Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-binaanak/449

e-BinaAnak edisi 449 (9-9-2009)

Anak yang Sulit Bergaul

 
___e-BinaAnak (Milis Publikasi Elektronik untuk Para Pembina Anak)____

  DAFTAR ISI EDISI 449/SEPTEMBER/2009

  - SALAM DARI REDAKSI: Melayani Anak yang Sulit Bergaul
  - ARTIKEL: Sosialisasi pada Anak
  - TIPS: Membantu Anak Bergaul
  - MUTIARA GURU
  - BAHAN MENGAJAR: Orang Kristen Sebagai Terang Dunia
  - WARNET PENA: Bahan-Bahan Konseling Anak di Situs C3I

______________________________________________________________________
   Korespondensi dan kontribusi bahan dapat dikirimkan ke redaksi:
  <binaanak(at)sabda.org> atau <owner-i-kan-binaanak(at)hub.xc.org>
______________________________________________________________________
SALAM DARI REDAKSI

                 MELAYANI ANAK YANG SULIT BERGAUL

  Anda mungkin pernah/sedang menemui anak layan yang memiliki
  kecenderungan menarik diri dari kehidupan sosialnya. Ia pemalu,
  tertutup, dan sulit untuk bergaul dengan teman sebayanya. Lalu, apa
  yang bisa kita lakukan ketika menghadapi anak dengan karakter
  seperti itu? Edisi e-BinaAnak minggu ini akan membagikan tips dan
  artikel menarik yang mengurai banyak informasi tentang anak yang
  memiliki kesulitan dalam bergaul.

  Berbagai macam tanda dan metode penanganan anak yang sulit bergaul,
  kami harap akan memudahkan Anda untuk menolong mereka. Minta hikmat
  dan tuntunan Tuhan dalam melakukannya. Belum ada kata terlambat!
  Bekerja sama dengan orang tua murid adalah cara yang jitu untuk
  membantu anak-anak tersebut. Pelayan Anak, silakan menikmati sajian
  kami minggu ini. Kami percaya, pelayanan yang Anda lakukan akan
  menjadi berkat tersendiri bagi mereka. Tuhan Yesus memberkati!

  Staf Redaksi e-BinaAnak,
  Kristina Dwi Lestari
  http://www.sabda.org/publikasi/arsip/e-binaanak/
  http://pepak.sabda.org/

       "Tuhan bergaul karib dengan orang yang takut akan Dia, dan
    perjanjian-Nya diberitahukan-Nya kepada mereka." (Mazmur 25:14)
             < http://sabdaweb.sabda.org/?p=Mazmur+25:14 >

______________________________________________________________________
ARTIKEL

                       SOSIALISASI PADA ANAK

  Dari pengalaman orang tua dan para guru, mereka melihat adanya suatu
  hubungan antara penyesuaian diri pada masa anak-anak dengan
  keberhasilan mereka kelak pada waktu dewasa. Anak-anak yang dapat
  menyesuaikan diri dengan baik sesuai tahap perkembangan dan usianya,
  cenderung menjadi anak yang mudah bergaul, lebih hangat dan terbuka
  menghadapi orang lain, serta lebih mudah menerima
  kelemahan-kelemahan orang lain. Kelak pada waktu mereka dewasa,
  mereka lebih mudah menyesuaikan diri di tempat pekerjaannya atau pun
  dalam kehidupan perkawinan. Sedangkan anak-anak yang kurang mampu
  menyesuaikan diri dengan lingkungan, pada umumnya mereka menjadi
  anak yang lebih tertutup, labil emosinya, dan mengalami kesukaran
  dalam hubungan dengan orang lain. Bahkan ada yang memperlihatkan
  sikap dan tingkah laku yang menjurus tergolong kriminal.

