Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-binaanak/439

e-BinaAnak edisi 439 (1-7-2009)

Pentingnya Kelas Bayi dalam Sekolah Minggu

 
___e-BinaAnak (Milis Publikasi Elektronik untuk Para Pembina Anak)____

  DAFTAR ISI EDISI 439/JULI/2009

  - SALAM DARI REDAKSI: Pentingnya Kelas Bayi
  - ARTIKEL 1: Lahir untuk ...
  - MUTIARA GURU
  - ARTIKEL 2: Mengapa Perlu Ada Kelas Bayi?
  - BAHAN MENGAJAR: Ci Luuk Baa ... 
  - WARNET PENA: Artikel Seputar Bayi

______________________________________________________________________
   Korespondensi dan kontribusi bahan dapat dikirimkan ke redaksi:
  <binaanak(at)sabda.org> atau <owner-i-kan-binaanak(at)hub.xc.org>
______________________________________________________________________
SALAM DARI REDAKSI
  
                         PENTINGNYA KELAS BAYI
  
  Sejak kapankah anak-anak dapat dikenalkan kepada Allah? Disadari 
  atau tidak, mereka sudah dapat dikenalkan kepada Allah sejak usia 
  mereka 0 bulan. Karena itu, para Pelayan Anak seharusnya tidak perlu 
  ragu-ragu untuk mengadakan kelas sekolah minggu untuk bayi. 
  
  Untuk menambah informasi akan pentingnya pelayanan untuk para bayi, 
  sajian perdana di minggu pertama bulan Juli 2009 ini menghadirkan 
  topik "Pentingnya Kelas Bayi dalam Sekolah Minggu". Harapan kami, 
  sajian tersebut dapat membakar semangat para Pelayan Anak untuk 
  segera memulai kelas sekolah minggu untuk bayi. Jangan menundanya! 
  Mari segera memulainya dan kenalkan mereka kepada Kristus melalui 
  puji-pujian dan firman-Nya sejak dini.   
 
  Selamat menyimak dan jangan lewatkan sajian-sajian seputar kelas 
  bayi lainnya di minggu-minggu selanjutnya! 
  
  Staf Redaksi e-BinaAnak,
  Kristina Dwi Lestari
  http://www.sabda.org/publikasi/arsip/e-binaanak/
  http://pepak.sabda.org/
  
         Kepada-Mu aku diserahkan sejak aku lahir, sejak dalam
                  kandungan ibuku Engkaulah Allahku.
                            (Mazmur 22:10)
             < http://sabdaweb.sabda.org/?p=Mazmur+22:10 >
            
______________________________________________________________________
ARTIKEL 1
  
                            LAHIR UNTUK ...

  Pernahkah Saudara bertanya-tanya mengapa Allah memilih untuk 
  menciptakan orang-orang dewasa melalui masa bayi, masa kanak-kanak, 
  dan masa remaja yang nampaknya tidak menghasilkan sesuatu? Pastilah 
  Allah yang Mahakuasa dapat merencanakan satu metode pembiakan yang 
  lebih efisien untuk umat manusia. 
  
  Namun, memang seperti itulah rencana-Nya. Dengan jelas, Alkitab 
  menunjukkan bahwa tahun-tahun persiapan ini sangat berguna, bahkan 
  masa bayi yang tak berdaya itu. Allah mengetahui 
  kemungkinan-kemungkinan yang terdapat dalam bayi yang baru lahir. 
  Akan tetapi, orang tua dan pengerja kelas bayi selalu memperingatkan 
  diri mereka sendiri mengenai kemungkinan-kemungkinan itu, jika tidak 
  maka pengaruh-pengaruh pada makhluk yang kecil itu hanya merupakan 
  tugas-tugas rutin yang dilaksanakan untuk pertumbuhan jasmani anak 
  itu. 
  
  Tidaklah mengherankan bahwa orang-orang dewasa menemui kesulitan 
  untuk membayangkan manusia dewasa yang tersembunyi dalam diri 
  seorang bayi. Bahkan, mereka suka mengerti kemungkinan-kemungkinan 
  yang terpendam dalam diri mereka sendiri. 
  
  Tetapi di dalam sistem Allah, bayi-bayi pun memunyai potensi. Para 
  orang tua dan pengerja sekolah minggu harus menolong agar maksud 
  Allah sepenuhnya bagi anak-anak bayi itu tercapai.
  
