Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-binaanak/44 |
|
e-BinaAnak edisi 44 (12-9-2001)
|
|
><> Milis Publikasi Elektronik untuk Para Pembina Anak <>< Daftar Isi: Edisi 044/September/2001 ----------- o/ SALAM DARI REDAKSI o/ ARTIKEL (1) : Mengenal Kedisiplinan (2) : Prinsip Praktis Mendisiplin Anak o/ TIPS MENGAJAR : Bagaimana Cara Mendisiplin Anak o/ SERBA SERBI -- Humor : Pergi Ke Surga, Jangan Bicara Waktu Makan o/ DARI ANDA UNTUK ANDA : Tanya tentang persiapan natal SM *********************************************************************** Korespondensi dan kontribusi bahan dapat dikirimkan ke staf Redaksi di: Meilania <submit-BinaAnak@sabda.org> atau <owner-i-kan-BinaAnak@xc.org> *********************************************************************** o/ SALAM DARI REDAKSI Salam Sejahtera dalam Kristus, Disiplin biasanya didefinisikan sebagai hukuman yang diberikan kepada anak supaya anak tunduk. Sebenarnya definisi ini terlalu sempit. Kata "disiplin" berasal dari kata latin, yang artinya mengajar, mendidik dan melatih. Disiplin juga berarti memberikan panduan dalam usaha memperbaiki sifat anak, sebagai salah satu alat dalam mengajar, mendidik dan melatih anak. Disiplin ini mencakup pembentukan sifat anak secara menyeluruh, termasuk tanggung jawab guru dan orangtua untuk melatih, memberi semangat, dan membangun tingkah laku yang baik sebagai ganti tingkah laku yang kurang baik. Apakah dasar Alkitab mengenai kedisiplinan ini? Prinsip-prinsip apakah yang harus dimiliki guru Sekolah Minggu dan orangtua untuk mendisiplin anak-anaknya? Dalam edisi e-BinaAnak ini, kita akan mendapat sajian yang jelas untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas. Kiranya hal ini dapat menolong guru Sekolah Minggu dalam menegakkan kedisiplinan pada murid-muridnya dengan cara yang benar. Tuhan memberkati, Tim Redaksi "Dan kamu, bapa-bapa, jangan bangkitkan amarah dalam hati anak-anakmu, tetapi didiklah mereka di dalam ajaran dan nasihat Tuhan." (Efesus 6:4) < http://www.bit.net.id/SABDA-Web/Efe/T_Efe6.htm 6:4 > ********************************************************************** o/ ARTIKEL (1) MENGENAL KEDISIPLINAN ===================== A. DISIPLIN SEBAGAI KEBUTUHAN ANAK Disiplin merupakan salah satu kebutuhan dasar anak, dalam rangka pembentukan dan pengembangan wataknya secara sehat. Tujuannya ialah agar anak dapat secara kreatif dan dinamis mengembangkan hidupnya di kemudian hari. Apabila orangtua mengasihi anaknya maka mereka juga harus mendisiplinkan anaknya. Apabila guru Sekolah Minggu mengasihi murid-muridnya, maka ia juga harus mendisiplinkan murid-muridnya. Tentu saja, kasih dan disiplin harus berjalan bersama-sama secara seimbang. Dengan perkataan lain, kasih tanpa disiplin mengakibatkan munculnya rasa sentimen dan ketidakpedulian. Sebaliknya, disiplin tanpa kasih merupakan tindakan kejam (tirani). Banyak orangtua, karena berbagai alasan termasuk kesibukan, tidak mempunyai pemahaman dan pengertian, mengabaikan kebutuhan anak dalam disiplin ini. Akibatnya suatu saat anak memberontak, sulit dikendalikan, dan akan mencari perhatian secara berlebihan. Orangtua demikian tentu akan mengalami konflik yang terus-menerus dengan anaknya, bahkan tidak jarang ada anak yang mengalami kekecewaan dan perasaan terluka. Oleh karena itulah, bahasan kita mengenai kedisiplinan ini amat perlu, karena hal ini dapat menjadi sumber masukan dalam pelayanan kita sebagai guru Sekolah Minggu, sehingga kita memiliki pemahaman yang benar mengenai kedisiplinan. Selain hal itu dapat menjadi alat refleksi bagi diri kita sendiri, sehingga kita dapat bersikap yang benar dalam mendisiplin murid-murid kita. B. DASAR TEOLOGIS DISIPLIN Pentingnya disiplin guru Sekolah Minggu terhadap muridnya dan orangtua terhadap anaknya, bukan hanya karena alasan sosiologis dan psikologis, tetapi juga karena pemahaman teologis. Keterangan berikut ini merupakan bentuk kedisiplinan di dalam Alkitab yang dapat menjadi bahan pertimbangan