Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-binaanak/643

e-BinaAnak edisi 643 (4-7-2013)

Mengembangkan Potensi Belajar Anak (I)

___e-BinaAnak (Milis Publikasi Elektronik untuk Para Pembina Anak)____

e-BinaAnak -- Mengembangkan Potensi Belajar Anak (I)
643/Juli/I/2013

Rekan-Rekan Pelayan Anak Indonesia,

Mengembangkan potensi belajar anak bukan hanya tanggung jawab sekolah umum atau 
keluarga. Gereja pun mendapat mandat untuk mendidik anak-anak belajar sesuai 
dengan kebenaran firman Tuhan. Apa saja tanggung jawab orang tua dan gereja 
dalam hal pendidikan anak? Apa yang firman Tuhan dan para pakar pendidikan 
Kristen katakan tentang hal tersebut? Simaklah artikel yang sudah kami siapkan 
sebagai sajian dalam edisi perdana bulan Juli ini. Kami juga menambahkan 
berbagai referensi seputar pendidikan Kristen yang dapat Anda temukan dalam 
situs Alkitab SABDA < http://alkitab.sabda.org >. Kiranya, ini menjadi berkat 
bagi kita semua. Ingatlah untuk berbagi dengan kawan pelayanan kita jika 
mendapatkan berkat Tuhan dalam edisi e-BinaAnak minggu ini. Tuhan Yesus 
memberkati.

Pemimpin Redaksi e-BinaAnak,
Davida
< davida(at)in-christ.net >
< http://pepak.sabda.org/>


"Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanyapun 
ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu." (Amsal 22:6)


       ARTIKEL: TANGGUNG JAWAB ORANG TUA DAN GEREJA DALAM PENDIDIKAN ANAK

Sesungguhnya, pendidikan merupakan proses belajar seumur hidup dan tidak 
dibatasi ruang maupun waktu. Banyak orang yang mendefinisikan pendidikan sebagai 
studi formal yang hanya dapat dilakukan di bangku sekolah. Proses belajar tidak 
dibatasi oleh ruang, waktu, maupun usia. Proses belajar bertujuan untuk 
meningkatkan berbagai aspek pengetahuan individu (kognitif, afektif, dan 
psikomotorik). Proses pendidikan sebaiknya dilakukan sedini mungkin. Pendidikan 
akan menentukan kualitas generasi yang akan datang.

Alkitab dan Pendidikan `Orang Muda` (Anak-Anak)

Potensi anak tertulis dalam Alkitab. Allah memiliki maksud dengan perintah-Nya 
untuk mendidik orang muda (anak-anak). Allah menaruh kepercayaan dalam diri anak 
untuk terlibat dalam rencana-Nya, "... dan anak-anakmu yang kecil, yang kamu 
katakan akan menjadi rampasan, dan anak-anakmu yang sekarang ini yang belum 
mengetahui tentang yang baik dan yang jahat, merekalah yang akan masuk ke sana 
dan kepada mereka, Aku akan memberikannya, dan merekalah yang akan memilikinya." 
(Ulangan 1:39)

Sejak Perjanjian Lama, Allah telah mengingatkan pentingnya pendidikan bagi anak-
anak. Musa mengingatkan hal ini kepada para orang tua: "Tetapi waspadalah dan 
berhati-hatilah, supaya jangan engkau melupakan hal-hal yang dilihat oleh matamu 
sendiri, dan supaya jangan semuanya itu hilang dari ingatanmu seumur hidupmu. 
Beritahukanlah kepada anak-anakmu dan kepada cucu cicitmu semuanya itu." 
(Ulangan 4:9) "Apa yang Kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau 
perhatikan, haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan 
membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam 
perjalanan apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun. Haruslah juga 
engkau mengikatkannya sebagai tanda pada tanganmu, dan haruslah itu menjadi 
lambang di dahimu, dan haruslah engkau menuliskannya pada tiang pintu rumahmu 
dan pada pintu gerbangmu." (Ulangan 6:6-9)

Semua perintah Allah merupakan nilai-nilai yang harus diajarkan secara berulang-
ulang. Dengan pengulangan, materi yang diajarkan akan tertanam sehingga dapat 
ditentukan dalam tingkah laku. Hal seperti ini dikatakan Musa dalam Ulangan 6:7 
sebagai "shema" bagi orang Yahudi. Shema adalah hukum yang harus dilakukan dalam 
kehidupan orang Yahudi.

