Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-binaanak/494

e-BinaAnak edisi 494 (5-8-2010)

Aplikasi Pelajaran

___e-BinaAnak (Milis Publikasi Elektronik untuk Para Pembina Anak)____

   DAFTAR ISI EDISI 494/Agustus/2010

   - SALAM DARI REDAKSI: Menerapkan Pelajaran
   - ARTIKEL: Aktivitas Belajar Alkitab
   - TIPS: Mengajar Anak Sekolah Minggu Secara Optimal
   - MUTIARA GURU
   - BAHAN MENGAJAR: Mempraktikkan Pelajaran
______________________________________________________________________
   Korespondensi dan kontribusi bahan dapat dikirimkan ke redaksi:
 < binaanak(at)sabda.org> atau <owner-i-kan-binaanak(at)hub.xc.org >

        Bergabunglah dalam Fan Page e-BinaAnak di Facebook!
        Kunjungi sekarang juga: http://fb.sabda.org/binaanak
______________________________________________________________________
SALAM DARI REDAKSI

                       MENERAPKAN PELAJARAN

  Setiap anak memunyai cara belajar yang unik. Anak dapat belajar
  segala sesuatu melalui cara yang sederhana, yaitu dengan melihat,
  mendengar, dan mengulang. Dengan demikian, tingkah laku dan cara
  berkomunikasi orang dewasa, khususnya pelayan anak dan orangtua,
  harus benar-benar memperlihatkan hal yang positif kepada anak.
  Terlebih lagi sebagai orang Kristen, hendaknya segala sesuatu yang
  diucapkan dan dilakukan sesuai dengan firman Tuhan, sehingga anak-
  anak pun melakukan hal yang serupa.

  Berkaitan dengan hal tersebut, maka e-BinaAnak pada bulan Agustus
  ini mengangkat tema penerapan "hukum pelajar" dengan beberapa topik
  yang relevan, antara lain aplikasi pelajaran, memerhatikan kebutuhan
  murid, memperlengkapi murid, dan kebangunan rohani murid.

  Topik-topik tersebut akan kami sajikan di sepanjang bulan Agustus
  ini. Pada minggu perdana ini, kami sajikan topik "Aplikasi
  Pelajaran". Nah, silakan menyimak artikel, tips, dan bahan mengajar
  kami sajikan. Kiranya dapat semakin membangun pelayanan Anda.
  Selamat melayani! Tuhan Yesus memberkati!

  Staf Redaksi e-BinaAnak
  Santi Titik Lestari
  http://pepak.sabda.org
  http://fb.sabda.org/binaanak
______________________________________________________________________
 "Seorang murid tidak lebih dari pada gurunya, tetapi barangsiapa yang
     telah tamat pelajarannya akan sama dengan gurunya." (Lukas 6:40)

                < http://alkitab.sabda.org/?Lukas+6:40 >
______________________________________________________________________
ARTIKEL

                      AKTIVITAS BELAJAR ALKITAB

  Pentingnya firman Tuhan bagi anak kecil dapat dengan lebih efektif
  dikomunikasikan melalui sikap dan tindakan orang dewasa. Misalnya,
  bila anak melihat orangtuanya membaca Alkitab, mendengar mereka
  mengaitkan apa yang dibaca dengan tindakan sehari-hari, dan ia
  merasakan ketergantungan orangtuanya kepada Alkitab sebagai sumber
  inspirasi utama, maka anak akan belajar menghargai firman Tuhan.
  Jika cara hidup orang dewasa mempraktikkan ajaran Alkitab, maka
  mereka menjadi contoh yang menarik bagi anak-anak untuk mengasihi
  Tuhan. Firman Tuhan yang dilakukan lebih meyakinkan daripada firman
  Tuhan yang dijelaskan!

  Cerita Alkitab

  Orang dewasa perlu dengan cermat mempertimbangkan bagian Alkitab
  yang cocok bagi anak kecil. Alkitab adalah sebuah kitab yang ditulis
  oleh orang dewasa, bagi orang dewasa, dan penuh dengan cerita orang
  dewasa. Sebagian besar isinya sulit dimengerti oleh anak-anak.
  Kebanyakan, nubuatan Perjanjian Lama dan surat-surat dalam
  Perjanjian Baru tidak menarik dan sulit dimengerti anak-anak kecil.

