Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-binaanak/495

e-BinaAnak edisi 495 (12-8-2010)

Memerhatikan Kebutuhan Murid

___e-BinaAnak (Milis Publikasi Elektronik untuk Para Pembina Anak)____

   DAFTAR ISI EDISI 495/Agustus/2010

   - SALAM DARI REDAKSI: Memerhatikan Kebutuhan Murid
   - ARTIKEL: Pembinaan yang Holistik
   - TIPS: Proses Belajar
   - MUTIARA GURU
   - BAHAN MENGAJAR: Maukah Kamu Memberi Makan Kepada Orang yang
                     Kelaparan?
  - KESAKSIAN GSM: Sekolah Minggu adalah Kebutuhan Anak-Anak Kristen
   - WARNET PENA: Panduan untuk Guru: dltk-bible
______________________________________________________________________
 Korespondensi dan kontribusi bahan dapat dikirimkan ke redaksi:
<binaanak(at)sabda.org> atau <owner-i-kan-binaanak(at)hub.xc.org>

        Bergabunglah dalam Fan Page e-BinaAnak di Facebook!
        Kunjungi sekarang juga: http://fb.sabda.org/binaanak
______________________________________________________________________
SALAM DARI REDAKSI

                      MEMERHATIKAN KEBUTUHAN MURID

  Masih dalam tema penerapan hukum pelajar, minggu kedua ini
  e-BinaAnak mengangkat topik "memerhatikan kebutuhan murid". Pelayan
  anak perlu memberikan bekal yang tepat, jika menginginkan anak layan
  Anda menjadi anak-anak Kristen yang berkarakter. Bukan hanya
  memberikan pelajaran yang monoton, tetapi setiap pelayan anak perlu
  untuk memerhatikan kebutuhan anak. Segala sesuatu yang dapat membuat
  anak berkembang secara rohani, secara kreativitas, dan berani
  melakukan sesuatu sesuai dengan firman Tuhan. Bagaimana cara
  melakukannya? Apa saja yang perlu dilakukan dalam memerhatikan
  kebutuhan anak? Nah, e-BinaAnak menghadirkan artikel, tips, bahan
  mengajar, dan ulasan warnet yang dapat memperlengkapi pelayan anak
  dalam memerhatikan kebutuhan anak.

  Staf Redaksi e-BinaAnak
  Santi Titik Lestari
  http://pepak.sabda.org/
  http://fb.sabda.org/binaanak
____________________________________________________________________

 "Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada
    anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga! Ia akan memberikan
   yang baik kepada mereka yang meminta kepada-Nya." (Matius 7:11)
              < http://alkitab.sabda.org/?Matius+7:11 >
______________________________________________________________________
ARTIKEL

     PEMBINAAN YANG HOLISTIK UNTUK MENJAWAB KEBUTUHAN ROHANI ANAK

  Ada dua hal yang sangat penting dan mendasar bagi guru sekolah
  minggu dalam melayani anak-anak, guna memenuhi kebutuhan rohani
  mereka.

  1. Arah Pembinaan Anak: Pembinaan Anak yang Holistik

  Apa maksud dari pembinaan anak yang holistik? Yang dimaksud dengan
  holistik adalah anak dibina secara menyeluruh. Pembinaan ini
  meliputi keseluruhan aspek kebutuhan dan pergumulan hidup anak
  setiap hari (sehari-hari).

  Pada saat ini, banyak sekolah minggu yang hanya berpikir tugasnya
  adalah membina anak untuk soal-soal rohani (dalam arti sempit),
  misalnya:
  - bercerita tentang Tuhan Yesus dan ajaran-ajaran Alkitab,
  - mengajarkan cerita Alkitab dan menghafat ayat-ayat tertentu,
  - mendorong anak untuk berdoa,
  - mengajarkan lagu-lagu pujian agar anak suka memuji Tuhan,
  - mendorong anak rajin ke sekolah minggu,
  - dan sebagainya (yang biasa kita temui dalam kegiatan sekolah
    minggu pada umumnya).

