Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-binaanak/437

e-BinaAnak edisi 437 (17-6-2009)

Karakter Guru: Ketaatan

 
___e-BinaAnak (Milis Publikasi Elektronik untuk Para Pembina Anak)____

  DAFTAR ISI EDISI 437/JUNI/2009

  - SALAM DARI REDAKSI: Ketaatan Seorang Pelayan
  - ARTIKEL: Ketaatan
  - MUTIARA GURU
  - TIPS: Tujuh Hal Dasar yang Wajib Dimiliki Guru Sekolah Minggu
  - BAHAN MENGAJAR: Keindahan Kristus dalam Orang Kristen
  - KESAKSIAN GSM: Percayalah kepada Tuhan Meskipun Semuanya Tampak
                   Tak Berhasil
  - WARNET PENA: Belajar Mengenai Menaati Allah dalam SABDA Alkitab

______________________________________________________________________
   Korespondensi dan kontribusi bahan dapat dikirimkan ke redaksi:
  <binaanak(at)sabda.org> atau <owner-i-kan-binaanak(at)hub.xc.org>
______________________________________________________________________
SALAM DARI REDAKSI

                     KETAATAN SEORANG PELAYAN

  Shalom,

  Sebagai seorang pelayan anak, tentu saja salah satu tujuan mengajar
  kita adalah agar anak-anak layan memiliki hidup yang serupa dengan
  Kristus. Namun, apakah kita, sang pengajar, sudah memiliki hidup
  yang serupa pula dengan Kristus? Agar kita semakin diubahkan dan
  serupa dengan Dia, kita harus memiliki hidup yang taat dan tunduk
  akan apa yang Ia mau. Ketaatan melakukan segala perintah-Nya
  merupakan satu kunci agar Allah dapat bekerja dalam hidup kita untuk
  membawa kita semakin serupa dengan Kristus.

  Yesus taat akan Bapa-Nya. Meskipun Dia tahu betapa luar biasa 
  penderitaan yang akan Dia hadapi, namun Dia taat sampai akhir demi 
  menggenapi karya keselamatan Allah akan dunia ini. Ketaatan seperti 
  itulah yang harus kita teladani dan menjadi karakter dalam hidup 
  kita. Ketaatan akan panggilan Tuhan melalui pelayanan dan hidup 
  kita, ketaatan untuk selalu mendengarkan perintah-Nya, ketaatan 
  untuk hidup berkenan di hadapan-Nya, dan ketaatan untuk mau dibentuk 
  semakin serupa dengan Kristus. Mari belajar lebih dalam mengenai 
  ketaatan melalui edisi e-BinaAnak minggu ini. Ajarkan pula kepada 
  anak-anak layan Anda betapa indah-Nya jika Kristus hidup di dalam 
  mereka. Kiranya menjadi berkat bagi kita semua.

  Pimpinan Redaksi e-BinaAnak,
  Davida Welni Dana
  http://www.sabda.org/publikasi/arsip/e-binaanak/
  http://pepak.sabda.org/

                 "Dan dalam keadaan sebagai manusia,
        Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati,
          bahkan sampai mati di kayu salib." (Filipi 2:8)
             < http://sabdaweb.sabda.org/?p=Filipi+2:8 >

______________________________________________________________________
ARTIKEL

                             KETAATAN

  "Jadi sekarang, jika kamu sungguh-sungguh mendengarkan firman-Ku dan
  berpegang pada perjanjian-Ku, maka kamu akan menjadi harta
  kesayangan-Ku sendiri dari antara segala bangsa." (Keluaran 19:5)

  "Sebab sungguh Tuhan akan memberkati engkau ... asal saja engkau
  mendengarkan baik-baik suara Tuhan, Allahmu." (Ulangan 15:4, 5)

  "Karena iman Abraham taat." (Ibrani 11:8)

  "Ia telah belajar menjadi taat dari apa yang telah diderita-Nya, dan
  sesudah Ia mencapai kesempurnaan-Nya, Ia menjadi pokok keselamatan
  yang abadi bagi semua orang yang taat kepada-Nya." (Ibrani 5:8, 9)

  Dalam Alkitab, ketaatan merupakan salah satu yang paling penting 
  dalam kehidupan orang Kristen. Karena ketidaktaatanlah manusia tidak 
  diperkenan Allah dan kehilangan kehidupan Allah. Hanya dengan 
  ketaatanlah manusia dapat diperkenan Allah dan dapat kembali 
  menikmati kehidupan itu (1). Allah tidak mungkin senang dengan 
  orang-orang yang tidak taat. Ia juga tidak dapat memberikan 
  berkat-Nya kepada mereka. "Jika kamu sungguh-sungguh mendengarkan   
  firman-Ku dan berpegang pada perjanjian-Ku, maka kamu akan menjadi 
  harta kesayangan-Ku." Ini merupakan prinsip-prinsip kekal dan hanya 
  dengan mengikuti prinsip inilah kita dapat diperkenan Allah serta 
  menikmati berkat-berkat-Nya.