bagi kita semua, antara lain: 1. Allah Bapa senantiasa mendisiplin manusia ciptaan-Nya baik secara individual maupun secara kelompok. Cara Tuhan dalam mendisiplin umat-Nya sama dengan cara ayah dalam mendisiplin anaknya (lihat Ulangan 8:5 dan Mazmur 6:2, 38:2-3). Tujuan Allah mendisiplin manusia adalah agar mereka taat, hormat dan takut kepada-Nya. Karena itu Tuhan memberikan pengajaran, memberikan teguran, menyatakan nasehat, dan jika perlu mengijinkan terjadinya penderitaan seperti sakit penyakit, kerugian, bahkan pembuangan ke tempat atau negeri lain. Sejarah Israel menyatakan umat Israel dari kerajaan utara terbuang selama 40 tahun ke Asyur dan umat Yehuda ke negeri Babilonia selama 70 tahun. Dalam Perjanjian Baru, penulis kitab Ibrani menyatakan bahwa Allah mendisiplin umat-Nya agar bertaat kepada-Nya. Ia menyatakan disiplin sebagai bukti kasih-Nya (lihat Ibrani 12:5,6) meskipun pada mulanya mendatangkan dukacita (lihat Ibrani 12:10,11). 2. Tuhan Yesus Kristus pun menegakkan disiplin bagi murid-murid-Nya, dengan memberikan contoh, seperti dalam bagaimana menggunakan waktu, menggunakan uang, dan hidup berdoa secara tekun. Dia pun menyatakan bahwa kepentingan orang lain mesti didahulukan, sebagaimana terlihat bagaimana Yesus melayani orang yang datang kepada-Nya meskipun Ia seringkali belum sempat makan (bd. Markus 3:20-21). Bilamana murid-murid-Nya degil, seringkali Ia berterus- terang menegur mereka dengan keras (bd. Markus 8:14-21). Bilamana murid-murid ingin membalas kejahatan dengan kejahatan, Dia menyatakan sikap mengasihi dan mengalihkan perhatian mereka kepada tugas lain (bd. Lukas 9:51-56). Yesus pun menyatakan agar murid-murid-Nya belajar hidup secara tertib dalam arti memelihara kesucian hidup agar senantiasa merasakan kehadiran Allah (bd. Matius 5:8). Bagi Yesus, orang dewasa harus mendisiplin anggota tubuhnya -- tangan, kaki, mata -- agar tidak membawa keburukan bagi orang lain terutama "menyesatkan" anak-anak di bawah asuhan mereka (Matius 18:8-10). Sebab dia sendiri melarang murid-murid mengabaikan atau meremehkan anak-anak kecil (Matius 19:13-15). Tidak jarang pula Yesus menyatakan bahwa Dia tetap mengasihi murid-murid-Nya sekalipun mereka kurang cepat menangkap ajaran Sang Guru (Yohanes 13,15). 3. Alkitab mengajarkan bahwa Roh Kudus datang untuk menyatakan kebenaran Ilahi bagi orang yang percaya kepada Yesus Kristus. Dia hadir ke dunia untuk membuat orang insyaf akan dosa dan kejahatannya lalu berbalik kepada Sang Kebenaran yang memerdekakan yaitu Yesus Kristus (Yohanes 16:6-8, 11-13). Roh Kudus juga datang membuat orang memiliki hikmat hidup dan kekuatan batiniah agar dapat hidup sesuai kehendak Allah. (Efesus 1:16,17, 3:16-18). Roh Kudus pun datang ke dalam hidup dan persekutuan orang-orang percaya guna memberikan kekuatan di dalam mengatasi kelemahan (Roma 8:2-6) serta buah kehidupan (Galatia 5:22-23) Dalam Kisah Para Rasul tampak sekali bagaimana sikap dan tindakan Roh Kudus dalam menegakkan disiplin. Ingatlah kasus Ananias dan Safira karena ingin "mencari nama dan muka" lalu berdusta kepada rasul Petrus (Kisah 5). Ingat pula kasus Simon tukang sihir di Samaria yang ingin terkenal lalu hendak membeli kuasa Roh Kudus dengan uang (Kisah 8). Roh Kudus tidak menginginkan sikap pura- pura terjadi dalam kehidupan anak-anak Tuhan. Surat Paulus kepada jemaat di Korintus cukup banyak menyinggung masalah disiplin hidup, agar mereka tertib dalam kehidupan bersama, kehidupan persekutuan, kehidupan memelihara tubuh dan sejenisnya. Dia mengajak jemaat untuk terus sadar bahwa Roh Kudus mendiami mereka sehingga mereka menghindarkan diri dari segala godaan mencemarkan diri (Korintus 3:16, 6:19-20). Mereka harus menertibkan cara berpikir mereka sendiri agar tetap memelihara suara hati yang jernih di dalam mengambil keputusan dalam hidup kebersamaan dengan orang lain (Korintus 8:1-3). Mereka harus mengendalikan diri dalam ibadah agar tidak menonjolkan diri, mencari kemuliaan diri sendiri