  Ketika menyeleksi bagian-bagian Kitab Suci agar bermanfaat bagi
  anak-anak, para orangtua dan guru harus mencari cerita-cerita dan
  ayat-ayat yang mengandung unsur-unsur yang akrab dengan anak-anak.
  Semakin dekat perbuatan tokoh-tokoh dalam cerita itu dengan situasi
  yang dijumpai anak, semakin mampu ia menghubungkan teladan-teladan
  itu dengan perilakunya sendiri. Aspek kunci dari setiap cerita
  adalah sejauh mana anak itu dapat mengidentifikasikan dirinya dengan
  orang yang dikisahkan cerita tersebut. Sebagai contoh:

   1. Cerita tentang Samuel muda yang menjadi pelayan di Tabernakel
      (lihat 1 Samuel 2:18-21, 3) atau Daud yang dipilih menjadi raja
      (lihat 1 Samuel 16) memberikan teladan mengenai anak muda yang
      menerima dan menjalankan tanggung jawab dengan baik dan
      berhasil. Walaupun demikian, situasi dalam cerita Samuel harus
      diungkap dengan hati-hati. Cerita tentang ibu Samuel yang
      mempersembahkan anaknya kepada Allah dan membawanya untuk
      tinggal bersama Nabi Elia dapat menimbulkan perasaan negatif
      yang kuat dalam diri anak yang kuatir diperlakukan demikian oleh
      ibu mereka.

   2. Cerita-cerita Perjanjian Lama tentang pembangunan, pemeliharaan,
      atau perbaikan bait Allah (lihat 1 Raja-raja 5-6; 2 Raja-raja 12
      ; 22-23) dapat bermanfaat dalam menolong anak merasa bertanggung
      jawab terhadap pembangunan gereja. Tekankan pada hal-hal
      spesifik yang orang-orang lakukan untuk menunjukkan rasa hormat
      mereka terhadap tempat ibadah.

   3. Kisah tentang Yesus dan anak-anak (lihat Matius 19:13-15) selalu
      menjadi cerita yang digemari anak-anak. Setiap anak dapat
      membayangkan Yesus tersenyum kepadanya. Cerita ini efektif dalam
      menolong anak mengembangkan perasaan hangat dan akrab terhadap
      Yesus.

   4. Zakheus (lihat Lukas 19:1-10) merupakan tokoh yang menarik bagi
      anak-anak, meskipun reputasinya tidak baik. Mereka mengagumi
      kecerdikan Zakheus dalam memanjat pohon untuk dapat melihat
      Yesus di tengah kerumunan orang bertubuh besar. Pengakuan Yesus
      atas Zakheus dan kesediaan-Nya mengampuni kesalahannya menambah
      daya tarik cerita ini. Karena setiap anak mengingat-ingat
      perbuatan mereka yang salah, jaminan pengampunan dosa ini akan
      menolong mereka merasa positif pada sikap Yesus terhadap
      Zakheus.

   5. Peristiwa Yesus masuk ke Yerusalem dan dielu-elukan (lihat
      Matius 21:1-17) dapat digunakan untuk menolong anak-anak
      mengungkapkan perasaan-perasaan kasih mereka kepada Yesus.

   6. Perjanjian Baru berisi kisah tentang orang Kristen yang saling
      menolong (lihat Kisah Para Rasul 2:42-47, 4:32-37, 6:1-7, 9:36-42) Pesan ini dapat dimengerti dengan jelas oleh anak-anak.

  Menyampaikan Cerita Alkitab lewat Aktivitas

  Cerita Alkitab yang mudah diidentifikasi anak juga membantu
  penerapan kebenaran Alkitab dalam pengalaman-pengalaman hidupnya
  yang nyata. Anak mungkin dapat menceritakan ulang kisah itu tanpa
  tahu bagaimana menerapkannya dalam hidup. Pendekatan yang lebih
  berhasil adalah dengan mengaitkan kisah tersebut pada saat anak
  berada dalam situasi kehidupan yang nyata.

