Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-binaanak/50 |
|
e-BinaAnak edisi 50 (26-10-2001)
|
|
><> Milis Publikasi Elektronik untuk Para Pembina Anak <>< Daftar Isi: Edisi 050/Oktober/2001 ----------- o/ SALAM DARI REDAKSI o/ ARTIKEL : Peran Sekolah Minggu dalam Membentuk Karakter Anak o/ TIPS MENGAJAR : Bagaimana Mengerti Karakter Anak yang Abnormal o/ SERBA-SERBI : Dia yang Memegang Saya o/ SHARING GURU SM : Sharing dari anggota Milis Diskusi e-BinaGuru (Sdr. Didi) o/ DARI ANDA UNTUK ANDA : Ahli Psikologi Anak *********************************************************************** Korespondensi dan kontribusi bahan dapat dikirimkan ke staf Redaksi di: Meilania <submit-BinaAnak@sabda.org> atau <owner-i-kan-BinaAnak@xc.org> *********************************************************************** o/ SALAM DARI REDAKSI Salam Sejahtera dalam Kristus, Melanjutkan pembahasan edisi minggu lalu, kali ini e-BinaAnak akan membahas peran Sekolah Minggu dalam membentuk karakter anak. Sekolah Minggu memiliki peran yang sangat besar dalam membentuk karakter Kristen anak karena Sekolah Minggu mengajarkan kebenaran Firman Tuhan, pengenalan anak pada Kristus dan membawa mereka untuk berada dalam pimpinan Roh kudus. Untuk itu guru SM harus sadar betul akan peranannya yang sangat penting, yaitu untuk memastikan bahwa SM betul-betul memberikan apa yang dibutuhkan untuk membentuk karakter Kristen anak. Selamat melayami, Tim Redaksi/Tabita "Jangan lagi kamu saling mendustai, karena kamu telah menanggalkan manusia lama serta kelakuannya, dan telah mengenakan manusia baru yang terus menerus diperbaharui untuk memperoleh pengetahuan yang benar menurut gambar Khaliknya." (Kolose 3:9-10) < http://www.bit.net.id/SABDA-Web/Kol/T_Kol3.htm 3:9 > ********************************************************************* o/ ARTIKEL PERAN SEKOLAH MINGGU DALAM MEMBENTUK KARAKTER ANAK ================================================== Dalam sebuah acara tanyajawab dengan Dr. Stephen Tong (yang ditulis dalam bukunya "Seni Membentuk Karakter Kristen"), salah seorang peserta bertanya: "Apakah peranan Sekolah Minggu dalam membentuk karakter anak?" Jawaban pertanyaan tsb. kami kutipkan di bawah ini: "Dalam soal waktu, Sekolah Minggu mempunyai bagian yang paling kecil dalam hidup seorang anak. Seorang anak mempunyai paling tidak tiga puluh lima sampai empat puluh sembilan jam per minggu di sekolah, dan mempunyai lebih dari seratus jam per minggu di rumah, namun hanya mempunyai waktu dua jam di Sekolah Minggu. Dalam soal keseimbangan, Sekolah Minggu mempunyai tugas yang terbesar, karena pembentukan karakter yang gagal di rumah atau tidak didapat di sekolah akan didapat di Sekolah Minggu. Guru-guru Sekolah Minggu mempunyai hak yang besar dalam pembentukan iman, pengharapan, kasih, firman, pengertian, doktrin, dan pimpinan Roh Kudus dalam diri anak-anak itu. Oleh sebab itu guru Sekolah Minggu tidak boleh menghina kedudukannya sebagai guru Sekolah Minggu. Seringkali sepatah kata mampu mengubah hidup seseorang. Demikian pula dengan Sekolah Minggu, yang walaupun hanya dua jam per minggu juga mampu memberikan pengaruh seumur hidup. Oleh karena itu waktu yang singkat tetap bernilai penting bila dipergunakan sebaik mungkin. Bila Tuhan bekerja didalamnya. maka sedetik perkataan akan mengubah masa depan anak didik kita." Pendapat beliau di atas menolong kita untuk mengerti bahwa jika Sekolah Minggu