Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-binaanak/428

e-BinaAnak edisi 428 (16-4-2009)

Penampakan Kristus

 

___e-BinaAnak (Milis Publikasi Elektronik untuk Para Pembina Anak)____

  DAFTAR ISI EDISI 428/April/2009

  - SALAM DARI REDAKSI: Allah Beserta Kita
  - ARTIKEL 1: Setelah Kebangkitan Itu: Suatu Senja di Kota Emaus
  - ARTIKEL 2: Pelajaran dari Kisah Perjalanan ke Emaus
  - MUTIARA GURU
  - BAHAN MENGAJAR: Yesus Mengasihimu
  - WARNET PENA: Rajawali Kecil Ministries (Racil)

______________________________________________________________________
   Korespondensi dan kontribusi bahan dapat dikirimkan ke redaksi:
  <binaanak(at)sabda.org> atau <owner-i-kan-binaanak(at)hub.xc.org>
______________________________________________________________________
SALAM DARI REDAKSI

                          ALLAH BESERTA KITA

  Shalom,

  Setelah kebangkitan-Nya, Yesus tetap tidak berhenti bekerja. 
  Berulang kali Dia menampakkan diri kepada para murid. Dia tahu 
  betapa takutnya para murid pascaberita hilangnya jenazah Yesus. Dia 
  tahu benar bahwa para murid membutuhkan Dia. Itulah bukti 
  penyertaan-Nya. Bukan hanya kepada para murid saja Dia menyatakan 
  penyertaan-Nya, namun kepada kita semua, para hamba-Nya.

  Masih dalam suasana Paskah, minggu ini kami mengajak Rekan-Rekan 
  sekalian merenungkan lagi arti penampakan diri Yesus kepada 
  murid-murid-Nya. Sebelum kita mengajarkan hal tersebut kepada 
  anak-anak layan kita, pastinya kita terlebih dahulu harus memahami 
  dan mengalami sendiri kuasa penyertaan-Nya, bukan? Selain artikel, 
  kami sajikan pula bahan mengajar yang akan membantu Anda menjelaskan 
  arti penampakan Yesus kepada anak-anak layan Anda. Kiranya menjadi 
  berkat!

  Selamat melayani!

  Pimpinan Redaksi e-BinaAnak,
  Davida Welni Dana
  http://www.sabda.org/publikasi/e-binaanak/
  http://pepak.sabda.org/

     "Kasih karunia dan damai sejahtera dari Allah, Bapa kita, 
   dan dari Tuhan Yesus Kristus menyertai kamu." (2 Korintus 1:2)
            < http://sabdaweb.sabda.org/?p=2Korintus+1:2 >

______________________________________________________________________
ARTIKEL 1

          SETELAH KEBANGKITAN ITU: SUATU SENJA DI KOTA EMAUS

  Lukas 24:13-35

  Ketika membaca Injil Sinoptik setelah peristiwa kebangkitan Tuhan 
  Yesus -- yang kita peringati beberapa minggu lalu -- kita sering 
  lupa bahwa betapa sukarnya murid-murid Yesus untuk mengaminkan atau 
  memercayai apa yang sebenarnya mereka lihat dengan mata kepala 
  sendiri. Peristiwa ajaib sekitar 2000 tahun lalu, tanda kubur yang 
  kosong, belum cukup untuk meyakinkan mereka bahwa Yesus sudah 
  bangkit. Bagi mereka, fakta atau kenyataan ini hanya menunjukkan 
  bahwa Yesus sekarang memang tidak berada di dalam kubur; hanya itu 
  saja. Bagi mereka, konsep kebangkitan Yesus masih jauh dari 
  pemikiran; yang ada ialah kemungkinan besar Yesus telah hilang dari 
  kubur. Untuk meyakinkan para murid, rupanya perlu pertemuan yang 
  lebih banyak antara pribadi Yesus sendiri dengan mereka.

  Selama 3 tahun menjadi murid, bergaul, dan pergi selalu 
  bersama-sama, demikian juga makan bersama-sama, suka-duka 
  bersama-sama, dan masih banyak lagi yang mereka kerjakan 
  bersama-sama, ternyata belum cukup untuk mengenal pribadi Yesus 
  lebih mendalam. Seorang penulis yang bernama Frederick Buehner 
  sangat terpesona melihat kualitas dalam peristiwa penampakan Tuhan 
  Yesus setelah minggu Kebangkitan. Tidak ada malaikat di langit yang 
  bertepuk dan bersorak menyanyikan pujian. Tidak ada raja yang 
  sengaja datang dari negeri yang jauh untuk membawa persembahan. 
  Yesus menampakkan diri dalam keadaan yang paling biasa; makan malam 
  bersama antara dua orang yang berjalan menuju Emaus.