  Para guru sekolah minggu dapat membantu melakukan transfer belajar
  ini melalui berbagai macam aktivitas. Misalnya, beberapa anak
  mungkin sedang bermain dengan balok-balok dan membuat sebuah roket.
  Guru dapat memakai percakapan tentang roket untuk menuturkan secara
  ringkas kisah penciptaan dari kitab Kejadian. Ungkapan seperti,
  "Bayangkan betapa besar Allah yang telah menciptakan bumi, bulan,
  dan bintang-bintang seperti yang dikatakan Alkitab" merupakan cara
  yang efektif untuk menghubungkan kisah Alkitab dengan aktivitas
  fisik anak-anak secara langsung.

  Para guru sering kali harus mengatur suasana sedemikian rupa
  sehingga tersedia pengalaman-pengalaman hidup yang nyata di dalam
  kelas. Para orangtua sebenarnya memiliki lebih banyak kesempatan
  dalam kehidupan nyata bersama anak-anak. Orangtua harus peka akan
  adanya kesempatan untuk menghubungkan cerita-cerita dan kebenaran,
  kebenaran Alkitab dengan hal-hal yang dilakukan oleh anak-anak.
  Dengan demikian, cerita Alkitab dapat menjadi sarana yang baik untuk
  mengajar. "Apa yang baru saja kamu lakukan mengingatkan ayah pada
  cerita di dalam Alkitab..." merupakan cara yang efektif untuk
  memakai cerita Alkitab sebagai suatu dorongan yang positif bagi
  perilaku yang kita inginkan.

  Visualisasi

  Penyajian sebuah cerita Alkitab dapat diperkaya dengan memakai
  teknik visual. Gambar tokoh-tokoh dalam cerita tersebut menolong
  anak membayangkan dan memikirkan mereka sebagai manusia nyata.
  Alkitab yang di dalamnya terdapat gambar yang menarik dapat
  meningkatkan daya tarik. Minat anak terhadap buku tergantung pada
  seberapa banyak gambar yang ada pada buku itu. Pergunakanlah gambar
  situasi masa kini yang sesuai dengan pengalaman pribadi anak agar ia
  dapat menghubungkan cerita Alkitab dengan pengalamannya. Berikut
  adalah sebuah contoh percakapan di dalam kelas.

    Setelah seorang guru menceritakan kisah orang Samaria yang murah
    hati, ia menunjukkan kepada anak-anak gambar seorang gadis kecil
    yang jatuh dari sepeda roda tiga dan lututnya tergores. Pada
    gambar itu juga terlihat seorang anak laki-laki yang lebih besar
    yang tampak sedang bermain-main di dekat gadis kecil yang jatuh
    itu. Guru itu meminta anak-anak untuk menggambarkan apa yang
    terjadi pada gambar itu. Mereka dengan jelas dan akurat
    menggambarkan apa yang sedang terjadi.

    Guru itu kemudian meminta mereka mengutarakan pendapat tentang apa
    yang berlangsung sebelum kecelakaan itu terjadi. Komentar-komentar
    yang muncul tidak memenuhi harapan sang guru karena lebih
    mencerminkan perasaan dan pengalaman mereka sendiri.

    Kemudian guru itu bertanya, "Menurut kalian, apa yang akan terjadi
    selanjutnya?" Pada saat itu, sebagian besar anak dengan mantap
    mengidentifikasikan diri mereka dengan salah satu tokoh dalam
    gambar itu. Yang mengejutkan setiap orang, seorang anak lelaki
    menyatakan bahwa anak laki-laki itu akan menaiki sepeda roda tiga
    gadis kecil itu dan membawanya pergi!

    "Tidakkah lebih baik menolong gadis itu masuk ke dalam rumah dan
    mengobati lututnya?" tanya sang guru, dan berharap anak itu akan
    mengerti kesalahan pernyataannya.

    "Ya," jawab anak lelaki itu, "karena setelah itu ia bisa
    mengendarai sepeda roda tiga itu dan bersenang-senang."

    Guru itu mencoba sekali lagi. "Bagaimana menurutmu perasaan anak
    laki-laki itu?" tanyanya.

    "Ia akan merasa senang, karena ia... Eh tidak, ia akan merasa
    bersalah karena gadis itu ditinggalkan dalam keadaan terluka."

    "Menurutmu, apa yang bisa membuatnya merasa senang?" tanya sang
    guru yang kini merasa lega karena anak itu sudah dapat melihat
    melampaui perhatian dan minatnya pada sepeda roda tiga.

