Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-binaanak/660

e-BinaAnak edisi 660 (6-11-2013)

Mengenal Tokoh Alkitab: Paulus (I)

___e-BinaAnak (Milis Publikasi Elektronik untuk Para Pembina Anak)____

e-BinaAnak -- Mengenal Tokoh Alkitab: Paulus (I)
660/November/I/2013

Salam sukacita,

Salah satu tokoh Alkitab yang paling berpengaruh dalam perkembangan kekristenan 
adalah Rasul Paulus. Biasanya, anak sekolah minggu mengenal sosoknya sebagai 
seorang yang dulunya sangat jahat karena membunuh orang-orang percaya, tetapi 
akhirnya bertobat setelah berjumpa dengan Tuhan Yesus. Namun, apakah anak-anak 
tahu mengapa dia menganiaya orang percaya? Pada dasarnya, dia melakukan hal yang 
jahat itu justru karena kasihnya yang sangat besar kepada Allah. Mungkin, 
pernyataan ini membuat sedikit pelayan anak kaget, apa hubungan perbuatan jahat 
dengan kasih Paulus kepada Allah? Oleh karena itu, kita perlu mendalami terlebih 
dahulu latar belakang kehidupan Paulus sebelum kita menyampaikannya kepada anak-
anak layan kita. Silakan simak kolom Artikel minggu ini yang akan memberikan 
penjelasan yang cukup mendalam tentang Rasul Paulus. Jangan lewatkan pula 
informasi menarik mengenai Facebook Natal yang dapat menolong para pelayan anak 
mencari banyak ide dan informasi seputar Natal tahun ini. Selamat menyimak.

Pemimpin Redaksi e-BinaAnak,
Davida
< evie(at)in-christ.net >
< http://pepak.sabda.org/>


"Sebab aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun 
pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang, atau 
kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk 
lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus 
Yesus, Tuhan kita." (Roma 8:38-39) 


ARTIKEL: MENGENAL RASUL PAULUS

Dia adalah seorang teolog besar, kadang-kadang malah dipandang sebagai pendiri 
kekristenan, yang surat-suratnya menjadi bagian utama dari PB. Tidak ada 
keraguan berarti mengenai keaslian surat-surat Paulus kepada jemaat-jemaat di 
Roma, Korintus, Galatia, Filipi, dan kepada Filemon; dan banyak ahli juga 
menerima keaslian 1 Tesalonika dan Kolose. Surat Efesus biasa dipandang sebagai 
suatu ikhtisar teologi Paulus daripada surat tulisan Paulus. Dan, surat-surat 
pastoral tidak lazim digunakan sebagai bukti pemikiran Paulus atau bukti dari 
penahanan Paulus setelah Kisah Para Rasul 28.

Surat-surat Paulus dituliskan untuk keadaan khusus dan didiktekan kepada seorang 
penulis, seperti Tertius (Roma 16:22) sehingga menjadi kesaksian langsung dari 
kehidupan dan ketegangan-ketegangan gereja awal, serta memberi informasi 
autobiografis mengenai Paulus. Sedangkan, kitab Kisah Para Rasul, misalnya, 
merupakan suatu tulisan historis sekunder. Tetapi, surat-surat Paulus, maupun 
kitab Kisah Para Rasul, tidak ada yang menggambarkan bagaimana rupa Paulus 
secara lahiriah. Tetapi, suatu tulisan yang tidak tepercaya dari abad kedua M 
(Akta Paulus dan Thecla), menggambarkan Paulus itu pendek, botak, berkaki 
bengkok; berpenampilan penuh semangat, dengan alis mata yang menyatu dan 
berhidung sedikit melengkung. Dari surat-surat Paulus sendiri, terutama 2 
Korintus, dapat disimpulkan bahwa Paulus adalah seorang guru yang cakap dan 
membanggakan, tetapi juga rendah hati, cermat, dan mudah marah, sekalipun juga 
mudah mengampuni dan bermurah hati. Ia memenangkan kesetiaan, bahkan cinta kasih 
dari murid-muridnya (Galatia 4:15) dan ia mempunyai perhatian pastoral yang 
mendalam untuk jemaat-jemaatnya; ia juga ingin sekali menumbuhkan damai di 
antara mereka yang tidak senang. Namun, ia dibenci oleh orang Yahudi karena 
dianggap murtad. Kalaupun surat-surat itu bukan susastra karena tidak 
dimaksudkan untuk dipublikasikan atau diturunkan kepada angkatan selanjutnya, 
Paulus bukannya tidak berpendidikan.