  Seorang ahli bernama A.A. Schneiders mengemukakan mengenai
  penyesuaian diri sebagai berikut: bahwa penyesuaian diri merupakan
  suatu proses mental dan tingkah laku yang mendorong seseorang untuk
  menyesuaikan diri sesuai dengan keinginan yang berasal dari dalam
  diri sendiri, yang dapat diterima oleh lingkungannya. Jadi,
  penyesuaian diri adalah reaksi seseorang terhadap rangsangan --
  rangsangan dari dalam diri sendiri maupun reaksi seseorang terhadap
  situasi yang berasal dari lingkungannya.

  Seorang ahli lainnya, E. Hurlock, memberikan perumusan tentang
  penyesuaian diri secara lebih umum. Ia mengatakan bahwa bilamana
  seseorang mampu menyesuaikan diri terhadap orang lain secara umum
  atau pun terhadap kelompoknya, ia memperlihatkan sikap serta tingkah
  laku yang menyenangkan, berarti ia diterima oleh kelompok atau
  lingkungannya. Dengan perkataan lain, orang itu mampu menyesuaikan
  diri dengan baik terhadap lingkungannya.

  Ia memberikan empat kriteria sebagai ciri penyesuaian diri yang
  baik.

  1. Melalui sikap dan tingkah laku yang nyata (overt performance)
     yang diperlihatkan anak sesuai dengan norma yang berlaku di dalam
     kelompoknya. Berarti anak dapat memenuhi harapan dari anggota
     kelompoknya dan ia diterima menjadi anggota kelompok tersebut.

  2. Apabila anak dapat menyesuaikan diri dengan setiap kelompok yang
     dimasukinya.

  3. Pada penyesuaian diri yang baik, anak memperlihatkan sikap yang
     menyenangkan terhadap orang lain, mau ikut berpartisipasi dan
     dapat menjalankan peranannya dengan baik sebagai anggota
     kelompoknya.

  4. Adanya rasa puas dan bahagia karena dapat turut menggambil bagian
     dalam aktivitas kelompoknya atau pun dalam hubungannya dengan
     teman atau orang dewasa.

  Dalam kehidupan sehari-hari, ternyata tidak setiap anak dapat
  menyesuaikan diri dengan baik terhadap lingkungannya. Mereka bisa
  menjadi anak yang "miskin" kepribadiannya atau pun kehidupan
  sosialnya, merasa tidak bahagia dan mengalami kesukaran dalam
  mengatasi masalah yang timbul. Banyak faktor yang memengaruhi
  keberhasilan anak menyesuaikan diri, antara lain:

  1. Tergantung di mana anak itu dibesarkan, yang dimaksudkan di sini
     ialah kehidupan di dalam keluarga. Bila anak dididik oleh
     orang tuanya secara otoriter dan kekerasan, maka kelak kalau ia
     dewasa, anak sering kali merasa dendam dengan tokoh otoriter yang
     dijumpainya dalam masyarakat. Ia mengalami kesukaran dengan orang
     lain yang memperlihatkan sikap otoriter kepadanya. Lain halnya
     dengan anak-anak yang dibesarkan secara acuh tak acuh oleh
     orang tuanya, sering kali memperlihatkan sikap dan perasaan
     kurang peduli terhadap orang lain.

  2. Kesulitan lain terjadi karena anak tidak memperoleh "model" yang
     baik di rumahnya, terutama dari orang tuanya. Orang tua yang
     seharusnya memberikan contoh yang baik ternyata sering kali
     bersikap dan bertingkah laku agresif, kehidupan emosi yang cepat
     marah, dan sebagainya. Biasanya, anak-anak yang merupakan "hasil"
     keluarga tersebut akan mengalami kesukaran dalam hubungan dengan
     orang lain di luar rumah.

  Melihat pentingnya penyesuaian diri dalam kehidupan seseorang,
  timbul pertanyaan: bilamanakah kehidupan sosial seorang anak
  dimulai? Kehidupan sosial seorang anak pada permulaan terjadi bukan
  dengan anak-anak sebayanya, tetapi dengan orang dewasa. Orang dewasa
  yang pertama-tama dekat dengannya ialah ibunya. Sejak bayi, dia
  sudah menyadari bahwa dia membutuhkan orang lain. Bayi akan menangis
  atau tersenyum dan berhenti menangis bila ada seseorang yang datang
  menjumpainya. Pada umumnya, pada usia 3 bulan, tanda-tanda kesadaran
  sosial anak mulai jelas terlihat. Ia mulai memerhatikan kehadiran
  orang dewasa lainnya, dan mulai bereaksi bila mendengar suara.