memiliki guru-guru yang mengajar anak-anak didiknya dengan benar maka peranan SM dapat memiliki peran yang sangat penting dalam pembentukan karakter anak. Oleh karena itu untuk menyambung pembahasan ini, kami akan kutipkan pendapat Dr. Stephen Tong tentang faktor-faktor apa yang berperan dalam pembentukan karakter yang dituliskan dalam bukunya yang berjudul :"Arsitek Jiwa". Menurut beliau ada 4 faktor yang sangat beperan dalam pembentukan karakter yaitu: Kebenaran, Agama, Kesulitan (kesengsaraan dan penganiayaan) dan Pembentukan Roh Kudus. Kami akan memberikan ringkasan dari masing-masing faktor tsb. sbb.: 1. Kebenaran --------- "Kebenaran bagi orang Kristen adalah dasar dan prinsip, rencana dan perintah-perintah Alkitab, yang terwujud di dalam diri Kristus dan pengajaran-Nya. Ini akan membentuk diri kita. Itu sebabnya, di dalam pendidikan dan pembentukan karakter, jangan lupa bahwa Firma Tuhan itu penting sekali. Pengajaran tentang Kristus menjadi sedemikian penting." Dr. Stephen Tong juga mengatakan bahwa dia kurang setuju dengan pemikiran John Locke mengenai "tabula rasa". Jika kita setuju dengan prinsip seperti ini, itu berarti kita tidak sesuai dengan kebenaran Alkitab, karena Alkitab mengatakan bahwa kita tidak dilahirkan dalam keadaan "kertas puith". tetapi kita sudah dilahirkan dengan dosa turunan. Dalam hal ini sebagai guru SM kita harus mengerti pokok pikiran teologi, supaya kita mengerti pokok-pokok yang diajarkan dalam Firman Tuhan. Oleh karena itu kita percaya bahwa hidup seorang anak tidak lagi betul-betul putih lagi. Disini kita mengerti bahwa "sebagai guru, selain kita menulis sesuatu kepada diri anak, kita terlebih dahulu juga harus mencuci dan membersihkan dia dengan darah Kristus. sehingga kertas itu bisa benar-benar putih dan bersih. Penting kita melihat pendidikan bekerja sama dengan penginjilan dan keselamatan." 2. Agama ----- Faktor kedua adalah agama. "Kalau pendidikan mengisi hidup, dan makna hidup dan mengarahkan jalan yang benar di dalam karakter manusia, maka agama mengontrol dan menguasai kepribadian. Karena pengotrolan ini, orang selalu mempunyai perasaan takut di bawah ikatan agama. Di mana agama berkuasa besar, di situ masyarkat atau manusia dihantui oleh suatu kekuatan supra-alami dan tidak berani sembarangan hidup. Hal ini baik untuk menjaga dan menghentikan berkembang dan merajalelanya kejahatan secara berlebihan itu. Itu berarti dengan semakin banyaknya agama di dalam dunia ini, lebih banyak orang tidak berani berbuat dosa." Namun, sebaik apa pun ajaran sebuah agama, tidaklah cukup untuk mampu mengubahkan kepribadian seseorang menjadi sosok pribadi baru yang mencerminkan kemuliaan Tuhan. Itu sebabnya Yesus berkata kepada seorang pemimpin agama terkemuka pada masa itu yang bernama Nikodemus, "Engkau harus dilahirkan kembali" (Yohanes 3:3). Oleh karena itu, Sekolah Minggu bukan mengajarkan agama kristen, melainkan memperkenalkan dan membawa anak-anak kepada Yesus Kristus yang sanggup mengubah diri mereka menjadi pribadi yang baru, suatu ciptaan baru, melalui peristiwa "dilahirkan kembali" /"kelahiran baru". Penting bagi guru Sekolah Minggu untuk terus menerus menyampaikan berita keselamatan serta membimbing anak- anak yang telah siap untuk menerima Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat mereka pribadi. 