Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-binaanak/651

e-BinaAnak edisi 651 (4-9-2013)

Perkembangan Iman Anak (I)

___e-BinaAnak (Milis Publikasi Elektronik untuk Para Pembina Anak)____

e-BinaAnak -- Perkembangan Iman Anak (I)
651/September/I/2013

Salam dalam kasih Kristus,

Perkembangan selalu berbicara tentang perubahan dan peningkatan. Sebagai pelayan 
anak, kita memiliki kewajiban untuk menolong dan memantau perkembangan iman 
anak-anak yang kita layani. Ini merupakan tugas yang harus kita 
pertanggungjawabkan kepada Tuhan. Sampai saat ini, sejauh mana kita telah 
memperhatikan pentingnya hal ini bagi kehidupan anak-anak yang kita layani? 
Untuk menolong Anda dalam memahami status rohani anak dan bagaimana menolong 
mereka mengembangkan iman, e-BinaAnak edisi ini mengangkat tema tentang 
perkembangan iman anak. Kiranya sajian kami ini bermanfaat bagi pelayanan Anda. 
Tuhan memberkati.

Redaksi Tamu e-BinaAnak,
Berlin B.
< http://pepak.sabda.org/>


                ARTIKEL: STATUS ROHANI SEORANG ANAK

Kita yang melayani anak di gereja atau yayasan gerejawi perlu memiliki keyakinan 
tentang status rohani seorang anak di hadapan Tuhan, berdasarkan firman Tuhan. 
Kita juga harus tahu perkembangan kerohaniannya. Kedua pokok ini berkaitan 
dengan masalah pertobatan dan kelahiran baru dalam hidup seorang anak.

Mungkinkah seorang anak bertobat? Perlukah hal itu? Jika hal itu memang 
memungkinkan dan diperlukan, kapan hal itu bisa terjadi?

Keyakinan tentang hal ini sangat mewarnai cara dan arah pelayanan kita. Namun, 
keyakinan ini tidak mudah diperoleh karena adanya perbedaan pandangan teologis, 
pandangan tentang penginjilan, dan pola pendidikan yang berhubungan dengan anak.

Ada suara dari abad yang lalu yang berkata, "Delapan belas abad yang lalu, 
ketika iman Kristen diajarkan, dihasilkan sangat sedikit keterangan mengenai 
pokok `Anak di dalam gereja`. Pokok ini sebagian besar masih perlu disoroti oleh 
teologi."

Selama berabad-abad, ditemukan gereja yang berpandangan bahwa anak menikmati 
status "tidak dipengaruhi oleh dosa turunan" sebelum mereka tiba pada saat 
mereka harus bertanggung jawab kepada Allah. Tetapi, ada juga pandangan lainnya, 
seperti yang diyakini oleh George Whitefield, seorang penginjil di Amerika pada 
abad ke-17. Ia berpendapat bahwa anak dapat dibandingkan dengan "ular berbisa" 
dan "buaya" yang juga manis selama kecil.

Adanya anggapan yang berbeda-beda, antara lain seperti tersebut di atas, 
menantang kita yang terjun langsung dalam pelayanan rohani anak untuk secara 
serius menyelidiki dan memikirkan status dan kebutuhan rohani seorang anak.

Anak dalam Alkitab

Perjanjian Lama: Aman dalam "Covenant relationship".

Kita tidak menemukan suatu keragu-raguan atau persoalan mengenai status anak 
dalam keluarga atau dalam persekutuan agama orang Israel. Kepada Abraham 
diberikan tanda perjanjian, yaitu sunat. Setiap anak laki-laki yang baru lahir 
menerima tanda itu pada umur delapan hari. Tanda ini membawa dia masuk ke dalam 
persekutuan orang percaya dan ke dalam keluarga yang takut akan Allah. Status 
ini diperoleh asalkan anak itu lahir dari keturunan Yahudi. Dalam keluarga, anak 
itu dibesarkan, dididik, dan diajar, sampai ia berumur dua belas tahun. Pada 
umur itu, seorang anak laki-laki disebut "anak Hukum Taurat" dan sesudah itu 
orang tuanya dilepaskan dari tanggung jawab rohani terhadap anaknya.

