Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-binaanak/423

e-BinaAnak edisi 423 (11-3-2009)

Prinsip-Prinsip Mengajar

 

___e-BinaAnak (Milis Publikasi Elektronik untuk Para Pembina Anak)____

  DAFTAR ISI EDISI 423/MARET/2009

  - SALAM DARI REDAKSI: Sukacitaku Menjadi Rekan Sekerja Allah
  - ARTIKEL: Prinsip Pelayanan Mengajar dalam Alkitab
  - MUTIARA GURU
  - TIPS: Menjadi Guru yang Berharga
  - BAHAN MENGAJAR: Yesus Disalibkan
  - WARNET PENA: Situs Sunday School Idea: Langkah Praktis Menyusun
                 Kurikulum Sekolah Minggu

______________________________________________________________________
   Korespondensi dan kontribusi bahan dapat dikirimkan ke redaksi:
  <binaanak(at)sabda.org> atau <owner-i-kan-binaanak(at)hub.xc.org>
______________________________________________________________________
SALAM DARI REDAKSI

                 SUKACITAKU MENJADI REKAN SEKERJA ALLAH

  Tuhan bekerja melalui hamba-hamba-Nya untuk memenuhi tujuan-Nya atas
  dunia ini. Pun dalam bidang pelayanan anak yang merupakan bagian
  penting dalam rencana-Nya. Melalui pelayan-pelayan anak yang Dia
  panggil, Allah bekerja dan menjadikan kita rekan sekerja-Nya.
  Berkesempatan melayani anak-anak bagi Kristus tentu merupakan sebuah
  anugerah bagi kita.

  Pada minggu kedua ini, Anda akan diajak untuk menyimak
  prinsip-prinsip pelayanan mengajar melalui pengenalan
  istilah-istilah belajar mengajar dalam PL dan PB, yang kami harap
  dapat semakin menguatkan kita dalam mengajar. Kemudian di menu Tips,
  Anda akan mendapatkan hal-hal yang patut Anda perhatikan agar Anda
  dapat menjadi seorang guru yang berharga.

  Pelayan Anak, selamat menikmati sajian publikasi e-BinaAnak kali ini
  dan terus bersemangat dalam tanggung jawab pelayanan kita. Tuhan
  Yesus memberkati.

  Staf Redaksi e-BinaAnak,
  Kristina Dwi Lestari
  http://www.sabda.org/publikasi/arsip/e-binaanak/
  http://pepak.sabda.org/

      "Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk
  mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan
       untuk mendidik orang dalam kebenaran." (2 Timotius 3:16)
           < http://sabdaweb.sabda.org/?p=2Timotius+3:16 >

______________________________________________________________________
ARTIKEL

               PRINSIP PELAYANAN MENGAJAR DALAM ALKITAB

  Istilah-Istilah Belajar Mengajar dalam Perjanjian Lama

  Ada empat kata Ibrani yang biasa digunakan dalam Alkitab untuk
  menjelaskan tentang pengajaran; yaitu "lamad" (mengajar), "yada"
  (mengetahui), "bin" (bisa membedakan atau memahami), dan "zahar"
  (memperingatkan).

  Lamad adalah kata Ibrani yang paling sering dikaitkan dengan proses
  belajar mengajar. Aslinya, "lamad" berarti mendorong lembu agar dia
  terus berjalan. Kemudian kata tersebut digunakan untuk menegaskan
  bagaimana membuat seseorang tahu tentang sesuatu. Lamad sebenarnya
  berarti "menyebabkan belajar", yang merupakan satu indikasi jelas
  bahwa pengajaran yang alkitabiah tak dapat dipisahkan dari belajar.
  Kita yang mengaku menjadi guru, belum dapat dikatakan mengajar
  sampai seseorang yang kita ajar belajar. Pengertian lamad ini
  mengembalikan kebenaran ke asalnya.