  Bagian Alkitab yang kita baca ini menceritakan tentang penampakan 
  diri Yesus di Emaus. Suatu desa yang kurang lebih 12 km (7 mil) 
  jauhnya dari kota Yerusalem. Memang Lukas sendiri tidak mengatakan 
  bahwa kedua orang tersebut berjalan dari arah Yerusalem. Kedua orang 
  ini dikatakan sedang mempercakapkan tentang apa yang terjadi. 
  Alkitab kita mencatat bahwa mereka sedang "bertukar pikiran", yang 
  boleh diterjemahkan dengan "berbantah-bantah" atau "bersoal jawab" 
  (lihat dan bandingkan dengan Lukas 22:23). Adakah kemungkinan 
  mereka tidak sepakat dengan isu-isu di luar sana? Desas-desus yang 
  mereka bicarakan rupanya bukan rahasia lagi, tetapi sudah diketahui 
  oleh umum.

  Yesus sekarang tidak lagi berada di dalam kubur; mereka semua sudah 
  tahu, khususnya informasi ini mereka peroleh dari para wanita yang 
  sudah terlebih dahulu pergi ke kubur; ditambah lagi Petrus sendiri 
  sudah membenarkannya. Tetapi ternyata para murid tidak begitu 
  gampang menerima berita itu, bukankah baru kemarin Yesus mati 
  tergantung di kayu salib? Bagi para murid, pengharapan itu 
  seakan-akan kosong dan hampa. Yesus yang mereka harapkan menjadi 
  pahlawan ternyata kalah dan babak belur di atas salib. Lukas sendiri 
  mencatat dalam ayat 21, "Padahal kami dahulu mengharapkan, bahwa 
  Dialah yang datang untuk membebaskan bangsa Israel." Ada nada kecewa 
  terutama dari Kleopas dan temannya. Senja di Emaus merupakan momen 
  penting bagi Yesus untuk memperbarui konsep murid-murid yang luntur. 
  Ada tiga hal yang akan kita pelajari berkenaan dengan senja di 
  Emaus.

  I. Senja di Emaus mengubah yang ragu menjadi percaya.

  Secara manusia, bagi murid-murid, peristiwa penyaliban Tuhan Yesus 
  merupakan suatu kekalahan yang besar. Yesus yang merupakan sang Guru 
  Agung sekarang harus mati dengan cara yang konyol dan mengenaskan, 
  ini sesuatu yang tidak masuk akal. Itulah sebabnya tatkala dikatakan 
  bahwa Tuhan Yesus sudah bangkit, tidak semua murid bisa menerima 
  begitu saja; dan Yesus mengetahuinya. Murid-murid-Nya menjadi begitu 
  ragu akan kemampuan Yesus. Benar, Ia dahulu pernah membuat air 
  menjadi anggur. Benar, dahulu Ia pernah menyembuhkan orang sakit dan 
  lumpuh. Benar, Ia dahulu pernah membangkitkan Lazarus yang mati. 
  Benar, Ia dahulu pernah memelekkan mata orang buta! Tetapi sekarang, 
  Ia kalah dan tergantung di salib. Bagaimana mungkin Ia bisa bangkit? 
  Padahal Yesus sendiri sudah mengatakan peristiwa kebangkitan-Nya, 
  yaitu pada hari ketiga, tetapi para murid tidak menganggap hal ini 
  serius; sehingga semua murid Yesus lupa akan hal ini.

  Satu peringatan yang cukup keras yang dilontarkan sang Tamu yang 
  tidak dikenal, yakni "Yesus", ternyata tidak menyadarkan mereka. 
  "Hai kamu orang bodoh, betapa lambannya hatimu, sehingga kamu tidak 
  percaya segala sesuatu yang dikatakan oleh para nabi! Bukankah 
  Mesias harus menderita untuk masuk ke dalam kemuliaan-Nya." Orang 
  bodoh yang dimaksud di sini adalah orang yang tidak memunyai hikmat 
  dan kebijaksanaan, dan dalam hal ini boleh diterjemahkan sebagai
  iman. "Hai kamu yang kurang beriman, betapa lambannya engkau semua?"

