Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-binaanak/657

e-BinaAnak edisi 657 (16-10-2013)

Menjawab Pertanyaan Anak (III)

___e-BinaAnak (Milis Publikasi Elektronik untuk Para Pembina Anak)____

e-BinaAnak -- Menjawab Pertanyaan Anak (III)
657/Oktober/III/2013

Salam dalam kasih Kristus,

Respons kita, baik pelayan anak maupun orang tua, terhadap pertanyaan anak 
menentukan perkembangan anak di tahap selanjutnya. Jika kita merespons dengan 
tidak baik/mengabaikan/mengalihkan pertanyaannya, anak-anak akan menjadi malas 
bertanya dan perkembangan kreativitasnya akan berkurang. Lalu, bagaimana cara 
pelayan anak/orang tua dalam merespons anak yang mempunyai banyak pertanyaan, 
bahkan untuk hal yang sepele sekalipun? Simaklah sajian e-BinaAnak kali ini dan 
dapatkan berkatnya. Tuhan Yesus memberkati.

Staf Redaksi e-BinaAnak,
Santi T.
< http://pepak.sabda.org/>


Arahkanlah perhatianmu kepada didikan, dan telingamu kepada kata-kata 
pengetahuan. 
(Amsal 23:12) 


TIP: CARA CERDIK MENJAWAB PERTANYAAN ANAK

Respons positif orang tua atas pertanyaan si kecil sangat membantu proses 
berpikir dan tingkat pemahamannya.

"Bu, mengapa burung bisa terbang? Kok pohon berbuah sih? Apa nama kendaraan 
beroda tiga itu?"

Si prasekolah terkadang membuat pusing dengan berbagai pertanyaannya yang tak 
kenal waktu. Kalau sudah kehabisan akal, tak jarang orang tua berujar, "Aduh, 
bawel amat sih!" Atau pertanyaannya yang dianggap sepele atau tak logis 
ditanggapi dengan jawaban asal-asalan. "Pohon berbuah? Ya ... memang dari sana 
sudah begitu. Sudah, ah, Papa mau membaca koran lagi!"

Tentu respons orang tua yang asal-asalan amat tidak disarankan. Tindakan yang 
paling bijak adalah dengan menanggapi apa pun pertanyaan anak, yang sepele 
sekalipun, secara positif. Respons yang baik akan membantu proses berpikir dan 
pemahaman si prasekolah kelak. Juga tak masalah jika ia ternyata masih belum 
puas dengan jawaban yang diberikan, lantas bertanya lagi, lagi, dan lagi. Orang 
tualah yang mesti siap menghadapi "gempuran" pertanyaan itu. Misalnya, dengan 
lebih rajin membaca buku agar wawasan dan pengetahuan kita makin bertambah.

Menunjukkan Minat

Mengapa di usia prasekolah anak sangat gemar bertanya? Ada beberapa alasan yang 
menyertainya, antara lain:

a. Menunjukkan minat.

Ragam pertanyaan anak dapat menunjukkan minatnya pada peristiwa atau pemandangan 
di sekitarnya. Contoh, si prasekolah bertanya, "Mengapa ayam yang tadinya satu 
bisa bertambah jadi tiga?" Atau "Ada berapa banyak mobil yang sedang parkir 
itu?" Pertanyaan-pertanyaan seperti ini merupakan pertanda anak memiliki minat 
di bidang matematika/logika.

b. Belum paham.

Keingintahuan yang belum terpenuhi akan membuat anak terus bertanya sampai ia 
mendapatkan titik terang. Kalau orang tua merasa sudah pernah menjawab, tetapi 
anak tetap melontarkan pertanyaan yang sama, jangan-jangan ia belum memahami 
penjelasan yang diberikan.

c. Cari perhatian.

Kalau si kecil selalu mengajukan pertanyaan yang sama, padahal orang tua juga 
sudah berkali-kali menjelaskan, bisa jadi ia sedang cari perhatian. Segera cari 
penyebabnya. Mungkin lantaran si kecil merasa diabaikan karena orang tua tidak 
menemaninya bermain, orang tua kelewat sibuk dengan pekerjaan, atau ia merasa 
dibedakan dengan kakak atau adiknya. Agar terus mendapat perhatian dari ayah dan 
ibunya, si kecil terus menanyakan hal yang sama. Cara ini pun kerap dipakai oleh 
anak-anak yang sebetulnya tidak kurang perhatian. Namun, ketika perhatian 
untuknya teralihkan, anak berusaha mendapatkannya kembali dengan berbagai cara, 
termasuk banyak bertanya. Oleh karena itu, lakukan kontak mata saat 
berkomunikasi agar anak merasa tetap diperhatikan dan dihargai.

Kiat Menjawab

Si kecil sebenarnya tak begitu membutuhkan jawaban panjang lebar, apalagi dengan 
bahasa yang kurang "membumi" karena masih terlalu abstrak di telinga anak. Agar 
si prasekolah bisa langsung paham jawaban Anda, berikut ini kiatnya.