  Jadi, pembinaan rohani seolah-olah hanya berkutat seputar Alkitab,
  pujian, doa, dogma (ajaran gereja), dan tampaknya hanya itu-itu saja
  yang dibicarakan oleh para guru di kelas. Misalnya: jangan nakal,
  rajin berdoa, rajin ke sekolah minggu, dan seterusnya. Semuanya
  begitu klise (atau membosankan). Padahal seluruh aspek hidup anak
  membutuhkan kehadiran Yesus juga. Misalnya, saat ia merasa kesepian
  di rumah, saat ia takut tidur sendiri di rumah, saat ditinggal orang
  tuanya pergi, saat selalu dipersalahkan orang tuanya, saat jenuh
  belajar, dan sebagainya. Begitu kompleksnya pergumulan anak sebagai
  seorang manusia yang masih kecil. Yesus yang diceritakan oleh guru
  sekolah minggunya seharusnya menjadi Yesus yang menjawab semua
  pergumulannya, mengerti suka-dukanya, menjawab semua kebutuhannya,
  dan Yesus yang memimpin hidupnya dengan semua kompleksitas
  permasalahan hidup manusia.

  Jadi, pembinaan anak yang holistik memandang pembinaan iman anak
  dalam pengertian yang luas. Tidak terbatas apa yang biasa dilakukan
  anak di sekolah minggu, namun terutama berkaitan dengan pergumulan
  anak dalam kehidupannya sehari-hari. Dengan konsep ini, anak diajak
  menyadari bahwa Tuhan Yesus adalah Juru Selamatnya yang selalu hadir
  dalam kehidupannya setiap hari.

  Pengetahuan Alkitab memang penting diajarkan, namun Alkitab kali ini
  diajarkan bukan terbatas sebagai buku yang harus dipahami (atau
  dihafal atau menjadi dogma), melainkan Alkitab yang menerangi hidup
  sehari-hari anak. Pembinaan anak semacam ini bukan terutama untuk
  mencerdaskan anak atau agar anak menghafal isi ayat atau isi
  Alkitab, melainkan untuk mengembangkan kepribadian dan moralitas
  anak dalam terang iman kepada Tuhan Yesus Kristus. Sehingga setiap
  hari dari bangun tidur sampai tidur lagi, anak menjadi pelaku firman
  yang hidup. Setiap hari anak menjadi sahabat Yesus yang hidup!
  Dengan demikian, guru tidak hanya mengajarkan hal-hal yang klise,
  namun guru juga mengajarkan:
  - budi pekerti dan moralitas anak dalam hidup sehari-hari, yang
    tercermin dalam tingkah laku anak yang diterangi oleh imannya,
  - sopan santun saat berbicara dengan orang yang lebih tua,
  - sopan santun dan perhatian kepada mereka yang lebih muda,
  - pendidikan seks dalam terang firman bagi anak-anak,
  - pentingnya studi dan memiliki keahlian khusus agar dapat menjadi
    berkat bagi masyarakat. Guru perlu menekankan betapa pentingnya
    menjadi seorang yang ahli dalam bidang tertentu,
  - hidup Kristen yang tidak individualistis (yang hanya mementingkan
    diri sendiri, egois), tetapi para guru diharapkan mengajak para
    murid untuk memahami bahwa sesama adalah berkat Tuhan bagi kita
    untuk kita kasihi,
  - agar anak tidak materialistis dan terjebak dalam konsumerisme
    akibat iklan media massa yang sangat menarik. Anak diajarkan untuk
    kritis,
  - untuk kritis terhadap pengaruh buruk dari beberapa film anak,
    iklan-iklan televisi atau media massa dan bacaan. Anak dapat
    bersikap secara kritis karena diterangi oleh imannya,
  - menjadi warga negara yang baik, yang tahu menempatkan diri dengan
    tepat dalam situasi Indonesia yang begitu heterogen. Sehingga dalam
    kebhinekaan masyarakat yang plural ini, anak dapat bersikap dengan
    tepat dan bijaksana,
  - agar anak tidak mengikuti budaya buruk korupsi, kolusi, dan
    nepotisme yang sedang diperangi oleh setiap warga bangsa Indonesia,
  - memahami arti penting hidup berpolitik dalam terang iman Kristen.
    Bukan politik praktis, melainkan sebagai warga negara yang baik,
    anak diajak untuk terlibat memikirkan dan mendoakan pergumulan
    bangsanya.