3. Kesulitan, Kesengsaraan dan Penganiayaan ---------------------------------------- Mengenai faktor ini Dr. Sthepen Tong mengatakan bahwa kesengsaraan-kesengsaraan atau kepahitan-kepahitan, mengukir, melatih, meneguhkan, tetapi sekaligus membahayakan satu kepribadian. Kesengsaraan dan kepahitan membentuk pribadi seseorang dan memberikan akibat kepada keputusan-keputusan yang akan pribadi ambil bagi pribadi itu sendiri. Peran Sekolah Minggu dalam hal ini adalah menolong anak-anak untuk belajar menerima bahwa hidup tidak senantiasa manis, kadang- kadang juga pahit. Namun guru perlu menolong anak untuk mengerti bahwa kepahiran tidak selalu mendatangkan malapetaka, adakalanya justru mendatangkan kebaikan kita. Kalau Tuhan ijinkan kesulitan dan kesengsaraan datang datang dalam hidup kita, maka kita harus bisa menggunakannya untuk membentuk karakter kita. 4. Roh Kudus --------- Roh Kudus memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk kepribadian dan karakter seorang anak, karena Roh Kuduslah yang akan memimpin, menolong, dan menyertai anak melalui kehidupan sehari-hari mereka. Roh Kudus dikirimkan Allah untuk menjadi Penolong bagi anak-anak-Nya. Mengenai hal ini Sthepen Tong menyarankan pada guru Sekolah Minggu untuk: a. Belajar dengan sungguh-sungghu tentang doktrin Roh Kudus. b. Sungguh-sungguh mau taat kepada Roh Kudus. c. Dengan penyerahan total menyadarka seluruh pelayanan guru Sekolah Minggu kepada pimpinan Roh Kudus, agar guru menikmati sukacita karena Roh Kudus memberikan minyak pengurapan kepada guru. d. Menyerahkan setiap pribadi yang diajar dan dididik kepada Roh Kudus dan mengajar mereka untuk taat kepada Roh Kudus. Oleh karena itu, Sekolah Minggu perlu mengajarkan kepada anak- anak bahwa Roh Kudus senantiasa memimpin dan menyertai mereka dimana pun dan dalam situasi apa pun. Guru Sekolah Minggu juga perlu mengajarkan pada anak untuk senantiasa taat pada pimpinan Roh, supaya mereka akhirnya boleh menjalani hidup ini di dalam kebenaran yang sejati, yaitu hidup di dalam terang Firman Tuhan. Melalui apa yang sudah kita bahas di atas, kita dapat mengambil kesimpulan bahwa Sekolah Minggu adalah peluang emas bagi anak untuk mengenal Kristus. Apabila anda mempunyai kesempatan untuk mengajar di Sekolah Minggu, maka sebenarnya ini suatu pintu kesempatan indah yang terbuka di hadapan anda. Usia muda, atau usia anak-anak, adalah masa yang paling tepat untuk membentuk karakter Kristen anak-anak. Siapkah anda dipakai Tuhan untuk menolong anak-anak itu memiliki karakter Kristen? Tuhan memberkati pelayanan anda! Sumber referensi yang dipakai: 1. Judul buku: Seni Membentuk Karakter Kristen Penulis : Dr. Mary Go Setiawani & Pdt. Dr. Stephen Tong Penerbit : Lembaga Reformed Injili Indonesia Halaman : 133 2. Judul buku: Arsitek Jiwa Penulis : Pdt. Dr. Stephen Tong Penerbit : Lembaga Reformed Injili Indonesia Halaman : 75-77 ********************************************************************* o/ TIPS MENGAJAR BAGAIMANA MENGERTI KARAKTER ANAK YANG ABNORMAL ============================================== Apa yang menyebabkan suatu ketika karakter bisa menjadi tidak normal? Dalam buku "Arsitek Jiwa", Dr. Sthepen Tong menuliskan ada tiga penyebabnya, yaitu: 1. Penerimaan Kasih yang Tidak Normal ---------------------------------- Inti yang disampaikan oleh Dr. Stephen Tong dalam bukunya tsb. a.l.: Kurang kasih maupun kasih yang berlebihan akan dapat merusak perkembangan pribadi seorang anak. Bila seorang anak kurang mendapatkan kasih, namun malah banyak mendapatkan