Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-binaanak/403

e-BinaAnak edisi 403 (20-10-2008)

Empati

 

___e-BinaAnak (Milis Publikasi Elektronik untuk Para Pembina Anak)____

  DAFTAR ISI EDISI 403/OKTOBER/2008

  - SALAM DARI REDAKSI
  - ARTIKEL: Kesanggupan untuk Merasakan Perasaan Orang Lain
  - TIPS: Mengajarkan Empati pada Anak Prasekolah
  - BAHAN MENGAJAR: Belas Kasihan
  - WARNET PENA: Cerita-Cerita Alkitab dalam All True Bible Stories 
                 for Children
  - MUTIARA GURU

______________________________________________________________________
o/ SALAM DARI REDAKSI o/

  Salam dalam kasih Tuhan Yesus Kristus,

  Sekarang ini, semakin jarang kita temui anak-anak yang mudah 
  berempati terhadap perasaan orang lain. Tidak salah bila anak-anak 
  berbuat demikian karena mungkin saja mereka tidak dibiasakan untuk 
  peka dengan keadaan sekeliling mereka. Kemampuan anak untuk bisa 
  berempati atau ikut merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain, 
  tidak bisa begitu saja muncul dalam diri anak. Kemampuan ini harus 
  mulai ditanamkan dan dilatih sejak mereka berusia dini. 

  Mengasah kecerdasan emosional anak dalam empati bisa dimulai dari 
  hal-hal kecil dalam kehidupan sehari-hari. Selain bisa melibatkan 
  perasaan anak secara langsung, anak-anak juga bisa belajar peka 
  terhadap lingkungan sekitarnya. Seperti dalam edisi berikut ini, 
  redaksi mengajak Anda untuk menyimak sajian mengenai bagaimana 
  meningkatkan kecerdasan emosional anak dalam hal empati.

  Kiranya edisi kali ini bisa memerluas pengetahuan Anda. Selamat 
  membaca.

  Redaksi Tamu e-BinaAnak,
  Christiana Ratri Yuliani

            Karena itu, sebagai orang-orang pilihan Allah
     yang dikuduskan dan dikasihi-Nya, kenakanlah belas kasihan,
      kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan dan kesabaran.
            < http://sabdaweb.sabda.org/?p=Kolose+3:12 >
            
______________________________________________________________________
o/ ARTIKEL o/

           KESANGGUPAN UNTUK MERASAKAN PERASAAN ORANG LAIN

  Apakah Empati?

  Empati adalah kesanggupan untuk turut merasakan apa yang dirasakan
  orang lain dan kesanggupan untuk menempatkan diri dalam keadaan
  orang lain. Empati membuat kita dapat turut merasa senang dengan
  kesenangan orang lain, turut merasa sakit dengan penderitaan orang
  lain, dan turut berduka dengan kedukaan orang lain.

  Hubungan Antara Empati, Belas Kasihan, Kepedulian

  Rasa empati dekat sekali hubungannya dengan rasa belas kasihan. 
  Karena seseorang berempati dengan orang lain, maka ia dapat merasa 
  belas kasihan pada orang lain, dan dari rasa belas kasihan, dapat 
  tumbuh rasa peduli yang dalam.

  Empati Bersifat "Bumerang"

  Pada sisi lain, empati bersifat seperti "bumerang". Perbuatan yang 
  kita lakukan terhadap orang lain memunyai efek emosional terhadap 
  diri kita sendiri. Jika karena perbuatan kita seseorang menjadi 
  senang atau menjadi menderita, perbuatan itu seakan-akan berbalik 
  kepada kita. Kita merasa senang jika kita berbuat yang menyenangkan, 
  dan merasa bersalah (guilty feeling) jika kita membuat orang 
  menderita.

