Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-binaanak/447

e-BinaAnak edisi 447 (26-8-2009)

Gideon

 
___e-BinaAnak (Milis Publikasi Elektronik untuk Para Pembina Anak)____

  DAFTAR ISI EDISI 447/AGUSTUS/2009

  - SALAM DARI REDAKSI: Tuhan adalah Panglimaku
  - ARTIKEL: Tokoh: Gideon
  - MUTIARA GURU
  - BAHAN MENGAJAR: Gideon
  - AKTIVITAS: Gideon: Pejuang yang Ragu-Ragu
  - STOP PRESS: Lowongan Pekerjaan YLSA: Editor dan Penerjemah
  - DARI MEJA REDAKSI: Ralat Kesalahan Isi pada Edisi e-Ba 446

______________________________________________________________________
   Korespondensi dan kontribusi bahan dapat dikirimkan ke redaksi:
  <binaanak(at)sabda.org> atau <owner-i-kan-binaanak(at)hub.xc.org>
______________________________________________________________________
SALAM DARI REDAKSI

                       TUHAN ADALAH PANGLIMAKU

  Dunia ini penuh dengan tantangan kehidupan, dan seiring bertambahnya
  usia bumi, kehidupan mungkin tidak akan semakin mudah. Hal ini bukan
  hanya perlu diketahui oleh orang dewasa, namun juga anak-anak.
  Dengan cara yang sederhana, namun mengena, kita dapat menjelaskan
  bahwa akan banyak tantangan kehidupan di depan mata. Salah satunya
  melalui kisah Gideon.

  Dengan kesederhanaan dan keterbatasan dirinya, Allah mengharuskan
  Gideon menghadapi bangsa Midian. Ada ketakutan, namun penyertaan
  Allah menguatkannya. Dia tahu bahwa ia tidak berjuang sendirian
  menghadapi tantangan tersebut. Ada Allah yang berperang di depannya.
  Kisah Gideon mengajarkan agar anak juga berserah penuh kepada Tuhan
  sebagai Panglima Perang kehidupan mereka. Tidak perlu takut untuk
  hidup dalam dunia yang semakin ganas, namun tetap tenang di bawah
  perlindungan Tuhan. Melalui artikel, bahan mengajar, dan aktivitas
  dalam edisi ini, kita dapat mengajarkannya kepada mereka. Biarlah
  Allah Sang Sumber Hikmat menuntun Anda.

  Selamat mengajar!

  Pimpinan Redaksi e-BinaAnak,
  Davida Welni Dana
  http://www.sabda.org/publikasi/arsip/e-binaanak/
  http://pepak.sabda.org/

                   "Berfirmanlah Tuhan kepadanya:
                `Tetapi Akulah yang menyertai engkau,
        sebab itu engkau akan memukul kalah orang Midian itu
                  sampai habis.`" (Hakim-Hakim 6:16)
          < http://sabdaweb.sabda.org/?p=Hakim-Hakim+6:16>

______________________________________________________________________
ARTIKEL

                          TOKOH: GIDEON

  Gideon (Ibrani gide`on, penebang, pemukul). Putra Yoas, dari kaum
  Abiezer, dari suku Manasye (Hak. 6:11, 15), juga disebut Yerubaal.
  Hakim yang melepaskan Israel dari tangan orang Midian, suatu bangsa
  Beduin yang menguasai wilayah tengah Palestina (Hak. 6-8).

  Sewaktu Gideon sembunyi mengirik gandum karena takut terhadap orang
  Midian, malaikat Tuhan mendatangi dia dan menugasinya melepaskan
  bangsanya. Penugasan itu dikukuhkan dengan tanda ajaib (Hak.
  6:25-32). Tugas pertama yang dilakukan Gideon adalah memusnahkan
  mazbah Baal dan Asyera; sebagai akibatnya ia terancam, tapi selamat
  dari hukuman karena kelihaian ayahnya (Hak. 6:25-32). Tantangan
  tugas Gideon adalah protes terhadap pembauran ibadah kapada Yahweh
  dan pemujaan terhadap Baal. Tindakan ini dikaitkan dengan pemberian
  nama Yerubaal (yerubba`al) kepada Gideon, yang mengandung makna
  jamak seperti "Baal berjuang", "Baal mendirikan", atau kiranya "Baal
  memberikan pertambahan". Ada yang mengatakan bahwa nama Yerubaal itu
  telah menjadi nama Gideon sebelumnya, yang memantulkan sinkretisme
  yang berlaku, namun dalam makna baru setelah perbuatan menentang
  pemujaan patung berhala (bnd. F.F Bruce, The New Bible Comentary,
  1954, hlm. 245; R Kittel, Great Men and Movements in Israel, 1929,
  hlm. 65). Dalam 2 Sam. 11:21, ia tampil sebagai Yerubeset
  (yerubbesyet), mengantikan nama Baal yang tidak disukai karena
  berarti "hina".