  Puncak pembinaan holistik adalah agar anak menjadi seperti Yesus.
  Bukan hanya memiliki iman yang begitu kuat seperti Yesus, melainkan
  juga bermasyarakat dengan baik dan dewasa, serta mengasihi semua
  sesamanya dalam berbagai perbedaan yang dimiliki. Tujuan akhir
  pembinaan holistik ini ialah untuk menjadi seperti Yesus yang begitu
  dewasa dalam iman, pola pikir, kepribadian, dan sikap.

  Pembinaan yang bersifat holistik ini tidak akan membentuk anak
  menjadi seragam. Pembinaan ini dibentuk dengan memikirkan kekhasan
  bakat, talenta, dan kemampuan anak. Pembinaan ini begitu kreatif
  karena mengembangkan semua potensi anak. Karena itulah, pembinaan
  yang holistik sangat memerhatikan dunia anak, bahasa anak,
  perkembangan kemampuan anak, dan kebutuhan anak dengan segala aspek
  kehidupannya.

  2. Metode Pembinaan Anak yang Aktif Kreatif

  Agar arah tujuan pembinaan holistik itu tercapai, perlu dipikirkan
  metode yang tepat, yaitu metode pembinaan anak yang aktif (dan
  kreatif). Maksud dari metode pembinaan anak aktif adalah metode
  pembinaan yang berpusat pada anak, yang mengajak anak aktif terlibat
  dan bertumbuh dalam proses pembinaan. Jadi, tidak hanya guru saja
  yang aktif dalam proses pembinaan dan anak menjadi pendengar pasif,
  tetapi anak justru menjadi subjek yang aktif di kelas. Anak
  diharapkan bersuara atau berpendapat, berdiskusi, mengeluarkan
  pikiran, gagasannya, dan pengalamannya, serta menemukan "pesan
  firman Tuhan" yang dibicarakan di kelas. Karena itulah, metode anak
  aktif merupakan cara dan teknik kreatif agar anak-anak tidak pasif
  di kelas.

  Grafik Efektivitas

  A. Guru dan murid pasif (kurang aktif).
  B. Guru menggunakan alat peraga, namun murid pasif (murid hanya
     melihat dan mendengar).
  C. Guru menggunakan alat peraga dan murid-murid memberikan respons
     dengan kata-kata. Metode ini sudah mendekati metode anak aktif,
     namun belum maksimal.
  D. Guru dan murid sama-sama aktif. Guru menggunakan metode anak
     aktif sehingga para murid terlibat aktif dalam pengajaran, baik
     dalam kata-kata maupun dalam gerakan dan tindakan.

  Guru tidak bisa hanya menggunakan metode abstrak (hanya dengan
  kata-kata saja tanpa aktivitas atau tanpa alat peraga). Guru harus
  menggunakan semua hal yang mungkin (aktivitas, alat peraga,
  permainan, simulasi, dan lain-lain) untuk mengaktifkan anak agar
  terlibat dalam proses pembinaan ini.

  Dengan demikian, harus dipikirkan juga bagaimana agar firman Allah
  dapat disampaikan kepada anak-anak dalam bentuk yang kreatif.
  Anak-anak diharapkan dapat memahami makna pesan firman Tuhan, yang
  dapat menjawab kebutuhan pergumulan mereka sehari-hari. Oleh karena
  itu, metode ini menuntut guru untuk berani aktif kreatif dalam
  berbagai hal, seperti:
  - mengkreasi kegiatan atau acara sekolah minggu,
  - mengkreasi puji-pujian,
  - menyampaikan cerita,
  - mengajarkan dan memimpin berdoa,
  - membawa anak mencintai dan menghayati firman Tuhan,
  - menciptakan aktivitas yang menarik,
  - dan sebagainya.

  Diambil dan diringkas dari:
  Judul asli artikel: Pembinaan yang Holistik dan Metode Anak Aktif
  Judul buku: Mereformasi Sekolah Minggu: 8 Kiat Praktis Menjadikan
              Sekolah Minggu Berpusat pada Anak
  Penulis: Paulus Lie
  Penerbit: PBMR ANDI, 2003
  Halaman: 50--56
____________________________________________________________________
TIPS

             PROSES BELAJAR MERUPAKAN KEBUTUHAN MURID

  Dalam proses mengajar, yang terpenting bukanlah hasil belajarnya,
  namun proses belajarnya. Apa saja aspek dari proses belajar yang
  dibutuhkan murid, terutama dalam kelas sekolah minggu?