  Contoh kata lamad ini ditemukan di Kitab Ulangan: "Engkau harus
  "mengajar" (lamad) mereka, supaya mereka melakukannya" (5:31). Coba
  perhatikan, hukum-hukum Tuhan diajarkan bukan sebagai pengetahuan
  yang abstrak, tapi diajarkan dengan penerapan dalam kehidupan
  sehari-hari.

  Yada menjelaskan suatu tingkat pemahaman yang dalam, kata ini banyak
  digunakan dalam Perjanjian Lama untuk menjelaskan kedekatan seksual.
  Namun demikian, Yada digunakan dalam kitab Yosua untuk menggambarkan
  respons bangsa Israel terhadap petunjuk Tuhan: "supaya kamu
  "mengetahui" (yada) jalan yang harus kamu tempuh" (3:4). Di sini,
  Tuhan berbicara dan memberi petunjuk kepada bangsa Israel melalui
  Tabut Perjanjian. Ketika dibawa, tabut ini menyampaikan maksud
  Tuhan; bahwa pengetahuan membuat bangsa Israel mampu menyelesaikan
  perjalanannya. Pengetahuan menuntun pada satu tindakan.

  Bin awalnya berarti "memisahkan", tapi karena bahasa Ibrani
  berkembang, kini bin berarti "membedakan" atau "memahami". Kita
  membaca dalam Nehemia bahwa setelah orang-orang Yahudi membangun
  kembali tembok Yerusalem, "orang-orang Lewi `mengajarkan` (bin)
  Taurat kepada orang-orang itu" (8:7). Kini, beberapa orang
  menganggap konsep ini sebagai pengertian batin, yang menuntun pada
  satu tindakan yang bertolak belakang dengan pemahaman logika yang
  tidak dapat dipraktikkan dalam kehidupan.

  Zahar merupakan kata Ibrani keempat yang akan kita pelajari. Kata
  ini sebenarnya berarti "memancarkan cahaya", lalu kata ini berarti
  "memperingatkan". Dalam Yehezkiel, nabi Tuhan diperintahkan untuk
  "memperingatkan" (zahar) orang jahat itu dari hidupnya yang jahat
  supaya ia tetap hidup (3:18). Tujuan dari suatu peringatan adalah
  untuk memperbaiki tindakan. Seseorang yang menerima peringatan harus
  memerhatikannya. Jika tidak, peringatan itu akan menjadi sia-sia.

  Apakah seorang guru sudah mengajar? Semuanya tergantung apakah
  pelajarannya sudah dipelajarinya atau belum. Mengajar yang benar
  menuntun untuk belajar. Tuhan menginginkan agar guru mengajar dengan
  cara yang baik agar murid bisa belajar. Keempat kata Ibrani ini
  membuktikan fakta tersebut.

  Beberapa tahun yang lalu, ketika ketiga anak kami masih naik sepeda
  roda tiga. Saya memberi tahu mereka agar tidak meninggalkan sepeda
  mereka di belakang mobil yang sedang diparkir. Dengan sabar, saya
  berusaha menjelaskan apa yang akan terjadi jika saya memundurkan
  mobil dan tidak tahu jika ada sepeda roda tiga di sana. Sebelum Anda
  bertanya kepada saya, saya akan mengatakannya kembali kepada Anda
  bahwa saya sudah berulang kali menyampaikan hal ini kepada anak
  saya. Bahkan saya sudah mengajarkan satu atau dua hal kepada mereka.
  Saya benar-benar sudah mengatakannya!

  Suatu hari ketika saya memundurkan mobil, saya mendengar bunyi derak
  yang memekakkan. Pengecekan yang mencemaskan menambah ketakutan
  saya. Di situ, di bawah mobil, teronggoklah sepeda roda tiga yang
  sudah bengkok dan rusak. Saya menjadi geram. Lantas, bukankah saya
  sudah menashati anak saya agar tidak meninggalkan sepeda mereka di
  sana? Kemudian muncul satu pemikiran di benak saya. Jujur, saya tahu
  bahwa saya tidak mengajarkan apa-apa kepada anak-anak saya. Saya
  hanya memberi tahu mereka sesuatu. Tidak ada pelajaran nyata yang
  terjadi; kenyataan bahwa sepeda roda tiga itu kini teronggok di
  bawah mobil saya membuktikannya. Ini adalah pelajaran mahal, namun
  mengajarkan kepada saya bahwa ada banyak hal mengenai pengertian
  yang hakiki dari proses belajar-mengajar.