  LAHIR UNTUK ... DIKASIHI
  
  "Jangan menganggap rendah seorang dari anak-anak kecil ini," Yesus 
  mengingatkan murid-murid-Nya (Matius 18:10). Nada peringatan-Nya 
  yang keras bahkan mendorong itu, terdengar pada waktu Dia mendahului 
  perintah-Nya dengan kata "ingatlah". Jangan meremehkan nilai dan 
  kemampuan mereka. Sekalipun dia masih kecil sekali, bayi itu 
  memunyai kemampuan rohani. Dia mulai mengenal kasih Allah melalui 
  kasih orang tua dan orang-orang dewasa yang menaruh perhatian 
  padanya.
  
  Para ahli ilmu jiwa dan dokter-dokter jiwa menghabiskan waktu 
  bertahun-tahun guna menolong orang-orang dewasa mengatasi 
  pengalaman-pengalaman masa kanak-kanak di mana mereka dilalaikan. 
  Berapa banyak tahun terbuang karena para orang dewasa tidak 
  menunjukkan kasih sejati kepada mereka ketika masih bayi.
  
  Jika Nita telah menerima kasih dan perhatian yang diperlukannya, dia 
  tak usah mengalami pengalaman yang tidak menyenangkan. Setiap kali 
  pemimpin sekolah minggu meminta anak-anak yang berulang tahun dalam 
  minggu yang lalu untuk maju guna menerima penghargaan, Nita maju ke 
  depan. Gurunya menyadari bahwa kelakuannya itu disebabkan karena dia 
  ingin diperhatikan. Persoalannya itu diselesaikan ketika mereka 
  menyatakan kasih dan perhatian kepadanya.
  
  Allah menjadikan bayi-bayi untuk dikasihi, tetapi bukan hanya karena 
  mereka baik dan manis. Dengan menyatakan kasih yang ikhlas kepada 
  seorang bayi, Roh Kudus dapat menghasilkan buah-Nya di dalam diri 
  kita. Jika tidak ada kasih terhadap seorang bayi, di mana gerangan 
  terdapat kasih itu?
  
  LAHIR UNTUK ... MENJADI CONTOH
  
  Pada waktu murid-murid mulai menanyakan tentang kebesaran dan 
  kedudukan, Yesus menjawab dengan berbicara tentang anak-anak. 
  "Siapakah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga?" Demikianlah mereka 
  bertanya dengan memusatkan perhatian pada diri sendiri. "Maka Yesus 
  mengambil seorang anak kecil dan menempatkannya di tengah-tengah 
  mereka" (Markus 9:36) sebagai alat peraga. Mengapa seorang anak?
  
  Bagi Guru Agung itu, masa kanak-kanak merupakan satu pembanding yang 
  sempurna mengenai kewargaan Kerajaan Surga. "Sesungguhnya jika kamu 
  tidak bertobat dan menjadi seperti anak-anak kecil ini, kamu tidak 
  akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga." (Matius 18:3)
  
  Bukan kurangnya pengetahuan atau kelemahan anak itu yang dipuji. 
  Bukan pula keadaannya yang tidak bersalah. Untuk masuk ke dalam 
  Kerajaan Surga, seseorang harus memperlihatkan kepercayaan dan 
  kejujuran yang polos dari seorang anak. Sebagaimana anak pada waktu 
  bermain asyik dalam kesenangan pada waktu itu, tidak memedulikan 
  kemarin atau esok hari, demikian pula kita harus bergantung 
  sepenuhnya kepada Allah sekarang ini.
  
  LAHIR UNTUK ... MERDEKA
  
  Terang-terangan, dalam dua peristiwa, Yesus menjadi marah. Ia tidak 
  marah pada waktu Ia dihina, dituduh palsu, atau diumpat. Juga tidak 
  pada waktu mereka meludahi wajah-Nya, menarik janggut-Nya, atau 
  memaku Dia pada sebuah salib. Tetapi Ia menjadi marah ketika para 
  penukar uang menajiskan Bait Allah dan ketika orang-orang dewasa 
  tidak mengindahkan nilai seorang anak.
  