  Berbicara tentang "orang bodoh", saya jadi teringat cerita anak 
  sekolah minggu tentang "Siapa yang merobohkan Tembok Yerikho?" Suatu 
  hari, pendeta memunyai kesempatan untuk mengunjungi kelas-kelas 
  sekolah minggu. Lalu sang pendeta bertanya pada mereka, "Siapakah 
  yang meruntuhkan Tembok Yerikho?" Semua murid menjadi terdiam tidak 
  ada yang menjawab. Kemudian pendeta mengulangi lagi pertanyaannya, 
  "Anak-anak, siapa yang meruntuhkan Tembok Yerikho?" Murid-murid 
  sekolah minggu tetap diam, dan semuanya tertunduk. Untuk ketiga 
  kalinya, pendeta kembali bertanya, "Veronica, siapa yang meruntuhkan 
  Tembok Yerikho?" Kemudian sambil sedikit memandang ke arah pendeta, 
  ia mengatakan, "Bukan saya, Pak?" Sang guru sekolah minggu merasa 
  kasihan, lalu ia mengatakan kepada pendeta demikian, "Benar, Pak 
  Pendeta, Veronica anak yang baik, ia tidak mungkin meruntuhkan 
  Tembok Yerikho itu." Sang pendeta merasa kaget dan hampir pingsan 
  mendengar jawaban sang guru sekolah minggu itu.

  Kita semua orang bodoh, kadang kala kita sama seperti murid Tuhan 
  Yesus, terlalu sukar untuk percaya. Apa lagi tatkala kita menghadapi 
  kesulitan yang tidak kunjung berlalu. Di sana-sini penuh krisis, 
  banyak orang yang bangkrut. Keadaan ekonomi tidak menentu. Kita 
  sudah berdoa bahkan berpuasa, namun kesulitan itu terus melanda; 
  bagaimana kita bisa percaya pada Yesus? Kita seakan-akan tidak 
  gesit, lamban, dan ketinggalan. Kita merasa gagal melayani Tuhan, 
  padahal yang kita kerjakan sudah benar. Kita lupa siapa yang kita 
  layani. Jikalau kita memang benar-benar ingat siapa Yesus, siapa 
  Tuhan kita, maka untuk hal-hal yang baik, kita tidak perlu ragu 
  melakukannya.

  II. Senja di Emaus mengubah kesia-siaan menjadi kesempatan.

  Murid-murid Yesus begitu terbuai dengan pengharapan mereka, sehingga 
  tatkala apa yang mereka harapkan itu tidak terwujud; mereka menjadi 
  sangat kecewa. Seakan-akan apa yang mereka lakukan itu sia-sia 
  belaka. Contoh konkret misalnya Petrus, ia merasa lebih baik kembali 
  ke profesi masa lalu, yakni menangkap ikan. Tetapi cita-citanya 
  tidak kesampaian; Yesus menangkap dia kembali untuk menjadi penjala 
  manusia. Sekarang Yesus sudah berada di hadapan mereka, tetapi Yesus 
  tidak dikenal. Ada yang mengatakan bahwa Yesus tidak dikenal karena 
  murid-murid itu berjalan ke arah barat dan mata mereka begitu silau 
  karena sinar matahari segera masuk, tetapi ini tentu tidak sesuai 
  dengan jalan pemikiran penulis. Lukas juga tidak mengatakan bahwa 
  Tuhan Yesus datang dalam wajah yang lain, sehingga tidak dikenal.

  Menurut terjemahan baru, ada sesuatu yang menghalangi para murid; 
  ayat 16 dalam bahasa aslinya diterjemahkan "mata mereka tertahan 
  dari mengenal Dia". Artinya mereka terhalang untuk mengenali Dia. 
  Pada saat makan, orang asing ini melakukan tindakan yang membuat 
  mereka tersentak. Ia memecahkan roti dan mata rantai yang hilang 
  tiba-tiba masuk di tempatnya. Jadi yang berjalan bersama mereka 
  sejak tadi dan sekarang sedang duduk di meja mereka adalah Yesus 
  sendiri! Anehnya, begitu mereka mengenali Yesus, Ia langsung 
  menghilang. Untuk mengenal Kristus yang sudah bangkit, maka mata 
  rohani setiap orang harus dicelikkan. Jikalau mata rohani kita buta, 
  jangankan mengenal Yesus yang bangkit; mengenal Yesus saja sulit.