  Istilah Belajar Mengajar dalam Perjanjian Baru

  Bersyukur kita tidak perlu belajar melalui sepeda rusak. Kita bisa
  memerhatikan perintah. Ada yang pernah mengatakan bahwa pengalaman
  bisa menjadi guru terbaik; masalahnya, pengalaman memberi ujian
  sebelum memberi pelajaran! Tuhan menghendaki para guru mengajar
  dengan suatu sistem agar murid terhindar dari hasil yang tidak
  menyenangkan karena belajar dari pengalaman. Kata-kata Yunani yang
  biasa digunakan dalam Perjanjian Baru untuk menjelaskan proses
  belajar mengajar banyak menunjukkan bahwa memerhatikan perintah
  lebih baik daripada menderita karena belajar dari pengalaman yang
  menyedihkan. Istilah-istilah yang akan kita pelajari antara lain
  "didasko" (mengajar), "noutheteo" (memperingatkan/menegur), paideuo
  (melatih), dan "matheteuo" (memuridkan).

  Didasko digunakan lebih dari 100 kali dalam Perjanjian Baru. Arti
  kata ini muncul dari kata lain, "dao", yang berarti "mempelajari".
  Kata didasko sesungguhnya menunjukkan keterkaitan yang erat antara
  mengajarkan suatu pelajaran dan mengaplikasikannya dalam kehidupan.

  Dalam suratnya yang pertama untuk jemaat Korintus, Paulus memberi
  tahu orang-orang Korintus agar mereka melakukan prinsip-prinsip
  pengajarannya, "seperti yang kuajarkan (didasko) di mana-mana dalam
  setiap jemaat" (4:17). Pesan ini sangat penting sehingga Paulus
  mengutus Timotius untuk mengirimkannya sendiri. Orang-orang Korintus
  diharapkan memerhatikan cara hidup Paulus dan mengikuti teladannya
  dalam mengikut Kristus (4:16). Sekarang, bahkan sejak itu, perintah
  seharusnya menuntun pada ketaatan, yang menghasilkan kehidupan
  Kristen yang benar.

  Noutheteo sebenarnya merupakan kombinasi dua kata, "nous"
  (pikiran) dan "titheni" (menaruh atau menempatkan). Setelah keduanya
  digabung, secara harfiah kata ini berarti mengingat. Karena
  noutheteo biasanya diterjemahkan menjadi mengingatkan/menegur, atau
  memerintahkan, Paulus menasihati para orang tua untuk "mendidik
  (anak-anak) di dalam ajaran dan nasihat Tuhan" (Efesus 6:4).

  Jika kata sebelumnya cenderung menekankan peringatan-peringatan
  mengenai apa yang tidak boleh dilakukan, paideuo membahas lebih
  banyak perintah yang membangun. Kata ini bisa diterjemahkan menjadi
  "melatih" atau "mendidik". Yang ditekankan di sini adalah
  memberikan arahan yang positif. Ini berarti lebih dari sekadar
  memberi tahu anak Anda untuk tidak meninggalkan sepeda di belakang
  mobil. Ini berarti Anda harus menunjukkan kepadanya tempat yang
  tepat untuk meletakkan sepedanya. Seperti yang dinyatakan oleh
  Paulus, "Segala tulisan yang diilhamkan Tuhan memang bermanfaat
  untuk ... mendidik (paideuo) orang dalam kebenaran" (2 Timotius
  3:16). Perintah yang alkitabiah selalu menghasilkan perubahan
  perilaku yang mengarah ke kehidupan yang benar.