Perjanjian Baru: Aman dalam kasih dan janji Tuhan Yesus.

Dalam menyelidiki empat Injil, kita berfokus pada ucapan Tuhan Yesus mengenai 
anak-anak dan sikap-Nya terhadap mereka. Kita dapat melihat dalam bagian-bagian 
Alkitab berikut ini: Markus 10:14, Markus 10:15, Matius 18:6, dan Matius 18:14. 
Hal yang menarik perhatian ialah, bahwa Tuhan Yesus menunjuk anak sebagai 
teladan bagi orang dewasa dalam hal menerima Kerajaan Allah. Tuhan Yesus tidak 
menantikan seorang anak menjadi matang terlebih dahulu dan menjadi dewasa secara 
umur sebelum ia dapat masuk ke Kerajaan Surga.

Perjanjian Baru: "Dahulu" dan "Sekarang" serta konsepsi pertumbuhan.

Surat-surat dalam Perjanjian Baru ditulis kepada orang dewasa. Hampir semua dari 
mereka merupakan orang Kristen generasi pertama. Dalam surat-surat itu, kita 
dapat memperhatikan pembagian yang jelas dan tegas antara hidup lama, yang sudah 
lenyap, dengan penyembahan-penyembahan berhala, kemerosotan moral, dan lain-
lainnya, dan hidup baru yang dimulai pada suatu saat tertentu, yang harus 
berkembang dalam persekutuan orang-orang percaya.

Anak-anak hampir tidak disebut dalam surat-surat. Dalam Efesus 6:1-3 dan Kolose 
3:20, 
anak dinasihati supaya taat dan menghormati orang tua sesuai dengan 
sepuluh hukum. Paulus juga memperingatkan orang tua, dalam hal ini ayah, agar 
mereka jangan membangkitkan amarah dalam hati anak, melainkan mendidik mereka 
dalam ajaran dan nasihat Tuhan (Efesus 6:4).

Sebagai orang Kristen generasi pertama, tidak ada di antara mereka yang 
dibesarkan dalam suasana keluarga Kristen. Karena itu, nasihat Paulus ini 
penting sekali. Dalam gereja mula-mula, orang dewasa bertobat -- mungkin juga 
ada anak yang bertobat bersama mereka -- kemudian orang tua membesarkan anak 
mereka dalam konteks keluarga Kristen.

Dalam 1 Korintus 7:13-14, ditambahkan hal lainnya yang juga penting. Anak dari 
pernikahan di mana hanya salah satu dari orang tuanya yang bertobat, disebut 
"kudus", artinya milik Tuhan. Mereka akan dibesarkan dalam suasana yang 
dikuduskan oleh kehadiran Tuhan dalam hidup salah satu orang tuanya yang 
percaya.

PANDANGAN INJILI: STATUS ROHANI DAN PERTOBATAN ANAK

Kematian Yesus Kristus di kayu salib membawa penebusan bagi seluruh umat manusia 
dan dapat diterima oleh semua orang, baik dewasa maupun anak. Semua manusia 
mewarisi kecenderungan pada dosa, akibat kejatuhan Adam dan Hawa, nenek moyang 
umat manusia. Status ini menyebabkan setiap orang, termasuk anak, telah berbuat 
dosa dan membutuhkan pembenaran di hadapan Allah. Pemberian anugerah ini 
diterima melalui percaya (Roma 3:23-26, 5:18).

Status Rohani Anak

Semua anak dalam semua ras dan bangsa, seperti anak pada zaman Tuhan Yesus, 
sangat dikasihi oleh Tuhan Yesus. Ia mau supaya mereka datang kepada-Nya dan 
sedini mungkin menerima berkat penuh, yaitu hidup dalam Kerajaan Allah (Markus 
10:13-16).