  Dalam Perjanjian Lama, tatkala kedua belas orang pengintai itu 
  diutus untuk menyelidiki keadaan kota Kanaan, apa yang terjadi? 
  Kesepuluh orang pulang dengan bersungut-sungut, mereka mengatakan 
  bahwa sulit untuk merebut Kanaan, di situ banyak raksasa dan 
  sebagainya. Tetapi lain halnya dengan Yosua dan Kaleb, mereka pulang 
  dengan muka berseri-seri. Mereka yakin akan menang. Apakah kedua 
  belas orang itu buta? Tidak! Mereka semua sehat matanya, tetapi ada 
  sepuluh orang yang mata rohaninya buta. Mata rohani yang buta akan 
  membuat "kesempatan menjadi kesia-siaan", tetapi sebaliknya; mata 
  rohani yang terbuka akan membuat "kesia-sian menjadi kesempatan".

  III. Senja di Emaus mengubah kegagalan menjadi kemenangan.

  Tuhan Yesus terus-menerus memperlihatkan diri-Nya kepada 
  murid-murid, kurang lebih dua belas kali. Tatkala kedua orang itu 
  bergegas kembali ke Yerusalem, mereka menemukan sebelas murid 
  berkumpul di dalam rumah dalam keadaan pintu yang terkunci. Mereka 
  menceritakan kisah menakjubkan itu, yang mendukung apa yang sudah 
  diketahui oleh Petrus, Yesus ada di luar sana dan ternyata masih 
  hidup. Tanpa peringatan, bahkan ketika para "peragu" itu 
  memperdebatkannya, Yesus sendiri muncul di tengah-tengah mereka. 
  "Aku bukan hantu," kata-Nya, "sentuhlah luka-Ku." Bahkan pada waktu 
  itu, keraguan masih belum hilang, sampai Yesus bersedia makan 
  sepotong ikan bakar. Hantu makan ikan, fatamorgana tidak bisa 
  membuat makanan itu lenyap.

  Selama 6 minggu, Yesus senantiasa datang dan lenyap secara 
  tiba-tiba. Penampakan diri-Nya tidak dalam bentuk roh yang dapat 
  membuat para murid-Nya merasa ketakutan. Yesus menampakkan diri-Nya 
  dalam bentuk tubuh dan daging. Di situ masih ada luka-luka-Nya. Di 
  situ masih ada lubang paku di tangan dan kaki-Nya. Di situ masih ada 
  lubang bekas tombak di lambung-Nya. Di situ masih ada bekas luka di 
  kepala karena dipaksa mengenakan mahkota duri. Yesus menyesuaikan 
  diri terhadap tingkat keragu-raguan murid-murid-Nya. Terhadap Thomas 
  yang ragu akan penampakan diri-Nya, Yesus bahkan mempersilakan dia 
  untuk memegang dan meraba. Untuk Petrus, perlu kasih dari seorang 
  sahabat; yang akhirnya membuat Petrus menjadi seorang pengkhotbah 
  besar. Ayat 33 mencatat, "Sesungguhnya Tuhan telah bangkit dan telah 
  menampakkan diri kepada Simon." Mulai ada pengakuan di tengah-tengah 
  keragu-raguan.

  Seorang penulis novel terkenal yang bernama John Updike menulis 
  sebuah puisi pendek dengan kata-kata demikian, "Jangan salah, kalau 
  benar Ia bangkit, maka itu dalam bentuk tubuh-Nya. Kalau sel-sel 
  larut dan tidak bertaut kembali, molekul-molekul tidak terjalin 
  kembali, asam amino tidak menyala kembali, gereja akan runtuh." 
  Senja di Emaus telah mengubah kegagalan menjadi kemenangan, suatu 
  kemenangan yang berlaku bagi semua orang asal dia mau percaya 
  kepada-Nya. Jikalau cerita dongeng seperti "Star Wars", "Aladdin", 
  "The Lion King", dan "Hercules" kita percaya begitu saja, mengapa 
  kebangkitan Yesus masih kita ragukan? Perlukah Yesus datang seperti 
  Dia datang kepada Thomas? Perlukah Yesus memperlihatkan diri-Nya 
  baru Anda percaya? Saya rasa tidak perlu. Biarlah senja di Emaus 
  bukan merupakan senja kelabu, tetapi suatu senja yang akan 
  memperbarui kita supaya hari ini, esok, dan lusa, kita lebih 
  mengenal Dia, lebih percaya pada Dia, bahkan lebih semangat melayani 
  Dia.