  Hati nurani yang mulai tumbuh pada anak yang peka pada usia sekitar 
  lima tahun adalah kesadaran yang membantu seseorang membedakan 
  apakah sebuah perbuatan baik atau buruk. Pada anak di bawah usia 
  lima tahun, ukuran apakah sebuah perbuatan baik atau buruk 
  tergantung oleh akibat yang ditimbulkan perbuatan tersebut -- apakah 
  ia mendapat pujian atau hukuman karena melaksanakan hal tersebut. 
  Tetapi pada waktu usia kira-kira 7 -- 11 tahun, mulai tumbuh 
  kesanggupan pada anak untuk belajar menilai sendiri moral sebuah 
  perbuatan. Maka usia anak SD adalah masa yang amat penting untuk 
  pembentukan hati nurani seseorang, karena mereka sudah bisa melihat 
  dari sudut pandang orang lain dan dapat membayangkan akibat 
  perbuatannya terhadap perasaan orang lain. Anak-anak perlu merasa 
  hatinya tertusuk dan merasa bersalah ketika menyadari bahwa ia telah 
  melukai orang, baik secara fisik atau perasaan. Dari peristiwa ini 
  akan tumbuh kepedulian yang sejati. Karena itu, empati mendorong 
  kita untuk memperlakukan orang lain dengan baik.

  Simpati-Empati

  Perbedaan dengan simpati adalah saat kita bersimpati, itu berarti 
  kita senang dan peduli akan orang tersebut (simpathy: you care about 
  the other person). Tetapi kalau kita berempati, kita seakan-akan 
  masuk ke dalam orang tersebut dan menjadi seperti orang tersebut 
  (empathy: you are the other person).

  Empati; Kesediaan Berbuat Baik (Altruisme)

  Kalau kita merasakan apa yang dirasakan orang lain, kita ingin 
  melakukan sesuatu untuk orang itu. Hubungan antara empati dan 
  kesediaan berbuat baik (altruisme) telah dicatat oleh banyak hasil 
  penyelidikan psikolog. Empati yang tinggi memerbesar kesediaan untuk 
  menolong, untuk berbagi, dan untuk berkorban demi kesejahteraan 
  orang lain. 

  Kesanggupan untuk berempati adalah kesanggupan bawaan yang ada pada 
  tiap orang, namun dengan derajat yang berbeda-beda. Ada anak yang 
  dilahirkan dengan lebih banyak kesanggupan untuk turut merasakan ada 
  yang kurang. Psikolog anak telah menemukan kesanggupan empati pada 
  anak yang berusia satu setengah tahun, ketika ia melihat seorang 
  anak sedih, ia menawarkan bonekanya untuk menghibur anak tersebut.

  Dengan perkembangan kesanggupan berbahasa, berkembang juga 
  kesanggupan untuk berempati.

  USUL UNTUK ORANG TUA, PENDIDIK LAIN, ATAU GURU

  Usaha untuk Menumbuhkan Empati

  1. Menceritakan apa dan mengapa perasaan orang. Empati dapat
     ditumbuhkan dengan menceritakan apa dan mengapa seseorang
     mengalami sesuatu. Seseorang akan lebih mudah turut merasa dengan
     orang lain kalau orang itu memunyai informasi tentang apa yang
     dirasakan orang itu (what the person feels). Selanjutnya, orang
     akan lebih bersedia untuk berempati kalau ia mengerti mengapa 
     orang itu merasa seperti yang dirasakannya (why he feels as he 
     does). Informasi yang paling efektif untuk membangkitkan empati 
     adalah informasi mengenai apa yang sedang diperjuangkan orang itu 
     dan apa perjuangannya untuk mencapai tujuannya.

  2. Menyatakan kesenangan, pujian, atau penghargaan. Selanjutnya,
     orang tua, pendidik lainnya, atau guru perlu menopang kesediaan
     anak untuk berempati dengan menyatakan kesenangan, pujian, atau
     penghargaan mereka atas empati yang ditunjukkannya.