  1. Memperkembangkan yang Terbaik

     Mementingkan proses belajar berarti mementingkan apa yang terbaik
     di dalam diri anak itu. Di dalam hal ini, kita mementingkan
     tanggung jawab sepenuhnya dari anak itu terhadap dirinya sendiri,
     orang lain, dan terhadap Tuhan. Inilah yang disebut sebagai watak
     Kristen.

  2. Berdasarkan Etika Kristen

     Mementingkan proses belajar berarti melindungi dan memerhatikan
     etika Kristen. Orang yang hanya mementingkan hasil yang terbaik
     saja, tidak menghiraukan proses belajarnya akan menghalalkan
     segala cara untuk mencapai sasaran. Di dalam mementingkan proses
     belajar, maka kita akan mementingkan cara yang beretika Kristen.
     Banyak orang tua dengan berbagai cara berusaha agar nilai anaknya
     menjadi lebih tinggi, akibatnya ada orang tua yang kemudian
     membeli nilai ujian atau membeli soal-soal ujian agar anaknya
     bisa mendapatkan nilai yang tinggi.

     Misalnya, jika seorang murid atau anak Anda pernah menjadi juara
     pertama dalam kelas, tetapi karena ia banyak membaca buku yang
     bermanfaat atau banyak membantu teman dalam belajar, akhirnya
     mungkin ia hanya menjadi juara kelima. Apakah anak itu Anda
     hukum? Apakah Anda memang menghendaki dan bangga jika anak itu
     mendapatkan juara pertama dengan melalui cara-cara yang keji
     dan kotor?

     Pernahkah Anda menegur anak Anda karena mendapatkan juara
     pertama? Saya belum pernah mendengarnya. Saya juga belum pernah
     mendengar seorang ayah yang membujuk anaknya untuk turun kelas,
     meskipun nilai rata-rata anak itu di atas tujuh, kecuali yang
     dilakukan oleh Pdt. Dr. Stephen Tong. Saya rasa Dr. Stephen Tong
     benar-benar mengerti apa yang sebenarnya menjadi nilai di dalam
     diri anak itu.

     Jika anak memiliki keyakinan dan tanggung jawab sepenuhnya, maka
     mengapa kita perlu mempedulikan nilainya? Kalau ia menjalankan
     kehendak Tuhan, mungkin ia lebih pandai dari yang lain. Jangan
     Anda kira semua anak yang mendapat juara pertama pasti akan
     sukses di dalam masyarakat.

  3. Mementingkan Pertumbuhan Karakter Kristen

     Saya mengenal seorang yang luar biasa pandainya, mendapat nilai
     yang tinggi di seluruh Singapura, sampai mendapat beasiswa untuk
     dikirim ke luar negeri. Ketika ia kembali, saya berbicara dengan
     isterinya, tepat di saat mereka sedang bertengkar mau bercerai.
     Isterinya mengatakan bahwa suaminya sampai lupa sudah berapa kali
     ganti pekerjaan. Pekerjaan yang paling lama di satu tempat,
     lamanya hanya setengah tahun. Sekarang ini, ia hanya memberikan
     les kepada anak SMP dan SMA. Itu pun yang terpanjang hanya
     setengah tahun. Dengan anak-anak muda pun ia berkelahi. Isterinya
     mengeluh, "Apa gunanya begitu pandai sampai mendapatkan beasiswa
     dari Presiden lalu dikirim ke Australia? Kalau berbicara dengan
     dia begitu pandainya, namun tidak ada gunanya."

     Orang seperti inikah yang kita inginkan? Kalau demikian, filsafat
     pendidikan hanya menuntut yang terbaik, prestasi sekolah, tetapi
     sama sekali tidak mengerti dan tidak menjalankan kehendak Tuhan.
     Kalau demikian, proses belajar harus lebih diperhatikan daripada
     hasil belajar. Kalau seseorang ingin bertanggung jawab
     sepenuhnya, maka filsafat pendidikannya bukan ingin menjadi yang
     terbaik. Yang terbaik seperti itu hanya satu sehingga ini akan
     menghancurkan mereka yang tidak menjadi yang terbaik. Kita harus
     mengubahnya dengan filsafat mengabdikan yang terbaik dari kita.
     Filsafat ini akan menyebabkan kita mengembangkan semua yang
     terbaik yang telah Tuhan berikan kepada kita.