  Diambil dan disunting seperlunya dari:
  Nama situs: Rev. Saumiman Saud Ministries
  Penulis: Rev. Saumiman Saud
  Alamat URL: http://www.saumimansaud.org-a.googlepages.com/emaus

______________________________________________________________________
ARTIKEL 2

               PELAJARAN DARI KISAH PERJALANAN KE EMAUS

  Sebagai seorang jurnalis, saya bisa membayangkan percakapan dua 
  orang murid yang menuju ke Emaus setelah kebangkitan Yesus seperti 
  yang ditayangkan salah satu jaringan televisi besar. Yang menjadikan 
  peristiwa ini tidak biasa adalah bahwa Yesus berperan sebagai orang 
  yang bertanya (pewawancara). Bukannya kamera yang menghilang di 
  akhir wawancara, tetapi justru Yesuslah yang menghilang ketika para 
  murid menyadari keberadaan-Nya.

  Apa yang bisa kita pelajari dari penampakan yang misterius ini?

  "Mereka tidak mengenali Dia karena Dia mungkin mengenakan pakaian 
  yang compang-camping dan tidak tampak seperti Yesus," kata Cory, 9 
  tahun.

  Kita tidak seharusnya mengharapkan Tuhan menuruti ide-ide yang kita 
  miliki tentang bagaimana seharusnya Ia menampakkan diri. Tuhan tidak 
  membatasi pelayanan kebaktian gereja di hari Minggu atau perjalanan 
  misi ke luar negeri. Yesus akan menampakkan diri kapan pun dan di 
  mana pun Ia memilih-Nya. Bila hati kita tidak siap, kita akan terus 
  berjalan menyusuri hidup kita ini tanpa pernah melihat Dia.

  "Mereka mengira Yesus telah mati," kata Kendall, 7 tahun. "Mereka
  tidak tahu bahwa Dia sudah hidup," tambah Adam, 10 tahun.

  Meskipun kebangkitan Yesus adalah perbedaan antara kekristenan dan 
  semua anggapan tentang kehidupan setelah kematian, banyak orang 
  percaya yang hidup seolah-olah Yesus masih di dalam kubur. Kenyataan 
  tentang hidup baru ini bagaimanapun juga sirna di tengah-tengah 
  harga yang harus dibayar, ditinggalkan, dan bisnis dalam kehidupan 
  sehari-hari.

  Berapa banyak orang Kristen yang bisa menegaskan kenyataan 
  kebangkitan dalam kehidupan Rasul Paulus: "namun aku hidup, tetapi 
  bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di 
  dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, 
  adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan 
  menyerahkan diri-Nya untuk aku." (Galatia 2:20)

  Hiduplah dalam hidupmu atau dalam hidup Allah yang telah bangkit. 
  Masuknya surga ke dalam planet ini dimulai dengan inkarnasi Yesus 
  dan terus berlangsung dengan kehadiran-Nya di sekeliling kehidupan 
  setiap orang Kristen. Seperti dua murid yang berjalan ke Emaus, kita 
  masih bisa lupa terhadap kenyataan rohani saat kita berjalan, atau 
  kita bisa mengambil waktu sejenak untuk memecah roti bersama Tuhan 
  dan membuka mata kita.

  "Mereka tidak mengenali Dia karena otak mereka memikirkan peristiwa
  menyedihkan yang terjadi di Yerusalem," kata Trip, 8 tahun.

  Film "A Beautiful Mind" yang memenangkan Academy Award menggambarkan 
  keheranan dan kerapuhan seorang ahli matematika jenius bernama John 
  Forbes Nash Jr.. Sepertinya cerita Nash ini adalah cerita kita 
  sendiri. Pikiran kita bisa benar-benar indah atau benar-benar gelap.

  Hanya pikiran yang diperbarui yang mengenal kebangkitan Kristus-lah 
  yang mampu merasakan sukacita dan keindahan. Tuhan ingin semua orang 
  Kristen mengalami dunia baru dalam anugerah, pengampunan, dan 
  pemahaman tentang cengkeraman gelap kecemburuan, kepahitan, dan 
  dosa-dosa mental lainnya yang bisa menyebabkan kita depresi dan 
  bahkan gila.

  Dalam situs film "A Beautiful Mind", dikatakan, "Dia melihat dunia 
  ini dengan cara yang tak seorang pun bisa membayangkannya."

  Tidakkah menjadi masalah bagi murid-murid yang ke Emaus bila mereka 
  tidak bisa melihat peristiwa ini? Mereka tidak bisa membayangkan 
  suatu dunia di mana Yesus telah mematahkan rantai kematian. Bukankah 
  ini juga menjadi masalah kita?