  Kita melihat ketaatan ini di dalam Tuhan Yesus. Ia mengatakan, 
  "Jikalau kamu menuruti perintah-Ku, kamu akan tinggal di dalam 
  kasih-Ku, seperti Aku menuruti perintah Bapa-Ku dan tinggal di dalam 
  kasih-Nya." Ia berada di dalam kasih Bapa, tetapi Ia dapat tetap 
  tinggal di dalam kasih itu hanya apabila Ia taat. Ia mengatakan 
  bahwa demikian juga halnya dengan kita, satu-satunya jalan untuk 
  dapat tetap tinggal di dalam kasih-Nya, kita harus menuruti 
  perintah-Nya. Ia datang untuk membukakan bagi kita jalan kembali 
  kepada Allah; jalan ini adalah jalan ketaatan, hanya orang yang 
  beriman kepada Yesus dan hidup secara demikian, dapat sampai kepada 
  Allah (2).

  Betapa indahnya hubungan antara ketaatan Yesus dan ketaatan kita, 
  seperti dinyatakan di dalam Ibrani 5: Ia "belajar taat ... dan ... 
  menjadi pokok keselamatan yang abadi bagi semua orang yang taat 
  kepada-Nya". Inilah ikatan persatuan antara Yesus dan umat-Nya, 
  titik persesuaian dan persatuan batin. Ia taat kepada Bapa; dan 
  mereka taat kepada Dia. Ia dan mereka sama-sama taat. Ketaatan-Nya 
  bukan hanya menebus, tetapi juga menghapuskan ketidaktaatan mereka. 
  Ia dan mereka memunyai satu tanda yang sama -- ketaatan kepada Allah 
  (3).

  Ketaatan ini merupakan ciri kehidupan yang beriman. Hal itu 
  dinamakan ketaatan karena iman (4). Di dunia ini, tidak ada hal lain 
  selain iman yang dapat mendorong manusia untuk bekerja --
  kepercayaan akan adanya keuntungan atau sukacita merupakan rahasia 
  yang menyebabkan orang bekerja. "Karena iman, Abraham taat ketika ia 
  dipanggil untuk berangkat." Saya akan bekerja sesuai dengan 
  kepercayaan saya. Iman atau kepercayaan bahwa Yesus membebaskan saya 
  dari kuasa dosa dan menjadikan saya berlayak bagi keadaan itu, 
  memiliki kuasa yang sangat besar untuk menjadikan saya taat. Percaya 
  akan berkat berlimpahan yang diberikan oleh Bapa kepada yang taat, 
  percaya akan perjanjian kasih dan kehadiran Allah, dan percaya akan 
  kepenuhan Roh yang terjadi melalui hal ini; semua itu menguatkan 
  ketaatan kita (5).

  Kuasa iman, seperti juga ketaatan, terutama terletak di dalam
  persekutuan pribadi dengan Allah yang hidup. Di dalam bahasa Ibrani,
  untuk menyatakan "suara yang taat" dan "suara yang mendengarkan",
  dipergunakan satu kata yang sama. Mendengarkan dengan benar
  merupakan persiapan untuk taat. Saya mengetahui kehendak Allah bukan
  dari kata-kata manusia atau dari sebuah buku, tetapi dari Allah
  sendiri -- yaitu pada saat saya mendengar suara Allah -- saya
  benar-benar akan memercayai apa yang dijanjikan dan melaksanakan apa
  yang diperintahkan.

  Roh Kudus merupakan suara Allah; apabila kita mendengar suara yang 
  hidup itu berkata-kata, maka mudahlah bagi kita untuk taat (6). 
  Marilah kita dengan tenang menantikan Allah, dan membukakan jiwa 
  kita di hadapan-Nya sehingga Ia dapat berkata-kata melalui Roh-Nya. 
  Apabila di dalam pembacaan Alkitab dan di dalam doa kita belajar 
  menantikan Allah sehingga kita dapat mengatakan "Allah telah 
  mengatakan hal ini kepada saya, Ia telah memberikan janji ini pada 
  saya dan telah memerintahkan hal ini" -- maka kita akan menaatinya. 
  "Mendengarkan suara-Nya" dengan sungguh-sungguh dan rajin, pasti 
  menimbulkan ketaatan.