     Kalau kita menggunakan filsafat menjadi yang terbaik, maka ketika
     seluruh kelas mendapat nilai 80, kita cukup mendapat nilai 81.
     Tetapi jika kita menggunakan filsafat mau mengembangkan yang
     terbaik, maka kita tidak akan berhenti di 81, tetapi kita akan
     berkembang terus sejauh yang kita bisa, dan juga akan
     mengembangkan diri di bidang-bidang lain selama kemungkinan itu
     dibukakan kepada kita. Saya ingin kita mengemukakan, ke mana kita
     akan mengarahkan pendidikan kita? Hanya kepada sekolah-sekolah
     unggulan sebagai kriteria sukses, untuk mengejar kesuksesan
     duniawi, ataukah kita akan mengejar watak dan kerohanian anak
     yang ingin kita bina untuk menjadi seorang anak Tuhan yang
     bertanggung jawab sepenuhnya di dalam hidupnya? Di dalam proses
     belajar, Anda membuat anak-anak bisa bertanggung jawab
     sepenuhnya, menjadi seorang yang dapat mengembangkan sepenuhnya
     apa yang Tuhan berikan kepada-Nya.

  Di dalam firman Tuhan dikatakan: "Janganlah kamu menjadi serupa
  dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu,
  sehingga kamu dapat membedakan, manakah kehendak Allah, apa yang
  baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna" (Roma 12:2).
  Kiranya Tuhan memberkati kita dengan pengenalan dan kemampuan
  mendidik secara Kristen yang lebih baik di masa-masa mendatang.

  Diambil dan disunting dari:
  Judul asli artikel: Penilaian Berdasarkan Proses Belajar
  Judul buku: Seni Membentuk Karakter Kristen
  Penulis buku: Dr. Mary Setiawani dan Pdt. Dr. Stephen Tong
  Penerbit: Lembaga Reformed Injili Indonesia, 1995
  Halaman: 25 -- 29
______________________________________________________________________
MUTIARA GURU

             "Dalam memuji atau mencintai seorang anak,
          kita tidak mencintai dan memuji untuk apa adanya,
         tetapi untuk apa yang kita harapkan" (J. W. Goethe)
______________________________________________________________________
BAHAN MENGAJAR

      MAUKAH KAMU MEMBERI MAKAN KEPADA ORANG YANG KELAPARAN?

  "Saya senang karena kita tidak diharuskan memberi makan kepada
  orang-orang yang kelaparan itu," kata Yudi.

  Ibu melihat majalah yang sedang dipegang Yudi. Di situ tampak
  potret berpuluh-puluh orang yang sedang kelaparan di Afrika.
  Beberapa di antara mereka tampak sangat kurus dan lapar.

  "Tetapi kita harus memberi mereka makan," kata ibu. "Paling tidak
  kita harus-membantu memberi mereka makan."

  Renungan singkat tentang hal menolong orang lain:

  1. Bila ada seseorang yang kelaparan, haruslah kita menolong memberi
     orang itu makan? Mengapa? Mengapa kita tidak boleh membiarkan
     orang itu kelaparan?

  2. Jika kamu kelaparan, apakah yang kamu inginkan agar dilakukan
     orang lain? Apakah kamu akan merasa senang jika ada seseorang
     yang menolongmu?

  "Ayah dan Ibu suka memberi uang kepada sebuah perkumpulan yang
  menolong memberi makan orang-orang yang kelaparan ini," kata ibu.
  "Kami kira itulah yang diinginkan Tuhan Yesus agar kita lakukan."

  "Apakah Tuhan Yesus akan menolong memberi makan orang-orang ini
  seandainya Ia ada di dunia ini?" tanya Yudi.

  "Ya, saya kira Ia akan melakukannya," kata ibu. "Ingatkah kamu
  bagaimana pada suatu hari Ia memberi makan kepada lima ribu orang
  yang sedang kelaparan?"