sehingga firman Allah tidak diberitakan sebagai mana mestinya (Korintus 12-14). Dari keterangan tersebut kita dapat mengetahui bahwa Allah Bapa, Tuhan Yesus dan Roh Kudus selalu menegakkan kedisiplinan kepada umatnya, agar umatnya memiliki sikap dan pemahaman yang benar di dalam hidupnya sebagai anak-anak Allah serta taat kepada Tuhan Allah. Selanjutnya, kolom Tips Mengajar edisi ini akan mengulas mengenai tugas guru dan orangtua dalam mendisiplin anak dan bagaimana cara mereka mendisiplin anak-anak. Bahan diatas diambil dan diedit dari : Judul artikel: Disiplin sebagai Kebutuhan Anak Penulis : Prof. Dr. B.S Sidjabat o/ ARTIKEL (2) Dari artikel pertama (di atas), kita dapat melihat betapa pentingnya menegakkan disiplin, khususnya dalam tugas kita sebagai guru SM. Sehubungan dengan hal ini Redaksi ingin mengutip beberapa prinsip praktis yang dapat dipakai untuk menjadi pedoman dalam mendisiplin anak SM. PRINSIP PRAKTIS DALAM MENDISIPLIN ANAK ====================================== 1. Disiplin harus bertujuan untuk menolong si anak dan bukan untuk membuat anak menjadi frustasi. 2. Disiplin haruslah membimbing dan mendidik si anak agar ia sanggup membuat pilihan yang bijaksana. Dengan demikian anda sedang menolong anak untuk dapat mendisplinkan dirinya sendiri. 3. Disiplin harus bersumber pada hati yang penuh kasih pada diri anak, sehingga meyakinkan dirinya bahwa dia adalah bagian dari keluarga atau Sekolah Minggunya. 4. Anda dan anak-anak perlu mengetahui bahwa disiplin itu merupakan hal yang rahasia dan hanya anda dan dia yang mengetahuinya. Untuk itu jangan mempermalukan anak di depan umum, karena hal itu tidak akan berhasil dengan baik. 5. Dengan mengampuni kesalahan anak, berarti anda juga membina kepercayaan di dalam dirinya itu bahwa anda sudah mengampuni dia dan sekarang semuanya sudah dilupakan. 6. Pikirkan masalah yang akan timbul dan carilah jalan untuk menghadapi hal itu sebelum konflik berkembang. 7. Berikanlah pujian dan semangat kepada anak dan jangan memberikan celaan ataupun ejekan. 8. Dengarkan penjelasan seorang anak sebelum membuat keputusan akhir, dan jelaskan keputusan anda mengapa anda terpaksa memberikan hukuman kepada anak. 9. Hukumlah dengan motif yang jelas, misalnya kebohongan harus ditangani dengan tegas daripada gelas yang dipecahkan anak tanpa disengaja. 10. Pertimbangkan perbedaan anak-anak secara individu dan pilihlah disiplin yang tepat bagi masing-masing anak. 11. Tundalah pemberian hukuman yang keras sampai anda benar-benar menjadi lebih tenang dan dapat menguasai diri. Keputusan yang mendadak biasanya akan disesali. 12. Jangan menakuti-nakuti anak. Hukumlah atau jangan menghukum. 13. Tetapkan peraturan sesedikit mungkin, tapi laksanakan peraturan yang sudah ditetapkan. Bahan ini diambil dan diedit dari: Judul buku : Tujuh Kebutuhan Anak Pengarang : John M. Drescher Penerbit : P.T. Gunung Mulia Halaman : 106-107 ********************************************************************** o/ TIPS MENGAJAR BAGAIMANA MENDISIPLIN ANAK-ANAK =============================== James Dobson merupakan tokoh pendidikan anak yang terkenal dalam mengemukakan berbagai prinsip efektif bagi guru Sekolah Minggu dan orangtua dalam mendisiplin anak. Buku-bukunya yang mengemukakan gagasan disiplin ini adalah "Dare To Discipline" (Berani Mendisiplin - 1970) dan "Discipline With Love (1983). Menurut Dobson, tujuan disiplin bagi anak ialah agar mereka dapat belajar bagaimana cara hidup bertanggung jawab. Prinsip Dobson yang dituangkan dalam karyanya "The New Dare to Disciplin" (1992) tentang cara mendisiplin anak adalah sebagai berikut: 1. Mengembangkan rasa hormat dalam diri anak terhadap guru dan orangtuanya sendiri. Rasa hormat itu harus ditumbuhkan melalui komunikasi yang akrab, lalu dikembangkan dan dipelihara dengan menyediakan waktu untuk menjawab pertanyaan anak. Dengan begitu anak belajar mengenai otoritas secara benar dan tepat. 