  Bagi seorang pelayan, seorang prajurit, seorang anak, seorang warga 
  negara, ketaatan itu mutlak diperlukan dan merupakan ciri utama 
  ketulusan hati. Apakah Allah yang hidup dan mulia itu melihat 
  ketaatan di dalam kita? (7) Kiranya ketaatan yang benar disertai 
  sukacita menjadi ciri dari kesungguhan persekutuan kita dengan Anak 
  Allah, yang ketaatan-Nya menjadi kehidupan kita.

  Ya, Bapa, yang di dalam Kristus menjadikan kami anak-anak-Mu, di 
  dalam Dia Engkau menjadikan kami anak-anak-Mu yang taat sebagaimana 
  Dia juga taat. Kiranya Roh Kudus menjadikan ketaatan Yesus itu 
  sangat mulia dan berkuasa di dalam kami, sehingga ketaatan itu 
  menjadi sukacita yang terbesar di dalam kehidupan kami. Ajarlah 
  kami, supaya di dalam setiap hal, hanya berusaha mengetahui dan 
  kemudian melakukan apa yang Engkau inginkan. Amin.

  Untuk menjalankan kehidupan yang taat, diperlukan hal-hal berikut
  ini.

  1. Penyerahan yang pasti.
     Di dalam setiap persoalan, saya tidak boleh lagi bertanya, 
     "Apakah saya akan taat atau tidak, haruskah saya taat atau 
     dapatkah saya taat?" Tidak, seharusnya hal itu tidak perlu 
     ditanyakan lagi, sehingga yang saya ketahui hanyalah bahwa saya 
     harus taat. Orang yang memiliki sifat demikian dan yang 
     menganggap ketaatan sebagai sesuatu yang berdiri teguh, akan 
     mudah taat -- ya, di dalamnya ia benar-benar merasakan sukacita 
     yang besar.

  2. Mengetahui kehendak Allah melalui Roh.
     Jangan mengira bahwa karena Saudara mengetahui beberapa hal di
     dalam Alkitab, Saudara mengetahui kehendak Allah. Hal mengetahui
     kehendak Allah merupakan sesuatu yang bersifat rohani; biarlah
     Roh Kudus menyatakan kehendak Allah itu kepada Saudara.

  3. Melaksanakan segala hal yang kita ketahui kebenarannya.
     Dengan bekerja, manusia belajar: hal mengerjakan apa yang benar
     itu mengajarkan manusia untuk taat. Apa yang kepada Saudara
     dinyatakan benar oleh firman, atau oleh hati nurani Saudara atau
     oleh Roh, kerjakanlah benar-benar. Hal itu akan menolong
     membentuk suatu kebiasaan yang suci, dan merupakan suatu latihan
     untuk kelak memperoleh kuasa dan pengetahuan yang lebih banyak.
     Saudara-Saudara seiman, lakukanlah apa yang benar demi ketaatan
     kepada Allah, maka Saudara akan diberkati.

  4. Percaya akan kuasa Kristus.
     Saudara memiliki kuasa untuk taat; yakinlah akan hal ini.
     Meskipun Saudara tidak merasakannya, tetapi karena iman, Saudara
     memilikinya di dalam Kristus, Tuhan Saudara.

  5. Berkat-berkat ketaatan.
     Hal ini mempersatukan kita dengan Allah kita. Hal ini
     menyukakan-Nya dan dikasihi-Nya; hal ini menguatkan kehidupan
     kita dan mendatangkan berkat surgawi ke dalam hati kita.

  Catatan:
  1) Roma 5:19, 6:16; 1 Petrus 1:2, 14, 22
  2) Kejadian 22:17-18, 26:4-5; I Samuel 15:22; Yohanes 15:10
  3) Roma 6:17 ; 2 Korintus 10:5; Filipi 2:8
  4) Kisah para Rasul 6:7; Roma 1:5, 16:26
  5) Ulangan 28:1; Yesaya 63:7-9; Yohanes 14:11, 15, 23; Kisah Para
     Rasul 5:32
  6) Kejadian 12:1, 4, 31:13, 16; Matius 14:28; Lukas 5:5; Yohanes
     10:4, 27
  7) Maleakhi 1:6; Matius 7:21

  Diambil dan disunting seperlunya dari:
  Judul buku: Membina Iman
  Judul asli buku: The New Life
  Penulis: Andrew Murray
  Penerjemah: Eviyanti Agus dan Pauline Tiendas-Iskandar
  Penerbit: Penerbit Kalam Hidup, Bandung 1980
  Halaman: 188 -- 191

______________________________________________________________________
MUTIARA GURU

               Ketaatan kepada Allah bukanlah pilihan,
               Ketaatan kepada Allah adalah keharusan!

