Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-binaanak/404

e-BinaAnak edisi 404 (23-10-2008)

Kesadaran Sosial

 

___e-BinaAnak (Milis Publikasi Elektronik untuk Para Pembina Anak)____

  DAFTAR ISI EDISI 404/OKTOBER/2008

  - SALAM DARI REDAKSI
  - ARTIKEL: Kesadaran Sosial
  - TIPS: Mengembangkan Kemampuan Sosial
  - BAHAN MENGAJAR: Berbagi: Sepatah Kata Saja
  - WARNET PENA: Halaman Mewarnai dan Cerita Alkitab dalam 
                 biblequizzes.org.uk
  - MUTIARA GURU

______________________________________________________________________
o/ SALAM DARI REDAKSI o/

  Salam dalam kasih Tuhan Yesus Kristus,

  Berbicara mengenai meningkatkan kecerdasan emosi anak, jangan lantas 
  berfokus pada diri anak itu sendiri dan dunianya sendiri saja. 
  Hubungan dengan orang lain juga sangat memengaruhi perkembangan 
  kecerdasan emosi anak. Kesadaran sosial merupakan bagian penting 
  dalam pembentukan kecerdasan emosi anak. Ini merupakan suatu 
  tantangan tersendiri karena lingkungan kita saat ini cenderung 
  membawa kita untuk hidup secara individualistis. Lebih baik 
  memikirkan urusan sendiri dan hidup untuk kepentingan sendiri. Sadar 
  atau tidak, kondisi ini akan menurun juga pada anak-anak. Karena 
  itu, penting bagi kita untuk mulai mengajar anak melihat dunia 
  sekeliling mereka sehingga mereka menjadi peka terhadap lingkungan 
  mereka. 

  Kehidupan sehari-hari merupakan media yang paling tepat untuk 
  mengajarkan kesadaran sosial kepada anak-anak. Kejelian orang tua 
  dan pelayan anak untuk memanfaatkan kesempatan ini, menjadi penentu 
  apakah kesempatan itu akan terbuang atau bisa dimanfaatkan 
  semaksimal mungkin. Dalam edisi ini, redaksi mengajak orang tua dan 
  pelayan anak untuk peka terhadap kejadian sehari-hari yang dapat 
  menjadi media pengajaran.
  
  Selamat menyimak dan selamat mengajar!
  
  Redaksi Tamu e-BinaAnak,
  Christiana Ratri Yuliani

         "Siapa menaruh belas kasihan kepada orang yang lemah,
        memiutangi TUHAN, yang akan membalas perbuatannya itu."
                             (Amsal 19:17)
             < http://sabdaweb.sabda.org/?p=Amsal+19:17 >
             
______________________________________________________________________
o/ ARTIKEL o/

                          KESADARAN SOSIAL
             Diringkas oleh: Christiana Ratri Yuliani

  "Tetapi dengan teguh (hidup kita, dalam segala hal, dalam berbicara,
  dalam berhubungan, dan menjalani hidup) berpegang kepada kebenaran
  di dalam kasih kita bertumbuh di dalam segala hal ke arah Dia,
  Kristus, yang adalah Kepala." (Efesus 4:15)

  Narcissus

  Kata Narcissus berasal kisah Narcissus, seorang tokoh mitos yang 
  sangat tampan. Ketampanannya membuat dia terpesona pada dirinya 
  sendiri dan akhirnya dia mati di tepi kolam karena tidak mampu 
  meninggalkan kolam yang memantulkan bayangan ketampanannya itu. 
  Demikian pula dengan orang yang terjerat dengan narsisme. Mereka 
  tidak pernah belajar memerhatikan orang lain, dan tujuan mereka 
  hanya untuk melindungi penampilan diri sendiri sehingga tidak bisa 
  berempati pada orang lain.

