Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-binaanak/576

e-BinaAnak edisi 576 (14-3-2012)

Paskah (II)

___e-BinaAnak (Milis Publikasi Elektronik untuk Para Pembina Anak)____

DAFTAR ISI
BAHAN MENGAJAR: PENGADILAN DAN PENYALIBAN YESUS
SUA PELAYAN ANAK: PERTANYAAN ANAK SEPUTAR KEMATIAN/KEBANGKITAN YESUS
                DAN TRADISI TELUR DALAM PASKAH SEKOLAH MINGGU

Shalom,

Bagaimana persiapan perayaan Paskah di sekolah minggu rekan-rekan
semua? Sejauh apa pun persiapan yang sudah dilakukan, biarlah semakin
menambah sukacita kita menyambut peringatan kasih Tuhan atas hidup
kita. Rasa lelah akan menjadi rasa sukacita ketika kita menyadari
benar tujuan sebenarnya dari setiap persiapan perayaan Paskah yang
kita kerjakan. Melalui peringatan Paskah, milikilah kerinduan untuk
mengenalkan betapa besar kasih Tuhan kepada setiap anak melalui
kematian dan kebangkitan-Nya. Selain itu, biarlah setiap jerih menjadi
satu ungkapan syukur atas karya terbesar Tuhan dalam hidup kita.

Minggu ini, simaklah suguhan bahan mengajar seputar peristiwa kematian
Kristus. Dalam kolom Sua Pelayan Anak, kita dapat menyimak pendapat
rekan-rekan kita melalui Facebook e-BinaAnak mengenai pertanyaan anak
seputar Paskah dan pendapat mengenai tradisi telur dalam Paskah
sekolah minggu.

Pemimpin Redaksi e-BinaAnak,
Davida Welni Dana
< evie(at)in-christ.net >
< http://pepak.sabda.org/ >

            BAHAN MENGAJAR: PENGADILAN DAN PENYALIBAN YESUS

PERSIAPAN GSM

I. Bahan Pelajaran

A. Ayat Alkitab: Lukas 3:21-22, 22:63-71, 23:1-12, 24-33; dan Yohanes 1:29.

B. Tujuan: menolong anak-anak untuk:
1. mengetahui: Bahwa pengorbanan Yesus yang dilakukan-Nya dengan rela
   itu adalah demi keselamatan mereka,
2. mengerti: Bahwa Yesus berkorban sedemikian karena sangat mengasihi
   mereka, dan
3. bersikap dan berbuat: Mengasihi Tuhan yang telah lebih dahulu
   mengasihi mereka.

C. Latar belakang alkitabiah:
Pada masa hidup Yesus, pemerintahan Israel dilakukan oleh Sanhedrin,
yaitu dewan majelis, di bawah pengawasan Herodes dan kemudian di bawah
wakil pemerintah Romawi. Sanhedrin dalam Alkitab disebut dengan
bermacam-macam nama. Kadang-kadang disebut "Mahkamah Agama" (Markus
14:55, demikian pula dalam Matius 5:22), tetapi juga "Majelis Tua-Tua"
(Kisah Para Rasul 22:5).

Badan itu terdiri atas 71 anggota, yakni Imam Besar yang menjadi
ketua, dan 70 orang lagi yang terkemuka. Dari orang-orang yang
terkemuka itu, banyak yang berasal dari keluarga-keluarga imam yang
ternama. Dalam Perjanjian Baru mereka sering disebut "imam-imam
kepala", yaitu imam-imam yang dianggap penting, karena termasuk juga
beberapa orang ahli Taurat yang terkemuka dalam Sanhedrin. Sanhedrin
itulah yang mengawasi persembahan untuk Bait Suci, dan harus
membicarakan serta mengurus berbagai soal keagamaan. Dan akhirnya
badan itu diserahi tugas pengadilan. Dalam soal-soal penting dapat
pula memberi putusan. Hanya kalau seseorang dijatuhi hukuman mati,
haruslah putusan hukuman itu disampaikan dulu kepada wakil pemerintah
Romawi untuk disahkan.