______________________________________________________________________
TIPS

  Salah satu aspek untuk membentuk karakter ketaatan dalam diri
  seorang pelayan anak adalah dengan taat dalam menjalankan
  panggilannya. Berikut ini adalah tujuh hal dasar yang wajib dimiliki
  dan ditaati guru sekolah minggu. Tujuh hal tersebut dapat membantu
  kita untuk menjadi seorang pelayan anak yang taat terhadap panggilan
  pelayanan yang sudah Tuhan berikan kepada kita.

      TUJUH HAL DASAR YANG WAJIB DIMILIKI GURU SEKOLAH MINGGU

  Seorang guru harus memiliki tujuh hal berikut ini agar dapat
  mengajar dengan baik, efektif, dan efisien.

  1. Meyakini panggilan-Nya sebagai guru penuh waktu.

  2. Memahami visi dan misinya sebagai guru.

  3. Hidup dipimpin dan mengandalkan Roh Kudus.

  4. Rela mempersembahkan totalitas dirinya bagi pelayanan anak.

  5. Berdoa syafaat bagi anak.

  6. Hadir dan mengajar dengan cinta.

  7. Menjadi seorang gembala bagi anak-anaknya.

  Agar lebih jelas, masing-masing dari ketujuh hal di atas akan
  dijelaskan secara lebih mendalam.

  MEYAKINI PANGGILAN-NYA SEBAGAI GURU PENUH WAKTU

  Setiap guru harus meyakini bahwa ia dipanggil bukan sekadar menjadi
  guru bantu. Guru bantu yang dimaksud adalah orang yang merasa bahwa
  tugasnya sebagai guru hanyalah:

  - membantu guru senior yang ada di kelasnya. Misalnya, menjaga agar
    anak tidak ribut di kelas. Ia bertugas hanya bila diminta
    bantuannya oleh guru senior;
  - mengajar bila dijadwalkan oleh pengurus atau mengajar pada "waktu"
    tertentu (misalnya, sekali dalam sebulan); atau
  - guru yang bukan penanggung jawab kelas tempat ia mengajar.

  Setiap guru dipanggil menjadi guru "penuh waktu". Tentu saja yang 
  dimaksudkan di sini bukanlah menjadi "full timer" gereja dalam 
  bidang sekolah minggu atau menjadi pengerja gereja untuk sekolah 
  minggu. Istilah "penuh waktu" ini sengaja diambil untuk menegaskan 
  bahwa seorang guru yang baik adalah guru yang tidak "memberi diri" 
  setengah-setengah, namun menyerahkan totalitas dirinya untuk 
  melayani.

  Jadi, yang dimaksud guru "penuh waktu" adalah sebagai berikut.

  - Ia seperti seorang pendeta bagi jemaatnya. Ia merasa seluruh anak
    di kelasnya adalah "domba-domba Allah" yang dititipkan kepadanya
    untuk "dirawat dan dipelihara".

  - Guru yang bersedia senantiasa hadir (setiap Minggu) dan
    bertanggung jawab melayani anak-anak di sebuah kelas tertentu
    dengan segala kegiatannya. Ia merasa bertanggung jawab atas
    seluruh kegiatan di kelasnya. Maju dan berkembangnya pelayanan
    anak di kelasnya adalah bagian dari tujuan pelayanannya.

  - Guru yang benar-benar memikirkan pembinaan dan pertumbuhan rohani
    anak-anak di kelasnya.

  - Guru yang bersedia menghayati pergumulan hidup setiap anak di
    kelasnya dan melayani mereka. Ia bersama guru-guru yang lain di
    kelasnya adalah gembala bagi anak-anak di kelasnya.

  Jika guru meyakini panggilannya sebagai guru, maka ia tidak akan
  menjadi guru yang melayani dengan "setengah hati".

  MEMAHAMI VISI DAN MISINYA SEBAGAI GURU

  Setiap guru harus tahu visi dan misinya sebagai guru, baik visi misi
  pribadi (sesuai dengan panggilan Tuhan kepadanya), maupun visi dan
  misi gerejanya (atau komisi anak di gerejanya).

  HIDUP DIPIMPIN DAN MENGANDALKAN ROH KUDUS

  Guru yang ingin berhasil dalam pelayanannya haruslah menyadari bahwa
  ia yang terbatas itu tidak dapat melakukan apa-apa tanpa Allah Roh
  Kudus menyertai pelayanannya.

  Yesus sendiri membutuhkan Roh Kudus dalam pelayanan-Nya. Para rasul 
  melayani dengan penyertaan dan pimpinan Allah Roh Kudus, apalagi 
  kita. Tanpa Roh Kudus, kita akan melayani tanpa sukacita, tanpa 
  semangat, berbeban berat. Dan tanpa kuasa-Nya, kita akan menemui 
  banyak hambatan besar dan masalah dalam pelayanan. Namun, jika kita 
  menyerahkan pelayanan kita pada kuasa pimpinan Allah Roh Kudus, maka 
  kita akan melayani dalam kuasa-Nya. Ada sukacita dan keringanan 
  karena Dia yang berjalan di depan kita mengatasi segala persoalan 
  kita.