  Setiap orang setidaknya pernah mengalami satu tahap narsistik dalam 
  hidupnya. Tahap narsistik pertama kali terjadi pada masa masih bayi, 
  di mana mereka hanya peduli pada kebutuhannya sendiri. Ini merupakan 
  bentuk narsisme yang "sehat". Tahap narsisme berikutnya adalah 
  ketika masih remaja, di mana pusat kehidupan mereka adalah pada diri 
  mereka sendiri, terutama pada bagaimana orang lain menilai 
  penampilannya. Perlahan-lahan, tahap narsisme pada remaja ini akan 
  berakhir seiring dengan masuknya mereka ke tahap dewasa muda, di 
  mana mereka mulai fokus pada orang lain. Pada masa ini, tugas para 
  orang tua adalah menolong mereka melepaskan diri dari perilaku masa 
  remaja yang narsistik dan mengajari mereka untuk lebih mengarahkan 
  pandangannya kepada orang lain.

  Membaca Tanda-Tanda Sosial

  Langkah awal untuk menjalin hubungan dengan orang lain adalah dengan 
  menyadari perasaan mereka. Pengalaman-pengalaman pada masa lalu 
  menunjukkan hal-hal apa saja yang boleh Anda lakukan dan yang tidak 
  boleh Anda lakukan. Orang tua merupakan pelatih yang terbaik dalam 
  hal ini. Kejadian sehari-hari, misalnya tentang kematian, bisa 
  menjadi kesempatan bagi orang tua untuk mengajarkan hal-hal sosial 
  dan menjalin komunikasi dengan anak-anak mereka. Sering kali, 
  seorang anak usia empat tahun dengan polos mengungkapkan apa yang 
  mereka lihat dan mengaitkannya dengan apa yang baru saja mereka 
  pelajari. Kondisi seperti ini merupakan kesempatan yang berharga 
  bagi orang tua untuk mengajarkan dan menanamkan kesadaran sosial 
  sejak dini kepada anak-anak mereka.

  Luangkan Waktu: Mengajar Anak Remaja

  Untuk menanamkan kesadaran sosial diperlukan waktu untuk 
  berinteraksi dengan anak-anak. Tak jarang, anak-anak mengungkapkan 
  suatu kondisi dengan cara yang mungkin terdengar atau terlihat 
  kasar. Tetapi sebagai orang tua, Anda bisa mengajarkan bagaimana 
  mengungkapkan hal itu dengan cara yang lain. Pelajaran ini merupakan 
  pelajaran seumur hidup. Jadi, gunakan baik-baik setiap peluang yang 
  muncul dalam kehidupan sehari-hari. Kehidupan sehari-hari juga 
  merupakan peluang untuk menolong anak menyadari apa yang sedang 
  terjadi di sekeliling mereka dan bagaimana perilaku mereka 
  memengaruhi orang lain. Membaca tanda-tanda sosial hanyalah langkah 
  awal agar anak memiliki kesadaran sosial terhadap sekeliling mereka.

  Jika anak sudah bisa membaca tanda-tanda sosial itu, berarti anak
  sudah bisa membedakan dan mencari hubungan-hubungan yang sehat
  dengan orang lain. Mereka sudah siap mengarahkan pandangan mereka
  kepada orang lain. Kita bisa mengajarkan kepada mereka sikap-sikap
  dan ungkapan-ungkapan yang bisa menyuburkan hubungan dengan orang
  lain, misalnya dengan mengatakan terima kasih, maaf, apa kabar, dan
  lain-lain.

  1. Terima Kasih (Penghargaan)

  Jika kita tidak bisa menangkap tanda-tanda sosial dengan benar, itu 
  berarti kita memisahkan diri dari orang lain dan menyakiti mereka. 
  Umumnya, kita hidup dalam budaya yang menganggap bahwa kita berhak 
  menikmati kesenangan. Akan tetapi bila kita memiliki sikap berhak 
  atas sesuatu, maka penghargaan dan ucapan terima kasih tidak akan 
  ada. Sikap berterima kasih selalu berkaitan dengan hubungan dengan 
  orang lain. Orang yang bisa bersyukur dan berterima kasih akan 
  terlihat bersinar di dunianya.

  Penting bagi orang tua untuk melatih anak-anak mereka mengucapkan 
  terima kasih. Kebiasaan untuk mengucapkan terima kasih kepada 
  seseorang ini lama-kelamaan bisa menjadi sifat kedua anak-anak. 
  Beberapa cara yang bisa digunakan untuk melatih anak mengucapkan 
  terima kasih, misalnya dengan mulai membiasakan anak-anak Anda 
  menulis kartu-kartu ucapan terima kasih atas hadiah yang diterima. 
  Awalnya, Anda bisa membantu menuliskannya, tetapi lama-kelamaan, 
  biarkan mereka yang menulis dengan kata-kata karangan mereka 
  sendiri. Orang yang menerima kartu buatan anak Anda ini tentu akan 
  terharu saat membacanya.