D. Untuk dipikirkan dan didoakan GSM:
Yohanes Pembaptis yang pertama mengerti, bahwa Yesus adalah Imam dan
bahwa Ia akan mengorbankan diri-Nya sampai mati. Dialah Anak Domba
Allah, seperti yang dikatakan Yesaya, "Yang dibawa ke pembantaian",
dan "penyakit kitalah yang ditanggungnya." (Yesaya 53:7,40)

Di surga kelak kita akan memuji Anak Domba Allah dengan penuh
kesadaran akan kuasa, kasih, dan rahmat-Nya (Wahyu 7:9-17).
Bagaimanakah dengan puji-pujian kita sekarang?

II. Bahan Penunjang

A. Ayat hafalan:

1 Petrus 3:18: "Sebab juga Kristus telah mati sekali untuk segala dosa
kita, Ia yang benar untuk orang-orang yang tidak benar, supaya Ia
membawa kita kepada Allah..."

B. Nyanyian: lagu-lagu tentang peristiwa kematian Yesus.

III. Dalam Kebaktian

A. Pengarahan:

1. Ayat hafalan.
   Anak-anak mencoba membaca tulisan ayat hafalan di papan tulis. Ayat
   ini panjang, akan tetapi sangat penting karena merupakan suatu
   pernyataan iman Kristen yang mendasar. Renungkanlah.

   Untuk memudahkan menghafalnya, bagilah ayat hafalan tersebut dalam
   tiga bagian, lalu hafalkanlah bagian demi bagian.

2. Penjelasan singkat untuk GSM.
   Berikut ini akan disampaikan cerita penyaliban Kristus. Supaya kita
   dapat menghayati peristiwa itu dengan lebih baik, maka kita akan
   melihatnya dari sudut orang banyak, yang diwakili oleh seorang
   tokoh khayali, yaitu seorang nenek Yahudi.

3. Inti Pelajaran.
   Hari masih pagi, baru kira-kira pukul 09.00 (oleh orang Yahudi
   waktu itu disebut pukul 15.00)

Laki-laki itu masuk ke rumahnya dengan tergesa-gesa. "Bu, Ibu.
Lihatlah hari ini ada arak-arakan lagi ke Golgota. Kuatkanlah hati
Ibu. Sebentar lagi orang itu akan disalibkan," katanya sambil
terengah-engah. Keringat membasahi wajahnya yang murung.

"Siapakah orang hukuman itu? Pembunuhkah?" tanya nenek, ibu pemuda itu.

"Bukan, Bu. Orang itu ... Yesus."

Bergetarlah hati nenek itu. "Yesus ...," terdengar bisiknya lemah.

Sejak mereka tinggal di Yerusalem, sudah beberapa kali mereka
menyaksikan arak-arakan serupa itu. Rumah mereka memang terletak di
tepi jalan yang menuju ke Golgota. Setiap peristiwa penyaliban membuat
nenek itu merasa ngeri. Betapa kejamnya pemerintah penjajah! Dan
sekarang, Yesuslah yang menjadi korban.

Tiga tahun yang lalu, nenek itu mendengar kabar tentang pembaptisan
Dia di sungai Yordan. Waktu itu Yohanes Pembaptis berseru tentang Dia,
"Lihatlah Anak Domba Allah yang menghapus dosa dunia." Kemudian ketika
Yesus naik dari sungai itu, terdengarlah suara dari surga yang
mengatakan, "Inilah Anak yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan."
Sejak itu, tersebarlah berbagai cerita tentang Dia. Ada sebagian orang
yang menyukai Dia, ada pula yang membenci Dia. Nenek itu sendiri
merasa tertarik kepada-Nya dan selalu bertanya-tanya tentang
pengajaran-Nya.

"Sebentar lagi mereka akan lewat di depan rumah kita," suara pemuda
itu mengganggu renungan si nenek.

"Dari mana kau tahu itu?" tanya nenek.

"Aku baru saja kembali dari halaman istana Pilatus," kata pemuda itu
sambil melangkah menuju jendela.

"Tapi ... mengapa Ia harus disalibkan?"

"Kata orang, Ia menyebut diri-Nya Anak Allah, Raja orang Yahudi."

"Aneh sekali," sahut si nenek.