Pengaruh dan Peran Orang Tua dalam Pendidikan Anak

Pengaruh pendidik terhadap anak didik merupakan faktor penting dari sebuah 
proses pendidikan. Pendidik adalah pemimpin; menurut Sanders, kepemimpinan 
adalah pengaruh. Proses pendidikan adalah proses memengaruhi. Pengaruh orang tua 
memiliki porsi paling besar dalam hidup anak-anak. Dalam perkembangannya, setiap 
anak membutuhkan orang lain. Pihak paling utama dan pertama yang bertanggung 
jawab dalam perkembangan anak adalah orang tua. Namun demikian, lingkungan 
sekolah dan gereja juga memberikan pengaruh terhadap perkembangan anak.

Pengaruh dapat diberikan dengan berbagai cara. Orang tua dapat memengaruhi anak 
dengan menjadi teladan yang baik dan dengan terbuka bersedia membahas nilai-
nilai Kristen bersama anak-anak. Strommen menemukan hubungan yang sangat positif 
antara moralitas anak dan atmosfer rohani di rumah. Peran orang tua dan anggota 
keluarga yang lain sebagai teladan menentukan perkembangan moral anak.

Kita perlu menyadari bahwa ada masa singkat di mana anak peka terhadap 
pendidikan agama. Konsep anak tentang apa yang benar dan salah, yang oleh Freud 
dinamakan "superego", dibentuk selama masa ini, (pandangan anak-anak tentang 
Allah. Karena itu, pendidikan rohani seperti berdoa, membaca Kitab Suci, dan 
menghadiri ibadah adalah cara menarik membiasakan anak menjadikan firman Tuhan 
sebagai bagian kehidupannya. Kegiatan pengajaran melalui pemahaman Alkitab, 
retret, dan keteladanan pembina anak memberikan pengaruh pada pola tingkah laku 
anak.

Orang tua adalah penjaga, manajer, dan sumber daya bagi anak-anaknya, itulah 
peran lain dari orang tua menurut Cloud dan Townsend. Penjaga bertanggung jawab 
melindungi dan memelihara anak. Manajer memastikan perlakuan terhadap anak 
dikerjakan dengan baik dan sasaran-sasaran yang ditentukan tercapai, demikian 
juga dengan semua kebutuhan dan harapan. Sebagai manajer, orang tua menyediakan 
bentuk disiplin untuk memastikan anak dalam menjalankan tugasnya. Sebagai sumber 
daya bagi anak, orang tua adalah sumber kasih sayang, pertumbuhan rohani, 
dukungan, hikmat, dan pengetahuan serta semua bentuk pendidikan yang diperlukan.

Beberapa contoh pengaruh orang tua yang berhasil melalui kepemimpinan Kristen 
adalah yang dialami oleh John Maxwell. Maxwell menyatakan bahwa dirinya tidak 
akan menjadi pemimpin seperti sekarang ini kalau bukan karena jerih payah orang 
tuanya.

Charles Spurgeon, pengkhotbah legendaris dari Inggris yang lahir pada tahun 
1834, mengatakan bahwa keberhasilannya adalah karena pengaruh pembinaan rohani 
orang tua yang diterimanya sejak masa kecil.

Susana Wesley dibesarkan dalam keluarga pendeta di desa dekat Kota London. Ia 
mendapat perhatian yang baik dari keluarganya, terutama dalam hal pendidikan 
iman. Ia berhasil menjadi seorang istri yang mendukung pelayanan suaminya dan 
berhasil membesarkan anak-anaknya menjadi utusan misi, dan menjadi orang yang 
memengaruhi banyak orang. Susana Wesley berkata, "Tidak ada yang lebih saya 
harapkan selama hidup ini selain melayani anak-anak yang telah saya lahirkan. 
Saya mau, apabila hal ini berkenan bagi Allah, menjadi alat-Nya melakukan semua 
yang baik bagi jiwa-jiwa mereka."

Peran Keluarga dan Gereja dalam Pendidikan Anak yang Berpusat pada Firman

Jika kita melihat kembali apa yang dijelaskan oleh Cloud dan Townsend tentang 
peran orang tua, gereja dalam porsi yang tepat juga memiliki andil dalam 
pembentukan moral anak. Keluarga dan gereja seharusnya bekerja sama dalam 
menentukan dan mempertimbangkan moral anak. Meskipun Ward percaya bahwa setiap 
anak membangun struktur pertimbangan moralnya sendiri. Proses tersebut tidak 
terlepas dari peran lingkungan keluarga dan gerejanya.