  Cara lainnya adalah dengan menunjukkan sikap Anda dalam berterima 
  kasih. Dengan memberikan contoh secara langsung, misalnya 
  mengucapkan terima kasih kepada pelayan restoran, Anda menjadi 
  teladan bagi anak-anak Anda. Telitilah kembali perilaku Anda, 
  memberi teladan sikap berterima kasih kepada anak-anak akan 
  menanamkan sikap positif dan menghargai orang lain dalam diri anak 
  Anda.

  2. Maafkan Aku (Rekonsiliasi)

  Dalam hidup ini, kita selalu berpeluang untuk melukai orang lain 
  yang berakibat pada retaknya hubungan kita dengan orang lain. Namun, 
  Allah telah menyediakan cara untuk mengatasi atau memulihkan 
  hubungan yang retak itu, yaitu "maafkan aku". Meskipun konsekuensi 
  dari mengatakan "maafkan aku" ini seakan membuat Anda menjadi pihak 
  yang lemah, tetapi bila Anda tidak melakukannya, justru akan 
  mendorong terjadinya hal-hal yang lebih buruk, misalnya:
  - anggota keluarga saling bertengkar dan akhirnya tidak mau bertegur
    sapa;
  - pecahnya pernikahan;
  - hubungan anak dan orang tua menjadi masam`
  - persahabatan putus; dan
  - tempat kerja menjadi tempat yang tidak menyenangkan.

  Tumbuhkan kebiasaan meminta maaf dalam diri anak Anda. Biarkan 
  anak-anak Anda melihat sendiri bahwa Anda pun tidak segan meminta 
  maaf kepada mereka dan pasangan Anda. Jangan segan pula untuk 
  mengakui kesalahan Anda kepada anak-anak Anda. Dengan demikian, 
  anak-anak tidak hanya akan belajar bahwa mereka tidak sempurna dan 
  bisa melakukan suatu kesalahan, tetapi mereka juga akan belajar 
  bahwa mereka punya cara untuk memerbaiki suatu kesalahan.

  Anak yang tumbuh dalam lingkungan yang demikian akan memiliki
  lingkungan yang aman untuk mengakui kesalahan karena mereka telah
  mengalami pengampunan dan rekonsiliasi dari orang tua. Dengan
  demikian, mereka akan memiliki dasar untuk memahami pengampunan dan
  rekonsiliasi dari Allah. Sikap mau mengampuni adalah sangat penting
  bagi kesehatan rohani anak-anak.

  Beri teladan rekonsiliasi.
  Berikan contoh nyata kerendahan hati Anda untuk meminta maaf pada
  orang yang pernah Anda sakiti. Biarkan mereka melihat kuasa di balik
  kata "maafkan aku" tersebut.

  Mengajarkan rekonsiliasi.
  Saat anak-anak Anda sudah cukup besar dan bisa diajak berkomunikasi,
  ajarkan bahwa perbuatan mereka bisa menyakiti orang lain. Untuk itu,
  penting bagi mereka untuk meminta maaf bila melakukannya. Tuntunlah
  anak Anda dalam melewati proses meminta maaf. Agar anak-anak 
  benar-benar mengerti makna meminta maaf, maka orang tua bisa memberi
  pengarahan apa dampak perbuatan yang dilakukan oleh anak. Bisa juga
  orang tua menanyakan mengapa mereka harus meminta maaf.

  Penyesalan yang sesungguhnya harus melibatkan perubahan dan komitmen 
  untuk tidak mengulangi perbuatan itu lagi. Semakin cepat anak-anak 
  menerapkan sikap menyesal, semakin baik karena mereka akan 
  meminimalkan sikap menuntut hak dan menjadikan hubungan lebih aman 
  dan kokoh. Bila anak sudah meminta maaf, menyesal, dan diampuni, 
  maka sebagai orang tua, kita jangan mengungkit-ungkit lagi 
  kesalahannya. Allah mengatakan bahwa Dia mengampuni dosa kita dan 
  tidak lagi mengungkit-ungkit kesalahan kita. Demikian pula 
  seharusnya kita sebagai orang tua.