tekanan dalam hidupnya, ia akan bertumbuh menjadi seorang yang membenci orang lain. Sebagaimana dia diperlakukan sewaktu masih kecil (misal: dihajar, diperlakukan tidak adil, tidak dihargai, dianaktirikan, dsb.), seperti itu jugalah dia akan memperlakukan orang lain. Anak semacam ini bukan saja membenci orang lain, tapi juga membenci dirinya sendiri. Sebaliknya, bila seorang anak terlalu berlebihan "dikasihi", akan membuatnya mempermainkan kasih serta menganggapnya terlalu murah. Hal ini menyebabkan dia tidak mempunyai pendirian emosi yang pasti. Oleh karena itu sebagai seorang guru Sekolah Minggu, anda harus mengajarkan cinta kasih yang murni dari Tuhan Yesus Kristus. Kasih yang rela berkorban, tapi juga kasih yang adil dan tegas. Jadilah guru SM yang memberikan cinta kasih yang tulus, cukup dan adil pada setiap anak di kelas anda. 2. Tidak Memiliki Identitas Diri ----------------------------- Menurut Dr. Stephen Tong jika seorang anak mempunyai identitas diri yang kuat, ia pasti juga akan mempunyai jiwa yang kuat. Sebaliknya, kalau seseorang kehilangan identitas diri dan harkatnya dalam masyarakat, tidak mungkin ia mempunyai jiwa yang sehat. Sebagai contoh, anak dari seorang pemabuk yang keluar masuk penjara, tentu akan merasa sangat malu bila orang lain mengenal siapa ayahnya. Dalam hal ini, kedudukan ayahnya menjadi dasar dari identitas dirinya dalam masyarakat. Oleh karena itu sebagai seorang Guru Sekolah Minggu, anda harus dapat menolong anak-anak untuk memiliki identitas di dalam Kristus. Mereka semua adalah anak-anak terang di dalam Tuhan Yesus Kristus, dan kewargaan mereka adalah di surga. Tegaskan bahwa Tuhan Yesus mengasihi setiap mereka tanpa memandang latar belakang keluarga atau sosial ekonomi mereka, dan bahwa mereka kini memiliki identitas yang baru sebagai "anak-anak Allah". 3. Tidak Memiliki Komunikasi yang Baik ----------------------------------- Dalam hal ini Dr. Stephen Tong berkata bahwa jika seseorang mempunyai objek komunikasi maka ia tidak akan mudah mengalami sakit jiwa. Pendapat ini juga sangat benar diterapkan bagi seorang anak, karena anak pun membutuhkan teman berbicara yang mau menerima dan mengerti dirinya. Biasanya seorang anak selain membutuhkan teman sebaya juga menginginkan hubungan yang akrab dengan orang dewasa yang menghargainya. Sebagai guru Sekolah Minggu, anda berpeluang besar untuk menjadi sahabat bagi murid- murid anda. Jadilah sahabat yang baik bagi setiap mereka, sahabat yang siap menampung segala kesulitan dan keluh kesah mereka. Dr. Stephen Tong juga memberikan nasehat agar jangan sekali-kali kita menghina atau menertawakan pendapat seorang anak sekalipun kadang-kadang pendapat anak kurang wajar. Lebih baik kita memberikan pengertian pada anak agar komunikasi tetap jalan. Anak-anak memang masih membutuhkan banyak bimbingan dan waktu untuk belajar bagaimana harus bersikap, berbicara, dan bertindak dengan benar. Jadilah "sahabat yang mempunyai telinga tapi tidak mempunyai mulut", maksudnya, pandai-pandailah menyimpan rahasia dari anak yang dipercayakan pada anda, karena guru seringkali lebih banyak menasehati tapi kurang mendengarkan. Dalam pembahasan mengenai "Karakter yang Abnormal" ini Dr. Stephen Tong menyimpulkan dan meminta: 1. Hendaklah kita menjadi guru-guru yang baik agar anak-anak yang dididik bisa mempunyai jiwa yang normal dan mempunyai identitas yang jelas di dalam pendidikannya. 