  Pada usia 6 bulan, bayi sudah lebih mengenal ibunya sendiri melalui
  suara, wajah, atau pun elusan-elusan. Makin bertambah usia, bayi
  makin memperluas gerakan motoriknya. Biasanya pada usia 9 -- 14
  bulan, anak sangat memerhatikan keadaan di sekitarnya, terutama
  melalui alat permainannya. Baru pada usia 2 tahun anak
  memperlihatkan sikap ingin berkawan, yaitu dengan tukar-menukar alat
  permainannya, meski suasana berkawan ini tidak dapat berlangsung
  dalam waktu yang lama. Keinginannya untuk bermain dengan anak lain
  makin jelas ketika ia berusia 3 tahun. Dan pada usia 4 tahun, anak
  makin senang bergaul dengan anak lain, terutama teman yang usianya
  sebaya. Ia dapat bermain dengan anak lain berdua atau bertiga,
  tetapi bila lebih banyak anak lagi, biasanya mereka bertengkar.
  Mereka dapat bermain bersama, tetapi belum dapat bekerja sama.

  Baru pada usia 5 -- 6 tahun, ketika memasuki sekolah, anak lebih
  mudah diajak bermain dalam suatu kelompok. Ia juga mulai memilih
  teman bermainnya, entah tetangga atau teman sebayanya, yang
  dilakukan di luar rumah. Pada anak-anak yang lebih besar, mereka
  akan memilih sendiri siapa yang akan menjadi teman bermain. Biasanya
  anak perempuan lebih menyukai teman perempuan karena adanya
  persamaan minat dan kemampuan bermain yang sama pula. Sedangkan anak
  laki-laki mencari teman yang ia kagumi karena misalnya pandai
  bermain catur atau gemar berolahraga.

  Keinginan memunyai teman berada pada puncaknya ketika anak-anak
  memasuki masa remaja. Pada masa ini, minat anak-anak makin luas dan
  bervariasi, dan juga tenaga mereka bertambah besar. Mereka
  menyenangi permainan yang memerlukan banyak tenaga, misalnya
  berolahraga.

  E. Hurlock mengemukakan tiga bentuk cara berkawan pada anak-anak.

  1. Orang-orang yang berkawan atau bergaul dengan anak-anak hanya
     dengan melihat atau mendengarkan perkataan-perkataan mereka tanpa
     melakukan interaksi langsung dengan mereka.

  2. Teman sebaya adalah bentuk yang kedua, yaitu dengan teman yang
     biasa bermain dan melakukan aktivitas bersama-sama sehingga
     menimbulkan rasa senang bersama. Biasanya usia mereka sebaya dan
     juga dari jenis kelamin yang berbeda.

  3. Ialah yang disebut sebagai teman sesungguhnya, dalam pengertian
     di mana anak tidak saja ikut bermain bersama, tetapi juga
     mengadakan komunikasi, memberikan pendapat, dan saling memercayai
     satu terhadap lainnya. Kebanyakan mereka menyenangi teman sebaya.