  Sekali lagi, murid-murid berpikir menurut cara dunia ini. Mereka 
  mengecewakan dan memarahi ibu-ibu yang membawa bayi-bayi dan 
  anak-anak mereka untuk dijamah dan diberkati oleh Yesus. Markus 
  10:14 terjemahan bahasa sehari-hari mengatakan bahwa Yesus "merasa 
  tidak senang". Tetapi Terjemahan Baru dan Lama mengatakan "marahlah 
  Ia". "Biarkan anak-anak itu datang kepada-Ku; jangan 
  menghalang-halangi mereka." (Markus 10:14)
  
  Anak-anak datang ke dalam dunia dengan sifat perangai yang takluk 
  kepada dosa. Tetapi mereka dilahirkan untuk merdeka. Setiap tindakan 
  kasih hendaknya menunjuk kepada kasih Allah yang berusaha 
  menyelamatkan mereka dari dosanya. Pada waktu orang tua menyerahkan 
  anak yang baru lahir kepada Allah, mereka mengakui bahwa mereka 
  ingin agar potensi yang Allah tempatkan dalam diri anak mereka itu 
  akan diwujudkan.
  
  LAHIR UNTUK ... DEWASA DI DALAM KRISTUS
  
  Kedewasaan Kristen merupakan tujuan bagi semua orang beriman, namun 
  jarang yang mencapainya. Banyak sifat, misalnya kesabaran, 
  penguasaan diri, kelembutan, dan kerendahan hati telah dibahas 
  panjang lebar sebagai tanda-tanda kehidupan Kristen yang dewasa. 
  Tetapi teladan yang diberi oleh Yesus sendiri menunjukkan bahwa 
  kedewasaan Kristen dapat diringkas dalam sepatah kata: Ketaatan. 
  "Dan sekalipun Ia adalah Anak, Ia telah belajar menjadi taat dari 
  apa yang telah diderita-Nya, dan sesudah Ia mencapai 
  kesempurnaan-Nya, Ia menjadi pokok keselamatan yang abadi bagi semua 
  orang yang taat kepada-Nya." (Ibrani 5:8-9)
  
  Jika Kristus telah dijadikan sempurna dengan jalan belajar taat, 
  bukankah beralasan bahwa kita harus menjadi dewasa di dalam Kristus 
  dengan jalan belajar taat? Tidak ada anak yang terlalu muda untuk 
  mulai belajar. Bahkan pada mula pertama seorang bayi menunjukkan 
  kemauannya sendiri, dia dapat diperkenalkan di dalam kasih pada 
  pelajaran-pelajaran permulaan dalam ketaatan. Pada waktu itu dia 
  mengambil langkah-langkah permulaannya menuju kedewasaan Kristen.
  
  Petrus juga mengerti pentingnya ketaatan bagi kedewasaan Kristen. 
  Dia menantang para pembacanya untuk memperlakukan diri "sebagai 
  anak-anak yang taat" (1 Petrus 1:14). Orang Kristen yang taat 
  kepada setiap perintah dan bisikan Roh, yang juga telah belajar 
  untuk taat kepada kekuasaan orang tua dan orang-orang lain, pastilah 
  sudah menjadi dewasa di dalam Kristus.
  
  Setiap anak bayi dilahirkan dengan potensi ... untuk dikasihi, untuk 
  menjadi contoh, untuk merdeka, dan untuk menjadi dewasa di dalam 
  Kristus. Tetapi sejak zaman Alkitab hingga sekarang, anak-anak 
  sering kali lebih diremehkan dan diabaikan daripada dibentuk menuju 
  kemungkinan-kemungkinan Allah lihat di dalam mereka. Penyembah 
  berhala dalam Perjanjian Lama mengorbankan anak-anak mereka, 
  menjual, memakan mereka, dan menyuruh mereka berjalan melalui api 
  sebagai bagian dari upacara agama. Perbuatan-perbuatan demikian 
  tidak lagi berlaku dalam masyarakat yang beradab. Tetapi apakah 
  perbuatan-perbuatan lain yang timbul menggantikannya?
  
  Allah memanggil pengerja departemen bayi maupun pengerja-pengerja 
  lain dalam sekolah minggu yang akan memengaruhi makhluk-makhluk 
  kecil ini, untuk bekerja sama dengan keluarga anak itu dalam 
  mengakui potensi yang telah ditetapkan oleh Allah dalam diri anak 
  itu.
  