  Serangan orang Midian yang berikutnya mendorong Gideon mengerahkan
  suku-suku Manasye, Asyer, Zebulon, dan Naftali. Penugasannya sebagai
  pemimpin dikukuhkan dengan tanda ajaib bulu domba. Atas perintah
  Allah, ia mengurangi pasukannya dari 32 ribu menjadi 300, dan ia
  menerima keyakinan pribadi dalam suatu pengintaian rahasia, saat
  Gideon mendengar seorang tentara Midian menceritakan mimpinya
  tantang kekalahan mereka. Gideon melancarkan serangan mendadak pada
  waktu malam, yang mematahkan semangat musuh dan mengacaukan mereka
  sehingga lari mengundurkan diri (Hak. 6:33-7:25).

  Sewaktu suku Efraim diperintahkan maju menyempurnakan kemenangan
  (Hak. 7:24), mereka tersinggung dan marah karena tidak dilibatkan
  dari semula. Tapi kemarahan mereka diredakan oleh ucapan Gideon yang
  bijaksana (Hak. 8:1-3). Kemudian Gideon mengejar Zebah dan Salmuna,
  raja-raja Midian, dipacu oleh ingatan akan saudara-saudaranya yang
  mati di tangan mereka. Penduduk kota Sukot dan Pnuel menolak
  membantu Gideon. Karena itu, ia menghukum mereka kemudian. Ketika ia
  berhasil menangkap raja-raja itu, ia sendiri membunuh mereka (Hak.
  8:4-21).

  Setelah kemenangan itu, Gideon diminta untuk mendirikan suatu
  kerajaan turun-temurun, tapi ia menolak. Namun, ia menerima
  anting-anting emas dari hasil jarahan perang, dan dengan itu ia
  membuat sebuah "efod" (mungkin bercitra Yahweh). Efod itu ia
  tempatkan di Ofra, kotanya, tapi di kemudian hari menjadi sumber
  kemurtadan (Hak. 8:22-27). Midian dikalahkan secara telak, dan
  Israel tenteram selama sisa hidup Gideon. Kehidupan akhir Gideon
  adalah mas tua yang damai tenteram. Sayang, seorang di antara
  anaknya, Abimelekh, terkenal buruknya (Hak. 8:28-32).

  Ibrani 11:32 menempatkan Gideon di antara pahlawan iman. Ia lebih
  memercayai Allah ketimbang pasukan tentara yang besar. Ia meraih
  kemenangan besar dengan hanya sepasukan kecil tentara, membuktikan
  bahwa Allah yang memprakarsai semuanya. "Hari kekalahan Midian",
  agaknya menjadi pepatah yang mengungkapkan pembebasan oleh Tuhan
  tanpa pertolongan manusia (Yes. 9:4). Kerendahan hati Gideon juga
  khas, dan penolakannya untuk diangkat menjadi raja membuktikan
  kenyataan bahwa yang tepat dan serasi bagi Israel adalah teokrasi
  (Hak. 8:23).

  Diambil dan disunting seperlunya dari:
  Judul buku: Ensiklopedi Alkitab Masa Kini (Jilid 1, A -- L)
  Penulis: Tidak dicantumkan
  Penerbit: Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF, Jakarta 1994
  Halaman: 340 -- 341

______________________________________________________________________
MUTIARA GURU

         Ketika lelah menghadapi tantangan pelayanan, ingatlah
                  ada Allah yang selalu menopang kita.

______________________________________________________________________
BAHAN MENGAJAR

                              GIDEON

  Pada sebuah kebun anggur dekat sebuah bukit batu, keadaan sunyi
  senyap. Sebatang pohon jati yang rindang tumbuh di celah-celah
  batu-batu dan memberi keteduhan.