  Sebenarnya pengalaman-pengalaman yang diperoleh anak dalam pergaulan
  dengan teman-temannya sejak ia berusia 2 tahun sampai remaja, tidak
  membantu anak dalam mengembangkan aspek sosialnya saja, tetapi
  justru pengalaman-pengalaman itu merupakan proses untuk mewujudkan
  dirinya sendiri. Melalui pengalaman dan penyesuaian diri terhadap
  orang lain, anak dapat mengetahui apakah ia diterima atau ditolak
  oleh orang-orang di sekitarnya. Bila seseorang menyukai dirinya,
  berarti ia diterima oleh orang itu bukan untuk beberapa aspek
  kepribadiannya saja, tetapi meliputi seluruh kepribadiannya. Hal ini
  sangat penting karena dengan demikian, anak yang merasa dirinya
  diterima oleh lingkungannya akan memiliki kepribadian yang kuat.
  Sedangkan anak-anak yang merasa ditolak, akan memiliki konsep diri
  yang kurang baik. Akibatnya anak mudah tersingung, egosentris,
  menarik diri dari lingkungan, dan selalu merasa tidak aman.

  E. Hurlock mengemukakan kategori anak yang diterima dan ditolak oleh
  kelompoknya sebagai berikut.

  Anak yang paling disukai oleh anggota kelompoknya digolongkan
  sebagai anak yang populer, dan ia menjadi "bintang" bagi
  teman-temannya. Anak ini memunyai banyak pengagum meskipun
  kadang-kadang sedikit teman karibnya. Anak yang populer biasanya
  aktif, tampan, gembira, ramah, dan menyenangkan orang lain. Ada juga
  anak yang populer karena ia memunyai kelebihan dibandingkan
  teman-temannya, misalnya prestasinya di sekolah baik sekali atau ia
  seorang juara dalam olahraga. Jadi, apakah seorang anak dalam suatu
  kelompok akan menjadi anak yang populer atau tidak, tergantung dari
  kualitas anak itu sendiri atau cita rasa serta minat anggota
  kelompoknya.

  Kategori yang kedua ialah anak yang diterima oleh kelompoknya,
  tetapi tidak populer. Di samping itu, ada pula anak yang tidak
  terlalu disukai oleh teman-temannya, mereka ini tidak mendapat
  kedudukan yang utama. Yang termasuk kategori ini ialah anak-anak
  yang hanya mengikuti kehendak atau inisiatif teman-temannya.

  Ada pula anak yang dikategorikan sebagai diabaikan oleh anggota
  kelompoknya. Anak ini tidak mendapat perhatian sama sekali dari
  temannya, karena ia seorang pendiam, pemalu, menarik diri dari
  kegiatan-kegiatan kelompok. Biasanya pada anak-anak yang mendapat
  kedudukan kurang populer, memperlihatkan sikap gelisah dan selalu
  berusaha mencari berbagai tingkah laku untuk menarik perhatian
  anggota kelompoknya.

  Kategori yang bertentangan dengan anak yang termasuk populer ialah
  anak yang terisolasi. Anak ini tidak memunyai teman, karena ia tidak
  berminat mengikuti aktivitas kelompok. Ia lebih tertarik melakukan
  kegiatan-kegiatan seorang diri. Anak ini tidak pandai bergaul.

  A. Schneiders juga membahas sejumlah kriteria sebagai ciri-ciri
  penyesuaian diri yang baik. Di antara kriteria-kriteria itu, faktor
  penerimaan anak dalam suatu kelompok merupakan salah satu ciri yang
  terpenting dalam penyesuaian diri yang baik. Ia berpendapat bahwa
  bilamana seseorang dapat menerima keadaan dirinya sendiri, maka ia
  juga mudah menerima keadaan orang lain, termasuk kekurangan atau
  hal-hal yang positif dari orang tersebut. Sebelum seseorang dapat
  menerima keadaan diri sendiri, ia harus mengenal terlebih dahulu
  kemampuan serta keterbatasannya, sehingga ia mudah mengatasi
  kesukaran yang dialaminya dalam usaha untuk menyesuaikan diri
  terhadap lingkungannya.

  Untuk mengenal diri sendiri secara lebih mendalam diperlukan
  penilaian atau kesadaran akan keadaan diri sendiri. Hal mana
  meliputi hal-hal yang mendasari tingkah laku, pola pemikiran,
  perasaan, serta kebiasaan-kebiasaan. Pengenalan diri yang wajar
  maupun penilaian diri sendiri membantu seseorang untuk berpikir
  secara lebih objektif, lebih dekat dengan kenyataan, dan tidak mudah
  terbawa oleh perasaan semata-mata.