  Di pagi hari Paskah, kita mengenakan pakaian terbaik kita untuk 
  merayakan kebangkitan-Nya hanya untuk merasakan bahwa hari itu sama 
  seperti hari Minggu pagi. Kita merindukan kenyataan tentang dunia 
  baru yang dijanjikan oleh kebangkitan Yesus hanya untuk 
  menenggelamkan diri kita sendiri dalam pekerjaan yang membosankan di 
  dunia yang lama ini.

  "Pada awalnya mereka tidak mengenali Dia karena mata mereka tidak 
  terbuka. Ketika Yesus memecah roti, maka mata mereka terbuka," kata 
  Mandy, 11 tahun.

  Hentikan perjalanan Anda hari ini, dan pecah-pecahlah roti 
  persekutuan dengan Tuhan yang sudah bangkit. Hanya dengan demikian 
  mata kita akan terbuka terhadap kenyataan kehadiran-Nya dan 
  terjadinya kehidupan kebangkitan-Nya. Ketika Dia membagikan roti 
  dengan murid-murid-Nya, Dia juga ingin membagikan hidup-Nya denganmu 
  sekarang ini. (t/Ratri)

  Diterjemahkan dari:
  Nama situs: KidsTalkAboutGod.org
  Judul asli artikel: What Can We Learn from the Road to Emmaus?
  Penulis: Carey Kinsolving
  Alamat URL: http://www.kidstalkaboutgod.org/Home/KTAGBibleLessonArchive/tabid/648/articleType/ArticleView/articleId/121/What-Can-We-Learn-from-the-Road-to-Emmaus.aspx

______________________________________________________________________
MUTIARA GURU

           Jangan takut! Dia sudah bangkit dan hidup, 
    kerjakanlah pelayananmu dengan tekun dalam penyertaan-Nya.
                            - Welni -

______________________________________________________________________
BAHAN MENGAJAR

                          YESUS MENGASIHIMU                        
                   Dirangkum oleh: Davida Welni Dana

  Bacaan Alkitab:
  Yohanes 21:1-25

  Pendahuluan:
  "Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang 
  memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya." (Yohanes 15:13)

  Ayat di atas merupakan satu dari banyak ayat di Alkitab yang 
  berbicara mengenai kasih Tuhan kepada kita. Pelajaran hari ini juga 
  berbicara mengenai kasih Yesus kepada kita, sekaligus juga berisi 
  pertanyaan, apakah kita mengasihi Yesus? Yesus telah menyatakan 
  kepada kita betapa besar cinta-Nya melalui kelahiran, kematian, dan 
  kebangkitan-Nya. Dan kita pun perlu menguji perasaan kita setelah 
  pengorbanan besar yang Dia berikan untuk kita. Ingatlah, ketika kita 
  mengarahkan anak-anak, teruslah mengulang hal-hal yang positif. 
  Kemungkinan besar ini adalah hal yang baru bagi anak-anak, jadi akan 
  sangat menolong untuk mengulang-ulang pesan yang penting beberapa 
  kali. Ini akan menjadi rangkuman seri pelajaran tentang Paskah.

  Inti Pelajaran:
  a. Untuk kelas kecil: Apapun yang terjadi, Yesus mengasihimu.
  b. Untuk kelas besar: Yesus mencintaimu tanpa syarat.

  Pesan mengenai Yesus mati di salib untuk menyelamatkan kita dan 
  kemudian bangkit dari kematian, merupakan pesan yang sangat penting, 
  bahkan mungkin lebih penting dari pesan Natal. Pesannya adalah hidup 
  yang diubahkan, pengampunan, dan harapan kekal bersama Tuhan. Ini 
  akan menjadi waktu yang sangat berharga untuk berbicara secara 
  pribadi dengan anak-anak mengenai Tuhan dan meminta-Nya hidup dalam 
  hati mereka.

  Ingatlah bahwa tidak ada doa khusus yang harus diucapkan kecuali 
  beberapa pengakuan penting: Tuhan mengasihi kita, kita adalah orang 
  berdosa dan membutuhkan pengampunan dari Tuhan. Dia harus menjadi 
  pusat kehidupan kita. Pastikan Anda mengulangi pesan penting 
  tersebut beberapa kali selama pelajaran berlangsung.

  Cerita untuk Anak:
  Setelah kebangkitan-Nya, Yesus beberapa kali menampakkan diri kepada
  para murid. Ini adalah salah satu ceritanya.