  3. Menunjukkan akibat dari perbuatan anak terhadap perasaan orang
     lain. Orang tua yang secara konsisten bereaksi terhadap perbuatan
     negatif anaknya dengan menunjukkan pada perasaan yang telah
     ditimbulkannya pada orang tersebut, cenderung memunyai anak yang
     lebih sanggup memahami sudut pandang orang lain, lebih empatik,
     dan lebih bersedia berbuat baik.

  4. Sekali empati telah dibangkitkan, dorongan pada anak untuk
     berbuat baik akan datang dari diri anak itu sendiri. Di sini,
     empati akan bertindak sebagai pencetus untuk disiplin diri. 

  Latihan untuk Mengembangkan Anak Bersikap Empati

  1. Salah satu cara terbaik untuk mengajar anak berempati ialah 
     dengan bermain peran (role play). Dengan bermain peran, anak 
     diajak untuk mengalami dunia dari sudut pandang orang lain. 
     Dengan membayangkan bahwa dirinyalah yang menjadi orang tersebut, 
     ia bisa melihat dari mata orang tersebut, bersikap seperti orang 
     tersebut, dan bisa menyelami perasaan orang itu. Dengan 
     membayangkan secara terpimpin, seorang anak akan memahami dan 
     peduli terhadap tujuan dan perjuangan seseorang. Adalah penting 
     dalam permainan peran ini bahwa anak mendapat kesempatan untuk
     mencoba peran yang tidak biasa baginya, sehingga ia belajar 
     melihat dari sudut pandang orang lain. (Perhatian: setelah role 
     play selesai, anak perlu dibebaskan kembali dari peran ini, 
     de-role, dan menjadi dirinya kembali). Misalnya, dengan 
     mengatakan bahwa mereka telah bermain dengan baik dan sekarang 
     kembali menjadi A atau B. Lalu tanyakan bagaimana rasanya menjadi 
     X atau Y.

  2. Kejadian sehari-hari dapat digunakan sebagai latihan empati.
     Misalnya, saat ibu meminta anak remajanya untuk mengecilkan suara
     radionya yang terlalu bising, ia perlu mengatakan kebutuhan dan
     perasaannya, serta menjelaskan akibat yang dirasakan si ibu dari
     suara bising tersebut. Keterangan ini membuat anak merespons
     berdasarkan rasa peduli akan ibunya dan bukan karena rasa takut
     dimarahi.

     Di permukaan, bisa jadi persoalan ini tampak sebagai persoalan
     disiplin, tetapi apa yang tampak sebagai persoalan disiplin
     sering kali pada dasarnya adalah karena kurang kepekaan dan
     kepedulian serta kurang dapat menempatkan diri di tempat orang
     lain. 

  3. Peran teladan (role model). Dengan mendengar biografi dari
     orang-orang yang terkenal akan kepedulian mereka, anak belajar
     untuk mencontoh perilaku tersebut. Mencontoh teladan adalah cara
     terpenting untuk mengajar anak berperilaku peka dan peduli.

  4. Diskusi kelompok mengenai bagaimana perbuatan memengaruhi
     perasaan. Misalnya, mengenai topik:
     sesuatu yang kulakukan yang membuat ibu senang,
     sesuatu yang kulakukan yang membuat ayah marah, atau
     sesuatu yang kulakukan yang membuat teman senang.

  5. Menyimpulkan atau curah pendapat tentang berbagai perasaan yang
     dimiliki orang.

  Prinsip-Prinsip untuk Melatih Empati dalam Kehidupan Sehari-Hari

  1. Minta agar anak memerhatikan perasaan orang lain. Minta ia untuk
     membayangkan bagaimana perasaannya kalau ia di tempat orang
     tersebut.