    "Ia akan senang jika menolong gadis itu mengobati lututnya," tegas
    anak lelaki itu, setelah berhasil bergumul dengan masalah-masalah
    serupa yang Yesus angkat melalui kisah itu.

  Drama

  Drama sederhana yang menggambarkan cerita Alkitab juga membantu anak
  menghubungkan cerita itu dengan dunianya sendiri. Drama, panggung
  boneka, film, atau video dapat membuat kejadian itu lebih nyata.

  Berikut ini sebuah contohnya. Sekelompok anak berusia lima tahun
  akan mementaskan kisah tentang orang-orang yang membuka atap rumah
  untuk menurunkan orang yang sakit di hadapan Yesus. Guru itu
  memberikan tuntunan yang efektif pada usaha-usaha mereka. Ia
  mengajukan pertanyaan seperti, "Menurut kalian apa yang mereka
  rasakan ketika melakukan hal itu?" Alat-alat sederhana dan imajinasi
  yang kuat membuat cerita itu hidup dalam waktu yang singkat,
  meskipun dialognya tidak memadai menurut standar orang-orang dewasa.
  Kesimpulannya, laki-laki yang sakit itu turun dari usungannya dan
  memandang kepada Yesus. Setelah mengucapkan "Terima kasih," ia
  memandang kepada empat orang laki-laki yang telah mengusungnya dan
  berkata, "Mereka adalah sahabat-sahabatku." Anak kecil itu memahami
  sepenuhnya kisah tersebut!

  Perhatikan reaksi anak itu terhadap perkembangan kisah. Anak sangat
  senang dengan kisah yang diceritakan kembali jika hal itu
  memungkinkannya mengenali tokoh-tokoh dan tindakan-tindakan mereka,
  dan bila ia sudah mengenali urutan peristiwa. Meskipun orang dewasa
  cenderung bertahan hingga mengetahui akhir sebuah cerita, anak-anak
  kecil paling menikmati sebuah kisah jika mereka sudah tahu akhir
  kisah tersebut. Orang dewasa tidak suka jika seseorang "menceritakan
  akhirnya", tetapi anak-anak kecil merasa senang menantikan akhir
  kisah yang sudah diketahuinya. Sayangnya, banyak orang dewasa yang
  karena mengikuti sudut pandang mereka, tidak membiarkan anak cukup
  sering mendengar sebuah kisah sehingga kisah itu menjadi "favorit".
  Guru sebaiknya mencari kesempatan untuk menceritakan sebagian atau
  seluruh kisah sementara anak-anak melakukan aktivitas, daripada
  hanya pada waktu tertentu selama mengajar. Ketika "saat resmi" untuk
  bercerita tiba, anak-anak sebaiknya sudah mendengar sedikit banyak
  kisah itu untuk mendorong mereka berkata, "Ceritakan lagi!"

  Ekspresi

  Unsur yang sangat penting dan harus ada dalam bercerita adalah
  antusiasme orang dewasa. Ekspresikan perasaan dari cerita dengan
  suara dan mimik muka. Misalnya, menyatakan perasaan marah atau
  takut, menguap untuk mengungkapkan waktunya tidur, senyumlah lebar-
  lebar untuk menyatakan perasaan bahagia. Anak-anak kecil dengan
  cepat dapat menangkap perasaan-perasaan yang mereka kenal ini.

  Untuk mendapatkan kembali perhatian dan minat mereka yang mungkin
  menurun, berbicaralah dengan berbisik -- suara paling dramatis yang
  mampu diucapkan manusia. Kemudian kembali ke suara normal sehingga
  bila dibutuhkan, "berbisik" bisa dipergunakan lagi.

  Diambil dan disunting dari:
  Judul buku: Mengenalkan Allah Kepada Anak
  Penulis: Wes Haystead
  Penerbit: Yayasan Gloria, Yogyakarta 1998
  Halaman: 98 -- 105
______________________________________________________________________
TIPS

             MENGAJAR ANAK SEKOLAH MINGGU SECARA OPTIMAL

  Membahas pelayanan anak tidak dapat lepas dari pelayanan sekolah
  minggu. Ini adalah bagian penting dari gereja untuk menjangkau dan
  melayani anak. Apakah sekolah minggu saudara memiliki pengertian
  sebatas departemen pelayanan, yang merupakan bagian dari organisasi,
  ataukah suatu organisme yang hidup?