  Faktor-faktor di atas inilah yang membawa seseorang untuk menerima
  diri sendiri (self acceptance). Tetapi ada pula faktor lain yang
  mengambil peranan penting karena tidak mudah seseorang mampu
  menerima diri sendiri, yaitu faktor kematangan. Kematangan merupakan
  dasar perkembangan seseorang dan sangat memengaruhi tingkah laku.
  Adapun yang dimaksud dengan kematangan ialah keadaan pada
  tahap-tahap perkembangan yang sesuai dengan keadaan atau norma umum
  pada tingkatan perkembangan seseorang. Kematangan di sini termasuk
  kematangan fisik, kematangan emosi, dan intelektual.

  Lalu akibat apa yang terjadi pada anak-anak yang tidak diterima oleh
  kelompoknya? Yang pasti mereka merasa tidak bahagia, tidak aman,
  cepat tersinggung, merasa cemas, dan hidupnya tanpa ada kepastian
  atau ketetapan. Untuk jelasnya, diberikan contoh sebagai berikut.

    A seorang anak laki-laki, duduk di sekolah dasar kelas III. Ayah
    dan ibunya sering kali tidak berada di rumah karena mereka lebih
    banyak tinggal di luar negeri. Selama di luar negeri, mereka tidak
    pernah mengirim surat kepada anaknya, sehingga anak tidak
    mengetahui kabar dari orang tuanya. Anak dibimbing dan diasuh oleh
    seorang nenek yang sudah tua. Di sekolah, anak sulit memusatkan
    perhatiannya, sehingga nilai pelajarannya rata-rata kurang sekali.
    Ia sering pula menentang guru dan mengganggu teman-temannya. Di
    rumah, ia pun sulit diatur. Guru yang memberikan pelajaran
    tambahan kepadanya, sering merasa kesal melihat sikap dan tingkah
    lakunya.

  Tidak adanya perhatian dan kasih sayang dari orang tua menyebabkan
  anak merasa gelisah dan tidak aman. Karena itu, ia sukar memusatkan
  perhatian pada pelajaran-pelajaran. Tidak adanya tokoh otoriter di
  rumah menyebabkan anak sulit diatur. Ia menjadi seorang pemberontak.
  Akibatnya anak mengalami kesukaran menyesuaikan diri dengan
  lingkungannya.

  Apakah akibatnya bila seseorang mengalami kesulitan menyesuaikan
  diri? Salah satu kemungkinan ialah mengalami frustrasi, yaitu suatu
  keadaan di mana seseorang mendapat halangan yang bersifat fisik atau
  psikis, sehingga terjadi penundaan atau hambatan yang mengakibatkan
  tujuan tidak tercapai.

  Diambil dan disunting seperlunya dari:
  Judul buku: Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja
  Penulis: Dra. Ina Wibowo
  Penerbit: BPK Gunung Mulia, Jakarta 1995
  Halaman: 93 -- 100

______________________________________________________________________
TIPS

                       MEMBANTU ANAK BERGAUL

  Serius tidaknya keengganan anak untuk bergaul bergantung pada apakah
  perilaku ini berjangka panjang atau tidak. Untuk itu, kita perlu
  mengetahui latar belakang mengapa anak tidak mau bergaul. Bila anak
  tidak mau bergaul pada satu situasi atau tempat tertentu dan bergaul
  baik di tempat lain, ini berarti masalahnya tidak begitu serius.
  Sebaliknya, bila anak tidak mau bergaul pada semua situasi, mungkin
  kita perlu membantunya mengembangkan diri lebih baik.

  Pada dasarnya, manusia adalah makhluk sosial. Dengan demikian, anak
  yang sehat juga adalah anak yang suka bersahabat. Memang ada anak
  yang cenderung pendiam dan ada yang aktif. Tetapi mereka tetap suka
  bersahabat. Anak yang pendiam dan "introvert" cenderung memunyai
  satu dua sahabat yang sangat akrab. Anak yang sangat aktif cenderung
  memunyai banyak sahabat. Jadi kalau anak tidak menyenangi pergaulan,
  kita perlu selidiki sebabnya dan kalau perlu dikoreksi.