Seorang anak yang dibesarkan dalam keluarga Kristen, di mana ayah atau ibu atau 
kedua orang tuanya percaya, disebutkan "kudus".

Seorang anak yang dibesarkan dalam lingkungan yang jauh dari Tuhan merupakan 
domba yang hilang. Anak itu harus dicari dan dibawa kembali ke "kandang" 
(Sekolah Minggu, Jemaat) oleh gembala-gembala yang setia, yang diutus oleh Allah 
untuk mencari yang terhilang.

Pertobatan dan Kelahiran Baru

Kita diperhadapkan pada rahasia besar sewaktu kita memikirkan pertobatan dan 
kelahiran baru. Kita berdiri pada tanah yang suci. Ada suatu saat dalam hidup 
setiap anak yang diajar dalam iman Kristen, di mana ia disadarkan oleh Roh Kudus 
akan kasih yang besar, yang dinyatakan dalam kematian Yesus Kristus di Golgota. 
Pada saat itu, ia dapat melangkah dengan iman, menerima anugerah keselamatan 
bila ada yang membimbingnya.

Kalau tidak ada, ada kemungkinan bahwa anak itu melangkah seorang diri dan baru 
kemudian menerima penjelasan tentang apa yang terjadi. Kesempatan seperti itu 
datang beberapa kali dalam hidup setiap manusia, termasuk anak. Ada kesaksian 
bahwa pertobatan seperti itu terjadi pada masa terbitnya kesadaran hati nurani 
(umur 3 -- 5 tahun). Akan tetapi, lebih banyak anak mengalami pertobatan pada 
masa perkembangan, di mana mereka mulai sangat peka terhadap Hukum Taurat dan 
dosa, yaitu ketika berumur 8 -- 12 tahun.

Jadi, yang dimaksud dengan pertobatan adalah berpalingnya seorang anak kepada 
Tuhan dengan menyesali dosa-dosanya. Kemudian, mengakuinya dengan jujur dan 
menerima Tuhan Yesus sebagai Juru Selamat secara pribadi. Pada saat itu, 
kelahiran baru terjadi. Melaluinya, anak mengalami hidup baru, tujuan baru, juga 
kuasa baru untuk bertumbuh sebagai orang Kristen.

Hal yang perlu diingat, seorang anak tetaplah seorang anak yang tumbuh dalam 
perkembangan yang wajar, sama seperti semua anak lainnya.

PENGINJILAN DAN PENDIDIKAN KRISTEN DALAM HIDUP ANAK

Keluarga adalah tempat yang paling efektif yang ditetapkan Allah untuk mendidik 
anak dalam iman. Dalam keluarga Kristen, seorang anak dapat belajar beriman 
sebagai suatu kebudayaan. Ini yang dimaksudkan dalam Kitab Ulangan 6:4-7 dan 
Efesus 5:22-6:4. Meski demikian, gereja sebagai tubuh Kristus juga bertanggung 
jawab untuk mengadakan program pengajaran (Sekolah Minggu) dan Penginjilan 
(Pekan Anak, Kebangunan Rohani, Kamp Anak). Boleh jadi, apa yang sudah ditanam 
dengan sabar dan tekun selama bertahun-tahun, tiba-tiba mulai menampakkan hasil. 
Anak bertobat dan masuk ke dalam hidup baru yang tahan uji di kemudian hari.

Pada dasarnya, pelayanan gereja memperkokoh apa yang diajarkan dalam rumah 
tangga Kristen. Pengajaran ini disampaikan dalam konteks "keluarga baru" seperti 
yang dibicarakan oleh Tuhan Yesus dalam Matius 12:45-50. Belajar dalam konteks 
itu juga penting sekali untuk anak dari keluarga non-Kristen yang belum mendapat 
bimbingan rohani di rumah.