Keluarga Kristen dan gereja harus memanfaatkan peranannya sebagai kesempatan 
emas dalam menginvestasikan nilai-nilai berharga pada anak. Pembinaan rohani 
yang dilakukan keluarga menjadi maksimum bila bekerja sama dengan pembinaan yang 
dilakukan oleh gereja. Seperti yang dikutip dari perkataan Hamilton berikut ini:

"Sebagai lembaga, gereja dan keluarga Kristen berkaitan erat satu dengan yang 
lain. Mereka seperti bayi kembar siam; jika Anda memisahkannya, Anda mungkin 
akan memotong suatu nadi kehidupan yang menyebabkan salah satu atau keduanya 
meninggal dunia. Gereja tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya di tengah 
dunia yang kacau ini, kecuali jika gereja "mempekerjakan" keluarga sebagai pihak 
utama yang dapat dipercaya dalam pemeliharaan kekristenan. Dan, saya yakin bahwa 
keluarga tidak dapat menjadi sebuah keluarga Kristen atau keluarga bahagia 
kecuali jika ia tetap tinggal dalam sirkulasi pengaruh rohani yang hanya 
dihasilkan paling besar oleh gereja."

Usaha ini berguna untuk mempersiapkan pemimpin Kristen dengan pertimbangan moral 
yang benar. Seperti yang dikatakan oleh seorang pendidik Kristen, "Life without 
truth leads to dead (hidup tanpa kebenaran membawa kepada kematian)." Kebenaran 
sejati yang membawa kehidupan adalah Tuhan: "Kuduskanlah mereka dalam kebenaran, 
firman-Mu adalah kebenaran." (Yohanes 17:17)

Apa yang ditanam itu yang dituai: "Karena apa yang ditabur orang, itu juga yang 
akan dituainya." (Galatia 6:7-8) Hasil yang diperoleh semakin besar jika 
investasi nilai dilakukan sejak usia muda karena itulah cara membangun masa 
depan yang lebih baik. Fowler mendorong orang tua untuk menciptakan keluarga 
yang rindu membesarkan anak-anak untuk mengasihi Tuhan. Usaha ini dapat dimulai 
dengan menciptakan kehidupan keluarga yang berpusat pada firman Allah.

Guru Sekolah Minggu dan Pendidikan Anak

Bagi gereja, nilai-nilai luhur yang diajarkan adalah kebenaran yang bersumber 
dari firman Tuhan. Pendidikan rohani sebaiknya dilakukan sedini mungkin sehingga 
sistem nilai anak dapat terbentuk. Sistem nilai berisi hukum-hukum Allah untuk 
menjaga hidup individu seperti yang ditulis dalam Ulangan 32:47, "... sebab 
perkataan inilah bukanlah perkataan hampa bagimu, tetapi itulah hidupmu dan 
dengan perkataan ini akan lanjut umurmu di tanah, kemana Kamu pergi, 
menyeberangi sungai Yordan untuk mendudukinya."

Dalam proses pertumbuhannya, anak mengembangkan pandangan hidupnya dengan 
lingkungannya. Tentu akan sangat baik bila sekolah minggu dapat menjadi 
lingkungan pendidikan yang berpengaruh bagi anak. Gunarsa berkata,

"Anak-anak yang secara teratur ke sekolah minggu akan kurang atau lebih sedikit 
melakukan penipuan dan berbohong, dan lebih jujur daripada anak-anak yang tidak 
mengikuti sekolah minggu. Dari berbagai penelitian dan pendapat mengenai 
pengaruh keyakinan agama terhadap tingkah laku moral dan kehidupan sehari-hari, 
menurut hasil penelitian, kebanyakan remaja merasa bahwa memiliki iman itu harus 
dan memang memengaruhi suatu jenjang yang luas dari sikap dan tingkah laku, 
bahkan ada korelasi yang tinggi antara apa yang menurut pikiran mereka dan apa 
yang dipengaruhinya oleh pengaruh iman."

Demikian pula hasil penelitian yang dilakukan dalam kasus-kasus berbeda, yang 
diteliti oleh Barna Reseach. Survei yang dilakukan terhadap 1003 orang dewasa 
melalui wawancara di telepon pada bulan November 2001, menunjukkan sejumlah 771 
orang masih setia hadir di Gereja (Barna Research, Mei 2001):

"Mengikuti sekolah minggu pada waktu kecil memberikan dampak seumur hidup (adult 
who attended church as children show lifelong effect)."