"Ya, memang aneh. Seorang Yahudi yang sederhana berani menyebut
dirinya raja."

"Bukan. Bukan itu maksudku. Aku katakan aneh kalau orang dapat
disalibkan hanya karena menyebut dirinya raja."

"Ah, Ibu tidak mengerti. Bukankah itu berarti bahwa Ia menyamakan
diri-Nya dengan Kaisar? Lagi pula, aku dengar pemimpin-pemimpin kita
telah lama merencanakan pembunuhan ini," kata anaknya lagi.

"Mengapa begitu kejam? Apa sebabnya?" tanya si nenek sambil menoleh
kepada anaknya yang masih berdiri dekat jendela.

"Begini, Bu," kata anaknya. Sementara di luar terdengar suara orang
yang makin gaduh. "Sebaiknya kita keluar saja supaya kita melihatnya
dengan jelas."

"Baiklah," suara nenek itu bergetar. Mereka keluar, lalu berdiri di
tangga. Nenek itu memegang tangan anaknya erat-erat.

Si pemuda memulai ceritanya, "Semalam aku mendengar suara ribut-ribut
di luar. Aku mengintip dari celah pintu. Jalan gelap sekali, tapi
karena cahaya obor aku dapat melihat tentara-tentara Romawi sedang
menggiring seorang laki-laki berjanggut. `Bawa ke Sanhedrin! Ke
Sanhedrin!` orang banyak berteriak-teriak. `Ah, pasti pencuri,`
pikirku. Aku segera keluar dan menyelinap di antara orang banyak. Aku
ingin tahu siapa orang itu dan apa kesalahannya. Sesampainya di
Sanhedrin, aku melihat orang itu yang ternyata Yesus sedang ditanyai
oleh para pemimpin kita. Mereka bertanya apakah benar Dia adalah
Mesias yang dijanjikan Allah. Tapi Yesus diam saja. Ia tidak mau
menerangkan apa pun."

"Mengapa? Seharusnya Ia membela diri!" kata si nenek.

"Karena Ia tahu bahwa para pemimpin kita tidak akan memercayai
kata-kata-Nya," sahut anaknya. "Hanya pada akhirnya Ia berkata,
`Mulai sekarang kamu akan melihat Anak Manusia duduk di sebelah kanan
Allah.` Mendengar ucapan itu, bukan main marahnya para pemimpin kita
yang hadir di situ. Mereka ingin segera membunuh Yesus, tapi mereka
ingat bahwa mereka tidak berwewenang untuk menjatuhkan hukuman mati."

"Aku tidak mengerti soal wewenang seperti itu Nak," kata si nenek.

"Kita berada di bawah penjajahan kekaisaran Romawi. Menurut peraturan
yang berlaku, hanya kaisar yang dapat menjatuhkan hukuman mati. Oleh
karena itulah, mereka membawa-Nya ke hadapan Gubernur Pilatus. Tetapi
Pilatus pun tidak dapat menemukan kesalahan Yesus dan karena Dia
berasal dari Galilea, maka Pilatus menyerahkan perkara Yesus kepada
Herodes."

Cerita pemuda itu terputus karena tibanya rombongan di dekat rumah
mereka.

"Ada apa, ada apa?" terdengar teriakan orang yang makin banyak
berdatangan.

"Ibu, lihatlah itu," kata anaknya sambil menunjuk ke jalan. Mereka
akan segera lewat." Ibu dan anak itu meninggalkan rumah, ikut
berdesakan dengan orang ramai.

"Ke pinggir! Ke pinggir! Beri jalan!" perintah seorang tentara Romawi.
Beberapa orang tentara lainnya mendorong orang-orang yang ingin
menonton Yesus dari dekat. Tombak dan pedang dihunus untuk
menyingkirkan mereka yang menghalangi jalan. Yesus berjalan perlahan
sekali. Wajahnya yang pucat berlumuran darah yang mengucur dari
kening-Nya.

Nenek itu tidak tahan melihat Yesus yang begitu menderita. Beberapa
orang wanita mengiring-Nya. Mereka menangis dan mencoba menahan Yesus
sambil meratap. Yesus berpaling kepada mereka dan berkata, "Hai
puteri-puteri Yerusalem, janganlah kamu menangisi aku, melainkan
tangisilah dirimu sendiri dan anak-anakmu!"

Mendengar kata-kata yang begitu lembut, perasaan sejuk menyelinap di
hati si nenek.

"Tarrr!" terdengar cambuk tentara Romawi yang mendarat di punggung
Yesus. "Jalan terus! Cepat! Rombongan tidak boleh berhenti!" Komandan
tentara itu berteriak bengis. Tubuh Yesus menggeliat sedikit. Ia
berusaha menahan rasa perih-Nya karena cambukan itu.

Dengan tidak disadarinya nenek itu menarik tangan anaknya dan ikut
terbawa arus arak-arakan itu. Terus ke Golgota. Ia ingin sekali
mengetahui siapa Yesus yang dihukum itu sebenarnya.

Setelah sampai di Golgota, para prajurit memakukan Yesus ke kayu
salib, lalu memancangkan salib itu.

Tak jauh dari situ, beberapa orang wanita terisak-isak menangisi
Yesus. Nenek itu seorang dari antara mereka.

Tiba-tiba terasa bumi yang dipijak bergetar. Matahari tertutup awan
tebal. Cuaca menjadi gelap. Guruh menggelegar dan kilat
menyambar-nyambar. Saat itu Yesus berseru, "Bapa, ke dalam tangan-Mu
Kuserahkan nyawa-Ku."

Teringat lagi oleh ibu tua itu kata-kata yang berulang kali ia
renungkan,: "Lihatlah Anak Domba Allah, yang menghapus dosa dunia,"
dan "Inilah Anak Domba yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan.",
4. Penerapan firman Tuhan.

   "Lihatlah Anak Domba Allah, yang menghapus dosa dunia." Ketika
   Yohanes Pembaptis mengucapkan kata-kata itu, ia menunjuk kepada
   kejadian di Golgota hari itu. Sejak zaman Musa, anak-anak domba
   selalu dikorbankan untuk menghapus dosa orang yang
   mempersembahkannya. Sekarang Anak Allah sendiri datang dan memberi
   diri menjadi korban untuk semua orang. Satu persembahan yang
   sempurna dan cukup untuk semua manusia, angkatan demi angkatan.

   Maukah kamu mengucap syukur atas Domba-Nya itu serta pengampunan
   dosa yang kamu peroleh karena-Nya?

5. Aktivitas setelah pelajaran.
   Anak-anak mengerjakan aktivitas dengan cara merekatkan batang-
   batang korek api atau tusuk gigi pada selembar karton. Susunlah
   sedemikian rupa agar membentuk sebuah salib.

6. Doa penutup.
   Bersyukur atas pengorbanan Yesus di kayu salib untuk anak-anak
   serta memuji nama-Nya. (Diucapkan oleh seorang anak.)

Diambil dan disunting dari:
Judul buku: Suluh Sekolah Minggu
Judul artikel: Pengadilan dan Penyaliban
Penulis: Tidak dicantumkan
Penerbit: Seksi Kurikulum Komisi Anak Sinode GKI Jabar, Bandung 1984
Halaman: 79 -- 86

              SUA PELAYANAN ANAK: PERTANYAAN ANAK SEPUTAR
                    KEMATIAN DAN KEBANGKITAN YESUS

1. e-BinaAnak, 23 Januari 2012: Pertanyaan-pertanyaan seputar apa yang
sering anak-anak ajukan kepada Anda, sehubungan dengan kematian dan
kebangkitan Yesus? Bagaimana cara Anda menjelaskannya? Silakan share
ya :)

Melce Y. Lomi: Saya jadi teringat kepada putri saya Riska (7 tahun)
yang bertanya: Mami, kenapa sih Tuhan Yesus harus di salib? Saya
menjawab: karena Tuhan Yesus sangat sayang kepada Riska, Mama, Papa,
dan semua orang di dunia ini, sehingga Tuhan Yesus rela mati di salib
untuk memikul dosa-dosa manusia. Kemudian putri saya bertanya lagi:
Kalau Tuhan Yesus sudah bangkit, sekarang Tuhan Yesus ada di mana?
Kemudian saya menjawab: Sekarang Tuhan Yesus sudah ada di surga sedang
berdoa untuk kita sebagai anak-anaknya, supaya kita tetap selalu
sungguh-sungguh dengan Tuhan selama kita hidup di dunia ini. Dan,
jangan lupa ada Roh Kudus yang Tuhan kirimkan bagi kita untuk menolong
kita selalu, Nak.

e-BinaAnak: Terima kasih Melce Y. Lomi sangat memberkati. Kiranya jadi
berkat pula bagi rekan-rekan yang lain. Ayo, sharing dari rekan yang
lain tetap ditunggu :) Kiranya Tuhan memakai setiap sharing untuk
memberikan hikmat dalam mengajarkan tentang makna kematian dan
kebangkitan-Nya kepada anak-anak.

Melce Y. Lomi: Sama-sama e-BinaAnak. Oh iya... sejak itu setiap kali
putri saya melihat film "The Passion....", pasti matanya berkaca-kaca
(menangis) karena begitu terharu hatinya.... (saya tidak akan pernah
lupa saat-saat itu.)

Rekan-rekan yang lain yang ingin berbagi pula, silakan berkomentar di
Facebook e-BinaAnak dan e-BinaGuru. Silakan masuk dalam URL di bawah
ini.

Sumber: http://www.facebook.com/sabdabinaanak/posts/10150500838801629

2. e-BinaAnak, 26 Januari 2012: Bagaimana pendapat Anda mengenai
tradisi "telur" dalam kegiatan Paskah di sekolah minggu?

Rigson Taulu: Tidak alkitabiah, karena paskah dalam Alkitab adalah
peristiwa penyelamatan Tuhan kepada bangsa Israel untuk keluar dari
Mesir, yang juga digenapi oleh Yesus yang disalibkan untuk menjadi
korban bagi penebusan dosa kita, sedangkan tradisi telur paskah
diadopsi dari tradisi paganisme (penyembahan kepada dewi easter)....
makanya paskah Kristen adalah "PASSOVER" bukan "EASTER"
< http://www.facebook.com/note.php?note_id=10150159907925518 >

Theresia Erni: Walau tak alkitabiah, menurut saya sah-sah saja. Asal,
didahului dengan penyampaian yang benar (misal: lambang kehidupan
baru, di mana kita juga harus hidup baru setelah berpuasa selama 40
hari, dsb..) Selain itu juga menambah variasi permainan anak-anak
sekolah minggu yang mengasyikkan. Yang penting INTI PESAN PASKAH
jangan dilupakan setiap guru-guru SM yang melakukan kegiatan dengan
telur pada saat Paskah.

Melce Y. Lomi: Tradisi telur dan sejarahnya perlu kita pahami dulu
dengan baik. Jika ada hal-hal yang tidak baik, janganlah diambil.
Sebaliknya, jika tradisi dan sejarah "telur Paskah" ada hal-hal yang
baik untuk bisa disampaikan kepada anak-anak, why not?!?! Intinya,
kita perlu jelaskan kepada anak-anak inti dari makna Paskah itu
sendiri: Yesus mati dan bangkit untuk selamatkan manusia.

Rekan-rekan yang lain yang ingin berbagi pula, silakan berkomentar di
Facebook e-BinaAnak dan e-BinaGuru. Silakan masuk dalam URL di bawah ini.

Sumber: http://www.facebook.com/sabdabinaanak/posts/10150505748936629

Kontak: < binaanak(at)sabda.org >
Redaksi: Davida Welni Dana, Santi Titik Lestari, dan Melina Martha
(c) 2012 -- Yayasan Lembaga SABDA
< http://www.ylsa.org >
Rekening: BCA Pasar Legi Solo;
No. 0790266579
a.n. Yulia Oeniyati
< http://blog.sabda.org/ >
< http://fb.sabda.org/binaanak >
Berlangganan: < subscribe-i-kan-BinaAnak(at)hub.xc.org >
Berhenti: < unsubscribe-i-kan-BinaAnak(at)hub.xc.org >

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org