2. Agar kita menjadi guru yang memberikan cinta kasih yang sungguh kepada anak-anak didik agar mereka mendapatkan kepuasan rohani yang luar biasa. 3. Di dalam mendidik anak, kita harus menjadi guru yang siap menampung kesulitan murid-murid dan jangan menghina dia. Sumber: Judul buku: Arsitek Jiwa Penulis : Pdt. Dr. Stephen Tong Penerbit : LRII Halaman : 71-74 ********************************************************************* o/ SERBA-SERBI Jiwa seorang anak sungguh berharga di mata Tuhan, bahkan anak-anak yang belum pernah mendengar tentang Dia, sperti kisah berikut ini: DIA YANG MEMEGANG SAYA ====================== Ada sepasang suami istri ateis yang mempunyai seorang anak perempuan. Pasangan ini tidak pernah menceritakan apapun kepada anaknya mengenai Tuhan. Suatu malam saat anak perempuan ini masih berumur 5 tahun, kedua orangtuanya bertengkar. Ayahnya menembak ibunya, selanjutnya ayahnya bunuh diri dengan menembak dirinya sendiri. Anak perempuan itu menyaksikan semua kejadian ini. Selanjutnya, dia dikirimkan ke keluarga yang mengangkatnya sebagai anak. Ibu angkatnya seorang Kristen dan membawa anak ini ke gereja. Pada hari pertama di Sekolah Minggu, ibu angkatnya mengatakan kepada guru SM bahwa anak ini belum pernah mendengar tentang Yesus, dan meminta agar lebih sabar dengan anak ini. Pada saat gurunya mengangkat gambar Yesus dan bertanya, "Hayo, siapa yang tahu ... gambar siapakah ini?" Anak perempuan dari keluarga atheis tadi menyahut, "Saya mengenalnya. Dialah yang memegang saya pada malam orangtua saya meninggal." Judul Asli : "The Man Who Held!" Dikirimkan oleh: Ferdinan <freandly@> ********************************************************************* o/ "SHARING" PENGALAMAN DARI GURU SEKOLAH MINGGU Guru Sekolah Minggu yang memiliki hati yang melayani dan mengasihi Kristus akan mengubah Sekolah Minggu menjadi tempat yang sangat istimewa, khususnya bagi anak-anak dari keluarga belum Kristen. Mengapa? Silakan membaca sharing yang ditulis oleh salah seorang anggota milis e-BinaGuru di bawah ini: ==Kiriman dari: Didi== >Saya dari keluarga bukan Kristen dan sewaktu kecil saya diikutkan >ke Sekolah Minggu sebagai langkah akhir dari upaya ibu saya untuk >mengatasi pemberontakan (kenakalan) saya. > >Ketika saya berjumpa dengan Kristus saya mengalami perubahan, dan >keluarga kamipun akhirnya percaya kepada Yesus. Ketika Kelas II >SMP saya berserta kakak saya (yang waktu itu kelas III SMP) >membuka pos SM di rumah kami. Awal mulanya saya meminta saudara >dan beberapa orang adik teman untuk datang. Mulai dari 3 anak >sampai 20 anak hadir. Hingga saat ini persekutuan SM tersebut >masih berjalan dan telah berlangsung selama 17 tahun. > >Puji Tuhan saat ini anak-anak yang dulunya murid SM dimana orang >tuanya bukan orang Kristen, sekarang mengajar generasi-generasi >baru ini, yang juga mayoritas dari keluarga bukan Kristen. >Sampai dengan saat ini gereja kami tidak mempunyai hamba Tuhan >yang khusus melayani SM. > >Saya melihat dan mengalami sendiri bahwa memang pembinaan itu >perlu, tapi kalaupun tidak ada sebagai kakak (guru yang lebih >senior) harus membimbing adiknya (guru yang lebih yunior). Tapi >terlebih dari itu pertumbuhan adalah dari Tuhan, yang penting >kita punya hati, jiwa dan akal budi untuk melayani. Kasih yang >mula-mula yang mendorong kita untuk melayani anak haruslah kita >pelihara, sehingga apapun masalahnya saya yakin kita tetap tegar. > >Kalau