  Tanda-tanda serius yang perlu kita perhatikan bila anak sulit
  bersahabat.

  Kita dapat membandingkan tingkah laku anak di rumah dan
  di luar rumah. Bila di rumah ia lincah dan banyak bicara, dan
  sebaliknya bila berada di luar rumah ia menolak untuk berbicara
  dengan temannya atau gurunya; maka masalah ini perlu kita amati
  lebih lanjut.

  Kita juga dapat membandingkan tingkah laku anak biasanya atau
  dulunya dan akhir-akhir ini. Bila anak biasanya suka bersahabat dan
  tiba-tiba mengeluh tidak punya sahabat, masalah ini juga perlu
  diselidiki lebih lanjut. Artinya, kalau ada perubahan dari keadaan
  yang normal dan baik menuju ke arah kurang baik, ini tandanya kita
  perlu memerhatikan lebih saksama? Ya. Terjadinya perubahan ini dapat
  disebabkan oleh beberapa peristiwa yang penting, misalnya karena
  ejekan berlebihan dari teman-teman, ancaman, hukuman, konflik, dan
  sebagainya yang membuat anak berpikir lebih baik menghindari
  persahabatan karena berteman itu tidak menyenangkan.

  Bagaimana bila sejak kecil anak memang tidak mau bergaul dan tidak
  bisa bergaul? Ini juga masalah yang perlu menjadi perhatian.
  Beberapa kemungkinan yang perlu kita pertimbangkan dalam hal ini
  adalah bahwa anak mengalami depresi sejak bayi, tidak terpenuhi
  kebutuhan psikologisnya sejak kecil, atau kurangnya latihan-latihan
  yang mempertajam keterampilan bergaulnya. Kemungkinan lain adalah
  anak menderita perasaan rendah diri yang parah.

  Yang perlu orang tua/pendidik lakukan menghadapi anak yang sulit
  bergaul adalah:

   1. Orang tua harus menciptakan interaksi yang baik dan menyenangkan
      di rumah. Ini adalah keterampilan persahabatan yang paling
      mendasar, sekaligus juga wahana bagi anak untuk menyampaikan
      kelebihan dan kekurangannya dalam berelasi.

   2. Perlu menyediakan sarana persahabatan di rumah maupun di luar
      rumah. Orang tua dapat menggunakan kesempatan berkunjung ke
      rumah saudara dan keluarga sahabat Anda sebagai sarana bergaul.
      Sekolah minggu dan taman kanak-kanak juga adalah tempat yang
      baik bagi anak untuk belajar bersahabat.

   3. Perlu mengajarkan cara bergaul yang baik dan bertenggang rasa
      ketika anak melanggar etika dan tata cara bergaul.

   4. Sedapat mungkin memenuhi kebutuhan-kebutuhan psikologis anak,
      seperti kasih, rasa aman, rasa berharga, dan didikan maupun
      arahan orang tua/pendidik.

   5. Beri kesempatan kepada anak untuk memerhatikan dan memberi
      bantuan kepada saudaranya dan kepada teman-temannya.

  Amsal 17:17, "Seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu, dan
  menjadi seorang saudara dalam kesukaran."

  Diambil dan disunting seperlunya dari:
  Nama situs: Telaga.org
  Judul asli artikel: Membantu Anak Bergaul
  Penulis: Heman Elia, M.Psi.
  Alamat URL: http://www.telaga.org/audio/membantu_anak_bergaul

______________________________________________________________________
MUTIARA GURU

                 Karakter anak dibentuk sejak dini.
             Jangan terlambat untuk menanamkan kebaikan
                   dalam diri setiap anak layan Anda.