  2. Beritahukan akibat yang ditimbulkannya pada perasaan orang lain.

  3. Terangkan mengapa orang merasa demikian.

  4. Tanyakan perbuatan apa yang dapat dilakukannya yang lebih
     bersikap peduli pada orang lain.

  5. Kita katakan kepadanya bahwa kita meminta atau berharap ia
     bersikap lebih peduli dan panjang pikiran.

  6. Hargai, puji, dan nyatakan kegembiraan kita kalau ia bersikap 
     panjang pikiran. Tunjukkan kekecewaan kita kalau ia bersikap 
     sebaliknya.

  7. Ceritakan kepada anak perasaan empati kita pada seseorang, dan
     perbuatan baik yang kita lakukan kepada orang tersebut.

  8. Beri contoh tentang orang yang bersikap empati dan orang yang
     tidak, dan nyatakan penghargaan kita atas kebaikan orang.

  9. Bantulah ia menolak pengaruh negatif dari teman yang mengejek
     perasaan empatinya.

  10. Dalam mencari teman, anjurkan ia memertimbangkan kesanggupan
      anak tersebut untuk merasa empati.

  Kesanggupan untuk Menyatakan Kepedulian dalam Tindakan Nyata

  Kesanggupan untuk mengobservasi, untuk merasakan dengan orang lain 
  (empati), baru ada gunanya kalau kesanggupan itu ditindaklanjuti 
  dengan perbuatan nyata.

  Perbuatan tersebut bukan hanya akan menyenangkan orang yang 
  ditolong, tetapi terutama akan menyenangkan diri si pemberi bantuan 
  tersebut. Yang paling kita ingat dari pengalaman hidup kita ialah 
  kejadian atau peristiwa di mana kita telah melakukan sesuatu untuk 
  orang lain.

  Salah satu faktor penting untuk membangun kesanggupan menyatakan 
  kepedulian dalam tindakan nyata ialah latihan bertanggung jawab. 
  Sebuah studi di Universitas Harvard menunjukkan hubungan yang jelas 
  antara besarnya tanggung jawab yang diberikan kepada anak dan 
  kecenderungan untuk bersedia mementingkan orang lain.

  Tampaknya anak-anak yang diberikan segala sesuatu kecuali tanggung
  jawab, tidak hanya menjadi anak yang manja, tetapi juga cenderung
  kehilangan perasaan dan kepedulian mereka kepada orang lain.

  Usul untuk Orang Tua, Pendidik Lain, atau Guru

  Cara yang paling efektif untuk memberikan bantuan atau pelayanan 
  ialah dengan memenuhi kebutuhan yang dirasakan oleh orang tersebut. 
  Kita harus berpikir dengan keras untuk merumuskan apa sebetulnya 
  kebutuhannya yang sungguh-sungguh, dan memertimbangkan apa jalan 
  keluar yang dapat menjawab kebutuhan tersebut. Kita harus berusaha 
  memberikan apa yang dibutuhkan, bukan apa yang diingini orang. Kita 
  dapat membedakan keduanya, kalau secara objektif kita bertanya pada 
  diri sendiri, apa akibat dari pemberian kita itu.

  Kadang-kadang, apa yang kita inginilah yang menjadi penghalang untuk
  memenuhi kebutuhan orang lain. Karena yang kita ingini untuk orang
  lain bisa jadi tidak sesuai dengan yang dibutuhkannya. Cara lain
  yang dapat ditempuh adalah dengan menanyakan apa yang dibutuhkan
  orang itu.

  Di samping bantuan atau pelayanan yang telah dipikirkan dan
  direncanakan dengan masak-masak, ada jenis bantuan yang diberikan
  dengan mendadak spontan. Misalnya, membantu seorang ibu memunguti
  belanjaannya yang jatuh.

  Diambil dan disunting seperlunya dari:
  Judul buku: Ajarlah Mereka Melakukan
  Penulis: Dr. Andar Ismail
  Penerbit: PT BPK Gunung Mulia, Jakarta 1998
  Halaman: 191 -- 197

______________________________________________________________________
o/ TIPS o/

               MENGAJARKAN EMPATI PADA ANAK PRASEKOLAH

  Empati adalah suatu kemampuan untuk memahami bagaimana orang lain
  merasakan suatu keadaan. Bagaimana dan kapan anak-anak membangun
  kemampuan ini?

