Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-binaanak/61 |
|
e-BinaAnak edisi 61 (30-1-2002)
|
|
><> Milis Publikasi Elektronik untuk Para Pembina Anak <>< Daftar Isi: Edisi 061/Januari/2002 ----------- o/ SALAM DARI REDAKSI o/ ARTIKEL : Pembagian Kelas o/ TIPS MENGAJAR : Kelas Sebagai Lingkungan Belajar o/ SERBA-SERBI : Pertanyaan Seputar Ruang Kelas o/ DARI ANDA UNTUK ANDA : Masukan Mengenai Perekrutan GSM ********************************************************************** Korespondensi dan kontribusi bahan dapat dikirimkan ke staf Redaksi: <submit-BinaAnak@sabda.org> atau <owner-i-kan-BinaAnak@xc.org> ********************************************************************** o/ SALAM DARI REDAKSI Salam Sejahtera dalam Kasih Kristus, Seperti telah kami beritahukan pada edisi yang lalu, akhir Januari ini kita akan membahas topik tentang "Pembagian Kelas". Pada topik bahasan ini, kami tertarik untuk melihat pentingnya Sekolah Minggu membagi kelas-kelasnya dalam kelompok yang kecil. Keuntungannya sangat jelas, pada kelompok kecil anak-anak akan mendapat perhatian yang lebih banyak dan anak-anak lebih terkontrol. Tujuan utama dalam pelayanan SM adalah memberikan sentuhan pribadi kepada anak-anak agar mereka secara pribadi boleh menerima Kristus. Namun dibalik itu, sebenarnya ada prinsip penting lain mengapa jumlah anak di kelas-kelas SM disarankan tidak besar, yaitu untuk memberi kesempatan agar Sekolah Minggu anda bertumbuh. Di kelas yang jumlah muridnya banyak, hampir dikata kelas itu sulit untuk bertumbuh lebih besar lagi. Oleh karena itu, marilah kita mempelajari lebih dalam lagi tentang pembagian kelas di Sekolah Minggu, karena ternyata dalam membagi kelas terdapat prinsip-prinsip dan strategi yang dapat menolong kita merencanakan Sekolah Minggu dengan lebih baik. Selamat membaca, Tim Redaksi "Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar. Dan barangsiapa tidak benar dalam perkara- perkara kecil, ia tidak benar juga dalam perkara-perkara besar." (Lukas 16:10) < http://www.bit.net.id/SABDA-Web/Luk/T_Luk16.htm 16:10 > ********************************************************************** o/ ARTIKEL PEMBAGIAN KELAS-KELAS ===================== "Yesus membawa kedua belas orang pengikut-Nya menyendiri, lalu berkata kepada mereka, "Perhatikanlah baik-baik!" (Lukas 18:31, BIS) Meskipun Tuhan Yesus sering berkotbah di hadapan banyak orang, namun sebagian besar pelayanan-Nya ditujukan kepada perseorangan atau kelompok kecil saja. Dalam kitab-kitab Injil sering kita temukan kata-kata seperti, "Yesus memanggil kedua belas orang pengikut-Nya menyendiri...", "Yesus duduk makan bersama-sama dengan kedua belas murid itu....". Dan dengan "kelas"-Nya yang terdiri dari dua belas murid atau pelajar itu, mulailah Yesus mengajar. Dia ingin agar mereka mengetahui misi-Nya untuk datang ke bumi ini, dan mengajarkan kepada mereka tanggung jawab untuk menyebarkan Injil ke seluruh dunia. Murid-murid Yesus selalu ada bersama-sama dengan Dia di antara orang banyak, tetapi apabila Dia ingin mengajarkan sesuatu kebenaran khusus kepada mereka, Dia membawa mereka menyendiri. Kristus tahu bahwa hal mengajar yang sesungguhnya bukan sekedar berbicara kepada orang banyak saja. Mengajar berarti bahwa murid-Nya belajar, dan belajar meminta perubahan untuk terjadi dalam pikiran dan tindakan murid-murid-Nya. Kristus tahu keuntungan-keuntungan mengajar di kelompok kecil. Perhatikan beberapa cara mengajar yang dapat kita pelajari dari teladan-Nya: (1) Yesus kenal murid-murid-Nya dan mengetahui kebutuhan mereka -- Dia berkunjung ke rumah mereka, Markus 1:29. (2) Dia mengadakan hubungan pribadi yang sangat penting bagi pengajaran yang baik -- Dia memanggil mereka dengan nama mereka, Yohanes 21:15. (3) Dia mengerti dan memecahkan keperluan dan masalah pribadi mereka -- Dia menjawab pertanyaan mereka, Yohanes 14:5-6. (4) Yesus mengajarkan kebenaran-kebenaran yang baru dan sukar dalam hubungannya dengan apa yang telah mereka ketahui -- Dia berbicara mengenai tanah dan benih untuk menolong mereka memahami hal "menaburkan Firman Allah", Markus 4:2-3,10,14. Dewasa ini ada guru-guru yang belum mengetahui rahasia ini. Mereka berusaha keras untuk mengajar di kelompok-kelompok yang besar, padahal Yesus, Guru Agung itu, tidak melakukan hal seperti itu! Dua belas orang dalam sebuah kelas pasti merupakan jumlah yang baik -- jumlah itulah yang ada dalam kelas Yesus. Ikutilah teladan Kristus dengan mengadakan kelas-kelas yang kecil dalam Sekolah Minggu. 1. MENGGOLONGKAN MURID-MURID Ada tiga golongan atau kelompok yang umum dalam masyarakat, yaitu orang dewasa, kaum remaja, dan anak-anak. Umur-umur yang biasa ditetapkan bagi ketiga kelompok ini adalah: Dewasa = usia 26 tahun ke atas; Remaja/Pemuda = usia 13-25 tahun; dan Anak-anak = usia 12 tahun ke bawah (bayi = usia 0-3 tahun, termasuk dalam kelompok anak-anak). Masing-masing kelompok umur mempunyai kemampuan belajar dan kebutuhan yang berbeda-beda, antara kelompok yang satu dengan kelompok umur yang lain. Karenanya, masing-masing kelompok harus diajar dengan cara-cara yang berbeda pula. Jelas sekali bahwa seorang laki-laki lulusan perguruan tinggi, yang mengepalai satu perusahaan, sudah berkeluarga dan mempunyai empat orang anak, akan mempunyai kebutuhan dan kemampuan belajar yang berbeda dengan seorang anak laki-laki usia 10 tahun yang masih bersekolah di Sekolah Dasar. Mengajar harus dilakukan dengan cara yang sedemikian rupa yang sesuai dengan kemampuan yang ada serta memenuhi kebutuhan pribadi mereka. Pada masing-masing kelompok umur yang disebutkan di atas, masih terdapat juga banyak perbedaan. Karenanya, harus ada sejumlah kelas dalam tiap-tiap kelompok umur yang umum. Pembagian Kelas untuk Anak-anak: -------------------------------- Harus diadakan banyak kelas untuk anak-anak. Bahkan dalam Sekolah Minggu terkecilpun harus ada Kelas Kanak-kanak (4-6 tahun), Kelas Pratama (7-9 tahun) dan Kelas Madya (10-12 tahun). Ketika sekolah Minggu berkembang dan setiap kelas makin banyak jumlah anggotanya, maka kelas-kelas tersebut sebaiknya dibagi menurut umur dan jumlah maksimal dalam kelas. Akan lebih baik jika jumlah anak tidak melebihi 15 orang dalam satu kelas. Jadi Sekolah Minggu didorong untuk mengadakan banyak kelas anak-anak dengan tempat dan gurunya sendiri-sendiri. Bayi, umur 0-3 tahun, harus selalu ikut ibunya! Jangan mereka disuruh duduk dengan kakaknya atau dibiarkan berjalan ke sana ke sini. Taraf pengertian mereka tidak sama dengan anak-anak yang berumur 4 dan 5 tahun. Kalau ada di kelas yang sama mereka akan menyebabkan anak-anak yang lebih besar tidak bisa belajar. Seorang wanita, yang pandai mengasuh anak-anak, dapat diminta untuk menjaga semua anak umur 0-3 tahun dalam sebuah kelas bayi selama jam Sekolah Minggu. Memang ada hal-hal yang bisa diajarkan kepada anak batita (anak di bawah usia tiga tahun) tetapi harus sesuai dengan taraf pengertian umur mereka. Jadi adakan sebuah kelas khusus untuk anak umur 2-3 tahun. 2. MEMBAGI KELAS-KELAS Bilakah sebuah kelas harus dibagi menjadi dua kelas terpisah? Kelas- kelas Sekolah Minggu idealnya memiliki 8 sampai 15 anak saja. Namun demkian, jika misalnya ada 16 anak, tidak berarti anda harus menyuruh yang seorang pulang! Setiap kelas kadang-kadang juga akan kedatangan anak-anak baru (tamu) setiap minggunya. Jika yang hadir secara rutin mencapai sekitar 20 orang, kelas itu sebaiknya dibagi dalam dua kelompok, masing-masing dengan seorang guru dan tempat pertemuan yang berbeda. Kelas yang memiliki jumlah anak yang terlalu banyak ada kerugiannya. Seorang guru mempunyai kewajiban tertentu yang hampir tidak mungkin dilaksanakan jika kelas itu beranggotakan lebih dari 30 orang. Kebutuhan-kebutuhan berikut ini perlu diingat sebagai kewajiban yang harus dipenuhi guru: a. Kebutuhan Rohani ---------------- Seorang guru harus memenuhi kebutuhan rohani setiap anak dalam kelasnya. Untuk mengetahui kebutuhan itu, seorang guru harus mengenal murid-muridnya. Simaklah pertanyaan-pertanyaan ini: - Dapatkah saudara memanggil tiap-tiap murid menurut namanya? - Tahukah saudara dimana mereka tinggal? - Pernahkah saudara mengunjungi mereka? - Sudahkah mereka dilahirkan kembali? - Sudahkah mereka dipenuhi Roh Kudus? - Siapakah nama sahabat-sahabat mereka? - Pernahkah mereka bersaksi tentang Kristus dan memenangkan jiwa bagi-Nya? - Apa yang sebenarnya saudara ketahui tentang masing-masing murid? - Jika saudara tidak mengetahui apa-apa tentang kehidupannya di luar gedung gereja, bagaimana saudara dapat memenuhi kebutuhan emosi dan rohaninya? Dan jika saudara mempunyai kelas yang beranggotakan lebih dari 15-20 anak, saudara tidak akan bisa mengenal tiap-tiap anak secara pribadi. b. Perkunjungan ------------ Kelas harus dibagi jika menjadi lebih besar, sehingga saudara bisa mengetahui siapa anak baru, dan siapa yang tidak hadir. Orang-orang tersebut harus dihubungi atau dikunjungi oleh guru. Jika kelas itu terlalu besar, sukarlah mengadakan perkunjungan yang diperlukan. c. Pengajaran yang Efektif ----------------------- Memang sulit untuk tetap menawan perhatian kelas dan memberi pelajaran yang memenuhi kebutuhan masing-masing murid, jika kelas itu terlalu besar. Jika jumlahnya besar, tempat duduk seringkali kurang mencukupi. Murid-murid tidak akan belajar dengan baik jika mereka terlalu berdesak-desakan. Untuk mengajar dengan efektif, bagilah kelas-kelas yang terlalu besar menjadi kelas yang lebih kecil. 3. MEMPERSIAPKAN PEMBAGIAN KELAS Pengurus/pemimpin Sekolah Minggu bertanggung jawab untuk memikirkan dan merencanakan pembagian kelas-kelas di Sekolah Minggu, termasuk kemungkinan pembentukan kelas-kelas baru sebagai akibat dari perkembangan pelayanan yang berhasil. Ada tiga hal yang diperlukan dalam perencanaan ini: a. Guru-guru yang Memenuhi Persyaratan ----------------------------------- Pengurus/pemimpin Sekolah Minggu bertanggung jawab untuk mengadakan pendidikan atau training bagi guru-guru SM, supaya tersedia guru-guru yang memenuhi syarat, yang mampu mengajar di kelas-kelas secara bertanggungjawab. Lebih-lebih jika SM merencanakan untuk memperluas dan mengembangkan pelayanannya, maka dibutuhkan guru-guru baru yang sudah lebih dahulu dilatih untuk mengajar dan memimpin kelas-kelas baru. b. Tambahan Ruangan Kelas ---------------------- Salah satu masalah dalam pembagian kelas adalah sulitnya menyediakan tempat untuk pembentukan kelas-kelas baru yang dibutuhkan. Jika tidak ada tempat dalam gedung yang sedang dipakai, maka seluruh anggota gereja dapat bekerja sama untuk membangun ruangan-ruangan Sekolah Minggu atau menemukan tempat- tempat baru sebagai suatu antisipasi terhadap pertumbuhan pelayanan SM. Dengan limpah Allah akan memberkati gereja yang memiliki pandangan untuk ingin selalu bertumbuh. Gedung sekolah yang dekat dengan gereja atau rumah jemaat yang berdekatan dengan gereja boleh juga menjadi alternatif tempat baru. Lakukan pendekatan yang baik dengan jemaat tsb. dan bicarakan kebutuhan untuk satu ruangan yang dapat dipakai tsb. untuk satu kelas SM. Yakinkan bahwa ruangan yang akan dipakai tsb. akan dipelihara dengan baik dan ditinggalkan dalam keadaan bersih dan rapi setelah dipergunakan untuk Sekolah Minggu. Tunjukkan sikap penghargaan dan rasa hormat terhadap pemilik rumah. Apabila di kemudian hari tempat itu tidak diperlukan lagi, jangan lupa menyampaikan terima kasih kepada mereka. c. Membuat Perencanaan ------------------- Buatlah rapat bersama dengan semua guru SM, bahkan dengan pengurus gereja untuk membicarakan dan merencanakan bersama tentang pembagian kelas dan bagaimana mengantisipasi pembentukan kelas-kelas baru. Para guru harus ikut bekerja bersama jika kelas mereka harus dibagi. Masalah pembagian kelas berhubungan erat dengan seberapa jauh gereja ingin agar Sekolah Minggunya berkembang. Oleh karena itu sebelum mengadakan berbagai acara untuk "memenangkan jiwa baru" (misalnya, mengadakan acara Pekan Anak-anak, KKR, dll.) harus dibuat rencana persiapan dengan matang tentang pembagian kelas- kelas. Karena jika kehadiran jumlah anak-anak yang datang ke Sekolah Minggu meningkat, maka hal ini akan mengubah keadaan kepadatan kelas, sehingga perlu dipikirkan lebih dahulu bagaimana mempersiapkan kelas-kelasnya. Jangan membagi kelas setelah kelas menjadi besar, karena secara psikologis anak-anak baru akan menjadi kecewa kalau ternyata mereka harus berpisah dengan teman- teman yang baru dikenalnya. Oleh karena itu lebih baik menyiapkan kelas kecil untuk menjadi besar daripada membagi kelas besar menjadi kelas kecil. Pada waktu yang bersamaan perlu dipikirkan apa saja yang diperlukan ketika kita ada pembagian kelas-kelas baru. Ada tiga hal yang perlu dipersiapkan yaitu: kebutuhan untuk adanya guru- guru baru, ruangan kelas baru dan penambahan bahan pelajaran (karena bahan yang ada pasti sudah tidak mencukupi lagi). 4. KAPAN SEBUAH KELAS PERLU DIPECAH MENJADI DUA? Mengapa perlu membagi kelas besar dan menjadikannya dua kelas? Karena sukar dan hampir tidak mungkin untuk seorang guru mengajar dengan efektif dalam sebuah kelas yang terlalu besar. Kapan waktu yang tepat untuk membagi sebuah kelas? Ketika jumlah yang hadir mulai konstan sekitar 20 orang. Tujuan guru mengajar di kelas adalah untuk memenuhi kebutuhan pribadi muridnya. Guru mengajar sesuai dengan kemampuan murid agar murid dapat mengerti dan belajar apa yang kita ajarkan. Dalam kelas yang cukup kecil murid akan mendapat perhatian pribadi, maka akan terjadi hal-hal yang menakjubkan. Mereka tidak saja belajar dan mengalami perubahan (alasan untuk mengajar), tetapi mereka juga akan rindu membawa teman-teman mereka untuk juga menikmati apa yang mereka sendiri telah nikmati. Demikianlah jumlah murid di kelas akan bertambah secara alami! Jika kemudian kelas saudara bertambah secara konstan dan mencapai jumlah yang terlalu besar, maka sudah saatnya anda membaginya menjadi dua kelas. Dengan perhatian yang cukup dan pengajaran yang baik, ke dua kelas tersebut akan terus bertumbuh. Tidak lama kemudian saudara sudah mempunyai dua kelas lagi yang cukup besar untuk dibagi lagi - sehingga menjadi empat kelas! Itulah suatu hal yang mengherankan, sebab biasanya proses membagi adalah membuat sesuatu hal menjadi lebih kecil. Tetapi kelas-kelas yang lebih kecil dengan guru-guru yang menaruh perhatian pada murid-muridnya tidak akan tetap kecil. Karenanya kita dapat mengatakan bahwa membagi dan membuat kelas-kelas baru akan menambah kehadiran Sekolah Minggu. Suatu mujizat telah terjadi! Jadi, marilah kita membagi dan menambah! Tulisan ini diambil dan diedit dari sumber: Judul Buku: Pola Dasar Perkembangan Sekolah Minggu Pengarang : AGLC-Teaching Ministries Accra, Ghana Penerbit : Gandum Mas, Malang, 1987 Halaman : 18 - 23 ********************************************************************** o/ TIPS MENGAJAR Menurut B.S. Sidjabat, dalam tulisannya yang berjudul "Masalah Lingkungan Belajar dan Motivasi", ada tiga hal penting berkaitan dengan cara meningkatkan efektivitas belajar, yaitu faktor lingkungan belajar atau ukuran kelas yang besar, masalah disiplin, dan motivasi belajar. Sesuai dengan topik Pembagian Kelas yang dibahas dalam edisi ini, maka akan diulas salah satu dari ketiga hal tersebut yaitu lingkungan belajar atau ukuran kelas yang besar. LINGKUNGAN BELAJAR ================== B.S. Sidjabat menuliskan bahwa: Penelitian mengungkapkan bahwa efektivitas belajar terjadi jauh lebih besar dalam kelas kecil, daripada dalam kelas besar (lebih dari 20 peserta). McKeachie, dalam "Teaching Tips" (1986), menyatakan bahwa dalam kelas kecil banyak keuntungan yang dapat diperoleh. Dua diantaranya dijelaskan berikut ini: 1. Kelas ukuran kecil sangat baik dalam meningkatkan gairah dan kemampuan belajar mereka yang memiliki motivasi rendah sebab guru dapat menyapa masing-masing peserta secara pribadi. Juga kelas ukuran ini dapat meningkatkan gairah belajar bagi mereka yang "masih hijau" terhadap pengajaran yang disajikan. Di samping itu, dalam kelompok kecil segi-segi aplikatif, dan sintesis dari pengajaran dapat lebih diperbincangkan. 2. Dalam kelas ukuran kecil guru memiliki kesempatan yang relatif besar untuk berinteraksi dengan peserta didiknya. Intensifnya interaksi menunjukkan bahwa guru menaruh perhatian terhadap keberadaan dan kebutuhan mareka. Rasa dihargai akan muncul dalam diri peserta didik. Sudah tentu hal demikian sangat bermanfaat bagi diri peserta didik. Sudah tentu hal demikian sangat bermanfaat bagi tujuan yang menekankan segi-segi penerapan, analisis, sintesis, serta pemikiran kritis. Pembahasan suatu pokok bahasan secara kritis selalu dapat dilakukan secara bersama-sama. Dalam kelas ukuran besar sebaliknya guru memiliki kesempatan yang relatif kecil untuk lebih mengenal peserta didiknya. Sering peserta didik merasa kurang terlibat atau tidak perlu terlibat dalam kegiatan diskusi. Mereka hadir untuk memenuhi jumlah kehadiran, yang mungkin sebagai prasyarat bagi kelulusan. Kelas ukuran besar juga cenderung memusatkan kegiatan mengajarnya kepada guru. Untuk memukau perhatian peserta didik selama pengajaran berlangsung, guru harus mengadakan persiapan yang sangat matang sehingga dapat mengemukakan ide-ide secara jelas, sistematis, disertai contoh-contoh yang konkret. Bahan diambil dari sumber: Judul Buku: Menjadi Guru Profesional -- Sebuah Perspektif Kristiani Penulis : B.S. Sidjabat, Ed.D Penerbit : Kalam Hidup, Bandung, 1994 Halaman : 106 - 107 ********************************************************************** o/ SERBA-SERBI PERTANYAAN SEPUTAR RUANG KELAS =============================== Ruang kelas merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi, pertama: mempengaruhi proses belajar para murid dalam menerima suatu pelajaran, dan kedua: mempengaruhi guru dalam menyampaikan pelajaran. Ruangan kelas yang baik adalah ruangan yang dapat digunakan anak-anak untuk mempelajari segala sesuatu dengan nyaman. Dalam menciptakan ruang kelas yang nyaman ini diperlukan berbagai penyesuaian kondisi di dalam ruang kelas tersebut. Pertanyaan- pertanyaan di bawah ini akan membantu kita untuk melihat apakah suatu ruang kelas cukup baik untuk belajar bagi anak-anak dan untuk mengajar bagi guru: 1. Apakah yang anda rasakan ketika memasuki ruang kelas? Apakah anda merasa ingin masuk ke dalamnya? 2. Apakah bahan yang tersaji di ruang kelas tersebut mendorong anak- anak untuk mempelajari Firman Tuhan? 3. Apakah anak-anak merasa terdorong untuk terlibat di dalam aktivitas, ataukah segala sesuatu di ruangan tsb. tampak kacau dan tidak terurus sehingga mereka enggan untuk menyentuhnya? 4. Apakah ruangan kelas cukup leluasa untuk bergerak tanpa anak harus menabrak perlengkapan/mebel yang ada? 5. Selama mengikuti pelajaran dapatkah anak-anak menemukan dan mengembalikan barang yang diperlukan di dalam kelas? 6. Apakah penempatan papan pengumuman dan papan tulis sesuai dengan jarak pandang mata anak-anak? 7. Apakah ruang kelas tersebut rapi dan bersih? 8. Apakah udaranya terasa segar? 9. Apakah ruang kelas tersebut memiliki pencahayaan yang cukup? 10. Apakah ada sesuatu di dalam ruang kelas yang tidak seharusnya dilihat oleh anak-anak, karena tidak baik dan tidak etis? 11. Apakah jendela dalam ruang kelas dapat digunakan untuk melihat dengan leluasa? Sementara anda menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, buat daftar tentang hal-hal dalam ruang kelas yang ingin dan dapat anda ubah. Tetapkan hal-hal apa yang dapat anda kerjakan sendiri maupun yang memerlukan sedikit bantuan dari orang lain untuk mengerjakannya. Lalu anda dapat mengerjakan perubahan tersebut ketika telah tersedia uang, bahan-bahan, waktu, dan tempatnya. Catatan: Di Indonesia, ada banyak Sekolah Minggu yang hanya memiliki ruangan kecil atau diadakan di rumah-rumah jemaat dengan ruangan yang terbatas (di ruang tamu atau di garasi). Namun demikian, kita bisa membuat ruangan-ruangan yang terbatas itu menjadi ceria, dekoratif dan menarik agar anak-anak Sekolah Minggu tidak jenuh untuk belajar di sana. Beberapa hal yang dapat kita lakukan antara lain: memasang gambar-gambar menarik di dinding, memakai perabotan yang disesuaikan dengan ukuran anak-anak (seperti meja pendek, kursi kecil, lemari kecil), dsb. Selamat berkreasi!! Bahan disadur dari sumber: Judul Buku: Sunday School Smart Pages Editor : Wes & Dheril Haystead Penerbit : Gospel Light, USA, 1992 Halaman : 115 ********************************************************************** o/ DARI ANDA UNTUK ANDA Dari: Ardianto <ardianto.lampung@> >Dengan Hormat, >Saya hanya ingin memberikan masukan mengenai artikel perekrutan GSM >utk edisi ke-60 ini. >Dari pengalaman saya langkah awal perekrutan Calon GSM adalah dari >GSM itu sendiri. Saya sendiri menjadi GSM karena saya merasakan >betapa senangnya ber-Sekolah Minggu & di SM saya mengenal Kristus. >Demikian juga rekan-rekan GSM saya saat ini adalah sebagian besar >dahulunya murid-murid SM (beberapa adalah murid saya). >Kriteria lain yang menurut saya sangat membantu dalam membina calon >GSM tsb adalah (bila dpt dia pernah bersekolah minggu), karena dari >beberapa rekan GSM yg tdk pernah berSM mengalami kesulitan utk >mendapat gambaran idealnya SM dan penguasaan lagu-lagu SM. >Mengenai status dan usia memang idealnya adalah yg telah dewasa; >tapi pada gereja kecil (spt saya) jangankan utk memilih ...... yg >bersedia & sptnya cakap utk melayani juga sulit utk didapat. Jadi >mungkin dlm keadaan spt ini usia dan status sptnya dpt >dikesampingkan. >Salam, Didi Redaksi: Terima kasih untuk masukan yang anda berikan. Kami setuju bahwa status menikah dan usia tidak menjadi syarat penting, namun kedewasaan pribadi dan iman tetap harus menjadi syarat yang penting. ********************************************************************** Untuk berlangganan kirim e-mail ke: <subscribe-i-kan-BinaAnak@xc.org> Untuk berhenti kirim e-mail ke: <unsubscribe-i-kan-BinaAnak@xc.org> Untuk Arsip e-BinaAnak: http://www.sabda.org/publikasi/e-binaanak/ ********************************************************************** Staf Redaksi: Oeni, Meilania, Ratnasari, Asih Isi dan bahan adalah tanggung jawab Yayasan Lembaga SABDA Didistribusikan melalui sistem network I-KAN Copyright(c) e-BinaAnak 2002 YLSA
|
|
© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org |