  Luangkan Waktu: Berlatihlah untuk Minta Maaf dan Pengampunan

  Tinjaulah lagi tiga unsur dalam meminta maaf.
  1. Katakan "maafkan aku" atas suatu pelanggaran.
  2. Sadar bahwa hal itu menyakiti orang lain.
  3. Buat komitmen untuk tidak mengulanginya lagi.

  Latihlah ketiga hal ini dalam diri Anda sehingga anak-anak Anda pun 
  akan mengikuti teladan Anda. Berikan tuntunan bila mereka 
  memerlukannya.

  Latihlah juga pengampunan pada anak-anak Anda. Luangkan waktu untuk 
  keluarga dapat mendiskusikan masalah pengampunan. Bacalah dan 
  renungkan pengampunan yang Allah berikan dalam Ibrani 10. Doakan 
  hati anak-anak Anda agar menjadi lembut untuk mengakui kesalahan, 
  dan doakan hati Anda sendiri agar tidak mengingat kesalahan 
  anak-anak Anda dan mampu mendorong anak-anak Anda dalam kasih dan 
  perbuatan baik.

  Apa Kabar (Memberi dan menerima)

  "Apa kabar" adalah pertanyaan yang paling sering diucapkan dalam
  percakapan sehari-hari. Jawaban yang paling sering muncul pun adalah
  "baik", jawaban yang mungkin saja hanya basa-basi. Padahal,
  pertanyaan ini sesungguhnya mengajak orang untuk keluar dari dirinya
  sendiri dan mulai memandang orang lain. Ini sangat penting untuk
  diajarkan kepada anak-anak. Keintiman emosi tidak bisa terjadi dalam
  hubungan di mana salah satu pihak tidak mau keluar dari dirinya.
  Keintiman emosi bisa terjalin bila masing-masing pihak benar-benar
  saling berkomunikasi dengan mendalam sehingga mengenal dan peduli
  pada pikiran dan perasaan pribadinya.

  Bila anak-anak kita tidak mau keluar dari dirinya, maka mereka akan 
  tersisih dari orang lain sehingga mengikis hubungan persahabatan, 
  pernikahan, dan sesama rekan kerja mereka. Mereka juga tidak bisa 
  memiliki pengenalan yang cukup tentang Allah dan tidak bisa 
  menyembah dan memiliki keintiman dengan-Nya. Penting bagi orang tua 
  untuk mengajarkan hubungan timbal balik -- saling memberi dan 
  menerima -- kepada anak-anak sejak dini.

  Memberi contoh hubungan timbal balik.
  Kebiasaan-kebiasaan Anda yang dilihat oleh anak-anak Anda, misalnya
  menanyakan kabar, menolong orang lain, mengirim kartu ucapan, atau
  perbuatan-perbuatan baik bagi orang lain, bisa menjadi contoh nyata
  bagi anak-anak Anda. Mereka akan belajar melakukan apa yang Anda
  lakukan dan bahwa dunia tidak hanya berputar mengelilingi mereka
  saja.

  Ajakan untuk memberi dan menerima.
  Beberapa cara yang bisa digunakan untuk menolong anak tentang cara
  memberi dalam suatu hubungan, antara lain dengan memberinya dorongan
  untuk memberikan reaksi balik terhadap suasana tertentu, misalnya
  menyapa balik bila disapa orang lain, menjabat tangan orang lain,
  dll.. Kebiasaan memuji orang lain juga bisa menjadi contoh bagi anak
  untuk tidak segan memuji kelebihan orang lain. Pujian juga bisa
  menjadi cara untuk membuka percakapan dengan orang lain. Cara lain
  adalah dengan menanyakan sesuatu. Bantulah anak Anda untuk belajar
  menanyakan sesuatu, khususnya pertanyaan yang menggunakan kata
  "bagaimana".