  Berkali-kali saya merasa tidak dapat berbuat banyak ketika berada di 
  depan kelas (saat mengajar), apalagi jika mengajar anak yang begitu 
  banyak dan tampaknya mereka tidak dapat tenang/sulit dipimpin. 
  Berkali-kali ketika saya memimpin KKR anak (yang sering diikuti 
  ratusan bahkan ribuan anak), perasaan "saya tidak dapat menguasai 
  anak-anak" itu muncul, lalu bagaimana? Berserah kepada Allah Roh 
  Kudus adalah segalanya. Berkali-kali perasaan khawatir "tidak dapat 
  menguasai suasana kelas" terhapus oleh kenyataan Roh Kudus yang 
  berkuasa untuk menenangkan suasana dan anak-anak dapat mendengarkan 
  cerita dengan baik dan komunikatif. Saya sadar bahwa semua itu 
  semata-mata pekerjaan Roh Kudus. Ia yang sesungguhnya memiliki 
  "acara pesta rohani" itu. Ia yang memimpin dan berbicara kepada 
  anak-anak melalui kita, guru sekolah minggu. Jadi, libatkan selalu 
  Allah Roh Kudus dalam pelayanan.

  Allah Roh Kudus baru dapat semakin leluasa bekerja jika dalam hidup 
  sehari-hari, kita juga berserah kepada-Nya dan bersedia hidup taat 
  dalam pimpinan-Nya. Hidup taat kepada pimpinan-Nya membuat Roh Kudus 
  dapat semakin memakai kita menjadi alat pelayanan yang baik bagi 
  kemuliaan dan pekerjaan pelayanan-Nya.

  RELA MEMPERSEMBAHKAN SELURUH TOTALITAS DIRINYA BAGI PELAYANAN ANAK

  Seorang guru harus berani "membayar harga atas panggilan kudus yang
  diterimanya dari Tuhan". Ia rela mempersembahkan semuanya bagi
  Tuhan, baik waktu, tenaga, pemikiran, maupun uang bagi pelayanan
  anak.

  Agar pelayanannya berhasil, ia harus mempersiapkan diri sebaik
  mungkin, baik secara pribadi maupun bersama teman guru lainnya.

  Persiapan mengajar merupakan hal yang wajib dilakukan oleh para guru
  sekolah minggu, baik secara pribadi maupun secara bersama-sama guru
  yang lain.

  Agar persiapan mengajar dapat dilakukan dengan baik, guru harus rela
  mempersembahkan waktu, tenaga, pikiran, dan bahkan mungkin uang.

  Mempersembahkan waktu, tenaga, pikiran, dan uang:

  - untuk mengikuti persiapan guru sekolah minggu di gereja (idealnya
    setiap minggu perlu satu kali pertemuan guru untuk persiapan
    mengajar);
    
  - untuk mempersiapkan bahan mengajarnya sendiri (secara pribadi)
    sebaik mungkin;

  - untuk mempersiapkan perlengkapan, alat peraga, aktivitas, dan
    sebagainya;

  - untuk berdoa bagi pelayanannya dan bagi anak-anaknya;

  - untuk mengunjungi anak-anak (yang sakit atau bermasalah); 

  - untuk datang ke sekolah minggu lebih awal, dan sebagainya.

  BERDOA SYAFAAT BAGI ANAK

  Guru sekolah minggu yang baik haruslah menjadi juru syafaat yang
  baik bagi anak-anaknya. Sebab ini juga merupakan "peperangan rohani"
  untuk merebut anak-anak dari pengaruh buruk dunia ini (dan semua
  yang ditawarkan dunia). Perjuangan ini semakin berat karena Iblis
  tidak pernah tinggal diam. Iblis terus berusaha menggagalkan
  pelayanan kita, baik dengan mencobai kita (sebagai seorang guru)
  maupun dengan mencobai anak-anak sekolah minggu. Jadi, doa menjadi
  benteng dan senjata terbaik bagi setiap guru sekolah minggu.

  Mendoakan setiap anak merupakan hal wajib yang harus dilakukan oleh 
  setiap guru sekolah minggu. Oleh karenanya, seorang guru harus hafal 
  nama dan pergumulan tiap anak. Untuk itu, perlu dibuat daftar anak 
  (lebih baik dengan foto anak itu) di kelas untuk mempermudah 
  mendoakan mereka di kelas kita masing-masing.