  Di tempat yang teduh itu, nampak seorang anak muda. Ia sedang asyik
  bekerja dekat kilang anggurnya. Tetapi di sana tidak ada kelihatan
  buah anggur. Kalau begitu, apa kerjanya?

  Ia sedang menumbuk gandum dalam kilang itu. Jeraminya dipisahkan
  dari butir-butir gandum lalu dibuangnya. Kemudian butir-butir gandum
  itu dikumpulkan dalam kantong. Gandum itu sangat berharga baginya.
  Tetapi anak muda itu nampak sangat murung. Matanya suram, hatinya
  sangat sedih.

  Kadang-kadang, ia berdiri di atas bongkah batu yang sedang dibakar
  oleh matahari yang panas terik. Lama ia menatap ke sebelah timur.
  Nampak gandum yang sedang menguning di ladang. Di sana-sini,
  kelompok-kelompok manusia bekerja dengan terburu-buru. Orang-orang
  Midian belum kelihatan, tetapi mereka pasti datang karena musim
  panen sudah tiba. Tiap-tiap tahun mereka muncul dari gurun pasir
  untuk merampok, sudah 7 tahun berturut-turut. Mereka adalah
  segerombolan perampok yang terkenal ganas, datang mengendarai unta.
  Mereka berpencar ke segala jurusan dan siapa saja yang dijumpainya
  pasti dibunuhnya. Barang-barang yang tidak dirampas, dirusaknya.
  Kambing, sapi, atau keledai pun ikut dirampas. Bila mereka sudah
  kembali ke seberang Sungai Yordan, barulah orang-orang Israel keluar
  dari gua-gua dan celah-celah di pegunungan dan bukit-bukit di mana
  mereka bersembunyi. Bangsa Israel sangat menderita. Mereka bekerja
  keras bertani dan memelihara ternak, tetapi yang menikmati hasilnya
  adalah orang-orang Midian.

  Itulah sebabnya Gideon yang sedang asyik bekerja dekat kilang anggur
  itu sedih. Bangsanya sampai ditindas dan diperas demikian. Memang
  bangsa Israel kembali sengsara lagi, karena meninggalkan Tuhan.
  Itulah yang paling menyedihkan hati Gideon. Debora sudah lama
  meninggal. Siapa yang berani memimpin bangsanya melawan perampok dan
  penindas jahat itu?

  Tiba-tiba Gideon terkejut. Siapa itu, yang duduk di bawah pohon
  jati? Seorang laki-laki memandang kepada Gideon. Lalu Gideon
  mendengar orang itu mengatakan: "Hai pemuda yang perkasa, Tuhan
  besertamu!" Tuhan besertamu? Gideon geleng kepala.

  "Ya, tuan," sahutnya, "bila Tuhan Allah beserta kami, mengapa
  dibiarkan-Nya kami sengsara seperti ini? Di mana segala keajaiban
  yang pernah Tuhan lakukan dulu terhadap nenek moyang dan para orang
  tua kami? Tuhan sudah meninggalkan kami dan membiarkan kami dikuasai
  oleh orang-orang Midian." Orang itu mendekat lalu berdiri di hadapan
  Gideon. Katanya dengan tegas: "Pergilah, hai Gideon. Engkau harus
  membebaskan Israel. Aku datang untuk menyuruhmu!"

  Gideon terkejut. Ia gemetar. "Aku?" sahutnya.

  Ia takut. "Aku? Aku tidak patut dipilih. Aku orang biasa saja. Lagi
  pula aku anak bungsu di keluarga kami!" "Aku akan besertamu," kata
  orang itu, "dan kamu akan membinasakan orang-orang Midian."

  Gideon berlutut dan menundukkan kepalanya ke tanah. Aku akan
  besertamu! Itu bukan manusia, tetapi malaikat Tuhan, bahkan Tuhan
  Allah sendiri berkata kepadanya. Kalau begitu, segalanya mungkin,
  asal Tuhan bekerja. Disembelihnya seekor anak kambing dan
  dipersembahkannya kepada Tuhan Allah di tempat itu. Kemudian ia
  pulang ke rumah dan berjalan dalam kotanya, kota Ofra, matanya
  bersinar-sinar. Rahasia besar yang ada dalam hatinya sudah
  menghilangkan segala kesedihannya. Ia tak putus asa lagi.