  Evaluasi hubungan.
  Keseimbangan dalam menjalin hubungan adalah penting. Perhatikan
  apakah anak-anak Anda terlalu banyak bicara atau justru sebaliknya.
  Tolonglah mereka untuk bisa mengevaluasinya. Bila anak Anda adalah
  anak yang pemalu, ajarkan kepada mereka cara memberi dan menerima
  dalam hubungan. Anak yang pemalu biasanya enggan untuk mengatakan
  apa yang mereka butuhkan dan inginkan. Akibatnya, keintiman emosi
  akan hilang bila tidak ada anak yang mengenal anak pemalu itu.

  Luangkan Waktu: Suka dan Duka

  Anda bisa menolong anak yang pemalu yang sudah agak besar dengan
  mengajak mereka mengungkapkan pikiran dan perasaan mereka tentang
  suatu hubungan. Dengan bercerita secara bergiliran, anak-anak bisa
  saling mendoakan, bersyukur kepada Allah atas kesenangan dan
  pimpinan-Nya.

  Untuk anak-anak yang masih kecil, cobalah dengan memberi pertanyaan,
  misalnya tentang apa yang mereka sukai atau kegiatan mereka hari
  itu. Kegiatan semacam ini melatih anak untuk memandang hari-hari
  mereka secara positif.

  Diringkas dari:
  Judul buku: 7 Kecerdasan Emosional yang Dibutuhkan oleh Anak Anda
  Penulis: Pam Galbraith dan Rachel C. Hoyer
  Penerbit: Gospel Press, Batam Centre 2005
  Halaman: 169 -- 198
  
______________________________________________________________________
o/ TIPS o/

                   MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN SOSIAL

  Banyak anak yang berjuang dalam masa transisi mereka -- transisi 
  dari fokus pada diri sendiri menuju kepada kepedulian pada kelompok 
  dan bagaimana memberikan sumbangsih bagi kesejahteraan kelompok itu. 
  Dalam waktu yang singkat, transisi itu dapat terjadi, anak tidak 
  lagi mengucapkan "aku", melainkan "kita".

  Perhatikanlah anak-anak prasekolah yang bermain. Anak-anak yang 
  termudalah yang selalu bermain, baik itu sendirian atau dengan satu 
  atau dua teman yang juga bermain sendiri. Pada usia ini, persaingan 
  masih seputar mainan kesukaan, makanan kecil, dan perhatian. 
  Kegiatan kelompok yang singkat harus dimulai dan diawasi oleh orang 
  dewasa.

  Berbeda dengan anak-anak SD. Di sini, kita akan melihat anak-anak 
  itu telah bermain dan berkarya dalam kerukunan. Mendapatkan 
  perhatian dari guru tetap menjadi hal yang penting, namun interaksi 
  dan penerimaan dari teman sebaya menjadi suatu hal yang diperlukan 
  di sini. Kecenderungan ini terus berlangsung sampai ke tingkat yang 
  lebih tinggi. (Kadang-kadang kecenderungan itu berkembang menjadi 
  sikap buruk yang dilakukan demi mendapat penerimaan dari teman-teman 
  mereka meskipun hal tersebut ditentang oleh guru.)

  Seiring dengan meningkatnya kepedulian anak-anak terhadap teman 
  sebaya, mereka seharusnya menjadi lebih bertanggung jawab atas 
  perilaku yang memberikan pengaruh pada lingkungan sekitar mereka. 
  Guru pengamat bisa menolong murid untuk membangun kemampuan sosial 
  yang baik dengan menerapkan disiplin yang tepat, memberikan 
  semangat, dan merancang peluang agar anak-anak dapat bersekutu.

  1. Berikan kesempatan untuk bergantian. 
     Sejak awal, anak-anak membangun perasaan yang kuat tentang 
     keadilan -- tetapi mereka biasanya lebih cepat meminta keadilan 
     daripada mengusahakannya. Tidak semua anak membangun kemampuan 
     sosial dengan tingkat yang sama, dan mereka yang berbuat tidak 
     baik harus dengan sungguh-sungguh ditegur, tetapi dengan kasih.

  2. Pujilah usaha kerja sama mereka. 
     Tunjukkan peristiwa-peristiwa harmonis dan kerja sama yang 
     produktif. Tindakan-tindakan yang mendapatkan pujian akan mereka 
     ulangi.