  Yudi pernah mendengar cerita itu di sekolah minggu.

  "Bolehkah saya memberikan sebagian makan malam saya kepada
  orang-orang ini, Bu?" tanya Yudi.

  "Ibu rasa cukup sulit mengirimkan makan malammu ke Afrika," kata
  ibu. "Tetapi jika kamu ingin memberikan sebagian uangmu kepada
  mereka, kami dapat menolongmu."

  Jadi itulah yang dilakukan Yudi. Mungkin kamu juga bersedia
  melakukannya.

  Renungan singkat tentang Tuhan Yesus dan anak:

  1. Berapa banyakkah orang yang pernah diberi makan oleh Tuhan Yesus
     pada satu hari? Bacalah Lukas 9:10-17.

  2. Mengapa Tuhan Yesus ingin agar kamu menolong memberi makan
     orang-orang yang sedang kelaparan? Mengapa Ia juga ingin agar kamu
     menolong mereka dengan cara-cara yang lain?

  Bacaan Alkitab: Matius 25:31-40.

  Kebenaran Alkitab: "Karena Allah sangat mengasihi kita, maka kita
  pun harus saling mengasihi" (1 Yohanes 4:11).

  Doa: "Ya Tuhan Yesus, Engkau mengasihi saya sehingga Engkau rela
  mati untuk saya. Biarlah saya mengasihi-Mu dan rela hidup bagi-Mu.
  Amin."

  Diambil dari:
  Judul artikel: Maukah Kamu Memberi Makan kepada Orang yang Kelaparan?
  Judul buku: 100 Renungan Singkat Untuk Anak-Anak
  Penulis: V. Gilbert Beers
  Penerbit: Yayasan Kalam Hidup, 1986
  Halaman: 180 -- 181
______________________________________________________________________
KESAKSIAN GSM

           SEKOLAH MINGGU ADALAH KEBUTUHAN ANAK-ANAK KRISTEN
                            Oleh: Kristin

  Aku masih ingat obrolan dari teman gerejaku yang sama-sama melayani
  di sekolah minggu, bahwa menjadi guru sekolah minggu memang tidak
  semudah yang dipikirkannya. Bebannya lebih berat karena yang kita
  hadapi adalah anak-anak yang notabene harus kita berikan pemberitaan
  dan pengajaran akan firman Tuhan dengan cara yang benar.

  Disadari atau tidak, kerinduan anak-anak untuk datang ke sekolah
  minggu mulai sedikit berkurang. Anak susah untuk duduk selama
  1,5 -- 2 jam guna mendengarkan firman Tuhan dan melakukan berbagai
  kreativitas. Guru harus memutar otak dan terus menggali dan belajar
  banyak untuk menjadikan sekolah minggu semakin menarik. Lepas dari
  hal tersebut, saya ingin berbagi tentang buku yang saya baca dan
  ternyata menjadi jawaban atas beberapa pertanyaan besar saya dan
  teman-teman sepelayanan anak.

  Buku berjudul "Guruku Sahabatku" karangan Novelina Laheba mampu
  memberikan batasan yang jelas kepada para guru sekolah minggu dalam
  mengajar dengan konsep aktif, partisipatif, menyenangkan, kreatif,
  dan sederhana. Wah, saya bersyukur sekali karena beberapa modul di
  dalamnya dapat saya pakai sebagai referensi dalam mengajar di tempat
  saya. Tetapi, satu hal yang saya pelajari dari buku tersebut, yaitu
  tentang bagian sekolah minggu adalah sebuah kebutuhan.

  Kita menyadari bahwa sekolah minggu adalah sebuah kebutuhan. Jika
  kita amati, kata kebutuhan menunjukkan bahwa sekolah minggu suatu
  hal yang sangat dibutuhkan bagi perkembangan anak-anak layan kita.
  Jika dilihat dari dua sisi, sekolah minggu mampu mengakomodir akan
  dua kebutuhan. Kebutuhan teologis dan kebutuhan psikologis.

  Dari aspek teologis bahwa kerajaan Allah adalah kebutuhan inti dari
  kehidupan manusia dan dunia. Allah menganugerahkan kerajaan Allah
  bagi kita dan semuanya akan digenapi pada akhir zaman. Manusia harus
  berpartisipasi merealisasikan akan hal tersebut, tanpa terkecuali
  anak-anak.