  Empati adalah suatu keterampilan yang pada umumnya tidak dipelajari 
  oleh anak-anak sampai mereka berusia setidaknya empat tahun. Awal 
  masa prasekolah bisa menjadi masa yang sulit bagi anak-anak karena 
  mereka masuk ke dunia bermain dan sekolah di mana mereka harus siap 
  untuk bergaul dengan teman-teman sebaya mereka. Orang tua dari 
  anak-anak yang berusia di bawah empat tahun sering kali terkejut 
  saat anak-anak mereka tidak mau berbagi, merebut mainan, atau 
  memukul. Ini mungkin karena anak-anak belum membangun rasa empati.

  Anak-Anak Prasekolah yang Membangun Empati

  Seperti yang dilaporkan di majalah terbitan University of Toronto, 
  "Leading Edge", Professor Kang Lee dari Zhejiang Normal University 
  di Tiongkok mengadakan penelitian yang menunjukkan bahwa anak prasekolah 
  usia tiga tahun belum belajar bagaimana memuji orang lain. Mereka 
  dengan jujur menilai lukisan yang dibuat orang lain meskipun orang 
  yang melukis itu ada di dekatnya. Anak-anak usia empat tahun dan 
  yang berusia di atasnya mulai memberikan lebih banyak pujian atas 
  lukisan itu saat pelukisnya ada daripada saat pelukisnya tidak ada. 
  Ini menunjukkan bahwa anak-anak ini telah belajar merasakan perasaan 
  orang lain, atau berempati kepada mereka.

  Bagaimana Mengajarkan Empati kepada Anak-Anak

  Belajar berempati bisa menjadi proses yang lambat bagi anak-anak. 
  Penting bagi orang tua untuk menyadari bahwa kemampuan ini tidak 
  bisa muncul sampai anak berusia empat tahun ke atas, tetapi orang 
  tua seharusnya masih bisa melakukan dan memberikan contoh di 
  tahun-tahun sebelumnya.

  Mendiskusikan Perasaan dengan Anak-Anak

  Mengenali emosi adalah suatu langkah awal untuk membangun empati. 
  Perkenalkan konsep perasaan kepada anak Anda sejak dini. Saat anak 
  Anda menunjukkan perasaan yang kuat, tunjukkan namanya kepada anak 
  Anda. Hal ini akan membantu dia belajar mengenali kapan dia merasa 
  sedih, marah, bahagia, bosan, dan emosi-emosi lainnya.

  Bicarakan perasaan Anda dengan anak Anda. Misalnya, bila anak Anda 
  impulsif dan memukul Anda, katakan padanya bahwa Anda marah dan 
  dipukul itu menyakitkan. Bila Anda tersandung, katakan pada anak 
  Anda bahwa tersandung itu membuat sakit sehingga Anda berteriak. 
  Biarkan dia tahu bahwa setiap orang punya perasaan. Selain itu, 
  tunjukkan perasaan bahwa Anda melihat apa yang ditunjukkan orang 
  lain, baik di kehidupan nyata maupun di televisi atau buku-buku.

  Orang Tua Harus Memberi Contoh Empati kepada Anak-Anak

  Orang tua selalu menjadi guru yang paling penting bagi anaknya.
  Seorang anak akan belajar dari melihat bagaimana orang tua bereaksi
  atas situasi tertentu. Bila Anda menunjukkan empati pada anak Anda
  saat dia terluka atau sedih, maka anak Anda akan belajar dari hal
  ini dan mulai menunjukkan empati kepada orang lain. Bila Anda
  membantu orang lain, anak Anda juga akan segera belajar mengulurkan
  tangan.