Hindari penjelasan yang berbelit-belit karena yang dibutuhkan si kecil adalah 
jawaban dan penjelasan sederhana dengan bahasa yang sesuai kemampuan 
berpikirnya. Jika masih ragu-ragu dengan jawaban yang akan diberikan, jangan 
bersikap "sok tahu". Alih-alih mendapat jawaban yang tepat, anak justru menelan 
informasi yang ternyata salah. Singkat kata, orang tua harus jujur atau terus 
terang kalau tak bisa menjawab.

Ajak anak untuk mencari jawaban dari pertanyaan-pertanyaannya yang sulit. 
Misalnya, dengan mengajak anak membuka ensiklopedia atau mencari orang yang 
kira-kira bisa menjawab pertanyaannya. "Yuk kita tanya kakek, mungkin beliau 
tahu." Atau, "Bagaimana kalau kita besok tanyakan kepada ibu guru? Siapa tahu 
ibu guru bisa jawab." Kelak si kecil juga belajar bahwa jika mendapati masalah, 
dia akan mencari orang yang bisa membantunya memecahkan masalah yang dihadapi 
atau membacanya dari berbagai buku/literatur.

Ajak anak belajar menganalisis hubungan sebab-akibat. Misalnya, ketika anak 
bertanya, "Ma, mengapa orang naik kuda? Mengapa enggak jalan kaki saja `kan 
punya kaki." Cobalah memancing daya analisis si kecil dengan balik bertanya, 
"Coba menurut kamu lebih cepat mana orang sampai ke tujuannya, apakah naik kuda 
atau jalan kaki?" Upaya membalikkan pertanyaan juga merangsang anak untuk 
menemukan sendiri jawabannya. "Ayo, menurut Kakak mengapa orang naik kuda?".

Untuk menjawab pertanyaan "mengapa" sebaiknya orang tua jangan langsung 
menjawab. Biarkan dia berpikir mencari jawabannya. Maklumi jika jawabannya masih 
sangat sederhana karena memang kemampuan berpikirnya masih terbatas. Dalam hal 
ini, orang tua berperan menambahkan atau menjelaskan sesuatu lebih jelas lagi 
agar pengetahuan dan wawasan si kecil makin bertambah. Misalnya, "Mengapa burung 
bisa terbang? Karena punya sayap. Nah, burung-burung yang kamu lihat itu terbang 
untuk mencari makanan yang ada di pohon-pohon dan juga di tanah. Burung membuat 
sarangnya di pohon, lho."

Si Pendiam

Tak semua anak usia prasekolah banyak melontarkan pertanyaan. Beberapa di 
antaranya lebih memilih banyak diam. Kalau ditelusuri, ada beberapa hal yang 
melatarbelakangi perilaku seperti itu:

a. Pendiam

Anak tak suka bertanya karena memang ia tipe pendiam; tak terbiasa mengemukakan 
isi pikirannya dan apa saja yang diinginkannya. Mungkin juga karena kedua orang 
tuanya pendiam dan jarang mengajaknya berkomunikasi atau berdialog. Harap 
diingat, anak adalah peniru ulung. Jikalau orang tua tak banyak bicara, anak pun 
bisa setali tiga uang.

b. Kemampuan terbatas.

Dengan kata lain, perkembangan si kecil mengalami keterlambatan sehingga 
kemampuan bicaranya juga terlambat.

c. Dianggap sepele dan dimarahi.

Orang tua yang tak pernah memberikan kesempatan kepada si kecil untuk banyak 
bertanya dapat menyebabkan anak jadi lebih memilih diam. Misalnya, setiap 
pertanyaan anak tak pernah dijawab. Entah karena dianggap sepele atau 
pertanyaannya sulit dijawab. Misalnya, "Aduh, Papa lagi sibuk nih, tanya-tanya 
terus sih. Sana main di luar." Atau misalnya, si anak malah disuruh tanya pada 
ibunya. "Tanya saja sama ibu. Ayah masih kerja enggak boleh diganggu!"

Akibatnya, anak bingung tak punya tempat bertanya. Minatnya untuk bertanya pun 
pupus di tengah jalan. Dia beranggapan untuk apa bertanya bila malah dimarahi. 
Di sekolah pun, dia jadi jarang bertanya. Anak tumbuh menjadi pribadi yang pasif 
dan tak percaya diri. Kalau bertanya takut disalahkan atau khawatir 
ditertawakan. Dampak lebih jauh, kemampuan berpikir dan daya nalar si kecil jadi 
tak berkembang optimal. Sayang, bukan?