  Malam tiba. Kota Ofra tidur dengan nyenyak. Dekat rumah Yoas, ayah
  Gideon, terdapat sebuah mazbah tempat memuja Baal. Di sampingnya ada
  sebatang tiang pujaan Dewi Asyera, dewi langit. Seluruh kota datang
  ke tempat itu. Di sini, mereka membakar korban dan memuja Baal dan
  Asyera. Sungguh besar dosa bangsa Israel. Mereka lupa akan hukum
  Allah yang dulu diberikan oleh Musa. Yoas juga turut berdosa.

  Sssstt, apakah itu? Pintu dibuka perlahan-lahan. Pintu rumah Yoas.
  Beberapa bayang-bayang hitam menuju tempat Baal. Sebuah parang yang
  berkilat-kilat tampak dalam sinar bintang yang hampir pudar.

  "Runtuhkan patung Baal dan tiang pujaan itu," bisik seseorang. Itu
  suara Gideon. Begitulah perintah Tuhan Allah. Sepuluh pembantunya
  segera menurut perintahnya.

  Pagi-pagi benar, ketika orang-orang Israel melihat patung Baal sudah
  rusak binasa, mereka marah. Tiang pujaan Asyera pun sudah tumbang.
  Tak jauh dari situ, nampak mazbah baru untuk Tuhan Allah. Di atasnya
  masih ada sisa-sisa korban yang baru dibakar. Mereka ribut. "Siapa
  yang berani berbuat ini? Siapa yang merusak patung Baal ini?" hardik
  mereka dengan suara keras. Siapa lagi? Tentu saja Gideon. Mana dia?
  Berbondong-bondong mereka menuju ke rumah Yoas. Rumah itu dikepung,
  lalu Yoas dipanggil keluar. "Mana anakmu?" mereka berteriak. "Ayo,
  bawa ke sini, supaya kami bunuh!"

  Yoas terkejut. Tetapi ia cerdik. Lalu dijawabnya: "Mengapa kamu
  harus berjuang untuk Baal? Baal bukan anak kecil, tidakkah ia dapat
  mengurus urusannya sendiri? Kalau ia benar-benar dewa, ia akan
  menghukum anakku. Sabar saja."

  Benar juga kata Yoas. Bangsa Israel menunggu hukuman Baal. Gideon
  akan dihukum berat, pikir mereka. Tetapi ternyata tidak terjadi
  apa-apa, Gideon tetap sehat dan tidak diganggu oleh apa pun. Tak
  lama kemudian ada kabar, bahwa Midian sudah datang dan sekarang
  berada di lembah Yizreel.

  Gideon tak sabar lagi. Roh Tuhan mendorong dia. Ia meniup nafirinya
  yang bergema sampai ke mana-mana. Lalu disuruhnya utusan-utusan
  untuk memberitahukan kepada sukunya, suku Manasye, supaya mereka
  mengangkat senjata. Juga ke suku-suku lainnya: Asyer, Zebulon, dan
  Naftali dikirimnya utusan.

  Dari segala jurusan, orang-orang datang dengan senjata
  masing-masing, siap untuk berperang. Makin lama pasukan Gideon makin
  besar jumlahnya. Tetapi Gideon agak ragu-ragu juga. Sudah dilihatnya
  bagaimana kuatnya tentara bangsa Midian. Mereka mengendarai unta
  beribu-ribu banyaknya. Lembing mereka tajam. Musuh itu jauh lebih
  kuat daripada bangsa Israel.

  Gideon percaya juga bahwa ia dapat mengalahkan musuh yang bersenjata
  lengkap itu, tetapi pikirannya tak dapat menerima bahwa hal itu
  mungkin. Ia berjalan di tengah-tengah pasukannya dengan hati yang
  sangat gelisah. Ia berdoa, "Ya, Tuhan, tolonglah aku! Kalau Tuhan
  sungguh-sungguh mau membebaskan bangsa Israel, katakanlah kepadaku!"