______________________________________________________________________
BAHAN MENGAJAR

                  ORANG KRISTEN SEBAGAI TERANG DUNIA

  Persiapan:

  Sediakan beberapa bola lampu, dari 10 watt, 50 watt, dan 100 watt.
  Bila mungkin juga disertai dengan piting, kabel, dan stekernya.
  Masukkan steker itu dalam stop kontak.

  Penyampaian

  Di sini ada beberapa bola lampu dan kita akan mengumpamakannya
  sebagai anak-anak Kristen. Jika masing-masing ini dimasukkan dalam
  piting ini, maka lampu-lampu ini akan menyala, untuk menunjukkan
  bahwa mereka memunyai terang. Begitu juga anak-anak Kristen memunyai
  Terang Dunia, yakni Tuhan Yesus Kristus dalam hati mereka sebagai
  Juru Selamat mereka. Sebagai orang-orang Kristen, kita harus
  bersinar bagi Kristus agar orang lain dapat melihat perbuatan kita
  yang baik dan mereka memuliakan Bapa kita yang di surga. Dengan cara
  inilah kita dapat menjadi seorang saksi kepada orang lain mengenai
  apa yang diperbuat oleh Kristus bila mereka mengizinkan Dia masuk
  dalam hatinya.

  Jika kalian lihat baik-baik pada bola lampu ini terdapat tulisan
  huruf-huruf dan angka-angka. Yang ini tertulis 10 watt; yang ini 50
  watt; yang ini 100 watt. Ini berarti bahwa masing-masing memunyai
  kekuatan cahaya yang berbeda bila dihubungkan dengan aliran listrik.
  Pabrik yang membuat bola lampu ini membubuhkan cap jumlah watt pada
  setiap bola lampu agar setiap pembeli dapat mengetahui banyaknya
  terang yang dapat diharapkan dari lampu itu.

  Allah mengaruniakan kepada setiap orang Kristen, talenta-talenta dan
  kecakapan-kecakapan yang berbeda untuk bekerja bagi Dia dan Dia juga
  menempatkan kita untuk melayani Dia di tempat-tempat yang berbeda.
  Dia tidak menuntut anak-anak melakukan pekerjaan yang dapat
  dilakukan oleh seorang guru sekolah minggu, atau mengharapkan
  seorang remaja untuk menjadi pendeta. Dia hanya menginginkan kita
  masing-masing melaksanakan kehendak-Nya. Dia menginginkan kita
  masing-masing setia di mana pun Dia menempatkan kita untuk bekerja.

  Cahaya lampu yang 10 watt ini kurang terang bila dibandingkan dengan
  50 watt dan yang 100 watt, tetapi bila dinyalakan dia memberikan
  seluruh cahaya yang dimilikinya. Lampu ini dibuat untuk menyinarkan
  10 watt saja. Lampu ini dapat dipasang di kamar tidur atau di tempat
  lain yang tidak perlu terlalu terang.

  Sekarang yang 50 watt. Ini dipasang di tempat yang memerlukan lebih
  banyak terang, misalnya di kamar mandi. Tetapi ini juga memberikan
  seluruh terang yang dimilikinya. Walaupun kamar mandi jarang
  digunakan, tetapi merupakan tempat yang amat penting. Barangkali
  bola lampu ini mengatakan, "Jika saya tak dapat bersinar
  terus-menerus dan tidak dapat dilihat oleh orang lain, maka saya
  sama sekali tak mau bersinar". Apa yang terjadi jika lampu ini tidak
  mau menyala? Pasti saya akan berjalan meraba-raba dalam kegelapan.
  Sayang sekali, jika ada orang yang berjalan dalam kegelapan dosa,
  sebab kalian memunyai pendapat seperti bola lampu ini dan menolak
  untuk bersinar agar mereka dapat mengenal Tuhan Yesus Kristus.