  Sekolah minggu merupakan peluang pelayanan yang besar di mata Tuhan.
  Oleh karena itu, guru sekolah minggu juga memengaruhi masa kanak-
  kanak yang penting dan berharga. Peran sekolah minggu, baik guru
  maupun kurikulum (apa yang diajarkan dan bagaimana cara mengajar),
  sangat menentukan pembentukan dalam diri anak-anak yang dilayaninya.

  Lois E. LeBar mendefinisikan kurikulum sebagai aktivitas yang
  direncanakan dengan baik untuk membawa anak-anak selangkah lebih
  dewasa dalam Kristus. Aktivitas yang dirancang untuk menghubungkan
  kehidupan anak dengan firman Tuhan dan menghadirkan firman Tuhan
  sebagai Roti Hidup dalam kehidupan nyata yang dialami oleh anak-anak
  akan menolong pertumbuhan mereka semakin menjadi seperti Kristus.
  Hal ini merupakan inti dari sebuah kurikulum.

  Kurikulum sekolah minggu yang hidup tidak sekadar memberikan
  pengetahuan tentang Alkitab kepada anak-anak, namun membiarkan anak-
  anak menikmati firman Tuhan sebagai Air Hidup dalam kehidupan
  mereka. Dengan kata lain, anak-anak tidak hanya belajar dari tulisan
  yang tertera, tapi belajar dengan mengalaminya dalam kehidupan yang
  nyata. Oleh karena itu, kurikulum sekolah minggu perlu dirancang
  secara lengkap dan tepat untuk dapat dipakai sebagai alat mengajar
  anak-anak, agar bertumbuh optimal di dalam rencana Allah.

  1. Perkembangan Anak Holistik

     Anak bertumbuh dan berkembang tidak hanya secara fisik dan
     intelektual saja, tetapi juga secara emosi, moral, dan spiritual.
     Dalam penelitian tentang kecerdasan disebutkan bahwa kemampuan
     intelektual bukan lagi merupakan satu-satunya tolok ukur dalam
     menentukan tingkat kecerdasan. Seseorang dikatakan cerdas ketika
     dia mampu beradaptasi dengan lingkungannya. Itu berarti selain
     kecerdasan intelektual, kecerdasan emosi, kecerdasan moral, dan
     kecerdasan spiritual memegang peranan penting dalam menentukan
     keberhasilan seseorang. Manusia tidak pernah statis, sejak
     terjadinya pembuahan selalu terjadi perkembangan (perubahan).
     Tidak ada satu individu pun yang sama, namun tahap perkembangan
     secara umum dapat diprediksi.

     Elizabeth Hurlock mengatakan bahwa "kematangan" dan "belajar"
     memegang peranan penting dalam perkembangan. Kematangan adalah
     terbukanya sifat bawaan individu. Belajar adalah perkembangan
     yang berasal dari latihan dan usaha dari pihak individu. Setiap
     individu tidak dapat belajar sampai dirinya siap dan sebaliknya,
     kesempatan belajar harus diberikan bila individu itu telah siap.
     Ketidaktepatan pada satu sisi akan mengurangi pengembangan
     potensi maksimal dalam diri seseorang.

  2. Pembentukan Karakter

     Ketika Tuhan Yesus menyatakan agar kita bertumbuh semakin serupa
     dengan Dia, Yesus tidak berbicara mengenai tampilan fisik tapi
     sesuatu di dalam diri kita yang dapat disebut sebagai "karakter".
     Kemajuan karakter akan semakin menampakkan "karakter ilahi", dan
     hal ini sangatlah penting. Semakin dini kita menanamkan dan
     menumbuhkannya di dalam diri seorang anak, akan semakin kokoh,
     karena berarti kita sudah meletakkan dasar/fondasi yang kuat.