  Petrus berkata kepada murid-murid yang lain, "Aku mau pergi 
  menangkap ikan." Murid-murid yang lain pun menyahut, "Tunggu, kami 
  ikut denganmu."

  Di luar keadaannya gelap, tetapi para murid berpikir bahwa mereka
  dapat menangkap beberapa ikan. Mereka naik ke atas perahu dan pergi
  ke tengah danau. Cukup lama mereka berada di sana. Waktu terus
  berlalu, bahkan hari sudah hampir pagi, mereka tetap saja belum
  menangkap satu ekor ikan pun.

  Yesus tahu di mana murid-murid-Nya berada dan Ia pergi menemui
  mereka. Dia berdiri di tepi pantai, namun murid-murid-Nya tidak
  mengenali-Nya. Yesus berkata kepada mereka, "Apakah kalian berhasil
  menangkap ikan?"

  "Tidak," jawab mereka. Kemudian Yesus berkata kepada mereka, 
  "Tebarkanlah jalamu di sisi yang lain dan kamu akan mendapatkan 
  ikan." Para murid yang telah berusaha menjala ikan semalam-malaman 
  dan tidak mendapatkan apa pun, menebarkan jala mereka ke sisi yang 
  lain. Yang terjadi kemudian sangat mencengangkan; hanya dalam 
  hitungan menit, jala mereka melimpah dengan ikan.

  Kemudian, salah seorang murid menyadari siapa yang tadi berbicara 
  dengan mereka, "Itu Tuhan!" Petrus mendengarnya dan segera melompat 
  dari perahu menuju Yesus. (Mereka tidak berada terlalu jauh dari 
  pantai.)

  Murid yang lain tetap berada di dalam perahu dan bekerja keras untuk 
  menarik semua ikan tersebut ke pantai. Ketika mereka bertemu dengan 
  Yesus, ada api yang menyala dengan beberapa roti yang dipanggang di 
  atasnya. Yesus berkata kepada mereka, "Bawalah beberapa ikan yang 
  telah kalian tangkap itu ke sini, dan kita akan sarapan 
  bersama-sama."

  Petrus lalu menolong murid-murid yang lain menarik ikan-ikan 
  tersebut keluar dari perahu. Ada begitu banyak ikan yang 
  besar-besar. Semuanya harus diturunkan oleh banyak orang karena 
  sangat berat.

  Kemudian mereka duduk bersama di depan api. Yesus mengambil roti dan 
  ikan, lalu diberikan kepada murid-murid-Nya. Ini adalah kali ketiga 
  Yesus bertemu dengan murid-murid-Nya sejak kebangkitan-Nya.

  Setelah sarapan, Yesus menanyakan pertanyaan penting kepada Petrus.
  Dia bertanya, "Petrus, apakah engkau sungguh mengasihi Aku lebih
  dari orang tua dan sahabat-sahabatmu?"

  "Ya, Tuhan," jawab Petrus, "Engkau tahu, aku mengasihi-Mu." Yesus 
  bertanya lagi, "Petrus, apakah engkau sungguh mengasihi Aku walau 
  apa pun yang terjadi?" Petrus menjawab, "Ya, Tuhan, Engkau tahu 
  bahwa aku mengasihi-Mu."

  Kemudian Yesus bertanya untuk yang ketiga kalinya, "Engkau mengasihi 
  Aku?" Petrus merasa sangat sedih karena Yesus terus-menerus bertanya 
  kepadanya, tetapi ia tetap menjawab, "Tuhan, Engkau tahu jawabnya, 
  Engkau tahu bahwa aku mengasihi-Mu."

  "Kalau begitu, ikutlah Aku," kata Yesus.

  Renungan:
  Kita sudah belajar bahwa Yesus mati di salib karena Ia mengasihi 
  kita, tidak peduli sebesar apa kesalahan yang telah kita lakukan! 
  Sekarang, apa pun keadaannya, kita harus mengasihi Yesus pula. 
  Berikut ini beberapa pertanyaan yang harus kita renungkan.

  Apakah kamu akan tetap mengasihi dan mengikuti Yesus jika ...
  a. ibu atau ayahmu menderita sakit parah,
  b. kamu tidak memunyai teman,
  c. kamu menjadi buta, atau tidak dapat berjalan lagi,
  d. segala sesuatunya selalu salah,
  e. kamu harus pergi dari semua teman-temanmu, atau
  f. kamu menjadi miskin dan tidak pernah lagi mendapatkan hadiah
     Natal?