  Lalu dibentangkannya sehelai kulit domba di tempat pengirik gandum.
  "Jika hanya kulit ini yang berembun dan seluruh tanah di sekitarnya
  tetap kering, aku akan percaya bahwa Tuhan akan menolong Israel
  melalui tanganku. Aku akan percaya bahwa Tuhan Allah akan memberi
  kemenangan kepada kami." Keesokan harinya, ketika ia memeras kulit
  domba itu, ia berhasil memeras semangkuk air dari kulit itu, padahal
  pasir sekelilingnya tetap kering.

  Gideon amat girang. Tetapi perasaan takutnya belum hilang. Sekali
  lagi dibentangkannya kulit di tanah. "Ya Tuhan, janganlah kiranya
  Tuhan marah kalau sekali lagi aku minta tanda. Biarlah tanah ini
  besok pagi basah karena embun, tetapi kulit ini tetap kering."

  Tuhan Allah mengabulkan permintaannya. Keesokan harinya tanah dan
  rumput sekelilingnya basah karena embun, tetapi kulit itu kering.
  Sekarang Gideon tidak takut lagi. Dengan penuh keberanian, ia
  menghadapi musuhnya.

  Dua kali kepercayaan Gideon diperkuat. Sekarang dua kali ia akan
  dicobai oleh Tuhan Allah. Tuhan ingin mengingatkan bangsa-Nya, bahwa
  Tuhanlah yang membebaskan mereka, bukan Gideon, bukan senjatanya,
  juga bukan prajuritnya.

  "Tentaramu terlalu banyak, Gideon," kata Tuhan. Terlalu banyak?
  Gideon heran, tetapi ia menurut kehendak Tuhan. "Siapa yang mau
  pulang, silakan pulang saja," katanya. Sebanyak 22 ribu orang segera
  pulang. Tinggal sepuluh ribu lagi. Tetapi itu juga masih terlalu
  banyak. Sekali lagi Tuhan menguji Gideon. Tuhan menunjuk 300 orang
  yang boleh tinggal, yang lain disuruh pulang saja.

  Tetapi Gideon tidak takut, biar tentaranya hanya sedikit. Tuhan ada
  di sampingnya.

  Malam tiba. Ia berdiri di atas gunung bersama-sama dengan pasukannya
  yang sedikit itu. Di lembah gunung itu, nampak unggun api musuh yang
  menerangi berlapis-lapis tenda dan banyak unta musuh. Tetapi Gideon
  tidak lagi gentar melihat musuhnya yang banyak itu. Tengah malam
  Gideon bangun. Perlahan-lahan ia turun ke bawah. Ada kuasa yang
  memimpin dia. Ada suara yang tidak terdengar oleh pasukannya yang
  memerintahkan dia supaya pergi ke tempat perkemahan musuh. Hanya
  Pura, pengawalnya, turut dengan dia. Hati-hati mereka menyelinap ke
  arah musuh. Pengawal-pengawal tidak melihat kedua orang itu.
  Akhirnya mereka tiba dekat unggun api di pinggir perkemahan orang
  Midian.

  Tiba-tiba mereka mendengar orang yang berteriak ketakutan. Segera
  kemudian terdengar pula suara yang lain. Bunyi itu datang dari kemah
  di depan mereka. Gideon merapatkan telinganya ke dinding yang tipis
  itu.

  Rupanya seorang prajurit terjaga. Ia bermimpi. Kemudian ia
  menceritakan mimpinya itu kepada temannya. "Aduh," katanya, "mimpiku
  aneh sekali. Aku bermimpi ada seketul roti terguling-guling dari
  gunung ke lembah ini. Roti itu makin lama makin besar dan menuju
  perkemahan kita lalu menghantam semua kemah sampai hancur rata
  dengan tanah."

  Prajurit yang satu lagi menyela: "Aku tahu artinya. Kita akan
  binasa. Gideon akan mengalahkan kita sampai habis!" Suaranya gemetar
  karena takut. Gideon sangat girang mendengar percakapan mereka. Di
  dalam gelap itu, dekat musuhnya, ia berlutut mengucap terima kasih
  kepada Tuhan. Ia mengerti sekarang bahwa Tuhan menyuruh dia
  mengintai ke sana untuk meyakinkan dia bahwa Tuhan beserta bangsa
  Israel. Cepat-cepat ia pulang ke pasukannya. Semangat pasukan kecil
  itu berkobar-kobar. Mata mereka bersinar-sinar waktu Gideon
  menjelaskan siasat yang akan dilakukannya.

  Tiap-tiap prajurit diberi sebuah nafiri dan sebuah kendi yang
  kosong. Di dalam kendi itu disembunyikan obor yang menyala. Kemudian
  pasukan yang 300 orang itu dibagi menjadi tiga regu, masing-masing
  terdiri dari 100 orang. Lalu mereka mengepung musuh. Menjelang
  tengah malam, para pengawal orang Midian berganti jaga. Tentara
  lainnya tidur nyenyak. Saat itulah Gideon memberi aba-aba. Ia
  menghempaskan kendinya ke batu sehingga pecah dan obornya nampak
  menyala dalam kegelapan malam itu. Melihat obor Gideon yang menyala
  itu, pasukan Israel pun memecahkan kendi masing-masing. Lalu Gideon
  meniup nafirinya sekuat-kuatnya, diikuti oleh tiga ratus nafiri
  orang-orang Israel yang sudah mengepung perkemahan Midian.
  Orang-orang Midian yang tersentak dari tidurnya tiba-tiba melihat
  nyala api mengepung mereka ditambah lagi dengan bunyi nafiri yang
  memekakkan telinga. Orang-orang Midian berusaha mencari senjatanya.
  Berapa ribu orang Israel datang menyerbu? Orang-orang Midian tidak
  tahu.

  "Pedang untuk Tuhan dan untuk Gideon!" pekik orang-orang Israel
  membahana.

  Orang-orang Midian kebingungan, lari tak tentu arah dan
  berteriak-teriak ketakutan. Mereka kacau balau. Tak mengenal kawan
  atau lawan. Alhasil, mereka saling menyerang satu sama lain dan
  saling membunuh, sedang pasukan Gideon tetap berdiri mengepung
  musuh. Akhirnya orang-orang Midian berlarian tak tentu arah.
  Sebagian lari ke Sungai Yordan dengan maksud mau terus menuju ke
  negeri Midian. Tetapi banyak yang tak dapat mencari jalan dalam
  kegelapan itu. Keesokan harinya mereka dibunuh oleh orang-orang
  Israel yang datang membantu tentara Gideon.

  Gideon bersama-sama dengan pasukannya terus mengejar musuh yang
  berhasil menyeberangi Sungai Yordan. Raja-raja Midian dibunuh juga.
  Barang-barang mereka dirampas semua. Benarlah kata Tuhan Allah,
  orang-orang Midian habis musnah.

  Seluruh bangsa Israel berterima kasih kepada Gideon. Mereka ingin
  mengangkat dia menjadi raja. Dan sesudah dia, anaknya. Tetapi Gideon
  menolak. Bukan dia yang melepaskan bangsa Israel dari tindasan
  musuh, tetapi Tuhan Allah. "Aku maupun anakku tidak akan menjadi
  pemimpinmu. Tuhanlah pemimpinmu."

  Itu yang selalu dipesankannya kepada bangsanya selama hidupnya:
  Tuhan adalah Raja Israel dan tak ada dewa berhala lain di
  samping-Nya. Tetapi sesudah Gideon mati dan dikuburkan di kota Ofra,
  kota ayahnya, Israel lupa akan kata-katanya. Tak ada lagi orang yang
  menjadi pemimpin bangsa Israel, lalu mereka kembali menyembah dewa
  berhala. Bahkan baju imam yang oleh Gideon disuruh buatkan, mereka
  sembah juga. Bangsa Israel yang bodoh! Sebab itu mereka jatuh lagi
  dalam sengsara.

  Diambil dan disunting seperlunya dari:
  Judul buku: Cerita-Cerita Alkitab Perjanjian Lama
  Judul asli buku: Groot Vertelbook
  Penulis: Anne de Vries
  Penerjemah: Ny. J. Siahaan-Nababan dan A. Simanjuntak
  Penerbit: BPK Gunung Mulia, Jakarta 1999
  Halaman: 214 -- 220

______________________________________________________________________
AKTIVITAS

                    GIDEON: PEJUANG YANG RAGU-RAGU

  Gideon tidak yakin bahwa Allah sungguh menginginkan dia menjadi
  seorang pejuang. Allah berkata, "Aku mengutusmu." Gunakanlah topik
  ini untuk menolong murid-murid Anda mengerti kuasa Tuhan.

  Ide-ide berikut ini dapat menolong Anda ketika mengajarkan pelajaran
  mengenai tokoh Gideon dan bagaimana Allah mengontrol dan menolong
  ketika kita memerlukan-Nya. Jangan segan untuk menggunakan
  aktivitas-aktivitas di bawah ini untuk melengkapi kurikulum Anda
  atau untuk menyusun pelajaran Anda sendiri.

  PETUNJUK CERITA

  Hakim-Hakim 6-8 berisi semua cerita tentang Gideon.

  Ide Permainan:

  1. Jaringan Ayat Hafalan

  Petunjuk:

  Mulailah dari bagian belakang ruangan, letakkan benang di lantai
  membentuk jalan yang ruwet yang harus dilewati oleh anak-anak.
  Buatlah jalan setapak yang berliku-liku dengan menggunakan benang
  itu menuju ke ujung lain ruangan itu. Buatlah jalan yang lebar
  sehingga anak-anak dapat berjalan di benang itu untuk bisa sampai ke
  ujung yang lain. Buat tiga lengkungan dengan benang lain dengan
  jarak yang berbeda satu sama lain. Setiap kali anak-anak sampai di
  suatu lengkungan, mereka harus mengulang ayat hafalan. Sebelumnya,
  anak-anak akan belajar ayat tersebut dari Anda. Ketika Anda berpikir
  bahwa sebagian besar anak telah mengerti apa yang Anda ajarkan,
  suruh mereka bersiap di garis "start" jalan setapak itu. Anak-anak
  boleh bermain selama waktu yang ditentukan. Buatlah jalan berliku
  yang berbeda untuk setiap cerita Alkitab yang berbeda.

  2. Kursi Musik

  Petunjuk:

  Mainkan permainan yang sudah cukup dikenal oleh anak-anak ini untuk
  memperkuat pengertian bagaimana Allah tetap menjaga seluruh pasukan
  Gideon. Untuk memainkannya, susunlah kursi-kursi dalam kelas Anda
  saling memunggungi sebanyak jumlah anak di kelas Anda, dan kurangi
  satu kursi. Kemudian, minta anak-anak berputar mengelilingi barisan
  kursi selama musik dimainkan. Jika musik berhenti, anak-anak harus
  berebutan untuk mendapatkan tempat duduk. Anak yang tidak
  mendapatkan tempat duduk akan tetap berdiri.

  Kemudian, kurangi satu kursi lagi dari barisan yang sudah ada,
  ulangi permainan di atas sampai pada akhirnya hanya tersisa dua anak
  dan satu kursi. Anak yang duduk paling akhir adalah pemenangnya.

  Makanan Ringan

  Aneka makanan ringan dapat menambah keceriaan dalam pelajaran ini.
  Kombinasikan kacang, kismis, butiran cokelat, kepingan apel, dan
  irisan kelapa. Masukkan makanan ringan tersebut ke dalam sebuah tas
  makanan kecil dan bagikan kepada setiap anak. Berhati-hatilah
  terhadap murid yang alergi terhadap salah satu makanan ringan,
  jangan sampai ia mendapatkan makanan yang membuatnya alergi
  tersebut. (t/Davida dan Ratri)

  Diterjemahkan dari:
  Nama situs: suite101.com
  Penulis: Denise Oliveri
  Alamat URL: http://baptist-church.suite101.com/article.cfm/gideon_
              the_unlikely_warrior

______________________________________________________________________
STOP PRESS

           LOWONGAN PEKERJAAN YLSA: EDITOR DAN PENERJEMAH

  Yayasan Lembaga SABDA (YLSA) <http://www.ylsa.org> adalah sebuah
  yayasan Kristen yang terbeban dalam pelayanan dunia teknologi
  informasi, khususnya dalam menyediakan Alkitab dan bahan-bahan
  kekristenan secara tersambung (online). Saat ini YLSA membuka
  lowongan untuk para profesional muda yang ingin memberikan talenta
  terbaiknya untuk Tuhan dengan bekerja sebagai seorang Editor atau
  Penerjemah.