  Apakah pahala-pahala bagi pengerja yang dengan penuh doa dan kasih 
  berusaha membuka dan memperkembangkan potensi yang Allah lihat di 
  dalam setiap anak bayi? Di hadapan murid-murid-Nya, Kristus telah 
  mengambil seorang anak dan memberkatinya. Dia akan berbuat demikian 
  lagi. Dia yang telah meletakkan seorang bayi dalam kandungan dan 
  menjadikan Yohanes Pembaptis dari padanya; yang telah mengambil 
  seorang anak laki-laki yang bungsu yang tidak mungkin akan sukses 
  dan menjadikan seorang Daud dari padanya; yang telah mengambil 
  seorang pemuda yang tidak diharapkan dan menjadikan seorang Samuel 
  dari padanya; Dia itu juga akan mengambil seorang bayi dari dalam 
  departemen bayi dan menjadikannya seorang pemimpin Kristen untuk 
  masa depan. Pada waktu itu, terwujudlah potensi yang ada di dalam 
  dirinya.
  
  Diambil dan disunting seperlunya dari: 
  Judul buku: Buku Pintar Sekolah Minggu Jilid 1 
  Penyusun: Pembina Departemen Sekolah Minggu Gereja Sidang-Sidang 
            Jemaat Allah
  Penerbit: Yayasan Penerbit Gandum Mas, Malang 1997  
  Halaman: 21 -- 23  
  
______________________________________________________________________
MUTIARA GURU
  
    Tidak pernah ada usia yang terlalu dini untuk mengajarkan firman
           Tuhan kepada anak, bahkan kepada bayi sekalipun.
                               -Meilania-
  
______________________________________________________________________
ARTIKEL 2
  
                     MENGAPA PERLU ADA KELAS BAYI?

  Tidak pernah ada usia yang terlalu dini untuk mengajarkan firman 
  Tuhan kepada anak, bahkan kepada bayi sekalipun. Menunggu hingga 
  anak menjadi besar, berarti melewatkan kesempatan yang sangat 
  berharga untuk menaburkan benih iman kepada anak-anak. Bayi memang 
  belum bisa bicara, ia juga belum bisa membaca, menyanyi, dan duduk 
  manis seperti layaknya anak-anak yang lebih besar yang sudah 
  sekolah. Bagi sebagian orang dewasa, bayi adalah makhluk yang 
  mengerikan. Ia tidak bisa diam, tidak bisa mengarahkan perhatian 
  kepada guru, sangat sulit dimengerti, bahasanya kacau, kemauannya 
  macam-macam, masih sering mengompol, muntah, dan gampang terjatuh 
  serta terluka. Oleh karena itu, cukup masuk akal bila banyak guru 
  sekolah minggu enggan mengajar para bayi.
  
  BAYI DAPAT MENGERTI FIRMAN TUHAN
  
  Banyak keraguan di hati para guru sekolah minggu yang ingin memulai 
  sebuah kelas bayi. Selain karena kesiapan teknis, seperti ruangan 
  yang memadai, fasilitas yang mencukupi, dan sumber daya manusia 
  (siapa guru yang memiliki kerinduan mengasuh kelas ini), juga karena 
  muncul keraguan: Apakah bayi dapat mengerti firman Tuhan? 
  
  Ada sebuah kesaksian yang indah dari seorang ibu, yang menceritakan 
  pengalaman bayinya kepada saya. Waktu itu, bayinya yang masih 
  berusia beberapa bulan mengikuti kelas bayi yang saya asuh. 
  Pengasuhnya dengan setia memegangi Sam, nama bayi tersebut, yang 
  waktu itu belum bisa duduk sendiri. Sam kecil datang setiap Minggu, 
  hanya duduk manis dengan bantuan pengasuhnya, sementara saya 
  mengajarkan lagu-lagu kepada para bayi yang lebih besar, yang sudah 
  mampu merespons dengan bertepuk tangan atau pun dengan mengikuti 
  gerakan yang saya ajarkan. 
  
  Lagu favorit kelas bayi yang saya asuh waktu itu adalah "Yesus Cinta 
  Saya". Demikian lagu itu kami nyanyikan dengan gerakannya:
  
    Yesus (kedua tangan diangkat dengan jari telunjuk menunjuk ke 
    atas) cinta saya (kedua tangan didekapkan di dada) 3x. 
    Yesus (kedua tangan diangkat dengan jari telunjuk menunjuk ke 
    atas) cinta saya (kedua tangan didekapkan di dada). 
    Haleluya (kedua tangan dilambaikan).
  