2. Memberikan hukuman atas tingkah lakunya yang jelas-jelas memberontak atau menentang guru dan orangtua; melawan terhadap aturan yang sudah diterangkan dan ditetapkan atau disetujui sebelumnya. Hukuman fisik yang harus dikenakan bagi anak, pada bagian "pantat" (spanking). Guru dan orangtua harus menjelaskan mengapa ia melakukannya; dan jangan dilakukan hukuman jauh setelah anak melupakan pelanggaran yang dibuatnya. Menurut Dobson, kalau anak sudah berusia sembilan tahun tidak tepat lagi memukulnya di bagian pantat, atau mengenakan hukuman fisik pada bagian tubuh lainnya, tetapi paling-paling menekan bagian tertentu dari bahunya untuk menyadarkan dirinya bahwa ia bersalah. 3. Mengendalikan diri agar tidak menyimpan amarah berkepanjangan. Jangan menyimpan emosi benci terhadap anak manakala menghukumnya secara fisik. Sebelum melakukan hukuman fisik orangtua harus menghitung dalam hatinya angka satu hingga sepuluh guna meredakan emosinya. 4. Jangan berikan sogokan kepada anak, berupa benda atau hadiah, agar ia berlaku tertib. Hal ini dapat menumbuhkan akar materialisme. Kiranya cuplikan dari artikel yang ditulis oleh Prof. Dr. B.S Sidjabat yang berjudul "Disiplin Sebagai Kebutuhan Anak" ini dapat menambah wawasan anda dan menolong anda dalam menegakkan kedisiplinan pada murid-murid anda. ********************************************************************** o/ SERBA SERBI Berikut ini adalah kisah dari seorang anak yang mencoba belajar disiplin dan hasilnya ... simak dalam dua humor berikut ini. PERGI KE SURGA ============== Guru Sekolah Minggu tersenyum pada murid-muridnya dan bertanya, "Siapa yang ingin pergi ke Surga, coba angkat tangan!" Semua murid-murid di kelas itu mengangkat tangannya, kecuali seorang anak kecil. Guru bertanya, "Kamu tidak ingin pergi ke Surga?" Murid itu menjawab, "Tidak, bu Guru. Ibu menyuruh saya segera pulang ke rumah, tidak boleh pergi kemana-mana." JANGAN BICARA WAKTU MAKAN ========================= Suatu keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan seorang anak sedang makan malam bersama. Anak : "Ayah, di..." Ayah : "Diam! Sewaktu makan tidak boleh bicara!" Setelah selesai makan... Ayah : "Nak, waktu makan tadi apa yang ingin kau katakan?" Anak : "Ayah, di daun selada yang ayah makan tadi ada ulatnya!" (Sumber: arsip e-Humor <subscribe-i-kan-humor@xc.org>) ********************************************************************** o/ DARI ANDA UNTUK ANDA Dari: Feratina Immawati <FImmawati@> >Terimakasih untuk e-BinaAnak. Banyak sekali yang saya dapatkan >dari media ini. Tuhan memberkati. Ada yang ingin saya tanyakan >yaitu mengenai persiapan acara natal Sekolah Minggu. Apa yang dapat >guru Sekolah Minggu lakukan untuk mempersiapkan acara natal yang >menarik, berkesan dan bermanfaat untuk anak-anak sekolah minggu. >Mungkin ada tips khusus yang dapat membantu kita untuk >mempersiapkan acara natal Sekolah Minggu. Redaksi: Terima kasih untuk perhatian anda pada e-BinaAnak. Memang sebaiknya Natal dipersiapkan jauh-jauh hari sebelumnya, paling tidak dua atau tiga bulan sebelumnya. Untuk itu pada bulan Oktober nanti e-BinaAnak merencanakan untuk membahas mengenai persiapan Natal. Oleh karena itu bagi para pembaca yang memiliki bahan-bahan bagus mengenai persiapan Natal, cerita Natal, drama Natal, atau aktivitas lain seputar Natal yang menarik, berkesan dan bermanfaat untuk anak- anak Sekolah Minggu silakan kirim ke Redaksi agar hal ini dapat diteruskan kepada para pembaca e-BinaAnak lainnya. ********************************************************************** Untuk berlangganan kirim e-mail ke: <subscribe-i-kan-BinaAnak@xc.org> Untuk berhenti kirim e-mail ke: <unsubscribe-i-kan-BinaAnak@xc.org> Untuk arsip: http://hub.xc.org/scripts/lyris.pl?enter=i-kan-BinaAnak ********************************************************************** Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA Didistribusikan melalui sistem network I-KAN Copyright(c) e-BinaAnak 2001 YLSA
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |