Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-binaanak/649

e-BinaAnak edisi 649 (21-8-2013)

Bebas dari Ketakutan (II)

___e-BinaAnak (Milis Publikasi Elektronik untuk Para Pembina Anak)____

e-BinaAnak -- Bebas dari Ketakutan (II)
649/Agustus/II/2013

Salam damai Kristus,

Pada edisi yang lalu, kita sudah mempraktikkan bagaimana mengenali hal-
hal/peristiwa yang membuat anak-anak merasa takut dan belajar menyerahkan 
ketakutan itu kepada Tuhan. Jika anak-anak sudah bisa menyerahkan ketakutannya 
kepada Tuhan, orang tua/pelayan anak tetap mempunyai peranan penting untuk 
mendukung langkah-langkah mereka selanjutnya. Salah satu contohnya bisa kita 
simak dalam edisi ini.

Kali ini, kita akan mempelajari sebuah tip, yang bertujuan untuk membantu anak-
anak yang merasa takut untuk pergi ke sekolah. Tip ini bisa diterapkan untuk 
anak di sekolah minggu ataupun sekolah akademis. Sebagai catatan penting di 
sini, peran aktif orang tua ataupun pelayan anak (jika diterapkan di sekolah 
minggu) sangat diperlukan untuk menunjang keberhasilan langkah-langkah di bawah 
ini. Sudah siapkah Anda? Mari simak dengan saksama tip ini dan praktikkanlah! 
Sukses ya! Tuhan memberkati.

Staf Redaksi e-BinaAnak,
Santi T.
< http://pepak.sabda.org/>


Takut akan TUHAN adalah didikan yang mendatangkan hikmat, dan kerendahan hati 
mendahului kehormatan. 
(Amsal 15:33) 
< http://alkitab.mobi/?amsal+15:33 >


TIP: MEMBANTU ANAK YANG TAKUT SEKOLAH

Takut sekolah terjadi bukan hanya pada anak-anak yang baru pertama kali sekolah, 
ada juga anak-anak yang sudah seminggu, dua minggu, atau bahkan beberapa bulan 
pertama sekolah, tetapi masih mengalami rasa takut sekolah.

Berikut ini adalah ciri-ciri anak yang takut sekolah.

1. Ciri-ciri secara fisik: Kadang-kadang, anak baru bangun saat sudah jam 
   berangkat sekolah. Saat dibangunkan orang tua di pagi hari, anak-anak mulai 
   mengeluh sakit, baik sakit perut, pusing, ingin ke belakang, dsb.. Kadang, saat 
   sudah sampai di sekolah, anak-anak mengeluh ingin muntah, sakit, dsb..

2. Ciri yang lain: menangis. Tidak mau pisah dengan orang tuanya. Untuk anak 
   yang ikut antarjemput, mungkin saat naik ke mobil jemputan saja sudah mulai 
   ketakutan dan menangis.

3. Bisa juga yang tadinya tidak mengompol jadi mengompol.

4. Nilainya juga mulai merosot.

Anak merasa takut sekolah biasanya disebabkan oleh hal-hal berikut ini.

1. Bagi anak-anak yang pertama kali sekolah, misal masuk kelompok bermain atau 
   TK, rasanya memang pengalaman berpisah cukup lama dengan orang tua, ini menjadi 
   hal yang tidak enak untuk anak-anak.

2. Masuk dalam sebuah lingkungan baru yang belum diketahui sama sekali, teman-
   temannya baru, guru-gurunya baru, ruangannya baru. Jadi, itu menimbulkan 
   kecemasan atau hilangnya rasa aman pada anak-anak.

3. Bagi yang sudah sekolah, mungkin pengalaman menghadapi guru yang galak, 
   dimarahi, atau ditegur guru.

4. Memiliki teman yang agresif, begitu dia di sekolah dipukuli atau diancam 
   dengan hal-hal tertentu.

5. Anak-anak yang takut dengan pelajaran tertentu, misalnya matematika, atau 
   terhadap guru tertentu, misalnya guru olahraga.

6. Anak takut ke sekolah karena anak takut meninggalkan rumah. Ada anak yang 
   tahu bahwa di rumah, orang tuanya sering bertengkar. Ada di antara mereka yang 
   merasa khawatir bahwa, misalnya, ayahnya akan memukuli ibunya. Jadi, saat berada 
   di sekolah, ia merasa cemas dan tidak tenang sehingga ia menjadi enggan ke 
   sekolah karena ia merasa bertugas untuk ada di rumah.

Hal-hal di atas bisa menjadi pemicu ketakutan anak.

Apa yang bisa dilakukan orang tua untuk menolong anak yang takut ke sekolah?

1. Mencari penyebabnya. Sebagai orang tua, kita sangat perlu terlibat supaya 
   kita lebih bisa mengenali penyebab perilaku anak kita. Jadi, kedekatan itu 
   penting sekali. Jika anak tidak merasa dekat dengan orang tua, dia mungkin juga 
   enggan untuk berterus-terang tentang apa yang membuat dia tidak mau ke sekolah. 
   Jadi, sekali lagi, keterbukaan dan hubungan yang erat antara orang tua dan anak 
   memang sesuatu yang mutlak, bukan suatu pilihan yang boleh ada atau boleh tidak 
   ada.

2. Anak tetap dianjurkan untuk ke sekolah. Jangan sampai orang tua membiarkan 
   atau mengizinkan anak untuk tidak berangkat ke sekolah, kecuali memang ada 
   keluhan fisik serius yang dialami anak, misalnya buang air terus-menerus, 
   muntah-muntah, dsb.. Namun, pendampingan sangat tetap diperlukan oleh anak.

3. Kita mau mengakui bahwa ketakutan merupakan reaksi yang wajar, tidak ada yang 
   harus malu dengan rasa takut ini, dan ketakutan terhadap penyebab itu juga 
   merupakan hal yang wajar.

4. Secara rohani, mungkin orang tua bisa mengajak anak untuk berdoa bersama atau 
   membaca satu atau dua ayat Alkitab sebelum berangkat ke sekolah, ini akan 
   menolong si anak.

Galatia 6:1, "Saudara-saudara kalaupun seseorang kedapatan melakukan suatu 
pelanggaran maka kamu yang rohani harus memimpin orang itu ke jalan yang benar 
dalam roh lemah lembut."

Orang tua perlu memimpin anak kembali ke jalan yang benar, tidak hidup dalam 
ketakutan, tetapi lakukanlah itu dalam roh lemah lembut, jangan malah memarah-
marahi anak.

Diambil dan disunting dari:
Nama situs: TELAGA
Alamat URL: http://www.telaga.org/audio/membantu_anak_yang_takut_sekolah
Penulis: Esther Tjahja, S.Psi. (Narasumber)
Tanggal akses: 23 Juli 2013


SUA PELAYAN ANAK: ALASAN ANAK TIDAK DATANG KE SEKOLAH MINGGU

e-BinaAnak, 12 Juni 2013: Kadang-kadang, ada anak yang jarang datang ke sekolah 
minggu. Menurut Anda, apa saja yang bisa menjadi faktor penyebab ketidakhadiran 
mereka dalam SM? Setujukah Anda jika mereka tidak datang karena takut? (takut 
dengan teman, takut tidak bisa mengikuti acara, takut lingkungan umum, takut 
sendirian, dan rasa takut yang lainnya)

Puji Arya Yanti: Tidak ada yang mengantar, ortu ada kegiatan lain.

Sera Nauli: Kalau pengalaman di kelas saya, mayoritas tidak datang ke Sekolah 
Minggu karena anak harus ikut kegiatan orang tua di hari Minggu (arisan, 
gathering, acara keluarga dll.. Lebih ke belum adanya kesadaran ortu tentang 
pentingnya pertumbuhan iman pada anak.

Inspirasi Mika: Penyebabnya dari yang saya lihat adalah kesadaran orang tua akan 
pentingnya sekolah minggu kurang sehingga orang tua sulit untuk memberikan 
perhatian dan pengorbanan untuk mengantar jemput anaknya ke sekolah minggu.

Yohana Gracia Nathalia Simanjuntak: Dari pengalaman saya bisa karena kesadaran 
orang tua, si anak yang pemalu, dan karena berkelahi dengan teman.

Labuhan Sitorus: Ketakutan anak SM bisa jadi dia takut dengan keramaian, ada 
anak yang tidak terbiasa dengan anak-anak yang tidak dia kenal, atau ada anak SM 
yang takut sama Guru SM yang pernah galak sama dia, hehe.

Erny Lastiar Sitorus: Ya takut kepanasan.. hehehe. Di gereja saya belum ada 
ruang khusus buat sekolah minggu, kalaupun ada sangat kecil dengan sementara 
anak-anak lumayan banyak. Berdoa untuk sekolah minggu supaya lebih diperhatikan, 
di mana pun itu? Gbu.

Kolor Colorful: Ya, ada juga yang tidak datang karena takut. Bukan takut karena 
ancaman secara fisik, lebih karena minder. Bagus sekali pertanyaan e-BinaAnak.

Nur Intan Regar: Tidak sepenuhnya ... kebanyakan anak tidak pergi sekolah minggu 
karena ekonomi keluarga. Mereka harus menanggung kebutuhan keluarga yang 
sebenarnya bukan tanggung jawab mereka. Yang lain karena orang tua kurang 
mengerti tujuan hidup mereka sebagai orang tua dan kepada siapa mereka berharap 
dan bersandar.

e-BinaAnak: Terima kasih Sahabat e-BinaAnak untuk semua sharingnya. Ada beberapa 
komentar yang menyebutkan mengenai kurangnya kesadaran orang tua terhadap 
pentingnya pertumbuhan iman pada anak. Dalam hal ini, sebagai guru sekolah 
minggu, kita harus bisa menjelaskan kepada orang tua pentingnya sekolah minggu 
dan pertumbuhan iman anak. Selain itu, sedapat mungkin kita bisa melibatkan 
orang tua dalam acara/kegiatan saat sekolah minggu berlangsung.

Sumber: http://www.facebook.com/sabdabinaanak/posts/10151462408216629


STOP PRESS: MEMASUKI DUNIA PUSTAKA KRISTEN DALAM PUBLIKASI E-BUKU

Apakah Anda menyadari betapa pentingnya kegiatan membaca? Anda membutuhkan 
banyak informasi mengenai buku-buku Kristen yang perlu Anda baca?

Yayasan Lembaga SABDA < http://ylsa.org > mengajak Anda untuk segera 
mendaftarkan diri menjadi pelanggan publikasi e-Buku 
< http://sabda.org/publikasi/e-buku >. Setiap pelanggan e-Buku akan mendapatkan 
informasi tentang buku-buku Kristen yang layak dibaca, baik buku cetak maupun 
buku elektronik. Ada pula artikel-artikel, kesaksian pembaca, berbagai macam tip 
dunia baca, dan berbagai informasi dunia pustaka lainnya. Publikasi e-Buku bisa 
Anda dapatkan di kotak surat (mailbox) Anda secara GRATIS setiap hari Kamis pada 
minggu kedua dan keempat. Cara berlangganan sangat mudah! Daftarkan diri Anda 
sekarang juga dengan mengirimkan email ke:

--> < subscribe-i-kan-buku(at)hub.xc.org > atau < buku(at)sabda.org >

Pastikan diri Anda selalu mengetahui buku-buku bermutu yang layak Anda baca 
untuk menolong pertumbuhan iman Kristen dan wawasan Anda!


Kontak: binaanak(at)sabda.org
Redaksi: Davida, Santi T., dan Elly
Berlangganan: subscribe-i-kan-binaanak(at)hub.xc.org
Berhenti: unsubscribe-i-kan-binaanak(at)hub.xc.org
Arsip: http://sabda.org/publikasi/e-binaanak/arsip/
BCA Ps. Legi Solo, No. 0790266579, a.n. Yulia Oeniyati
(c) 2013 -- Yayasan Lembaga SABDA < http://ylsa.org > 

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org