Gereja sebagai tubuh Kristus mempunyai mandat untuk memerhatikan kerohanian 
anak. Guru sekolah minggu mempunyai andil besar dalam pembinaan rohan anak-anak. 
Robert Raikes (1736-1811), Bapak sekolah minggu, seorang wartawan yang menjadi 
pelopor gerakan sekolah di Inggris berhasil membawa setengah juta anak-anak 
untuk mengikuti program sekolah minggu di seluruh Inggris; ia perlu dicontoh.

Penutup: Potensi Pengaruh Anak dan Kepemimpinan Masa Depan

Anak-Anak memiliki potensi untuk menjadi pengaruh bagi sekitarnya. Keberhasilan 
pendidikan tidak hanya berdampak pada perubahan hidup individu, tetapi juga pada 
komunitasnya dan pada akhirnya pada generasi yang baru. Elmore menegaskan bahwa, 
"Setiap anak adalah seorang pemimpin yang berpotensi; dalam setiap anak 
tersimpan potensi luar biasa untuk memberi pengaruh kepada orang lain."

Apa pun yang digoreskan dalam hidup anak memberikan pengaruh besar terhadap 
kehidupan masa depannya. Seperti teori tabula rasa yang dituliskan oleh Gunarsa 
(yang sebelumnya dicetuskan oleh John Locke):

"Segala pengetahuan yang kita peroleh berasal dari luar, yang dimasukkan ke 
dalam jiwa kita melalui pengindraan. Karena pengalaman identik dengan masuknya 
sesuatu dari luar diri, maka faktor lingkungan itu penting sekali. Dikemukakan 
dalam teorinya yang dikenal dengan tabula rasa bahwa bayi yang baru lahir itu 
ibarat secarik kertas putih. Bagaimana wujud atau isi kertas putih itu 
bergantung pada bagaimana kertas itu kelak ditulis."

Sumber: Jurnal Transformasi Volume 3-Pendidikan dan Masa Depan Bangsa.

Diambil dan disunting dari:
Nama situs: Keluarga MDC (Masa Depan Cerah)
Alamat URL: 
http://www.gkpb.net/index.php?option=com_k2&view=item&id=831:tanggung-jawab-orang-tua-dan-gereja-dalam-pendidikan-anak&Itemid=381
Penulis: Retty Stanley, M.A.
Tanggal akses: 3 Juli 2013


   WARNET PENA: PENDIDIKAN KRISTEN DALAM JURNAL PELITA ZAMAN DI ALKITAB SABDA

Situs Alkitab SABDA merupakan situs studi Alkitab yang paling lengkap dalam 
Bahasa Indonesia. Namun, situs ini tidak hanya memberikan bahan-bahan untuk 
penggalian Alkitab. Dalam situs ini terdapat juga bahan lain yang dapat 
digunakan untuk menambah wawasan para pelayan anak dalam bidang pendidikan 
Kristen. Salah satunya terdapat dalam Jurnal Pelita Zaman, yang dapat Anda 
temukan dalam menu Resource. Salah satu edisi Jurnal Pelita Zaman yang ada dalam 
Alkitab SABDA membahas khusus seputar pendidikan Kristen. Topik-topik khusus 
tersebut dapat Anda temukan dalam Jurnal Pelita Zaman Volume 4 No. 1 Tahun 1989. 
Isinya antara lain:

1. Perwujudan P.A.K./Pendidikan Kristen di Gereja
2. Hakikat Sekolah Minggu untuk Anak
3. Panggilan P.A.K. terhadap Pendidikan di Indonesia
4. Keunikan Peranan Orang Tua di dalam Pendidikan Kristen

Segera kunjungi halaman ini. Kiranya ini menjadi berkat bagi Rekan-Rekan sekalian. (Davida)

==> http://alkitab.sabda.org/resource.php?res=jpz&topic=147


Kontak: binaanak(at)sabda.org
Redaksi: Davida, Santi T., dan Elly
Berlangganan: subscribe-i-kan-binaanak(at)hub.xc.org
Berhenti: unsubscribe-i-kan-binaanak(at)hub.xc.org
Arsip: http://sabda.org/publikasi/e-binaanak/arsip/
BCA Ps. Legi Solo, No. 0790266579, a.n. Yulia Oeniyati
(c) 2013 -- Yayasan Lembaga SABDA < http://ylsa.org >

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org