Paulus dilahirkan sekitar tahun 10 M dalam keluarga Yahudi ortodoks (Filipi 3:5-
6) di Tarsus. Pada usia muda, ia meninggalkan rumah dan pergi ke Yerusalem 
(Kisah Para Rasul 22:3) dan dilatih oleh orang-orang Farisi. Ia menjadi 
penganiaya orang Kristen dan sebagai penganiaya itu, ia pergi ke Damaskus (pada 
34 atau 35 M), lalu menerima panggilan (Galatia 1:23) untuk mengikut Yesus 
sebagai Mesias dan memberitakan Injil kepada bangsa-bangsa bukan Yahudi. Paulus 
dilengkapi untuk tugas seperti itu, dengan penguasaan bahasa Yunani, kalaupun 
dalam pemikirannya ia sangat Ibrani. Paulus adalah orang yang mempunyai 
kedudukan terhormat di masyarakat, sebagai warga kota Yunani, yaitu Tarsus, dan 
sebagai warga Roma (menurut Kisah Para Rasul, kewarganegaraan Roma itu tidak 
pernah disebutkan dalam surat-surat Paulus sendiri). Kewarganegaraan Roma 
memberi hal-hal istimewa, seperti kebebasan dari hukuman yang merendahkan diri, 
hak naik banding kepada Kaisar atas tuduhan dengan ancaman hukuman mati. 
Kewarganegaraan Roma dari Paulus didapatnya sejak lahir dan mungkin merupakan 
pengakuan penghargaan kerajaan kepada ayahnya, yang menurun kepada anaknya. 
Menurut Josephus, banyak orang Yahudi yang mempunyai kewarganegaraan Romawi. 
Tidak mengherankan jika Paulus menganggap kuasa pemerintah (Roma) adalah 
pemberian Allah (Roma 13:1-7). Ada kemungkinan bahwa suatu daftar warga negara 
disimpan di Roma. Status perkawinan Paulus tidak jelas. Ada berbagai dugaan 
dikemukakan, yaitu ia memang bujangan yang tidak menikah, ia seorang duda, atau 
seorang yang resmi bercerai dari istrinya.

Paulus mempunyai dua nama. Nama Ibraninya adalah Saulus, menurut nama raja 
Ibrani pertama; dan nama Latinnya adalah Paulus (si kecil), yang mungkin karena 
bunyinya berdekatan dengan Saulus. Paulus digambarkan sebagai orang yang mampu. 
Ia mampu membayar biaya sumpah kaul nazar (Kisah Para Rasul 21:24) dan Felix 
juga berharap bisa mendapatkan uang suap dari Paulus. Paulus jenius mendapatkan 
perlakuan istimewa dan penulis kitab Kisah Para Rasul agaknya suka menciptakan 
kesan bahwa iman Kristen dan kedudukan terhormat di masyarakat adalah cocok. 
Kenyataan bahwa Paulus melakukan kerja tangan, membuat tenda, tidak 
menurunkannya ke kelas tukang-tukang karena para rabi biasa mengajar tanpa 
memungut bayaran dan biasa mempunyai keahlian untuk menunjang hidupnya. Jelas 
bahwa berbeda dari Yesus, Paulus adalah orang kota, yang merujuk pada panggung 
pertunjukan (1 Korintus 4:9), pada tata perniagaan (2 Korintus 1:22), pada pasar 
(1 Korintus 10:25), dan pertandingan (1 Korintus 9:24).

Sesudah Paulus, gereja melanjutkan pertumbuhannya di kota-kota sementara 
penyembahan berhala berkembang di pedesaan. Pandangan bahwa Paulus lebih 
daripada Yesus dalam mendirikan kekristenan sebagai suatu agama, lepas dari 
keyahudian, didasarkan pada perbedaan antara pemberitaan Yesus tentang Kerajaan 
Allah dan keagamaan penebusan dari Paulus, di mana kematian dan kebangkitan 
Kristus merupakan pusat dari suatu peribadahan misteri baru. Baptisan menjadi 
jalan masuk calon anggota, dan pengotoran karena dosa manusia dihapus pada saat 
calon anggota itu mendapat persekutuan dalam tindakan penyelamatan Kristus. 
Pesan Yesus mengenai sang Bapa diubah menjadi keagamaan yang cocok untuk dunia 
Yunani, Romawi, di mana Bapa Surgawi itu hanya sedikit saja berperan. Dan, dalam 
keagamaan Paulus ini, keyahudian Yesus dilepaskan dari dasarnya, yaitu Torah. 
Sebagian dari alasan pandangan bahwa Paulus adalah otak penggagas, yang 
bermaksud menawarkan suatu keagamaan misteri baru di sekitar kematian dan 
kebangkitan Yesus kepada dunia Laut Tengah, terletak pada jarangnya Paulus 
menunjuk pada hidup dan ajaran Yesus.

Tetapi, sebenarnya ada petunjuk pada kelahiran Yesus (Galatia 4:4), pada keadaan 
Yesus yang tidak dikenal dan pada kemiskinan-Nya (2 Korintus 8:9; Filipi 2:7), 
juga pada pengajaran Yesus tentang perkawinan (1 Korintus 7:10), kemudaan pada 
perilaku kuno yang dibenarkan Yesus, bahwa pelayan-pelayan suatu keagamaan kaum 
ditunjang secara keuangan oleh sesama anggota keagamaan itu (1 Korintus 11:23, 
dst.), lalu pada anjuran untuk meneladani Yesus (1 Tesalonika 1:6), pada 
kelembutan dan kehalusan Kristus (Roma 15:2-3). Memang, perhatian utama Paulus 
adalah pada penyaliban dan pembangkitan Yesus oleh Allah pada hari ketiga (tidak 
ada petunjuk pada kubur kosong). Paulus mengajar sebagai orang yang percaya 
bahwa Allah sudah bertindak menentukan mutlak pada salib dan kebangkitan. Paulus 
mengartikan keadaan sekarang dalam terang peristiwa eskatologis itu. Yesus dan 
Paulus mempunyai harapan yang sama tentang keselamatan akhir, tetapi masing-
masing melihatnya dari sudut pandangnya. Yesus adalah pembawa keselamatan itu 
dan Paulus adalah pemberita dari apa yang terjadi itu. Pada waktu Paulus 
menyingkir ke Arab (Galatia 1:17), mungkin ia perlu memikirkan arti dari 
pengalaman yang mengubah segala sesuatu pada perjalanan ke Damaskus itu. Ia 
mengenali dirinya sebagai hamba Yesus Kristus (Roma 1:1). Salib dengan kuasa 
menyelamatkannya itu adalah sentral. Paulus menjadi penganiaya orang Kristen 
karena ia melihat mereka sebagai penganut Mesias palsu (Galatia 1:13) yang 
dikutuk oleh Allah (Galatia 3:13). Setelah pengalaman itu, Paulus menjadi 
percaya bahwa Yesus adalah Tuhan yang ditinggikan dalam kemuliaan. Perubahan 
yang sedramatis itu menjadikan Paulus lebih menyadari kemurahan Allah (1 
Korintus 15:9-10), ia telah dipilih, ia telah dituntun pada suatu pengertian 
baru mengenai pemilihan itu dan dalam Roma 9-11, ia menjelaskan bahwa pemilihan 
itu tidak mungkin mengikuti keturunan secara lahiriah dari Abraham (Roma 9:7) 
dan ukuran perbuatan baik.

Dalam Roma 8:38, ia menjelaskan bahwa Allah bahkan dapat membalikkan kejahatan 
dan dosa untuk melayani tujuan Allah sendiri. Kesadaran Paulus bahwa ia gagal 
terhadap Allah, justru pada waktu ia mengira telah bekerja untuk Allah, 
menjadikan dia sebagai seorang Kristen. Ia sangat sadar akan kesalahannya. 
Paulus menanggalkan legalisme yang menetapkan apa yang benar dan apa yang salah 
dalam rumusan-rumusan yang pasti. Maka, semua nilai kehidupannya yang lampau, 
dengan penumpukan pahala dan kesombongannya akan keselamatan karena kelahirannya 
sebagai umat perjanjian itu, ia anggap lenyap. Ia telah menyesatkan dirinya ke 
dalam kepercayaan diri yang salah. Dari kesadaran itulah, lahir permusuhan 
Paulus terhadap anjuran orang Kristen Yahudi tertentu yang yakin bahwa ketaatan 
kepada Taurat dapat digabungkan dengan iman kepada Kristus. Bagi Paulus, kedua 
pembenaran itu tidak dapat didamaikan, dan Paulus tidak dapat menerima tuntutan 
Taurat Yahudi (dengan disunat dan mematuhi peraturan makanan) sebelum seseorang 
dibaptiskan (Galatia 2:21). Kepercayaan Paulus bahwa Allah telah mengutus 
Kristus untuk menyelamatkan dunia dan keyakinannya bahwa ia telah dipanggil 
untuk memberitakan Injil ini ke mana-mana, menjadikan dia begitu pasti 
menyatakan bahwa peristiwa Kristus itu tidak perlu sekiranya jalan keselamatan 
itu sudah tersedia dalam keagamaan Yahudi. Jika orang-orang bukan Yahudi yang 
percaya itu harus menerima tuntutan orang Kristen Yahudi, itu sama artinya 
dengan meniadakan Kristus. Pemberlakuan persyaratan seperti sunat dan Sabat 
sebelum dapat bergabung dengan jemaat Kristen berarti berakhirnya misi Paulus.