  Matheteuo adalah kata keempat yang akan kita bahas pada bagian
  ini. Asal kata ini diambil dari kata "manthano" (mempelajari);
  bentuk kata kerjanya menekankan proses bagaimana seseorang bisa
  menjadi murid. Jadi, para pengikut Yesus adalah murid-Nya karena
  mereka belajar dari-Nya dan setia mengikut-Nya.

  Untuk memahami kata-kata ini, penting bagi kita untuk memerhatikan
  penekanan masing-masing bagian, kemudian mempraktikkan hal-hal yang
  sudah diajarkan tersebut. Anak saya mengerti bahwa dia tidak
  seharusnya membiarkan sepedanya di belakang mobil. Namun, dalam
  pengertian alkitabiah, dia tidak memahaminya. Dia sadar bahwa saya
  sudah memberitahu dia apa yang harus dilakukan; ketika dia
  meletakkan sepedanya di belakang mobil, dia bahkan mungkin sudah
  berpikir, aku tidak boleh meletakkannya di sini, tapi aku akan
  segera kembali dan menyingkirkannya sebelum ayah kembali. Akan
  tetapi, anak saya benar-benar tidak belajar dari pelajaran yang
  dimaksudkan karena dia gagal mengartikan pengetahuan itu ke dalam
  suatu tindakan.

  Apa Arti Semua ini?

  Apakah Anda pernah memerhatikan bahwa beberapa guru menetapkan
  tujuan yang sangat pendek atas perintah mereka? Beberapa guru merasa
  memberlakukannya hingga pelajaran selesai sudahlah cukup. Atau
  mungkin mereka sudah puas jika mereka bisa membuat murid-muridnya
  tenang. Beberapa guru lainnya mungkin akan bertindak lebih jauh.
  Tujuan mereka adalah "untuk menyelesaikan materi". Sayangnya, hal
  ini sering diartikan untuk "mengatakan semua yang ingin saya
  katakan" dengan sedikit penghargaan karena proses belajar yang nyata
  sudah terlaksana.

  Seperti kata-kata yang sudah kita pelajari, mengajar seharusnya
  menjadi lebih dari sekadar mengisi waktu, membuat murid-murid
  tenang, atau bahkan menyelesaikan materi. Pengajaran harus
  diwujudkan dalam kehidupan. Pengajaran harus memengaruhi perilaku
  karena itu adalah perintah yang sesungguhnya.

  Kebanyakan orang bisa memandang kembali kejadian-kejadian penting
  dalam kehidupan mereka. Terkadang sesuatu dalam hidup berubah karena
  adanya hubungan tertentu. Hal ini benar-benar saya alami. Ketika
  saya masih muda, Tuhan menyiapkan beberapa guru yang pelayanannya
  benar-benar mendewasakan kerohanian saya. Saya pikir tak ada satu
  guru pun yang sadar akan pengaruh besar yang mereka miliki. Mereka
  dipakai Tuhan untuk memberi perintah dan teladan yang saya perlukan
  pada saat itu.

  Ketika Anda mempersiapkan diri untuk mengajar, ingatlah selalu bahwa
  Tuhan memberi Anda hak istimewa untuk menjadi hamba pilihan-Nya
  untuk menyentuh kehidupan murid secara khusus. Memang benar, butuh
  banyak usaha untuk bisa mengajar dengan efektif. Namun, ini
  merupakan cara paling penting dalam melayani Tuhan. Saya berdoa agar
  suatu hari nanti, beberapa orang bisa berpikir ulang saat Tuhan
  kembali mengarahkan hidupnya. Saya juga berdoa agar Anda bisa
  menjadi saluran di mana melalui Anda, Tuhan bekerja. (t/Setya)

  Diterjemahkan dari:
  Judul buku: Make Your Teaching Count!
  Judul asli artikel: Old Testament Teaching/Learning Terms
  Penulis: Wesley R. Willis
  Penerbit: Victor Books, Illinois 1986
  Halaman: 22 -- 26

______________________________________________________________________
MUTIARA GURU

             Jadilah guru yang menjadi bagian dalam proses
                kedewasaan rohani anak-anak layan kita.
                       (Kristina - Pelayan Anak)

______________________________________________________________________
TIPS

                     MENJADI GURU YANG BERHARGA

  1 Korintus 13 untuk Para Guru

  Sekalipun aku dapat berkata-kata dengan fasih soal "mendidik" dan
  "mengasuh anak", tetapi jika aku tidak memunyai kasih, aku sama
  dengan bunyi bor api atau genta kiamat.