  Kualifikasi Khusus untuk Editor:
  1. S1 Sastra Indonesia, diutamakan dari bidang linguistik.
  2. Memiliki kecintaan terhadap bahasa Indonesia dan terbeban dalam
     pengembangan bahasa Indonesia.
  3. Berpengalaman dalam menyunting dan menulis naskah di media massa.

  Kualifikasi Khusus untuk Penerjemah:
  1. S1 Sastra Inggris.
  2. Berpengalaman dalam menerjemahkan naskah dari bahasa Inggris ke
     bahasa Indonesia dan sebaliknya.
  3. Memiliki pengalaman dalam menyunting naskah terjemahan.

  Kualifikasi Umum:
  1. Sudah lahir baru dalam Kristus dan sudah dibaptis.
  2. Memiliki panggilan yang jelas untuk melayani Tuhan.
  3. Diutamakan yang belum menikah.
  4. Menguasai tata bahasa dan EyD bahasa Indonesia.
  5. Gemar membaca dan menulis; mampu berpikir dan mengekspresikan
     diri.
  6. Memiliki profesionalitas, mampu bekerja dalam tim dengan tenggat
     waktu (deadline) yang ketat, memiliki ketelitian yang tinggi, dan
     berkeinginan besar untuk terus belajar.
  7. Nilai tambah:
     a. pernah mengikuti pelatihan penyuntingan naskah (Editor).
     b. pernah mengikuti pelatihan penerjemahan naskah (Penerjemah).
     c. pernah mengikuti seminar tentang bahasa Indonesia/Inggris.
  8. Bersedia ditempatkan di Solo, Jawa Tengah, minimal untuk 2 tahun.

  Jika Anda atau rekan Anda merasa terpanggil dan memenuhi kualifikasi
  di atas, segera kirimkan lamaran beserta kelengkapan lainnya (CV,
  fotocopy transkrip nilai dan ijazah, contoh tulisan Anda, dan surat
  referensi) ke alamat:
        HRD - YLSA
        Kotak Pos 25/SLONS
        Surakarta 57135

  Untuk informasi lebih lengkap silakan kirim e-mail ke:
  ==> < rekrutmen-ylsa(at)sabda.org >

  Informasi lowongan lainnya: http://ylsa.org/lowongan

  Catatan:
  --------
  Silakan sebarkan informasi ini kepada mereka yang membutuhkan.

______________________________________________________________________
DARI MEJA REDAKSI

                RALAT KESALAHAN ISI PADA EDISI E-BA 446

  Pada kolom Aktivitias edisi e-BA 446 tertulis:

  "Isai memiliki 7 orang anak, dan dia memilih anak yang paling
  kecil dan yang termuda (13:14)."

  Keterangan di atas tidak tepat. Yang benar adalah:

  "Isai memiliki 8 orang anak, dan dia memilih anak yang paling kecil
  dan yang termuda (17:14)."

  Dengan ini kesalahan telah diperbaiki dan kami mohon maaf yang
  sebesar-besarnya atas kekeliruan tersebut. Terima kasih atas
  pengertian Anda.

______________________________________________________________________
Pimpinan Redaksi: Davida Welni Dana
Staf Redaksi: Kristina Dwi Lestari dan Tatik Wahyuningsih
Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA
Didistribusikan melalui sistem network I-KAN
Copyright(c) e-BinaAnak 2009 -- YLSA
http://www.ylsa.org/ ~~ http://katalog.sabda.org/
Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati
______________________________________________________________________
Anda terdaftar dengan alamat email: $subst(`Recip.EmailAddr`)
Alamat berlangganan: <subscribe-i-kan-BinaAnak(at)hub.xc.org>
Alamat berhenti: <unsubscribe-i-kan-BinaAnak(at)hub.xc.org>
Arsip e-BinaAnak: http://www.sabda.org/publikasi/e-binaanak/
Pusat Elektronik Pelayanan Anak Kristen: http://pepak.sabda.org/

Bergabunglah dalam Network Anak di Situs In-Christ.Net:
http://www.in-christ.net/komunitas_umum/network_anak

Kunjungi BLOG SABDA: http://blog.sabda.org/

______________PUBLIKASI ELEKTRONIK UNTUK PEMBINAAN GURU_______________

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org