-hati untuk tidak mengatakan bahwa 
  hanya ada satu penyelesaian. Bila hal ini terjadi, maka di permainan 
  role play berikutnya anak-anak akan cenderung mencari persetujuan 
  guru terlebih dahulu. Guru harus membimbing melalui evaluasi untuk 
  mendapatkan penyelesaian yang tepat. Atau dia bisa juga mengumpulkan 
  berbagai penyelesaian sebagai referensi di masa yang akan datang, 
  berusaha menjelaskan apakah mereka melanggar prinsip-prinsip Alkitab 
  atau tidak. Bila Ronnie menyarankan supaya Bobby boleh menonton 
  acara TV kesukaannya karena ada campur tangan dari orang tuanya 
  setelah Betty memukulnya, maka ini bukanlah penyelesaian yang sesuai 
  dengan prinsip Kristen. Namun, guru harus menolong anak-anak supaya 
  bisa sampai pada keputusan ini. Guru tidak boleh mengatakan kepada 
  mereka apa yang seharusnya mereka rasakan atau pikirkan.

  Guru pemula bisa menggunakan pantomim sebagai cara yang mudah untuk 
  mengadakan role play. Pantomim, melakukan gerakan-gerakan tanpa 
  berkata-kata, bisa dikenalkan sebagai suatu permainan. Mainkan 
  situasi-situasi yang sering dialami oleh anak-nak, tanyakan, "Apa 
  yang kamu lakukan sebelum ke sekolah minggu? Setelah sekolah minggu? 
  Saat mau tidur? Minggu sore?" Anak-anak yang masih kecil pun bisa 
  mengikuti role play ini. Namun, penyelesaian masalah atau penggunaan 
  beberapa peran mungkin lebih efektif bila dilakukan pada anak-anak 
  kelas tiga ke atas. Role play memberi kesempatan kepada guru untuk 
  melihat tindakan penyelesaian masalah. Hasilnya, anak- anak biasanya 
  menjadi lebih perhatian satu dengan yang lain.

  Guru yang ingin mempelajari metode ini bisa mendapatkan   
  materi-materi mengenai role play melalui berbagai artikel/teks. 
  Dalam artikel ini, dijelaskan metode dan beberapa manfaat dari role 
  play. Diperlukan informasi yang lebih lengkap lagi supaya bisa 
  berhasil menggunakan metode ini. Namun, rangkaian langkap ini dapat 
  menjelaskan apa saja yang mungkin diperlukan dalam suatu permainan 
  role play yang bagus.

  1. Jelaskan tujuannya; supaya bisa mendapatkan akhir dari cerita.
  2. Bacalah secara berurutan.
  3. Tentukan peran.
  4. Pilihlah "tokoh-tokoh" dari mereka yang telah tahu peran-peran
     yang ada.
  5. Buatlah panggung: "Ini ruang keluarga", dll..
  6. Pekalah terhadap penonton dan siapkan mereka untuk pengamatan
     yang tepat dan berkaitan.
  7. Mulailah adegannya.
  8. "Stop" di saat yang tepat.
  9. Ulangi adegan bila masih ada waktu dan menarik.
  10. Ajaklah anak-anak untuk berdiskusi dan mengevaluasi secara
      berkelompok. (t/Ratri)

  Diterjemahkan dari:
  Judul buku: Childhood Education in the Church
  Judul asli artikel: Role Play
  Penulis: Robert E. Clark, Joanne Brubaker, dan Roy B. Zuck
  Penerbit: Moody Press, Chicago 1986
  Halaman: 548 -- 550

______________________________________________________________________
o/ KESAKSIAN GSM o/

                         AYO, BERMAIN PERAN!
                    Ditulis oleh: Robert Edmiston

  Halangan pertama mungkin adalah Anda -- sebagai guru. Anda belum 
  pernah melakukan ini sebelumnya, jadi untuk memulainya, Anda harus 
  mau mencobanya.

  Kita perlu memvariasikan metodenya, tetapi sering kali apa yang kita 
  lakukan yang ternyata berbeda ini justru tidak bisa berjalan. Namun, 
  satu keberhasilan adalah senilai dengan semua kegagalan.

  Saya sudah pernah bermain peran dengan anak-anak maupun orang 
  dewasa. Orang-orang di setiap usia memiliki halangan-halangan. Tidak 
  seorang pun ingin terlihat bodoh. Jadi, mungkin perlu sedikit 
  membujuk untuk bisa mendapatkan sukarelawan. Mungkin akan membantu 
  bila Anda melakukan beberapa permainan peran yang sama yang 
  melibatkan kelompok besar dari anggota kelas. Kita sering kali 
  merasa sedikit lebih aman bila kita tahu bahwa kita tidak sendiri.

  Bermain peran tentang cerita Alkitab relatif mudah. Alur dan 
  tokohnya sudah ada. Tetapi Anda juga bisa melakukan permainan peran 
  tentang kehidupan sehari-hari. Keluarga yang kurang mendengarkan 
  atau menyalahgunakan kekuasan, misalnya, juga bisa digunakan untuk 
  bermain peran.