  Belum genap 1 tahun usia bayinya, sang ibu terheran-heran melihat 
  perilaku anaknya. Bagaimana tidak? Acapkali hendak tidur, Sam kecil 
  pasti mengangkat tangannya ke atas sambil mengatakan "sus ... ya ... 
  sus ... ya" berulang kali, setelah itu baru ia merebahkan diri dan 
  tidur. Suatu kali, karena pengasuh Sam sedang cuti, sang ibu 
  menemani Sam kecil mengikuti kelas bayi dan melihat kami sedang 
  menyanyikan lagu "Yesus Cinta Saya" tersebut. Barulah sang ibu 
  mengerti bahwa selama ini anaknya menirukan lagu "Yesus Cinta Saya" 
  yang pernah dinyanyikan di kelas bayi, sebelum ia tidur. 
  
  Beberapa orang tua juga menceritakan pengalaman serupa kepada saya, 
  bagaimana anak-anak mereka yang sejak bayi rajin datang ke sekolah 
  minggu, ternyata mampu merespons dalam gaya, bahasa, atau pemahaman 
  yang sederhana. Hal itu menunjukkan bahwa firman Tuhan yang telah 
  ditaburkan tidak akan kembali dengan sia-sia. Puji Tuhan! 
  
  Saya telah menceritakan kisah-kisah Alkitab kepada anak saya saat ia 
  masih berusia 3 bulan. Tentu saja dengan menggunakan buku Alkitab 
  anak-anak yang bergambar dan berwarna menarik, di mana tulisan per 
  halaman hanya satu sampai dua kalimat. Hal ini tidak berarti kita 
  memaksa bayi untuk membaca atau belajar Alkitab. Tetapi kita bisa 
  menggunakan banyak cara untuk mengajarkan firman Tuhan kepada 
  anak-anak yang masih kecil, yaitu melalui sesuatu yang menjadi minat 
  atau mampu menarik perhatiannya. 
  
  Setiap kali melihat gambar, bayi saya sangat menikmatinya. Oleh 
  karena itu, menceritakan kisah Alkitab melalui buku Alkitab 
  bergambar sangat sesuai baginya. Pada saat anak saya berusia 1 
  tahun, ia sudah hafal semua kisah yang ada di Alkitabnya tersebut. 
  Berbeda dengan anak saya yang kedua, ia baru tertarik dibacakan 
  kisah-kisah dalam Alkitab saat berusia menjelang 2 tahun. 
  
  Murid sekolah minggu saya, Steven -- seorang anak yang sangat aktif 
  bergerak dan hampir tidak bisa diam -- belajar firman Tuhan dengan 
  cara aktif bergerak, yaitu menirukan gerakan-gerakan saya, baik 
  saat saya menyanyi, berdoa, bercerita, dan bermain bersamanya. 
  Seiring dengan kemampuan bicaranya yang mulai meningkat, saat ini 
  Steven senang bila ia bisa terlibat secara aktif dalam pembicaraan 
  dengan saya.
  
  Tidak pernah terlalu dini untuk menyampaikan firman Tuhan kepada 
  para bayi. Namun, yang perlu kita perhatikan adalah semuanya harus 
  disajikan dalam lingkungan dan suasana yang menyenangkan, tanpa 
  paksaan atau pun target-target tertentu. 
  
  Kita memang bisa segera mengevaluasi hasil pembelajaran anak-anak 
  yang lebih besar, misalnya melalui tes, ujian, atau kuis dan 
  bentuk-bentuk evaluasi lainnya. Akan tetapi, tidak demikian halnya 
  dengan para bayi. Segala sesuatu yang kita tabur sekarang, mungkin 
  baru bisa terlihat hasilnya (bila Tuhan mengizinkan kita melihat 
  hasilnya) berbulan-bulan, bahkan mungkin bertahun-tahun yang akan 
  datang. 
  
  Izinkanlah setiap anak belajar sesuai dengan gaya dan kecepatannya 
  masing-masing. Tugas kita adalah menaburkan benih firman Tuhan, dan 
  hanya Roh Kuduslah yang mampu memberikan pertumbuhan pada waktu-Nya 
  yang tepat.
  
  APA YANG BISA SEKOLAH MINGGU LAKUKAN UNTUK PARA BAYI DAN BATITA?
  