  Beberapa anak seusiamu juga memiliki masalah-masalah di atas, bahkan 
  lebih buruk lagi keadaannya, namun mereka tetap mengasihi Yesus! 
  Kita harus tetap mengingat bahwa Yesus selalu mengasihi kita apa pun 
  keadaan kita, dan Dia tidak pernah berhenti mencintai kita! 
  Terkadang terjadi sesuatu yang tidak kita mengerti, tetapi Yesus 
  tahu segalanya dan Dia akan menolong kita jika kita meminta 
  kepada-Nya.

  Penutup:
  a. Untuk kelas kecil:
     - Diskusikan apa bukti cinta Yesus kepadamu? Yesus mau kita
       mengasihi Ia pula.
     - Dengan cara apa kita dapat menunjukkan kepada Yesus bahwa kita
       mengasihi-Nya? (Dengan cara berbicara kepada-Nya, menjadi anak
       yang baik dengan semua orang, melakukan segala sesuatu yang
       Yesus lakukan.)

  b. Untuk kelas besar:
     - Diskusikan apa arti "Yesus mengasihimu tanpa syarat".
     - Lalu diskusikan pula mengenai bagaimana mengasihi Yesus tanpa
       syarat. (Ketika terjadi hal buruk, itu bukanlah kesalahan
       Yesus, itu karena dosa di dunia yang menyebabkan hal-hal jahat
       terjadi.) Sebagai ilustrasi, minta anak-anak merentangkan 
       tangan mereka, kira-kira sebesar apa cinta Yesus kepada mereka
       (kemungkinan mereka akan merentangkan tangan mereka 
       lebar-lebar), dan kemudian jelaskan bahwa sebesar rentangan 
       tangan mereka itulah Yesus mengasihi mereka, karena seperti 
       itulah tangan-Nya terentang di kayu salib ketika Ia mati untuk 
       mereka. (t/Davida)

  Diterjemahkan dan dirangkum dari:
  "Jesus Loves You". 
    Dalam http://www.dltk-bible.com/cv/jesus_loves_you_cv.htm
  "Jesus Loves You".
    Dalam http://www.dltk-bible.com/guides/jesus_loves_you.htm

______________________________________________________________________
WARNET PENA

                  RAJAWALI KECIL MINISTRIES (RACIL)
                    http://www.rajawalikecil.com/ 

  Satu lagi situs baru seputar pelayanan anak hadir di Indonesia. 
  Bersyukur, karena di tengah minimnya situs-situs pelayanan anak 
  berbahasa Indonesia, Rajawali Kecil Ministries menawarkan berbagai 
  bahan yang dapat menambah pengetahuan pelayan anak di Indonesia. 
  Situs ini memiliki bahan-bahan seperti artikel, ide-ide kreatif, 
  syair lagu, permainan, dan bahan-bahan pendukung pelayanan anak 
  lainnya. Karena masih baru, bahan-bahan dalam situs ini memang belum 
  banyak. Namun, dilihat dari tahun berdirinya pelayanan Rajawali 
  Kecil -- sejak tahun 2002 -- pastinya ada banyak sekali bahan yang 
  dapat diposting dalam situs ini nantinya. Jadi, sering-seringlah 
  mengunjunginya agar tidak ketinggalan bahan terbaru di dalamnya.

  Kiriman: Abemoms <abemoms(at)>

______________________________________________________________________
Pemimpin Redaksi: Davida Welni Dana
Staf Redaksi: Kristina Dwi Lestari dan Tatik Wahyuningsih
Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA
Didistribusikan melalui sistem network I-KAN
Copyright(c) e-BinaAnak 2009 -- YLSA
http://www.ylsa.org/ ~~ http://katalog.sabda.org/
Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati
______________________________________________________________________
Anda terdaftar dengan alamat email: $subst(`Recip.EmailAddr`)
Alamat berlangganan: <subscribe-i-kan-BinaAnak(at)hub.xc.org>
Alamat berhenti: <unsubscribe-i-kan-BinaAnak(at)hub.xc.org>
Arsip e-BinaAnak: http://www.sabda.org/publikasi/e-binaanak/
Pusat Elektronik Pelayanan Anak Kristen: http://pepak.sabda.org/

Bergabunglah dalam Network Anak di Situs In-Christ.Net:
http://www.in-christ.net/komunitas_umum/network_anak

Kunjungi Blog SABDA di http://blog.sabda.org/

______________PUBLIKASI ELEKTRONIK UNTUK PEMBINAAN GURU_______________

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org