Selain itu, gereja juga dapat merencanakan peristiwa khusus seperti Kamp 
Keluarga Kristen. Kamp itu dapat dibandingkan dengan perayaan orang Israel dalam 
zaman Perjanjian Lama, umpamanya, Pesta Pondok Daun. Pada perayaan seperti itu, 
firman Tuhan diajarkan dalam konteks hidup bersama-sama, besar dan kecil, 
sebagai keluarga orang yang percaya. Keadaan ini menolong keluarga-keluarga 
mempraktikkan hidup beriman yang nanti dapat diteruskan dalam rumah tangga 
masing-masing.

Kita dapat mengajar dan membimbing seorang anak langkah demi langkah sesuai 
dengan tingkat perkembangan yang ditetapkan oleh Pencipta mereka. Tetapi, kita 
juga harus menyadari bahwa setiap saat, seorang anak dapat dibawa kepada 
Penciptanya yang menantikan respons mereka. Pada saat itu, dapat terjadi suatu 
pertobatan yang mengakibatkan kelahiran baru. Peristiwa semacam ini sewaktu-
waktu perlu direncanakan melalui pengadaan penginjilan.

Diambil dan disunting dari:
Judul buku: Pedoman Pelayanan Anak
Penulis: Ruth Laufer & Anni Dyck
Penerbit: Yayasan Persekutuan Pekabaran Injil Indonesia, Malang
Halaman: 59 -- 61 dan 63 -- 65


         STOP PRESS: BERGABUNGLAH DALAM FACEBOOK GROUP E-BINAANAK

Kabar gembira bagi para pelayan anak!

Yayasan Lembaga SABDA telah membuka Facebook Grup e-BinaAnak yang ditujukan bagi 
para pelayan anak untuk membaca, berdiskusi, dan berbagi, demi pengembangan 
keterampilan dalam melayani dan bertumbuh bersama dalam Kristus.

Tujuannya adalah:

1. Menyajikan bacaan-bacaan yang bermutu dan menjadi berkat bagi setiap pelayan 
   anak demi pertumbuhan pelayanan anak di Indonesia.
2. Menanamkan kegemaran membaca dalam diri setiap pelayan anak yang dapat 
   menolong untuk bertumbuh dalam hal wawasan, keterampilan, maupun kedewasaan 
   iman.
3. Menciptakan tempat bagi para pelayan anak untuk saling berdiskusi, saling 
   mendorong, dan saling berbagi berkat bersama.

Mari kita saling membangun kerohanian, pengalaman, dan pengertian seputar 
pelayanan anak dengan membaca tulisan-tulisan bermutu dan berdiskusi bersama.

Segeralah mendaftar di Facebook Grup e-BinaAnak < 
https://www.facebook.com/groups/binaanak/ > dan kami meminta Anda untuk mengisi 
data di bawah ini serta menyetujui komitmen anggota Grup e-BinaAnak.

----------------> potong di sini <-------------------
           FORMULIR DATA DIRI DAN KOMITMEN

Nama:
Tanggal lahir:
Kota tempat tinggal:
Email:
HP:
Pendidikan terakhir:
Gereja:
Pelayanan:
Alasan saya ingin bergabung di Grup e-BinaAnak:

Komitmen saya:
Dengan bergabung di Grup e-BinaAnak ini, saya berkomitmen untuk ikut 
berkontribusi aktif dalam grup ini hingga selesai mendiskusikan satu bahan 
diskusi.
----------------> potong di sini <-------------------

Kirimkan formulir ini ke < binaanak(at)sabda.org >

Kontak: binaanak(at)sabda.org
Redaksi: Davida, Santi T., dan Elly
Berlangganan: subscribe-i-kan-binaanak(at)hub.xc.org
Berhenti: unsubscribe-i-kan-binaanak(at)hub.xc.org
Arsip: http://sabda.org/publikasi/e-binaanak/arsip/
BCA Ps. Legi Solo, No. 0790266579, a.n. Yulia Oeniyati
(c) 2013 -- Yayasan Lembaga SABDA < http://ylsa.org > 

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org