  Sekalipun aku mengetahui akan menjadi apakah muridku, dan sekalipun
  aku memahami semua mata pelajaran dan kurikulum, dan sekalipun
  keyakinanku akan kemampuan murid-muridku menghasilkan segala hal
  positif yang sudah diperkirakan, tetapi jika aku tidak memunyai
  kasih, aku bukan siapa-siapa.

  Sekalipun aku membeli sepatu dan pakaian untuk murid-muridku yang
  kurang mampu atau sekalipun aku menjadi sukarelawan untuk sekolah di
  daerah perang, tetapi jika aku tidak memunyai kasih, sia-sialah
  semua yang aku lakukan.

  Kasih itu dengan senang hati mau menolong murid yang kurang pandai
  supaya "berhasil". Kasih itu mengatakan hal-hal baik kepada semua
  anak dan tidak pernah membiarkan satu anak pun ditertawakan. Kasih
  itu tidak iri saat guru lain diberi fasilitas dan peralatan yang
  lebih baik; kasih tidak mudah puas saat nilai ujian seseorang
  mencapai poin di atas nilai rata-rata nasional; kasih tidak
  menyombongkan kemampuan mengajar yang lebih baik.

  Kasih itu tidak mengganggu anak dengan tidak sopan; kasih tidak
  semena-mena; kasih tidak marah saat tidak dihargai; kasih tidak
  menyimpan dendam yang tersembunyi dalam buku catatan.

  Kasih tidak bersukacita saat mendapati anak-anak jatuh dalam pilihan
  yang salah, tetapi bersukacita saat anak-anak memilih kebenaran.
  Kasih selalu melindungi anak-anak dari hal-hal yang bisa menyebabkan
  mereka tumbuh dewasa lebih cepat, kasih selalu membangun kepercayaan
  dengan memberi kesempatan-kesempatan kepada anak untuk dipercaya,
  kasih selalu percaya akan kemampuan terbaik para murid, kasih
  bertahan dengan semua orang dan terus berbuah.

  Kasih tidak akan pernah gagal karena Tuhan merancangkan
  keberhasilan.

  Tetapi intuisi akan berhenti; jargon pendidikan tak akan terdengar,
  mata pelajaran dan kurikulum akan mati.

  Demikianlah tinggal ketiga hal ini, yaitu melihat kemampuan anak
  dengan mata iman, percaya pada yang terbaik tentang anak dengan
  penuh harapan, dan mengupayakan hal-hal terbaik untuk anak dengan
  hati yang penuh kasih. Namun, yang paling besar di antaranya ialah
  kasih. (t/Setya)

  * Ditulis dan diparafrasakan oleh: Sue Bohlin

  Diterjemahkan dari:
  Judul buku: Becoming a Treasured Teacher
  Judul asli artikel: 1 Corinthians 13 for Teachers
  Penulis: Jody Capehart
  Penerbit: Victor Books, Illinois 1992
  Halaman: 102

______________________________________________________________________
BAHAN MENGAJAR

                        YESUS DISALIBKAN

  Yesus bertumbuh. Alkitab berkata bahwa Dia semakin bertumbuh; Dia
  tumbuh dalam kebijaksanaan (belajar); Dia tumbuh untuk menyenangkan
  Allah dan menyenangkan manusia. (Kamu juga dapat bertumbuh dalam
  empat hal tersebut jika kamu memilih untuk melakukannya juga.)
  Ketika Yesus berumur 30 tahun, Dia mulai mengajar, tetapi tidak
  semua orang mendengar-Nya. Tidak semua orang percaya akan mukjizat
  yang dilakukan-Nya, hal khusus yang bisa dilakukan Tuhan.