  Sebagian gereja memilih untuk menyediakan ruang kebaktian khusus 
  bagi para orang tua yang membawa bayi mereka, biasanya ruangan ini 
  dipisahkan dengan kaca atau kedap suara, sehingga tidak mengganggu 
  jalannya ibadah bagi orang dewasa. Sebagian gereja lain memilih 
  untuk menyediakan taman atau ruang bermain bagi anak-anak mungil ini 
  sembari menunggu orang tua mereka beribadah. Dan, sebagian gereja 
  lagi memilih untuk menyediakan kelas sekolah minggu khusus bagi para 
  bayi agar mereka juga memperoleh pengajaran firman Tuhan. 
  
  Kelas bayi yang tersedia pun sangat beragam bentuknya. Ada gereja 
  yang menyediakan ruangan sekolah minggu untuk para bayi beserta 
  orang tua atau pengasuhnya. Di tempat lain, kelas serupa hanya 
  dihadiri oleh anak-anak dan para petugas sekolah minggu, tanpa 
  kehadiran orang tua atau pengasuh. Ada pula gereja yang menyediakan 
  ruang bagi bayi dan batita bersebelahan dengan ruang khusus bagi 
  para ibu atau pengasuh. Masing-masing gereja punya alasan dan 
  pertimbangannya sendiri. Namun yang jelas, masing-masing gereja 
  telah menyadari perlunya pelayanan khusus bagi para bayi dan juga 
  bagi para orang tua atau pengasuh mereka.
  
  MENGAPA PERLU DIADAKAN KELAS BAYI DAN KELAS BATITA SECARA KHUSUS?
  
  Banyak sekali gereja yang sudah memiliki sekolah minggu kelas balita 
  (0 -- 5 tahun). Dengan demikian, setiap Minggu, anak-anak dari 
  rentang usia beberapa bulan hingga usia TK berkumpul di satu tempat 
  untuk memuji Tuhan dan belajar firman Tuhan. Namun, kerap kali para 
  guru sekolah minggu kelas balita mengalami kesulitan saat memimpin 
  kelasnya tersebut.
  
  Para bayi umumnya hanya duduk manis sambil melihat-lihat, ada yang 
  terlelap dalam gendongan pengasuhnya, ada yang minum susu botol, ada 
  yang sedang disuapi, ada yang belajar jalan, ada yang rewel dan 
  menangis, serta berbagai kesibukan lainnya yang bisa saja dirasakan 
  mengganggu jalannya acara sekolah minggu bagi anak-anak yang lebih 
  besar.
  
  Kemampuan anak balita untuk berkonsentrasi juga sangat berbeda. 
  Rentang waktu perhatian bayi umumnya hanya dalam hitungan detik. 
  Adapun anak batita umumnya masih bisa duduk manis selama beberapa 
  menit, sedangkan untuk anak yang sudah sekolah (Playgroup dan TK), 
  biasanya sudah mulai bisa mendengarkan cerita dalam rentang waktu 
  sekitar 10 -- 15 menit.
  
  Bayi membutuhkan perhatian secara individu melalui orang-orang yang 
  dikenalnya. Pelajaran lebih banyak diterima atau diserap oleh bayi 
  melalui sentuhan, suara, penglihatan, dan indra pengecap. Oleh 
  karena itu, mustahil menyuruh bayi diam dengan manis, sementara guru 
  sekolah minggu bercerita di depan kelas kepada anak-anak.
  
  Berbeda dengan bayi berusia di bawah 1 tahun, anak batita (1 -- 3 
  tahun) benar-benar tidak bisa diam karena mereka memasuki masa 
  pertumbuhan fisik yang luar biasa. Anak batita sedang dalam proses 
  belajar mengoordinasikan tubuhnya (berjalan, berlari, melompat, 
  berputar-putar, memanjat, dan sebagainya). Selain itu, mereka juga 
  sedang mengembangkan kemampuan berbahasa. Meskipun di usia ini anak 
  batita sudah mulai bisa bicara, bahasa mereka belum sepenuhnya bisa 
  dimengerti dengan jelas oleh orang lain. Anak batita juga sangat 
  impulsif dan egosentris.
  
  Karena jurang perbedaan level pertumbuhan inilah, akan lebih efektif 
  bila sekolah minggu menyediakan kelas yang berbeda untuk para bayi, 
  batita, dan balita yang sudah besar (anak-anak yang sudah memasuki 
  usia sekolah Playgroup dan TK). Terlebih bila jumlah anak balita 
  sudah mencapai puluhan, mungkin ini saat yang tepat untuk mulai 
  mempersiapkan kelas khusus bagi para bayi.
  