  3. Bantulah murid-murid untuk belajar bahwa kemampuan individual
     bisa menjadi keuntungan bagi kelompok mereka. 
     Anak-anak tidak hanya perlu menghargai talenta mereka saja, namun 
     juga talenta teman-teman sekelas mereka.

  4. Doronglah mereka untuk berpikir mandiri. 
     Tuntun dan berikan fasilitas, tetapi berikan pilihan. Gunakan 
     percakapan-percakapan bimbingan untuk menunjukkan perilaku yang 
     benar.

  5. Berikan kesempatan untuk bersekutu. 
     Memberi anak-anak kesempatan untuk mengerjakan tugas dan bermain 
     dengan anak-anak lain dalam suasana kekristenan merupakan faktor 
     penting dalam mengembangkan perilaku mereka yang bisa diterima 
     dalam masyarakat. Anak-anak yang terlibat dalam program kelompok 
     tertentu mungkin mendapatkan kemampuan kepemimpinan. Proses yang 
     demokratis dan tanggung jawab yang dapat diterima merupakan 
     faktor penting dalam belajar untuk berbagi.

  6. Membangun kepekaan sosial melalui pelayanan. 
     Carilah suatu proyek pelayanan yang bisa dikerjakan oleh 
     murid-murid Anda sesuai dengan kelompok usia mereka. Setiap 
     gereja memiliki tugas yang sederhana, tetapi menyita banyak waktu 
     sehingga membebani stafnya. Warga dewasa terbeban dengan 
     tugas-tugas yang sudah tidak dapat mereka selesaikan lagi. 
     Anak-anak bisa membantu -- dan mungkin menikmatinya -- dalam 
     mengerjakannya.

  7. Jangan mendukung persaingan antara anak laki-laki dan perempuan.
     Sikap antagonis terhadap teman yang berlainan jenis kelamin
     muncul pada pertengahan tahun-tahun sekolah dasar. Menghormati
     teman sebaya harus diajarkan untuk memperluas kelompok gender
     anak. Persaingan tidak sama manfaatnya dengan kerja sama.

  Ajarkan anak-anak bagaimana menerapkan firman Tuhan dalam hubungan 
  mereka dengan orang lain. Tunjukkan kepada mereka dengan memberikan 
  contoh bagaimana menunjukkan kasih-Nya. Dan tuntunlah mereka juga 
  dalam mengikuti panggilan Kristus untuk mengasihi sesama kita. 
  (t/Ratri)

  Diterjemahkan dan diringkas dari:
  Judul buku: The Complete Handbook for Children`s Ministry
  Judul asli artikel: Social Skill Development
  Penulis: Dr. Robert J. Choun dan Dr. Michael S. Lawson
  Penerbit: Thomas Nelson Publishers, Nashville 1993
  Halaman: 302 -- 303
  
______________________________________________________________________
o/ BAHAN MENGAJAR o/

                     BERBAGI: SEPATAH KATA SAJA

  Refleksi untuk Orang Tua

  Beberapa tahun yang lalu, Ibu Teresa mengunjungi San Diego dan 
  mengadakan pertemuan dengan para hamba Tuhan dan orang-orang awam 
  yang terlibat dalam pelayanan terhadap para tunawisma, orang-orang 
  yang sakit, terlantar, dan teraniaya. Ribuan orang berdatangan untuk 
  mendengar kata-kata bijak dan bimbingan yang akan disampaikan oleh 
  hamba Allah yang bertubuh kecil dan sederhana itu.

  Ketika Ibu Teresa naik ke podium, sebuah pertanyaan diajukan 
  kepadanya: "Dengan begitu banyaknya orang yang membutuhkan 
  pertolongan, bagaimana kita berharap dapat berbuat sesuatu terhadap 
  wabah kemiskinan dan kelaparan yang merajalela, baik di tempat kita 
  masing-masing maupun di seluruh dunia?" Ia berdiri dan berdiam diri 
  beberapa saat, sambil memandang wajah-wajah yang sedang menanti 
  jawaban, lalu ia hanya mengucapkan sepatah kata, "Berbagilah."