  Bahkan, ada salah satu dari murid-murid-Nya yang tidak percaya, dan
  ketika Yudas setuju untuk menjual Yesus kepada musuh-musuh-Nya
  seharga 30 keping perak! Yudas tetap tidak percaya. Yudas
  menunjukkan Yesus kepada musuh-musuh-Nya, dan mereka datang dengan
  membawa pedang, alat pemukul, dan obor-obor untuk membawa Yesus
  pergi. Apa yang telah Dia lakukan? Mengapa mereka memperlakukan Dia
  seperti seorang penjahat? Dia hanya mengajarkan Kebenaran, tetapi
  orang-orang ini tidak percaya. Mereka membenci kebenaran. Mereka
  membenci Tuhan Yesus. Di dalam hati mereka, mereka membenci Allah
  meskipun mereka tahu bahwa mereka diajarkan untuk mengasihi Dia.

  Mereka membawa Yesus kepada Pontius Pilatus. Mereka berbohong
  menyalahkan-Nya, mengatakan dusta, berkata bahwa Dia yang layak
  untuk mati, tetapi mereka tidak dapat membuktikan apa yang mereka
  katakan. Yesus tidak melakukan kesalahan. Dia benar-benar adalah
  Anak Allah. Pilatus mengetahuinya sehingga dia mengatakan, "Aku
  tidak menemukan kesalahan apa pun dari orang ini." Tetapi kerumunan
  orang banyak yang marah itu tidak puas. Pilatus mengirimkan Yesus ke
  penguasa yang lain, Raja Herodes. Herodes ingin melihat Yesus
  melakukan mukjizat. Dia ingin dihibur, tetapi Yesus tidak mau
  melakukan apa yang Herodes suruh, karena Herodes bukan orang
  percaya. Tentara-tentara yang tidak percaya mulai mengejek Yesus.
  Mereka mulai menertawakan Dia. Menendang dan meludahi-Nya. Mereka
  memukul Yesus dengan kepalan tangan mereka. Mereka memukul Yesus
  dengan tongkat. Mereka memakaikan jubah raja yang sudah tua
  kepada-Nya. Menaruh mahkota duri di kepala-Nya. Mereka berpura-pura
  menyembah Dia, tetapi mereka adalah orang-orang yang tidak percaya.
  Mereka tidak akan mau percaya kepada rencana Allah mengenai
  Anak-Nya. Herodes kembali mengirimkan Yesus ke Pilatus.

  Pilatus takut, takut melakukan apa yang dia ketahui itu benar. Dia
  tahu bahwa Yesus tidak melakukan kesalahan apa pun. Dia tahu bahwa
  dia harus melepaskan-Nya, tetapi orang banyak terus berteriak,
  "Salibkan Dia, salibkan Dia. Jika kamu tidak mau melakukannya, kamu
  bukan teman kaisar. Yesus bukan raja. Kaisar adalah satu-satunya
  raja." Pilatus memerintahkan supaya Yesus dihukum cambuk. Para
  tentara mencambuki punggung-Nya hingga tercabik-cabik. Tetapi,
  kerumunan orang banyak yang tidak percaya itu merasa tidak puas.
  "Salibkan Dia, salibkan Dia," teriak mereka. Akhirnya Pilatus
  menyerah.