  Meskipun orang tua bisa frustasi karena anak belum membangun empati, 
  orang tua bisa mengajarkannya sehingga kemampuan ini muncul. 
  Mengajarkan empati dengan mengajar anak untuk mengenali emosi dan 
  dengan menjadi contoh. (t/Ratri)

  Diterjemahkan dan disesuaikan dari:
  Nama situs: Suite101.com
  Judul asli artikel: Teach Empathy to Preschoolers
  Nama penulis: Barb Hacker
  Alamat URL: http://parentingmethods.suite101.com/article.cfm/preschool_children_and_empathy

______________________________________________________________________
o/ BAHAN MENGAJAR o/

                            BELAS KASIHAN

  Pada suatu hari, dua pemuda dibawa menghadap seorang raja. Pemuda 
  yang pertama adalah seorang yang sangat jahat. Ia telah membunuh 
  seseorang yang sama sekali tidak berbuat salah kepadanya. Sang raja 
  melihat bahwa orang ini tidak menyesali perbuatannya. Mungkin pemuda 
  ini akan membunuh pemuda yang lain lagi.

  "Masukkan pemuda ini ke dalam penjara!" perintah raja. Orang-orang
  menyebut keputusan raja ini "adil" karena raja menjatuhkan hukuman
  yang setimpal dengan perbuatan pemuda itu.

  Pemuda yang kedua bukanlah seorang yang jahat. Ia telah membunuh 
  seseorang, tetapi hal ini dilakukannya dengan tidak sengaja. Ia 
  sangat menyesali perbuatannya dan memohon kepada raja agar ia tidak 
  dimasukkan ke dalam penjara. Menurut kamu, apakah yang akan 
  dilakukan sang raja?

  Renungan Singkat tentang Belas Kasihan

  1. Apakah yang telah dilakukan oleh pemuda yang pertama? Apakah yang
     telah dilakukan oleh pemuda yang kedua? Di manakah letak
     perbedaan antara pemuda yang pertama dan yang kedua?

  2. Apakah yang akan kamu lakukan seandainya kamu adalah raja?
     Mengapa? Menurut kamu, apakah yang akan dilakukan oleh sang raja?
     Mengapa?

  Raja itu merasa kasihan kepada pemuda yang kedua. Ia tahu bahwa 
  pemuda itu tidak akan menyakiti orang lain lagi.

  "Saya akan membebaskan kamu," kata sang raja. "Saya mengampunimu dan
  kamu tidak akan dimasukkan ke dalam penjara."

  Pemuda itu bersujud di hadapan raja dan mengucapkan terima kasih 
  kepadanya. Ia tahu bahwa raja itu bisa saja memasukkannya ke dalam 
  penjara, tetapi ia tidak melakukannya. Raja merasa kasihan kepadanya 
  dan mengampuninya, walaupun sebenarnya raja bisa saja menghukum dia. 
  Ketika seseorang berbuat demikian, kita menyebutnya "belas kasihan".

  Pernahkah seseorang menaruh belas kasihan kepadamu? Misalnya,
  seseorang memberi kamu sesuatu yang sebenarnya tidak patut kamu
  terima. Atau seseorang tidak menghukummu, padahal sebenarnya kamu
  patut dihukum.

  Renungan Singkat Tentang Tuhan Yesus dan Kamu

  1. Pernahkah kamu melakukan sesuatu yang salah? Kita masing-masing
     pernah berbuat salah, bukan? Itulah yang dinamakan dosa. Kita
     patut dihukum atas dosa kita itu.

  2. Menurut kamu, bagaimanakah perasaan Tuhan Yesus bila kita tinggi
     hati dan tidak menyesali dosa kita? Apakah Ia akan mengampuni
     kita? Bagaimanakah perasaan Tuhan Yesus bila kita menyesali dosa
     kita dan meminta ampun kepada-Nya? Apakah Ia akan mengampuni
     kita? Tuhan Yesus ingin menunjukkan belas kasihan-Nya kepada
     kita, sama seperti yang telah dilakukan raja itu.