  3. Kepedulian Sosial dan Misi

     Salah satu ciri kecerdasan seseorang dapat dilihat dari dampak
     sosial yang dihasilkan. Tidak ada batasan usia untuk seseorang
     menjadi utusan misi atau pekerja sosial yang menjadi berkat bagi
     masyarakat sekitarnya. Tidak ada seorang anak yang terlalu muda
     untuk dibentuk dan dilatih untuk menjadi alat Tuhan bagi
     pekerjaan-Nya. Setidaknya ada 3 hal yang perlu ditumbuhkan dalam
     diri seorang anak untuk memiliki hati misi dan kepedulian kepada
     orang lain, yaitu: Passion (Tekad) - Motivation (Motivasi) -
     Compassion (Belas Kasihan)

   Pendidikan yang hanya menekankan pada intelektual semata telah
   menghasilkan pemimpin-pemimpin yang gagal membawa bangsa Indonesia
   ke arah yang lebih baik. Inilah saatnya bagi sekolah minggu untuk
   berperan lebih lagi dalam pelayanan holistik bagi anak, agar nilai-
   nilai Injil, karakter, dan jiwa misi dapat melekat kuat dalam diri
   sang anak.

   Kurikulum Sekolah Minggu yang Komprehensif akan:
   - membawa anak mengenal Kristus secara pribadi,
   - mendorong pertumbuhan iman,
   - mengembangkan semua aspek dan potensi dalam diri anak,
   - menanamkan dan menumbuhkan karakter ilahi, dan
   - menghasilkan anak-anak yang memiliki hati misi dan peduli pada
     orang lain.

  Kriteria Mengevaluasi Pelajaran Sekolah Minggu

   - Apakah materi tersebut menggunakan firman Tuhan sebagai sumber
     utama dari pengajaran?
   - Apakah materi tersebut mengajarkan kesetiaan dan kemahakuasaan
     Allah melalui keajaiban-keajaiban yang dibuatnya?
   - Apakah firman Tuhan digunakan dalam setiap pemecahan masalah
     sebagai yang terutama?
   - Apakah materi tersebut mengajarkan nilai-nilai yang terdapat
     dalam Alkitab?
   - Apakah materi tersebut mendorong anak-anak untuk menerima
     Kristus sebagai Juru Selamat pribadi dan tumbuh dalam imannya?
   - Apakah ada tujuan yang jelas?
   - Apakah materi yang digunakan sesuai dengan tingkat usia dan
     kemampuan anak-anak yang diajar?
   - Apakah melalui materi yang digunakan anak-anak akan terpacu untuk
     mengingat hal-hal penting dan memiliki pengalaman yang sama
     dengan yang diajarkan?
   - Apakah materi yang digunakan memberi berbagai kemungkinan
     diadakannya stimulasi dalam pengajaran?
   - Apakah ada alat-alat peraga pembantu dalam pengajaran?
   - Apakah semua aspek dalam diri seorang anak diasah dan digunakan
     dengan menggunakan materi kurikulum tersebut?
   - Apakah guru baru akan mudah mempergunakan materi tersebut?
   - Apakah "buku Petunjuk Bagi Guru" benar-benar membantu pengajar
     secara sederhana dan efektif?
   - Apakah dengan menggunakan materi tersebut, para pengajar
     semakin bertumbuh dalam cara mengajar?

  (Diadaptasi dari daftar kriteria untuk mengevaluasi materi kurikulum
  oleh Ronald C. Doll di Children`s Ministry oleh Lawrence O.Richards)

  Diambil dan disunting seperlunya dari:
  Judul artikel asli: Merancang Kurikulum Sekolah Minggu yang
                      Komprehensif
  Nama situs: Refleksi Diri
  Alamat URL: http://exodust.blogspot.com/2007/04/merancang-kurikulum
              -sekolah-minggu-yang.html
  Tanggal akses: 21 Juni 2010
______________________________________________________________________
MUTIARA GURU

           "Anda dapat berbuat apa saja dengan anak-anak
                sejauh Anda bermain bersama mereka"
                        (Eduard Bismark)
______________________________________________________________________
BAHAN MENGAJAR

   		                 MEMPRAKTIKKAN PELAJARAN

  "Tetapi hendaklah kamu menjadi pelaku firman dan bukan hanya
  pendengar saja." (Yakobus 1:22-25)

  Dua gadis kecil sedang bermain di lantai ketika ibu mereka
  kedatangan tamu. Kemudian, ibu dan tamu-tamunya menuju meja makan
  untuk menyantap makanan malam. Ibu berkata kepada kedua anaknya,
  "Ayo kemari anak-anak!" Tapi mereka mengabaikannya, bahkan ketika
  ibu mengulanginya lebih dari dua kali.