  Masyarakat yang bergaya hidup konsumerisme biasa menikmati kekayaan 
  berlimpah, sementara kita masih terus-menerus bergumul dengan adanya 
  kemiskinan di tengah-tengah kita. Kita juga harus bergumul dengan 
  sikap pribadi yang sering kali mengubah "keinginan" menjadi 
  "kebutuhan". Sampai di manakah ukuran "cukup" bagi kita? Kita harus 
  selalu mengajukan pertanyaan ini pada diri kita, baik secara 
  individu maupun kelompok.

  Berbagi tidak hanya terbatas pada harta benda. Alkitab menyatakan 
  adanya hubungan langsung antara memberi harta benda dengan memberi 
  diri kita. Bila kita benar-benar mau memberi diri kita, kita tidak 
  akan keberatan untuk memberikan harta benda kita. Saat kita belajar 
  menghargai kasih lebih dari mengasihi harta kita, maka kita menjadi 
  orang-orang terkaya dalam Kerajaan Surga.

  Refleksi untuk Seluruh Anggota Keluarga

  Bayangkan, seandainya kamu punya sebuah pisau. Sementara itu, tiga
  orang temanmu masing-masing punya sebuah roti yang masih utuh, selai
  kacang, dan jeli. Saat itu, waktu untuk makan siang sudah lewat dan
  kalian merasa lapar. Kamulah yang akan merasa paling lapar sebab
  paling tidak, teman-temanmu memiliki sesuatu untuk dimakan, meski
  makanan-makanan itu tidak begitu enak jika dimakan secara terpisah.
  Tetapi bagaimana jika kalian duduk bersama dan berbagi 
  makanan-makanan itu? Masing-masing akan menikmati roti lapis selai 
  kacang dan jeli.

  Berbagi adalah sesuatu yang aneh. Bila kamu berbagi dengan 
  seseorang, berarti kamu mengurangi apa yang kamu miliki, tetapi 
  kemudian kamu justru mendapat lebih banyak! Bagaimana itu dapat 
  terjadi? Begini, seseorang yang melihat kamu membagi sesuatu ingin 
  melakukan hal yang sama, sehingga ia pun berbagi denganmu. Dengan 
  demikian, kamu memeroleh seorang sahabat dan kebahagiaan yang tidak 
  kamu miliki sebelumnya. Jika setiap orang mau berbagi, maka setiap 
  orang dapat memiliki lebih banyak.

  Sebenarnya ada banyak hal yang dapat kita bagikan, bukan hanya
  benda-benda yang kita miliki, tetapi juga diri kita sendiri. Kita
  dapat memberi diri kita dengan bersikap ramah, hormat, dan penuh
  perhatian kepada orang lain.

  Hari 1: 
  Orang muda yang kaya bertanya kepada Yesus (Markus 10:1, 13-22)
  1. Apa yang diinginkan orang ini dari Yesus?
  2. Apa saja yang mungkin menjadi penghalang bagimu untuk hidup bagi
     Yesus? Sejauh mana kamu rela mengyingkirkan hal-hal itu?

  Hari 2: 
  Uang si janda (Markus 12:38-44)
  1. Mengapa Yesus menilai persembahan si janda lebih besar dari
     persembahan orang kaya itu?
  2. Diskusikanlah bagaimana kamu dapat memberi kepada orang lain.
     Misalnya, apakah kamu memberi persembahan kepada gerejamu?

  Hari 3: 
  Perempuan-perempuan yang melayani Yesus (Lukas 7:37-8:3)
  1. Bagaimana perempuan-perempuan itu melayani Yesus?
  2. Apakah kamu mengenal beberapa misionaris? Siapa yang mendukung
     keuangan mereka sehingga mereka dapat terus melayani?

  Hari 4: 
  Orang kaya yang serakah (Lukas 12:13-21)
  1. Orang kaya ini memiliki lebih dari apa yang ia perlukan. 
     Bagaimana ia mengelola kekayaannya?
  2. Bagaimana orang-orang pada masa kini berbuat seperti yang
     dilakukan oleh orang kaya dalam perumpamaan itu?

  Hari 5: 
  Tuailah apa yang kamu tabur (2 Korintus 9:17-19)
  1. Bagaimana Allah memelihara hidup kita?
  2. Bagaimana Tuhan memberkati keluarga Anda tahun ini?