  Bacaan Alkitab: Mazmur 103:1-14
  
  Kebenaran Alkitab: 
  Terpujilah Tuhan, karena Ia telah mendengar permohonanku (Mazmur 
  28:6).

  Doa: 
  Terima kasih, ya, Tuhan Yesus, karena Engkau menunjukkan belas 
  kasihan-Mu pada saat Engkau sebenarnya dapat saja menghukum saya. 
  Saya sungguh senang karena Engkau mengasihi saya. Amin.

  Diambil dari:
  Judul buku: 100 Renungan Singkat untuk Anak-Anak
  Penulis: V. Gilbert Beers
  Penerbit: Yayasan Kalam Hidup, Bandung 1986
  Halaman: 90 -- 91

______________________________________________________________________
o/ WARNET PENA o/

                   CERITA-CERITA ALKITAB DALAM 
                ALL TRUE BIBLE STORIES FOR CHILDREN
                   http://www.alltruebible.com/
                   
  Memiliki banyak sumber ide dapat memerkaya para guru sekolah minggu 
  ketika menunaikan tugas pelayanannya. Oleh karena itu, tidak 
  habis-habisnya e-BinaAnak menyediakan sumber-sumber ide bagi 
  rekan-rekan sekalian. Seperti situs yang satu ini, All True Bible 
  Stories for Children. Meskipun tampilannya sederhana, situs ini 
  menyediakan cerita-cerita Alkitab yang dikemas dalam bahasa yang 
  mudah dipahami oleh anak-anak dan dirangkai dalam aplikasi kehidupan 
  sehari-hari. Bahasa pengantar situs ini adalah bahasa Inggris, namun 
  dapat diadaptasi ke dalam bahasa Indonesia dengan mudah karena 
  bahasa yang digunakan juga tidak sulit. Saat ulasan ini diturunkan, 
  sudah terdapat tujuh bagian cerita Alkitab, yaitu cerita Alkitab 
  dari kitab Kejadian, Keluaran, Imamat, Bilangan, Ulangan, Yoshua, 
  dan Hakim-Hakim. Selamat meraup sebanyak mungkin ide dalam setiap 
  cerita di situs ini. 
  
  Oleh: Davida (Redaksi)

______________________________________________________________________
o/ MUTIARA GURU o/

          Jadilah contoh dan ajarkanlah perasaan berempati 
                         kepada anak-anak.
                         
______________________________________________________________________
Korespondensi dan kontribusi bahan dapat dikirimkan ke redaksi:
<binaanak(at)sabda.org> atau <owner-i-kan-binaanak(at)hub.xc.org>
______________________________________________________________________
Pimpinan Redaksi: Davida Welni Dana
Staf Redaksi: Kristina Dwi Lestari dan Christiana Ratri Yuliani
Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA
Didistribusikan melalui sistem network I-KAN
Copyright(c) e-BinaAnak 2008 -- YLSA
http://www.ylsa.org/ ~~ http://katalog.sabda.org/
Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati
______________________________________________________________________
Anda terdaftar dengan alamat email: $subst(`Recip.EmailAddr`)
Alamat berlangganan: <subscribe-i-kan-BinaAnak(at)hub.xc.org>
Alamat berhenti: <unsubscribe-i-kan-BinaAnak(at)hub.xc.org>
Arsip e-BinaAnak: http://www.sabda.org/publikasi/e-binaanak/
Pusat Elektronik Pelayanan Anak Kristen: http://pepak.sabda.org/

Bergabunglah dalam Network Anak di Situs In-Christ.Net:
http://www.in-christ.net/komunitas_umum/network_anak

______________PUBLIKASI ELEKTRONIK UNTUK PEMBINAAN GURU_______________

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org