  HADIR DAN MENGAJAR DENGAN CINTA

  Cinta sangat memengaruhi cara dan suasana. Cinta kepada Tuhan dan
  cinta kepada anak-anak akan membuat cara kita melayani begitu hidup,
  bersemangat, bersahabat, dan penuh sukacita.

  Sebaliknya, tanpa cinta kepada Tuhan dan kepada anak-anak, hanya
  akan membuat pelayanan ini penuh masalah, dan menjadi beban
  kewajiban yang berat, dan tidak menyenangkan, tidak membawa sukacita
  karena yang ada hanya kekecewaan dan masalah.

  MENJADI SEORANG GEMBALA BAGI ANAK-ANAKNYA

  Guru dipanggil bukan hanya untuk mengajar di kelas (saat kegiatan
  sekolah minggu diadakan), melainkan juga sebagai gembala bagi
  murid-muridnya. Ia adalah gembala dengan:

  - menjadi teman dekat yang mendampingi murid-muridnya ketika mereka
    sedang mengalami kesulitan, kedukaan, sakit, atau masalah;

  - menjadi penasihat yang baik ketika murid-murid sedang berada di
    persimpangan jalan karena suatu pergumulan hidup, atau ketika
    murid melakukan kesalahan/dosa;

  - menjadi imam (juru doa) yang baik ketika murid-muridnya
    membutuhkan seorang pendukung doa dalam pergumulannya;

  - menjadi sahabat yang datang mengunjungi muridnya di rumahnya
    masing-masing;

  - menjadi teladan dalam setiap perbuatan baik;

  - menjadi pahlawan ketika mereka sedang terjepit masalah;

  - menjadi orang tua ketika mereka membutuhkan pendampingan,
    perhatian, dan rasa aman; dan

  - menjadi pembawa firman yang sangat mereka butuhkan.

  Jika setiap kelas sekolah minggu memiliki gembala-gembala yang baik,
  maka saya yakin kelas itu akan bertumbuh dan berkembang, bukan saja
  dari segi kuantitas, yang terutama adalah perkembangan/kemajuan
  kualitas pertumbuhan iman murid-muridnya.

  Setiap anak membutuhkan panutan seorang gembala yang baik, yaitu 
  gurunya, agar ia dapat semakin mengenal dan mencintai Yesus, Juru 
  Selamatnya.

  Setiap anak membutuhkan kehadiran guru untuk menjadi gembalanya yang
  baik, agar ia dapat menghayati betapa Kristus juga hadir dalam
  hidupnya sehari-hari, menjadi Gembala Agungnya.

  Ketujuh hal di atas akan membentuk seorang guru menjadi guru yang:

  - melayani penuh dedikasi, disiplin, dan tanggung jawab;
  - melayani dengan sikap yang bersahabat dan rendah hati;
  - didorong dengan keinginan memberi yang terbaik, sehingga terdorong 
    untuk melayani dengan persiapan yang lebih maksimal, rendah hati, 
    dan sebagainya; dan
  - mau terus belajar mengembangkan keterampilan, pengetahuan,
    kreativitasnya sebagai seorang guru, ia akan rajin belajar, dan
    berlatih.

  Diambil dan disunting seperlunya dari:
  Judul buku: Mereformasi Sekolah Minggu
  Penulis: Paulus Lie
  Penerbit: PBMR ANDI, Yogyakarta 2003
  Halaman: 93 -- 99

______________________________________________________________________
BAHAN MENGAJAR

  		KEINDAHAN KRISTUS DALAM ORANG KRISTEN

  Persiapan: Bawalah sebuah kotak yang telah dibungkus dengan kertas 
             yang bagus.

  Penyampaian:

  Lihatlah, saya membungkus kotak ini dengan kertas yang paling bagus 
  yang dapat saya peroleh. Beberapa orang yang melihat saya membawa 
  kotak ini mengatakan bahwa kotak ini amat bagus. Mereka belum pernah 
  melihat kotak sebagus ini. Dapatkah kalian menerka apa isinya? (Buka 
  sekarang kotaknya dan perlihatkanlah topi itu.) Saya melihat 
  beberapa di antara kalian mencoba menerka apa isi kotak ini. Ya, 
  isinya sebuah topi. Biasanya topi dipakai untuk melindungi kepala, 
  tetapi topi ini tidak dipakai dengan maksud demikian. Saya memakai 
  topi ini agar saya tampak cantik. Topi ini untuk kecantikan. Saya 
  ingin orang-orang melihatnya, dan tahu bahwa saya memunyai topi baru 
  yang bagus. Saya selalu senang apabila ada teman mengatakan kepada 
  saya bahwa topi saya amat bagus, hingga ia pun menginginkan sebuah 
  topi yang persis seperti topi saya.