  Diambil dan disunting seperlunya dari: 
  Judul buku: Merintis dan Mengembangkan Kelas Bayi (0-2 tahun) di 
              Sekolah Minggu   
  Penulis: Meilania 
  Penerbit: Gloria Graffa, Yogyakarta 2007
  Halaman: 11 -- 16 

______________________________________________________________________
BAHAN MENGAJAR
  
                           CI LUUK BAAA.... 
  
  Permainan Ci Luuk Baa sebenarnya mengajarkan pada bayi bahwa benda 
  yang hilang dari pengamatannya bukan berarti benar-benar hilang, 
  benda tersebut akan dapat dilihatnya kembali atau dapat muncul 
  kembali. 
  
  Contoh tema: Terima Kasih Tuhan untuk Makananku (Mainanku)
  Bahan: selimut, berbagai buah segar (atau mainan bayi)
  
  Cara: 
  
  Awali dengan memberikan beragam buah segar (atau mainan bayi) untuk 
  dilihat, dipegang, dan (mungkin) dicicipi oleh bayi. Kemudian, 
  tutupi makanan (mainan) yang dipegang anak atau yang disukai anak. 
  Katakan padanya: "Jason ..., mana buah pisang yang kamu suka?" 
  Pastikan bahwa Jason melihat Anda menutupi buah pisang itu dengan 
  selimut, sehingga ia tahu di mana harus "mencari"nya. Bila Jason 
  masih belum mampu menarik selimut, Andalah yang harus menariknya, 
  sambil mengucapkan "Ci Luuk Baa" dengan nada yang ekspresif, lalu 
  berikan buah pisang itu kepada Jason. Lakukan berulang-ulang, 
  mungkin dengan mencoba benda yang lain. Lakukan juga bersama para 
  bayi lain. 
  
  Jangan lupa untuk menutupnya dengan pesan: Terima kasih Tuhan untuk 
  buah pisang, Jason suka sekali makan pisang. Terima kasih Tuhan 
  untuk Thomas, David suka sekali main dengan Thomas, dan sebagainya. 
    
  Diambil dan disunting seperlunya dari:   
  Judul buku: Merintis dan Mengembangkan Kelas Bayi (0-2 tahun) di 
              Sekolah Minggu 
  Judul asli artikel: Ci Luuk Baa ...
  Penulis: Meilania 
  Penerbit: Gloria Graffa, Yogyakarta 2007
  Halaman: 60
  
______________________________________________________________________
o/ WARNET PENA o/
  
                         ARTIKEL SEPUTAR BAYI 
  
  Sebelum mengajar bayi, Pelayan Anak perlu tahu lebih banyak mengenai 
  dunia bayi. Karena itu, berikut kami bagikan beberapa artikel yang 
  dapat menambah pengetahuan Pelayan Anak tentang dunia bayi. Mari 
  memberi diri untuk melayani anak-anak sejak dini bagi Kristus. 
  
  1. Memahami Bayi 
  ==> http://c3i.sabda.org/memahami_bayi
  
  2. Bayi Super, Balita Jenius untuk Siapa? 
  ==> http://indonesia-educenter.net/index.php?option=com_content&task=view&id=173&Itemid=90

______________________________________________________________________
Pemimpin Redaksi: Davida Welni Dana
Staf Redaksi: Kristina Dwi Lestari dan Tatik Wahyuningsih
Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA
Didistribusikan melalui sistem network I-KAN
Copyright(c) e-BinaAnak 2009 -- YLSA
http://www.ylsa.org/ ~~ http://katalog.sabda.org/
Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati
______________________________________________________________________
Anda terdaftar dengan alamat email: $subst(`Recip.EmailAddr`)
Alamat berlangganan: <subscribe-i-kan-BinaAnak(at)hub.xc.org>
Alamat berhenti: <unsubscribe-i-kan-BinaAnak(at)hub.xc.org>
Arsip e-BinaAnak: http://www.sabda.org/publikasi/e-binaanak/
Pusat Elektronik Pelayanan Anak Kristen: http://pepak.sabda.org/

Bergabunglah dalam Network Anak di Situs In-Christ.Net:
http://www.in-christ.net/komunitas_umum/network_anak

BLOG SABDA: http://blog.sabda.org/

______________PUBLIKASI ELEKTRONIK UNTUK PEMBINAAN GURU_______________

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org