  Dari aspek kebutuhan psikologis, pendidikan agama Kristen yang dalam
  hal ini terdapat juga dalam sekolah minggu, merupakan hak dari anak-
  anak Kristen itu sendiri. Di sana terjadi proses pengembangan diri
  dan kepribadian. Anak-anak membutuhkan cara berpikir, cara perilaku,
  pengetahuan, emosi, dan mental yang sehat, karena hal tersebutlah
  yang dikehendaki Allah. sekolah minggu jangan sampai menjadi hal
  yang monoton, tetapi di dalamnya ada sebuah kegiatan yang hidup,
  penuh sukacita, dan ucapan syukur. Sekolah minggu mampu memenuhi
  kebutuhan anak akan kerajaan Allah yang kekal dan menjadi tempat
  yang baik untuk perkembangan anak.

  Akhir kata, semoga hal di atas bisa menjadi sebuah perenungan kita
  bersama, terlebih para pelayan anak. Selamat melayani!

  Diambil dan disunting seperlunya dari:
  Nama situs: Blog In-Christ.Net
  Penulis: Kristin
  Alamat URL: http://www.in-christ.net/blog/anak/sekolah_minggu_adalah_kebutuhan_anakanak_kristen
  Tanggal akses: 11 Agustus 2010
______________________________________________________________________
WARNET PENA

                         PANDUAN UNTUK GURU
               http://www.dltk-bible.com/guides/index.htm

  Melayani anak-anak sekolah minggu merupakan tugas mulia dan memunyai
  tanggung jawab yang besar. Pelayanan ini timbul dari orang-orang
  yang memunyai kerinduan dalam hati mereka untuk membawa anak-anak
  kepada Yesus. Apakah cukup hanya dengan kerinduan saja? Nah, pelayan
  anak juga perlu memerhatikan hal-hal lain yang dapat menunjang
  pelayanan ini. Pelayan anak perlu untuk memperlengkapi diri dengan
  pengetahuan Alkitab secara benar, pengetahuan tentang anak (sifat
  dasar, kebiasaan, kesukaan, dsb.), dan pengetahuan mengajar sekolah
  minggu yang baik. Situs dltk-bible.com/guides ini akan memberikan
  beberapa panduan untuk pelayan anak agar dalam mengajar terus
  mengalami perkembangan. Situs ini menyediakan 59 teacher guides,
  antara lain God Made Our World , God Made Me, Go Made a Promise, God
  Made Families Pt1-Pt4, God Saves His People Pt1-4, dsb. Silakan
  kunjungi situs ini untuk menambah wawasan dalam mengajar sekolah
  minggu. Selamat melayani! (STL)
_____________________________________________________________________
Alamat berlangganan: <subscribe-i-kan-BinaAnak(at)hub.xc.org>
Alamat berhenti: <unsubscribe-i-kan-BinaAnak(at)hub.xc.org>
Pertanyaan/saran/bahan: < owner-i-kan-BinaAnak(at)hub.xc.org >
Arsip e-BinaAnak: http://www.sabda.org/publikasi/e-binaanak
Pusat Elektronik Pelayanan Anak Kristen: http://pepak.sabda.org

Kunjungi Blog SABDA di: http://blog.sabda.org

Bergabunglah dalam forum diskusi pelayanan anak di In-Christ.Net di:
http://www.in-christ.net/forum/?board=8.0

Bergabunglah dalam Halaman Penggemar e-BinaAnak dan e-BinaGuru di:
http://fb.sabda.org/binaanak

Ikuti Twitter e-BinaAnak di: http://twitter.com/sabdabinaanak
______________________________________________________________________
Pimpinan Redaksi: Davida Welni Dana
Staf Redaksi: Santi Titik Lestari, Melina Martha

Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA
Didistribusikan melalui sistem network I-KAN
Copyright (c) 2010 e-BinaAnak / YLSA -- http://www.ylsa.org
Katalog SABDA: http://katalog.sabda.org
Rekening: BCA Pasar Legi Solo No. 0790266579 / a.n. Yulia Oeniyati

______________PUBLIKASI ELEKTRONIK UNTUK PEMBINAAN GURU_______________

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org