  Ada satu ayat dalam Kitab Mazmur yang mengatakan bahwa kita harus 
  memperlihatkan keindahan Tuhan dalam diri kita. (Baca Mazmur 90:16.) 
  Apabila kalian meminta supaya Tuhan Yesus masuk ke dalam hatimu 
  untuk memberi keselamatan kepadamu, maka tepat pada saat itu juga 
  kalian telah menjadi orang Kristen. Kristus ada di dalam hatimu 
  beserta Allah Bapa dan Roh Suci. Ketiga-tiganya ada di dalam hatimu 
  dan akan tinggal di situ selama-lamanya. Pada saat Allah Trinitas 
  ada di dalam kita, maka kehidupan kita seharusnya berlainan dengan 
  orang-orang lain yang tidak percaya pada Kristus. Ke mana pun kita 
  pergi, kata apapun yang kita ucapkan dan perbuatan apapun yang kita 
  lakukan, semuanya harus berbeda sekarang, karena Allah sudah tinggal 
  di dalam kita.

  Kita harus menampakkan keindahan dan kebagusan Allah melalui pribadi 
  kita. Senyuman kita hendaknya lebih manis, muka kita harus 
  memperlihatkan sukacita yang sungguh-sungguh, dan tindakan kita 
  haruslah dilakukan dengan lembut dan sayang, sehingga mereka tahu 
  bahwa Kristus tinggal di dalam hati kita. Mereka harus dapat melihat 
  keriangan hati kita walaupun kita sedang sakit atau susah. Apabila 
  kita tidak sopan dan kasar, apabila kita sering mengeluh dan suka 
  mengkritik atau hanya mementingkan diri saja, curang, dan 
  sebagainya, maka orang tak akan mengetahui tentang Juru Selamat kita 
  yang amat indah itu. Banyak orang tidak pernah ke gereja, dan ada 
  sedikit saja di antara mereka yang pernah membaca Kitab Suci. Dari 
  kelakuan dan pembicaraan orang-orang Kristen sajalah mereka dapat 
  mengetahui tentang Kristus.

  Apakah teman-teman kalian telah menyaksikan keindahan Kristus dalam 
  diri kalian? Apakah dalam pandangan mereka kehidupanmu begitu manis 
  dan berbeda sehingga mereka juga menghendaki Kristus menjadi Juru 
  Selamat mereka? Tidaklah ada kebahagiaan lain yang lebih indah 
  daripada kebahagiaan yang kita alami ketika seseorang ingin menerima 
  Kristus sebagai Juru Selamatnya, karena melihat perubahan dalam 
  hidup kita sejak Kristus tinggal dalam hati kita. Pikirkanlah hal 
  ini, dan mintalah kepada Allah agar Dia menolong kalian untuk 
  memperlihatkan keindahan-Nya melalui diri kalian, supaya kalian 
  dapat membawa orang lain kepada Kristus.

  Diambil dan disunting seperlunya dari:
  Judul buku: Pelajaran dengan Alat Peraga
  Judul asli buku: Tidak dicantumkan
  Penulis: D. H. Pentecost
  Penerjemah: Tidak dicantumkan
  Penerbit: Gandum Mas, Malang 
  Halaman: 38 -- 40

______________________________________________________________________
KESAKSIAN GSM

   PERCAYALAH KEPADA TUHAN MESKIPUN SEMUANYA TAMPAK TAK BERHASIL

  Ketika Anda mengajar satu kelas anak-anak sekolah dasar yang ribut 
  atau satu kelas remaja yang sangat dipengaruhi hormon mereka, hasil 
  dari kegiatan itu biasanya sangat sulit dilihat. Guru sekolah minggu 
  yang pada akhir pelajaran menunggu murid-murid mengatakan: "Terima 
  kasih, pelajaran dari Kitab Imamat ini mengubah hidupku" bisa jadi 
  akan bermalam di gereja. Bila kita tidak berhati-hati, sangat 
  mungkin untuk menyimpulkan bahwa Tuhan tidak bekerja.

  Untuk pertama kalinya saya membuka diri untuk iman Kristen ketika 
  mengikuti kelas sekolah minggu untuk SMA. Guru sekolah minggunya 
  adalah seorang polisi Kristen. Tak disangka, dia adalah orang yang 
  menyenangkan, ramah, menarik hati, dan dengan bahasa yang sederhana 
  dia bercerita tentang bagaimana komitmennya kepada Yesus Kristus 
  memberi dampak kepada hidup dan relasinya.

  Saya keluar dari kelas itu dengan masih tidak percaya tentang 
  kebenaran iman Kristen, tetapi diam-diam berusaha dan berkomitmen 
  untuk membuktikannya -- meskipun di kelas, saya berpura-pura sama 
  sekali tidak tertarik. Bahkan, 20 tahun kemudian, saya masih belum 
  mendapatkan jawaban dari pesannya yang singkat dan jelas.