  Hari 6: 
  Pesan bagi mereka yang kaya (1 Timotius 6:17-19)
  1. Bagaimana seharusnya kita menggunakan kekayaan kita?
  2. Apa harapan Anda mengenai bagaimana keluarga Anda menggunakan
     uang pada masa yang akan datang?

  Aktivitas Khusus: Berbagi Barang

  Barang-barang yang kita miliki tanpa terasa begitu cepat menumpuk. 
  Mainan yang sudah agak usang, pakaian yang sudah terlalu kecil, 
  buku-buku yang sudah tidak dibaca lagi -- tanpa sadar, sudah 
  memenuhi lemari-lemari di rumah Anda. Sediakanlah waktu untuk 
  membersihkan lemari-lemari tersebut. Sumbangkan sebagian 
  barang-barang Anda, yaitu benda-benda yang sudah tidak terpakai, ke 
  suatu organisasi di daerah Anda yang mungkin memerlukannya. Mungkin 
  juga tempat penitipan anak di gereja dapat menggunakan beberapa 
  mainan dan buku-buku tersebut. Keluarga Anda akan menikmati sukacita 
  dalam berbagi dengan orang lain!

  Diambil dan disunting seperlunya dari:
  Judul buku: Belajar Bersama
  Penulis: Janice Y. Cook
  Penerbit: Yayasan Gloria, Yogyakarta 1999
  Halaman: 158 -- 160

______________________________________________________________________
o/ WARNET PENA o/

    HALAMAN MEWARNAI DAN CERITA ALKITAB DALAM BIBLEQUIZZES.ORG.UK
     http://www.biblequizzes.org.uk/sunday-school-resources.php

  Anda mencari sumber-sumber gratis untuk kegiatan mewarnai di sekolah 
  minggu? Silakan masuk ke dalam menu Sunday School situs ini. Dalam 
  halaman ini, terdapat gambar-gambar yang dapat Anda cetak lalu 
  diwarnai oleh anak-anak layan Anda. Anda dapat segera mengoleksinya 
  dengan masuk ke menu Colouring Sheets. Tidak hanya itu, ada pula 
  lebih dari dua puluh cerita Alkitab yang dapat Anda ambil sebagai 
  ide bahan mengajar dalam kelas sekolah minggu. Menu untuk 
  mendapatkan bahan-bahan mengajar tersebut bernama Sunday School 
  Lessons. Selain itu, situs ini sendiri sebenarnya merupakan sebuah 
  situs yang berisi kuis-kuis Alkitab. Karena itu, jika Anda ingin 
  mendapatkan kuis-kuis dan permainan-permainan sehubungan dengan 
  Alkitab, situs ini merupakan referensi yang tepat bagi Anda.
  
  Oleh: Davida (Redaksi) 
    
______________________________________________________________________
o/ MUTIARA GURU o/

     Membaca tanda-tanda sosial hanyalah merupakan langkah awal. 
          Langkah selanjutnya adalah memberi tanggapan.
          
______________________________________________________________________
Korespondensi dan kontribusi bahan dapat dikirimkan ke redaksi:
<binaanak(at)sabda.org> atau <owner-i-kan-binaanak(at)hub.xc.org>
______________________________________________________________________
Pemimpin Redaksi: Davida Welni Dana
Staf Redaksi: Kristina Dwi Lestari dan Christiana Ratri Yuliani
Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA
Didistribusikan melalui sistem network I-KAN
Copyright(c) e-BinaAnak 2008 -- YLSA
http://www.ylsa.org/ ~~ http://katalog.sabda.org/
Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati
______________________________________________________________________
Anda terdaftar dengan alamat email: $subst(`Recip.EmailAddr`)
Alamat berlangganan: <subscribe-i-kan-BinaAnak(at)hub.xc.org>
Alamat berhenti: <unsubscribe-i-kan-BinaAnak(at)hub.xc.org>
Arsip e-BinaAnak: http://www.sabda.org/publikasi/e-binaanak/
Pusat Elektronik Pelayanan Anak Kristen: http://pepak.sabda.org/

Bergabunglah dalam Network Anak di Situs In-Christ.Net:
http://www.in-christ.net/komunitas_umum/network_anak

______________PUBLIKASI ELEKTRONIK UNTUK PEMBINAAN GURU_______________

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org