  Mereka membawa Yesus ke sebuah bukit yang disebut Kalvari. Di sana,
  mereka memaku tangan dan kaki-Nya. Yesus telah dibuatkan salib dari
  kayu. Mereka telah menyediakan paku untuk Yesus. Yesus telah membuat
  para tentara itu sibuk. Yesus membuat seluruh dunia gempar, tetapi
  dunia tidak mengenal Dia, dunia tidak percaya kepada-Nya. Mereka
  menyalibkan Dia di antara dua pencuri. Salah satu dari pencuri itu
  berkata: "Jika kamu adalah Anak Allah, selamatkan dirimu dan juga
  aku." Penjahat itu bukanlah orang percaya. Pencuri yang satunya lagi
  adalah orang percaya. Dia berkata, "Yesus, ingatlah akan aku,
  apabila Engkau datang sebagai Raja." Yesus menjawab penjahat yang
  sudah percaya ini, "Hari ini juga engkau akan ada bersama-sama
  dengan Aku di dalam Firdaus." Pencuri itu percaya bahwa Yesus adalah
  Anak Allah. Dia percaya bahwa Yesus adalah manusia. Dia percaya
  Yesus akan bangkit lagi. Dia percaya bahwa Allah akan mengirimkan
  anak-Nya.

  Bagaimana dengan kamu? Kristus mati untuk menebus dosa-dosa kita
  seperti yang dikatakan di dalam Alkitab. Dia dikuburkan, dan Dia
  bangkit pada hari ketiga seperti yang ada di Alkitab.

  1 Korintus 15:3-4. Sudahkah kamu menerima Dia dalam hidupmu, percaya
  kepada-Nya sebagai satu-satu-Nya Tuhan dan Juru Selamat yang
  menghapus dosa? "Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya
  kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya
  dalam nama-Nya." (Yoh. 1:12) (t/Kristin)

  Diterjemahkan dari:
  Nama situs: Bibleline.org
  Judul asli artikel: Jesus is Crucified
  Penulis: tidak dicantumkan
  Alamat URL: http://www.bibleline.org/easter-2.html

______________________________________________________________________
o/ WARNET PENA o/


         SITUS SUNDAY SCHOOL IDEA: LANGKAH PRAKTIS MENYUSUN
                     KURIKULUM SEKOLAH MINGGU
        http://www.sunday-school-ideas-for-new-teachers.com/

  Hal terpenting dalam sebuah proses belajar mengajar di sekolah
  minggu adalah mempersiapkan kurikulum pengajaran dengan
  sebaik-baiknya. Dengan adanya kurikulum, pelayan anak akan terbantu
  untuk dapat mengajar dengan semakin baik. Untuk sedikit membantu
  Anda ketika menyusun serangkaian kurikulum bagi sekolah minggu,
  situs Sunday School Idea membagikan tips memilih kurikulum,
  bagaimana menyusun kurikulum sendiri, hingga bagaimana cara
  melakukan evaluasi terhadap kurikulum yang telah kita susun. Mau
  mencoba? Langsung saja Anda berkunjung ke alamat tersebut.

  ==> http://www.sunday-school-ideas-for-new-teachers.com/sunday-school-curriculum.html

  Oleh: Kristina (Redaksi)

______________________________________________________________________
Pemimpin Redaksi: Davida Welni Dana
Staf Redaksi: Kristina Dwi Lestari dan Tatik Wahyuningsih
Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA
Didistribusikan melalui sistem network I-KAN
Copyright(c) e-BinaAnak 2009 -- YLSA
http://www.ylsa.org/ ~~ http://katalog.sabda.org/
Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati
______________________________________________________________________
Anda terdaftar dengan alamat email: $subst(`Recip.EmailAddr`)
Alamat berlangganan: <subscribe-i-kan-BinaAnak(at)hub.xc.org>
Alamat berhenti: <unsubscribe-i-kan-BinaAnak(at)hub.xc.org>
Arsip e-BinaAnak: http://www.sabda.org/publikasi/e-binaanak/
Pusat Elektronik Pelayanan Anak Kristen: http://pepak.sabda.org/

Bergabunglah dalam Network Anak di Situs In-Christ.Net:
http://www.in-christ.net/komunitas_umum/network_anak

BLOG SABDA: http://blog.sabda.org/

______________PUBLIKASI ELEKTRONIK UNTUK PEMBINAAN GURU_______________

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org