  Salah satu tamu itu adalah guru sekolah minggu dua gadis kecil itu.
  Dia mencoba menolong ibu mereka. Dia berkata kepada gadis-gadis itu,
  "Saya penasaran siapa dari kalian yang mengetahui ayat Alkitab yang
  diawali dengan: `Hai anak-anak, taatilah...`" Kedua gadis itu
  berpaling kepadanya dan mengatakan dengan cepat "Hai anak-anak,
  taatilah orang tuamu dalam segala hal karena itulah yang indah di
  dalam Tuhan."

  Ayat itu mengajarkan mereka untuk menaati ibu mereka, tetapi tetap
  saja mereka tidak menaatinya. Apa yang salah? Anak-anak itu adalah
  "pendengar" firman Allah, tetapi bukanlah "pelaku". Mereka
  mengetahui firman, tetapi mereka tidak melakukan apa yang dikatakan
  firman. Mengetahui firman saja tidak menolong mereka, bukan? Mereka
  tidak melakukan apa yang mereka pelajari.

  Untuk menjadi anak Allah dan orang Kristen sejati, seseorang perlu
  melakukan firman dari Alkitab. Firman tidak akan mengubah kita dan
  membantu kita sampai kita melakukan apa yang dikatakan firman. Allah
  berkata, "Tetapi hendaklah kamu menjadi pelaku firman dan bukan
  hanya pendengar saja."

  Hal pertama yang diinginkan Allah untuk kita lakukan adalah percaya
  kepada Yesus sang Penyelamat. Jika kita benar-benar melakukannya,
  kita juga akan mau menaati-Nya dalam segala hal.

  Mari kita diskusikan:

  Apa yang dikatakan ibu kepada dua gadis kecil itu? Apa yang
  dilakukan gadis-gadis itu? Bagaimana guru sekolah minggu itu
  berusaha membantu? Firman apa yang gadis-gadis itu ketahui? Mengapa
  firman tersebut tidak menolong mereka? Apa yang pertama-tama Allah
  inginkan agar kita semua lakukan?

  Bacaan Alkitab untuk anak-anak yang lebih besar atau dewasa:
  Yakobus 1:22-25.

  Mari kita berdoa bersama-sama:
  "Allah Bapa yang terkasih, kami bersyukur atas firman-Mu yang suci
  dalam Alkitab. Kami ingin mendengar dan belajar dari firman-Mu.
  Oleh karena itu, bantulah kami agar bisa menunjukkan kasih kami
  kepada Yesus yang telah mati bagi kami. Dalam nama Yesus kami
  berdoa. Amin." (t/Uly)

  Diterjemahkan dan disunting dari:
  Judul asli artikel: Practicing Your Lesson
  Judul buku: Little Visits With God
  Penulis: Allan Hart Jahsman dan Martin P. Simon
  Penerbit: Concordia Publishing House, USA 1957
  Halaman: 32 -- 33
______________________________________________________________________
Alamat berlangganan: <subscribe-i-kan-BinaAnak(at)hub.xc.org>
Alamat berhenti: <unsubscribe-i-kan-BinaAnak(at)hub.xc.org>
Pertanyaan/saran/bahan: < owner-i-kan-BinaAnak(at)hub.xc.org >
Arsip e-BinaAnak: http://www.sabda.org/publikasi/e-binaanak
Pusat Elektronik Pelayanan Anak Kristen: http://pepak.sabda.org

Kunjungi Blog SABDA di: http://blog.sabda.org

Bergabunglah dalam forum diskusi pelayanan anak di In-Christ.Net di:
http://www.in-christ.net/forum/?board=8.0

Bergabunglah dalam Halaman Penggemar e-BinaAnak dan e-BinaGuru di:
http://fb.sabda.org/binaanak

Ikuti Twitter e-BinaAnak di: http://twitter.com/sabdabinaanak
______________________________________________________________________
Pimpinan Redaksi: Davida Welni Dana
Staf Redaksi: Santi Titik Lestari

Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA
Didistribusikan melalui sistem network I-KAN
Copyright (c) 2010 e-BinaAnak / YLSA -- http://www.ylsa.org
Katalog SABDA: http://katalog.sabda.org
Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati

______________PUBLIKASI ELEKTRONIK UNTUK PEMBINAAN GURU_______________

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org