Paulus menganjurkan orang mantan Yahudi di gereja Roma untuk bersekutu dengan 
para mantan bukan Yahudi. Ikatan emosional dan legal dengan Yudaisme harus 
ditanggalkan dalam persekutuan yang besar (Roma 15:7). Tetapi, orang Kristen 
yang dibebaskan dari tuntutan Taurat dan dari peraturan-peraturan keagamaan 
Yahudi, tidak dibebaskan dari pengendalian moral: menjadi satu dalam Kristus, 
menghasilkan buah-buah Roh Kristus. Mati bersama Kristus membawa orang mendapat 
bagian dalam hidup kebangkitan-Nya dan menjadi baru. Keinginan Paulus untuk 
memelihara kesatuan gereja adalah salah satu alasan baginya untuk mengumpulkan 
dana dari gereja-gereja bukan Yahudi bagi orang Kristen di Yerusalem. Paulus mau 
supaya para pemimpin gereja di Yerusalem menerima keabsahan misinya di antara 
orang bukan Yahudi, yang dibaptiskan tanpa ditundukkan pada hukum Taurat Yahudi. 
Pasti, ia juga berpendapat bahwa bantuan finansial itu akan mendukung cita-
citanya. Pertemuan Paulus dengan Galio di Korintus (Kisah Para Rasul 18:12-17) 
mungkin terjadi sekitar tahun 50-51 M, dan penghukuman matinya di Roma mungkin 
terjadi pada tahun 62 M, mungkin juga tahun 64 M. Lihat artikel Nero. Berkali-
kali dalam sejarah gereja, pikiran Paulus, khususnya dalam suratnya kepada 
jemaat Roma, telah membangkitkan gerakan baru yang kreatif: Augustinus, Luther, 
Wesley, Barth.

Diambil dan disunting dari:
Nama situs: Alkitab SABDA
Alamat URL: http://alkitab.sabda.org/dictionary.php?word=PAULUS,%20RASUL#browning_1
Penulis: Tidak dicantumkan
Tanggal akses: 6 November 2013


WARNET PENA: FACEBOOK NATAL

Natal tidak hanya dirayakan di gereja, di rumah, atau di persekutuan. Saat ini, 
Anda bisa merayakannya dengan banyak orang dari berbagai tempat, tidak terbatas 
pada ruang dan waktu, dan relasi Anda dengan saudara-saudari seiman akan semakin 
luas. Kini, Anda bisa merayakan Natal di dunia maya, yaitu Facebook Natal. 
Melalui Facebook ini, Anda bisa berbagi pengalaman seputar Natal, berkat firman 
Tuhan, kesaksian Natal, harapan di hari Natal, lagu-lagu Natal, dll.. Dengan 
banyaknya anggota yang bergabung di Facebook ini (lebih dari 137.000 anggota), 
Anda akan mempunyai kesempatan besar untuk berelasi dengan banyak orang dan 
saling menguatkan di antara saudara seiman. Menyenangkan sekali bukan? Ayo 
kunjungi Facebook Natal sekarang juga dan jadilah berkat untuk saudara-saudari 
kita pada hari Natal ini! (Santi T.)

==> http://fb.sabda.org/natal


Kontak: binaanak(at)sabda.org
Redaksi: Davida, Santi T., dan Elly
Berlangganan: subscribe-i-kan-binaanak(at)hub.xc.org
Berhenti: unsubscribe-i-kan-binaanak(at)hub.xc.org
Arsip: http://sabda.org/publikasi/e-binaanak/arsip/
BCA Ps. Legi Solo, No. 0790266579, a.n. Yulia Oeniyati
(c) 2013 -- Yayasan Lembaga SABDA < http://ylsa.org >

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org