  Sekarang lihatlah yang 100 watt ini. Wah, terang sekali. Akan aneh
  bukan jika lampu ini menolak untuk memberi lebih banyak terang dari
  lampu 10 watt. Lampu ini digunakan di ruang belajar, sebab kita
  memerlukan banyak terang untuk menulis, membaca, atau pun belajar.
  Kedua lampu yang lain tidak memberi cukup terang untuk melakukan
  hal-hal ini. Masing-masing lampu memunyai tempat sendiri-sendiri dan
  memunyai kekuatan cahaya yang berbeda-beda.

  Allah memunyai rencana untuk kehidupan kita masing-masing, baik muda
  maupun tua. Dia hanya dapat memakai kita jika kita melakukan
  kehendak-Nya dalam cara dan di tempat yang ditetapkan oleh-Nya. Jika
  Allah menjadikan kalian seperti bola lampu yang 10 watt ini, kalian
  harus bersinar seterang-terangnya menurut kemampuan kalian. Jika
  kalian adalah lampu yang 50 watt atau 100 watt, kalian pun harus
  bersinar sesuai dengan kemampuan yang diberikan Allah kepada kalian.
  Tidak penting berapa banyak terang yang dapat kalian berikan. Yang
  penting adalah memberikan terang sebanyak yang diberikan Allah
  kepada kalian. Tugas kalian yakni bersinar bagi Dia di mana pun Dia
  menempatkan kalian untuk menjadi saksi bagi Tuhan Yesus Kristus
  kepada orang-orang lain.

  Diambil dan disunting seperlunya dari:
  Judul buku: Pelajaran dengan Alat Peraga
  Penulis: D.H. Pentecost
  Penerbit: Penerbit Gandum Mas, Malang
  Halaman: 85 -- 88

______________________________________________________________________
o/ WARNET PENA o/


                BAHAN-BAHAN KONSELING ANAK DI SITUS C3I
               <http://c3i.sabda.org/taxonomy/term/465/9>

  Silakan berkunjung ke situs C3I (Christian Counseling Center
  Indonesia)! Dapatkan artikel-artikel seputar masalah konseling untuk
  anak. Berikut beberapa artikel yang ada di situs C3I. Jangan lupa
  berkunjung ya!

  1. Kewalahan Menghadapi Anak
     ==> http://c3i.sabda.org/kewalahan_menghadapi_anak
  2. Bagaimana Mendidik Anak dengan Baik
     ==> http://c3i.sabda.org/bagaimana_mendidik_anak_dengan_baik
  3. Menjadi Sahabat Buat Anak
     ==> http://c3i.sabda.org/menjadi_sahabat_buat_anak
  4. Dapatkah Anak Anda Mengatasi Stres
     ==> http://c3i.sabda.org/dapatkah_anak_anda_mengatasi_stres
  5. Bagaimana Mengatasi Anak yang Nakal Karena Terlalu Dimanja
     ==> http://c3i.sabda.org/bagaimana_mengatasi_anak_yang_nakal_karena_terlalu_dimanja

______________________________________________________________________
Pemimpin Redaksi: Davida Welni Dana
Staf Redaksi: Kristina Dwi Lestari dan Tatik Wahyuningsih
Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA
Didistribusikan melalui sistem network I-KAN
Copyright(e) e-BinaAnak 2009 -- YLSA
http://www.ylsa.org/ ~~ http://katalog.sabda.org/
Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati
______________________________________________________________________
Anda terdaftar dengan alamat email: $subst(`Recip.EmailAddr`)
Alamat berlangganan: <subscribe-i-kan-BinaAnak(at)hub.xc.org>
Alamat berhenti: <unsubscribe-i-kan-BinaAnak(at)hub.xc.org>
Arsip e-BinaAnak: http://www.sabda.org/publikasi/e-binaanak/
Pusat Elektronik Pelayanan Anak Kristen: http://pepak.sabda.org/

Bergabunglah dalam Network Anak di Situs In-Christ.Net:
http://www.in-christ.net/komunitas_umum/network_anak

BLOG SABDA: http://blog.sabda.org/

______________PUBLIKASI ELEKTRONIK UNTUK PEMBINAAN GURU_______________

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org