  Saya pernah bermain peran bersama anak-anak tentang Yusuf yang 
  dijual saudara-saudaranya untuk dijadikan budak. Mereka 
  memperlakukan Yusuf dengan kasar, tetapi itulah poin yang ingin 
  disampaikan. Yang paling akhir, dalam suatu seminar diadakan 
  permainan peran mengenai suatu permasalahan. Seorang wanita berperan 
  sebagai gadis SMA yang berkomitmen kepada Tuhan, namun kemudian 
  terluka parah karena kecelakaan. Dia kemudian dikunjungi oleh 
  teman-temannya yang tidak tahu apa yang harus dikatakan dan tidak 
  mengerti mengapa Tuhan mengizinkan hal seperti itu terjadi. Saya 
  bertanya kepada setiap orang tentang apa yang mereka rasakan saat 
  bermain peran. Wanita yang memerankan gadis yang terluka karena 
  kecelakaan itu mengatakan bahwa dia memiliki anak yang juga dalam 
  kondisi yang sama.

  Bermain peran bisa membawa kita keluar dari diri kita sendiri. 
  Tanyakan selalu kepada orang-orang yang bermain peran tentang apa 
  yang mereka rasakan saat bermain peran dan mintalah mereka untuk 
  memikirkan bahwa apa yang mereka pelajari bisa berdampak terhadap 
  dunia mereka. Ingatlah poin dari ini semua -- pemulihan hubungan 
  kita dengan Tuhan dan sesama. (t/Ratri)

  Diterjemahkan dari:
  Nama situs: Christian Education And Publications (CE&P)
  Judul asli artikel: Let`s Do Role Play
  Penulis: Robert Edmiston
  Alamat URL: http://www.pcacep.org/publications/EquipArchives/Tips/9701-RolePlay.htm

______________________________________________________________________
o/ WARNET PENA o/

                BARU! NASKAH OPERET NATAL DI PEPAK

  Bulan September telah tiba. Kemungkinan, beberapa pelayan anak telah
  mulai mempersiapkan segala sesuatunya untuk merayakan hari Natal
  tahun ini. Apakah rekan-rekan berencana mementaskan operet Natal
  bersama anak-anak layan Anda? Nah, silakan kunjungi situs PEPAK dan
  dapatkan naskah operet Natal yang ditulis oleh Purnomo. Ada tiga
  bagian naskah, dan semuanya sudah dapat diakses melalui situs PEPAK.
  Silakan kunjungi URL berikut ini untuk mendapatkannya.

  1. Operet Natal Anak - bag. 1
     ==> http://pepak.sabda.org/node/5586

  2. Operet Natal Anak - bag. 2
     ==> http://pepak.sabda.org/node/5587

  3. Operet Natal Anak - bag. 3
     ==> http://pepak.sabda.org/node/5588

  Silakan berikan komentar atau tanggapan Anda mengenai naskah operet 
  Natal anak ini dalam situs PEPAK. Tentu saja Anda harus sudah 
  terdaftar sebagai pengguna PEPAK terlebih dahulu untuk dapat 
  melakukannya.

  Anda juga bisa mendapatkan naskah ini dalam situs SABDA Space
  <http://www.sabdaspace.org> karena sumber asli naskah ini berasal
  dari situs tersebut. Tim PEPAK telah mendapatkan izin dari
  penulisnya untuk mencantumkan pula dalam PEPAK. Silakan kunjungi URL
  berikut ini.

  http://www.sabdaspace.org/operet_natal_anak_bag_1
  http://www.sabdaspace.org/operet_natal_anak_bag_2
  http://www.sabdaspace.org/operet_natal_anak_bag_3

  Oleh: Davida (Redaksi)

______________________________________________________________________
o/ MUTIARA GURU o/

                       Para guru, yakinlah!
   Tidak ada waktu lagi waktu yang paling tepat dalam hidup ini
          untuk mengabarkan pertobatan keselamatan itu,
               selagi anak-anak masih berusia dini!
                    - Theodore Ledyard Cuyler -

______________________________________________________________________
Korespondensi dan kontribusi bahan dapat dikirimkan kepada redaksi:
<binaanak(at)sabda.org> atau <owner-i-kan-binaanak(at)hub.xc.org>
______________________________________________________________________
Pemimpin Redaksi: Davida Welni Dana
Staf Redaksi: Kristina Dwi Lestari dan Christiana Ratri Yuliani
Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA
Didistribusikan melalui sistem network I-KAN
Copyright(c) e-BinaAnak 2008 -- YLSA
http://www.sabda.org/ylsa/ ~~ http://katalog.sabda.org/
Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati
______________________________________________________________________
Anda terdaftar dengan alamat email: $subst(`Recip.EmailAddr`)
Alamat berlangganan: <subscribe-i-kan-BinaAnak(at)hub.xc.org>
Alamat berhenti: <unsubscribe-i-kan-BinaAnak(at)hub.xc.org>
Arsip e-BinaAnak: http://www.sabda.org/publikasi/e-binaanak/
Pusat Elektronik Pelayanan Anak Kristen: http://pepak.sabda.org/

Bergabunglah dalam Network Anak di Situs In-Christ.Net:
http://www.in-christ.net/komunitas_umum/network_anak

______________PUBLIKASI ELEKTRONIK UNTUK PEMBINAAN GURU_______________

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org