Pertanda Kritis, Cerdas, dan Kreatif

Konon, anak yang banyak bertanya menandakan kalau ia kritis, cerdas, dan 
kreatif. Memang hal itu tidak secara langsung berkaitan. Sebagai ilustrasi, anak 
yang kritis, cerdas, ataupun kreatif, umumnya mempertanyakan sesuatu yang butuh 
jawaban panjang lebar. Misalnya, pertanyaan yang dimulai dengan "mengapa". Akan 
tetapi, perlu diingat pula bahwa indikator kritis, cerdas, ataupun kreatif, tak 
cuma dapat dinilai dari satu aspek itu saja. Ada berbagai hal lain yang patut 
dijadikan pertimbangan dalam mengategorikan seorang anak cerdas, kritis, atau 
kreatif. Yang pasti, setiap anak memiliki kecerdasan majemuk. Kecerdasan mana 
yang paling menonjol tentu masing-masing berbeda.

Untuk Anak Berkebutuhan Khusus

Anak-anak berkebutuhan khusus, misalnya autis, ADHD, down syndrome, dan 
sebagainya terkadang juga menanyakan sesuatu. Namun, tidak mengarah pada 
pertanyaan yang bersifat sebab-akibat, tetapi lebih pada pertanyaan "apa" atau 
"di mana". Selain itu, anak berkebutuhan khusus sering mengulang pertanyaan yang 
sebenarnya sudah pernah dijawab. Ada kalanya anak-anak ini pasif atau tidak 
mengajukan pertanyaan apa pun. Untuk itu, orang tua dan terapis biasanya 
mendorong anak tersebut untuk bertanya. Misalnya, "Tumben diantar sama papa? 
Mama ke mana?" Kemudian, anak-anak ini juga dilatih untuk bisa menjawab tidak 
sekadar bertanya. Memang membutuhkan kesabaran yang lebih dalam menghadapi anak 
berkebutuhan khusus.

Diambil dan disunting dari:
Nama situs: LPT Cindo
Alamat URL: http://www.lptcindo.com/tips-psikologi/item/26-trik-cerdik-jawab-pertanyaan-anak.html
Judul asli artikel: Trik Cerdik Jawab Pertanyaan Anak
Penulis: Tidak dicantumkan
Tanggal akses: 6 Oktober 2013


STOP PRESS: SUMBER BAHAN NATAL BERKUALITAS DARI SABDA

Kami yakin Anda yang aktif di pelayanan pasti sudah mulai berpikir untuk 
mempersiapkan Natal, bukan? Nah, dengan gembira kami menginformasikan bahwa 
Yayasan Lembaga SABDA (YLSA) telah menyediakan berbagai bahan seputar Natal, 
yang bisa Anda temukan di situs Natal Indonesia, Youtube, dan Facebook Natal. 
Melalui situs, Anda bisa mendapatkan banyak bahan seperti: Renungan Natal, 
Artikel Natal, Cerita/Kesaksian Natal, Drama Natal, Puisi Natal, Tip Natal, 
Bahan Mengajar Natal, Blog Natal, Resensi Buku Natal, Gambar/Desain Natal, Lagu 
Natal, dll.. Situs ini sangat interaktif karena semua pengunjung bisa 
mendaftarkan diri, berpartisipasi aktif dengan mengirimkan tulisan, menulis 
blog, memberikan komentar, dan mengucapkan selamat Natal kepada pengunjung yang 
lain.

Selain situs, Anda bisa mendapatkan bahan Natal berupa video audio melalui 
Youtube. Anda juga bisa bergabung di komunitas Facebook Natal sehingga Anda bisa 
saling mendukung, berbagi hal-hal seputar Natal, dan menambah relasi dengan 
saudara-saudari seiman. Jadi, tunggu apa lagi? Segera kunjungi sumber-sumber 
bahan Natal dari YLSA. Mari berbagi berkat pada perayaan hari kedatangan Kristus 
ke dunia 2000 tahun yang lalu ini, dengan menjadi berkat bagi kemuliaan nama-
Nya.

- Situs Natal: http://natal.sabda.org/
- Youtube:
1. Kisah Natal Matius: http://www.youtube.com/watch?v=q8tSbbQPGZg
2. Kisah Natal Lukas: http://www.youtube.com/watch?v=MWxqm9U-KeY
3. Carita Natal Mateus: http://www.youtube.com/watch?v=w3Vt18UvxsU
4. Carita Natal Lukas: http://www.youtube.com/watch?v=j0ThUUrWVV8
- Facebook Natal: http://fb.sabda.org/natal


Kontak: binaanak(at)sabda.org
Redaksi: Davida, Santi T., dan Elly
Berlangganan: subscribe-i-kan-binaanak(at)hub.xc.org
Berhenti: unsubscribe-i-kan-binaanak(at)hub.xc.org
Arsip: http://sabda.org/publikasi/e-binaanak/arsip/
BCA Ps. Legi Solo, No. 0790266579, a.n. Yulia Oeniyati
(c) 2013 -- Yayasan Lembaga SABDA < http://ylsa.org >

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org