  Sepertinya hasilnya tidak segera muncul, tetapi ingatlah bahwa Anda 
  tidak mengajar sendirian. Ketika Anda memimpin anak-anak kepada 
  Alkitab, Tuhan bekerja untuk meyakinkan murid-murid bahwa firman-Nya 
  adalah nyata dan membawa murid-murid ini kepada-Nya. Lucu, saya rasa 
  saya tidak pernah mengatakan kepada guru itu dampak pengajarannya 
  terhadap saya. Anda mungkin punya murid seperti itu. Sekarang 
  mungkin tidak ada tanda-tanda keberhasilan yang nyata dalam hidup, 
  tetapi 20 tahun kemudian ... siapa yang tahu? (t/Ratri)

  Diterjemahkan dari:
  Judul buku: Help! I`m a Sunday School Teacher!
  Judul asli artikel: When All Else Fails, Trust God
  Penulis: Ray Johnston
  Penerbit: Youth Specialities, Inc., California 1995
  Halaman: 110 -- 111

______________________________________________________________________
o/ WARNET PENA o/

           BELAJAR MENGENAI MENAATI ALLAH DALAM SABDA ALKITAB      
      http://alkitab.sabda.org/resource.php?topic=4269&res=elwell

  Situs SABDA Alkitab menyediakan bahan untuk belajar lebih dalam lagi
  mengenai menaati Allah. Selain untuk pendalaman Alkitab mengenai
  ketaatan, bahan-bahan tersebut dapat dipakai pula untuk
  mempersiapkan pelajaran mengenai ketaatan. Selamat belajar.

  A. Taat Kepada Allah
     http://alkitab.sabda.org/resource.php?topic=4270&res=elwell

     1. Ciri-ciri Ketaatan
     2. Objek dari Ketaatan
     3. Sikap Terhadap Ketaatan
     4. Janji-Janji kepada Orang yang Taat
     5. Gambaran-Gambaran Orang yang Taat
     6. Teladan-Teladan Ketaatan

  B. Berserah Kepada Allah
     http://alkitab.sabda.org/resource.php?topic=4376&res=elwell

     2 Tawarikh 30:8; Ayub 22:21; Ibrani 12:9; dan Yakobus 4:7

  C. Ikut Allah
     http://alkitab.sabda.org/resource.php?topic=4377&res=elwell

     1. Mengikut Allah
        http://alkitab.sabda.org/resource.php?topic=4378&res=elwell

        Ulangan 13:4; 1 Samuel 12:14; Efesus 5:1

     2. Mengikut Kristus
        http://alkitab.sabda.org/resource.php?topic=4379&res=elwell

        Matius 16:24; Yohanes 8:12; Yohanes 10:25-27; Yohanes 12:26;
        Roma 15:5

     3. Teladan dari Orang-Orang yang Mengikut Allah
        http://alkitab.sabda.org/resource.php?topic=4380&res=elwell

        a. Kaleb Mengikut Allah (Ulangan 1:34-36; Yosua 14:6-9, 13-14)
        b. Ayub Mengikut Allah (Ayub 23:11)
        c. Yosia Mengikut Allah (2 Tawarikh 34:31-33)

     4. Teladan dari Orang-Orang yang Mengikut Kristus
        http://alkitab.sabda.org/resource.php?topic=4384&res=elwell

        a. Paulus Mengikut Kristus (1 Korintus 11:1)
        b. Jemaat Mengikut Kristus (Wahyu 14:3-4, 17:14)

  Oleh: Redaksi

______________________________________________________________________
Pemimpin Redaksi: Davida Welni Dana
Staf Redaksi: Kristina Dwi Lestari dan Tatik Wahyuningsih
Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA
Didistribusikan melalui sistem network I-KAN
Copyright(c) e-BinaAnak 2009 -- YLSA
http://www.ylsa.org/ ~~ http://katalog.sabda.org/
Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati
______________________________________________________________________
Anda terdaftar dengan alamat email: $subst(`Recip.EmailAddr`)
Alamat berlangganan: <subscribe-i-kan-BinaAnak(at)hub.xc.org>
Alamat berhenti: <unsubscribe-i-kan-BinaAnak(at)hub.xc.org>
Arsip e-BinaAnak: http://www.sabda.org/publikasi/e-binaanak/
Pusat Elektronik Pelayanan Anak Kristen: http://pepak.sabda.org/

Bergabunglah dalam Network Anak di Situs In-Christ.Net:
http://www.in-christ.net/komunitas_umum/network_anak

Kunjungi Blog SABDA di http://blog.sabda.org

______________PUBLIKASI ELEKTRONIK UNTUK PEMBINAAN GURU_______________

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org