ternyata kita tidak punya sarana dan prasarana mengapa harus >mundur? Persekutuan SM yang dibuka di rumah saya 17 tahun yang >lalu oleh 2 orang anak SMP (yang kurang pengalaman), tidak >menggunakan gitar/alat musik lainnya, kelas SM pun (setelah dibagi >menjadi 3 kelas) hingga hari ini menggunakan ruang tamu dan ruang >makan untuk tempat persekutuan (di ruang tamu) dan duduknya di >lantai, kantung persembahan awalnya adalah dibuat oleh ayah & ibu >saya (tangkainya dari kawat & dijahit membentuk satu kantong yang >sampai hari ini setelah 17 tahun masih dipakai. > >Mungkin dari anak-anak SM punya kenangan yang manis tentang SM-nya >yang berbeda dengan SM anak-anak yang lain karena guru SM-nya mau >bermain & berbicara bersama setelah selesai SM. > >Ingat tidak lagu SM (mungkin sekarang jarang dinyanyikan): > "Aku gereja. Kau pun gereja. Kita sama-sama ke gereja .... > Gereja bukanlah gedungnya, dan bukan pula menaranya. > Bukalah pintunya. Lihat di dalamnya. Gereja adalah orangnya." > >Salam, >Didi Redaksi: "Untuk Sdr. Didi, 'ma kasih banyak untuk sharing yang anda kirimkan. Kami yakin pembaca akan mendapatkan pelajaran dan berkat dari sharing anda." ********************************************************************* o/ DARI ANDA UNTUK ANDA Dari : Robinson - PR <Robinson@> Subject: mohon informasi soal pembicara psikologi anak >Hallo , bolehkah saya mendapatkan informasi pembicara yang ahli >tentang "Psikologi anak". Kami memerlukan untuk Retreat Guru >Sekolah Minggu >Mohon informasinya >Robinson PR Redaksi: Beberapa peserta diskusi e-BinaGuru memberikan informasi yang mungkin berharga bagi pembaca e-BinaAnak. Namun kami juga perlu memberitahukan bahwa Redaksi tidak mengenal secara pribadi semua nama-nama yang diajukan tsb. Oleh karena itu ini hanya merupakan usulan yang harus dipertimbangkan sendiri oleh pembaca. Pembicara yang ahli tentang "Psikologi Anak" adalah: 1. DR. Paul Gunadi, dosen program MA Konseling, Seminari Alkitab Asia Tenggara (SAAT) Malang; beserta timnya: Ibu Esther T, S.Psi dan Bp. Herman. E-mail --cut-- 2. Ibu Lanny/Ibu Hosea dari Pusat Konseling UK Petra Surabaya. --cut-- 3. Ibu Henny E Wirawan M HUM, Psikolog dan dosen Psikologi Universitas Tarumanegara. Pernah menjadi pembicara di Pembinaan Guru-guru SM yang diadakan Yamari tentang peranan orangtua dalam menghadapi era globalisasi. Detailnya bisa hubungi telp.nya : --cut-- 4. Ibu Yamima, Psikolog Anak yang juga Istri dari Pendeta Gereja Siloam, Palembang. 5. Toninardi Wijono (Psikolog), aktif di Milis diskusi e-BinaGuru. E-mail: --cut-- Jika ada diantara anda ada yang membutuhkan alamat kontak mereka, mohon menghubungi redaksi di < staf-BinaAnak@sabda.org > atau < meilania@in-christ.net > Juga bila ada pembaca e-BinaAnak yang mengetahui nama-nama lain yang kompeten dalam Psikologi Anak, silakan memberikan informasi kepada Redaksi di alamat yang sama di atas. ********************************************************************* Untuk berlangganan kirim e-mail ke: <subscribe-i-kan-BinaAnak@xc.org> Untuk berhenti kirim e-mail ke: <unsubscribe-i-kan-BinaAnak@xc.org> Untuk arsip: http://hub.xc.org/scripts/lyris.pl?enter=i-kan-BinaAnak ********************************************************************* Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA Didistribusikan melalui sistem network I-KAN Copyright(c) e-BinaAnak 2001 YLSA
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |