Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-binaanak/642

e-BinaAnak edisi 642 (26-6-2013)

Pelatihan Guru Sekolah Minggu (IV)

___e-BinaAnak (Milis Publikasi Elektronik untuk Para Pembina Anak)____

e-BinaAnak -- Pelatihan Guru Sekolah Minggu (IV)
642/Juni/IV/2013

Salam damai Kristus,

Bagaimana perkembangan pelayanan sekolah minggu Anda? Kami berharap 
dengan adanya edisi seputar pelatihan guru sekolah minggu ini, e-
BinaAnak dapat memberikan inspirasi dan ide-ide bagi kemajuan 
pelayanan SM Anda. Kami mengajak setiap guru SM untuk senantiasa 
memprioritaskan kualitas dalam melayani anak-anak. Meskipun pelayanan 
ini dilakukan setiap hari Minggu, persiapkanlah semua materi pelayanan 
sebaik mungkin dengan penuh rasa tanggung jawab kepada Tuhan. Melalui 
edisi 642 ini, kami berharap setiap guru SM dapat memberikan pelayanan 
SM semaksimal mungkin. Simaklah juga kesaksian seorang guru SM ketika 
ia mendapat tugas mendadak, lalu renungkanlah "Apa yang akan Anda 
lakukan jika hal itu terjadi pada Anda?"

Teruslah melayani dengan hati yang gembira! Tuhan memberkati.

Staf Redaksi e-BinaAnak,
Santi T.
< http://pepak.sabda.org/>


Tuhan mengulurkan tangan-Nya untuk menolong mereka yang telah berusaha 
keras. (Aeschylus)


        BAHAN MENGAJAR: LATIHAN BERCERITA GURU SEKOLAH MINGGU
                       Ditulis oleh: Santi T.

Dalam pelayanan sekolah minggu, biasanya guru sekolah minggu memimpin 
permainan sedangkan anak-anak dan (mungkin) orang tua menjadi peserta 
dalam permainan. Pernahkah terlintas dalam pikiran Anda, bagaimana 
jika kondisi seperti ini dibalik? Guru SM yang menjadi peserta, 
sementara anak-anak dan orang tuanya memimpin permainan untuk para 
guru SM. Namun, dalam permainan ini, anak-anak dan orang tua akan 
berperan sebagai juri dalam sebuah lomba membaca cerita Alkitab yang 
dilakukan oleh para guru SM. Penasaran bagaimana permainannya? Yuk, 
ikuti langkah-langkah di bawah ini.

Ayat: Dengarkanlah didikan, maka kamu menjadi bijak; janganlah 
mengabaikannya. (Amsal 8:33)

Pemain: 
1. Anak-anak dan orang tua sebagai juri. 
2. Para guru SM sebagai peserta lomba. 
3. Dua orang perwakilan dari orang tua untuk memimpin lomba dan 
   membacakan hasil perolehan nilai lomba.

Tujuan: 
1. Sebagai pelatihan guru SM untuk menampilkan cara bercerita yang 
   baik dan menarik di hadapan anak-anak SM. 
2. Anak-anak dan orang tua bisa mengevaluasi cara mengajar guru SM. 
3. Guru SM bisa lebih termotivasi untuk melayani Tuhan melalui 
   anak-anak, dengan lebih baik lagi.

Bahan (bisa disiapkan oleh guru SM): 
1. Siapkan dua/lebih cerita pendek yang berkaitan dengan Alkitab 
   (jumlah cerita disesuaikan dengan jumlah guru SM).

2. Siapkan beberapa lembar kertas kosong dan pensil untuk tempat 
   menuliskan nilai (disesuaikan dengan jumlah anak-anak SM).

Lembar kertas tersebut berisi:

Nama Guru SM (1): 
Penilaian: (skala 1 -- 3) 
a. Suara jelas/tidak: 1. Tidak, 2. Cukup jelas, 3. Sangat jelas 
b. Cerita bisa dimengerti/tidak: 1. Tidak bisa dimengerti, 2. Cukup dimengerti, 3. Mudah dimengerti 
c. Cara penyampaian menarik/tidak: 1. Tidak menarik, 2. Cukup menarik, 3. Sangat menarik Keterangan: Lingkarilah salah satu angka yang 
   menjadi pilihan/jawaban Anda.

Cara bermain:

1. Setiap guru SM menceritakan sebuah kisah dari Alkitab secara lisan 
   dan disertai dengan gerakan (tidak boleh membaca teks).

2. Saat guru SM bercerita, anak-anak dibantu oleh orang tua mulai 
   memberi nilai dengan skala 1 -- 3. Contoh:

Nama Guru SM (1): Elisabet Ayu 
Penilaian: (skala 1 -- 3) 
a. Suara jelas/tidak: 1. Tidak, 2. Cukup jelas; (3) Sangat jelas 
b. Cerita bisa dimengerti/tidak: 1. Tidak, 2. Cukup dimengerti; 
   (3) Mudah dimengerti 
c. Cara penyampaian menarik/tidak: 1. Tidak; (2) Cukup menarik, 3. Sangat menarik 
Keterangan: Lingkarilah salah satu angka yang menjadi pilihan/jawaban 
Anda.

3. Apabila setiap guru SM sudah menyelesaikan ceritanya, semua peserta 
diperbolehkan menghitung jumlah nilai yang sudah diberikan. Contoh: 
Total nilai Elisabet Ayu: 3 + 3 + 2: 8

4. Pada bagian terakhir, salah satu wakil dari orang tua anak SM 
membacakan hasil perolehan nilai masing-masing guru SM.

Hal-hal yang perlu diperhatikan:

1. Dalam permainan ini, orang tua berperan sebagai pendamping anak-
anak dalam memberikan nilai. Nilai tidak semata-mata berasal dari 
orang tua saja, tetapi orang tua bisa menggunakan cara kreatif untuk 
menolong anak memberikan nilai. Caranya:

a. Membuat pertanyaan untuk anak. 
Tujuan: Untuk `memancing` daya tangkap anak terhadap cerita yang telah 
        disampaikan guru SM.

b. Memperhatikan ekspresi anak saat guru SM sedang menyampaikan 
   cerita. 
Tujuan: Melalui ekspresi anak, orang tua akan mengetahui 
apakah anaknya paham/tidak dengan apa yang disampaikan guru SM.

2. Permainan ini cocok diterapkan pada anak-anak SM yang sudah bisa 
membaca.


                  MUTIARA GURU: SIAP SETIAP SAAT

Bersahabatlah dengan masalah yang Anda hadapi, maka Anda akan belajar 
sesuatu darinya. (Anon)

Hari itu, aku sepertinya bakal "santai" karena tak ada tugas khusus 
yang mesti kulakukan; seperti pujian, firman, permainan, atau 
aktivitas. Semua sudah ada yang bertugas. Walaupun demikian, aku tetap 
tidak akan bersantai. Aku tahu setiap kesempatan beribadah merupakan 
"jam kerja" yang mesti aku pertanggungjawabkan dengan dedikasi yang 
tulus kepada Allah.

Aku pun terlibat dalam kebaktian sebagaimana biasanya, dengan 
kesungguhan yang tak pernah ingin aku kurangi. Sementara larut dalam 
pujian bersama anak-anak, tiba-tiba aku tersadar akan sesuatu. Temanku 
yang bertugas membawakan firman belum datang! Ups! Aku harus segera 
berbuat sesuatu, nih. Cepat-cepat aku keluar dan berusaha mencari buku 
pegangan di kelas yang lebih besar. Segera kubolak-balik halamannya 
dan mencari cerita yang bisa kupelajari secara singkat.

Aku menemukan satu cerita ilustrasi yang menarik dan bisa disampaikan 
untuk anak-anak di kelasku. Segera kucari satu sudut ruang yang 
tenang, dan aku fokuskan seluruh perhatianku untuk mempelajari 
ceritanya. Sementara mataku nanar menelusuri beberapa lembar dari buku 
itu, dalam hati aku terus berdoa meminta pertolongan Tuhan. Aku 
meminta Tuhan menolongku untuk siap menyampaikan firman, yang meski 
kusiapkan mendadak, harus disampaikan tidak dengan asal-asalan.

Menyadari bahwa waktuku tidak banyak lagi, aku pun segera kembali ke 
kelas. Dan benar, sesaat kemudian seorang temanku telah memimpin anak-
anak untuk berdoa menyambut firman Tuhan. Aku pun segera ikut khusyuk 
berdoa, memohon sekali lagi Allah menyertai dan mengurapi. Duh, ada 
"dag-dig-dug" yang cukup kencang juga. Apalagi melihat anak-anak dan 
para pengantar yang cukup banyak hari itu. Yah, tak adil rasanya jika 
mereka tak mendapatkan firman yang mereka tunggu-tunggu untuk ditabur 
di tanah hati mereka hanya karena kami, sebagai guru, tak siap 
memberikannya.

"Tuhan, tolong bantu aku," demikian bisikku sekali lagi saat kuterima 
mikrofon dari temanku. Dan begitulah, sepanjang membawakan cerita aku 
terus berharap Allah sendiri akan berfirman melaluiku. Melalui otakku 
yang mengolah cerita, melalui mulutku yang memproduksi kata-kata 
paling sederhana, dan melalui seluruh tubuhku yang mencoba mendaratkan 
cerita bagi anak-anak. Dan puji Tuhan, aku menyelesaikannya dengan 
baik. Kami berdoa bersama, memohon Allah terus berbicara di hati anak-
anak.

Ya, aku belajar sesuatu lagi hari itu. Pertama, secara teknis aku jadi 
sadar bahwa aku harus selalu siap dengan minimal satu cadangan cerita 
yang siap dibawakan setiap saat. Demikian pula dengan tugas-tugas 
lain; satu rangkaian pujian, satu jenis aktivitas dan atau permainan. 
Kedua, aku belajar bahwa seorang guru Sekolah Minggu harus selalu siap 
bekerja setiap kali ia dibutuhkan. Tanpa mengeluh. Tanpa marah-marah. 
Tanpa saling menyalahkan. Jadi, tidak hanya siap cerita, tetapi juga 
siap bekerja dengan hati yang selalu senang. Yah, karena memang itu 
tugasku, tanggung jawabku. Dan aku percaya, Yesusku tak akan 
membiarkan aku bekerja sendiri. Terutama pada saat-saat genting 
seperti yang kualami. Dia pasti menemani. Dia pasti menyertai.

Diberkatilah orang-orang yang mengandalkan TUHAN, yang menaruh 
harapannya pada TUHAN (Yeremia 17:7)

Diambil dan disunting dari:
Judul buku: Loving Kids Like Jesus
Penulis: Agustina Wijayanti
Penerbit: Gloria Graffa, Yogyakarta 2007
Halaman: 68 -- 71


Kontak: binaanak(at)sabda.org
Redaksi: Davida, Santi T., dan Elly
Berlangganan: subscribe-i-kan-binaanak(at)hub.xc.org
Berhenti: unsubscribe-i-kan-binaanak(at)hub.xc.org
Arsip: http://sabda.org/publikasi/e-binaanak/arsip/
BCA Ps. Legi Solo, No. 0790266579, a.n. Yulia Oeniyati
(c) 2013 -- Yayasan Lembaga SABDA < http://ylsa.org >

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org