Halaman ini adalah versi tampilan cetak (print view) dari:
http://sabda.org/publikasi/e-binaanak/685

e-BinaAnak edisi 685 (20-8-2014)

Identitas Kita di Dalam Kristus (II)


e-BinaAnak -- Identitas Kita di Dalam Kristus (II)
685/Agustus/II/2014

Salam damai dalam Kristus,

Ketika kita memutuskan untuk percaya dan menerima Kristus sebagai 
Tuhan dan Juru Selamat, dari saat itulah kita harus mau hidup sesuai 
dengan kebenaran firman-Nya. Prinsip-prinsip hidup orang Kristen ada 
dalam firman Tuhan, yang sudah seharusnya kita lakukan dengan penuh 
kesadaran dan ketaatan kepada-Nya. Jadi, setiap orang percaya adalah 
kitab yang terbuka, bukti nyata kasih Tuhan yang bisa dibaca oleh 
setiap orang yang ada di sekitar kita. Oleh karena itu, marilah kita 
senantiasa rindu untuk terus bertumbuh di dalam Tuhan dan mengenal Dia 
lebih dalam lagi supaya Kristus dapat terlihat nyata melalui perbuatan 
dan perkataan kita. Selamat menyimak edisi kali ini, kiranya ini dapat 
semakin menolong kita untuk menjadi pribadi yang mencerminkan Kristus 
kepada banyak orang. Tuhan memberkati.

Staf Redaksi e-BinaAnak,
Santi T.
< http://pepak.sabda.org/>


Allah lebih peduli tentang karakter kita daripada kenyamanan kita. 
Sasaran-Nya bukanlah untuk memanjakan kita secara fisik, melainkan 
untuk menyempurnakan kita secara rohani. (Powell)


         TIP: MEMBENTUK KARAKTER KRISTEN: WATAK KRISTUS
                  Oleh: Pdt. Dr. Stephen Tong

Akan menjadi apakah anak-anak yang Saudara didik? Apakah sekadar 
menjadikan mereka orang pandai, yang tidak kalah intelektualnya dengan 
orang lain? Pertanyaan yang serius adalah: Apakah mereka bisa menjadi 
berkat bagi orang lain? Westminster Shorter Catechism, yang merupakan 
katekismus pengakuan iman yang sangat penting dan dipakai di seluruh 
dunia, dalam pertanyaan pertamanya mengulas apakah yang menjadi 
sasaran utama hidup manusia. Jawabnya adalah: untuk memuliakan Allah 
dan menikmati-Nya seumur hidup. Kalau kita mendidik anak kita, 
mendidik murid kita, maka kita harus mendidik mereka terutama agar 
mereka mengetahui bahwa karakter terpenting yang harus mereka 
perjuangkan adalah bagaimana mereka hidup mempermuliakan Allah dan 
menjadi berkat bagi orang lain. Kalau yang mendirikan sekolah Kristen 
sendiri tidak tahu bagaimana konsep ini, silakan berhenti menjadi 
guru. Kalau Saudara menjadi orang tua yang tidak tahu bagaimana hidup 
bertanggung jawab memuliakan Tuhan dan menjadi berkat bagi orang lain, 
mintalah ampun kepada Tuhan dan segera bertobat. Biarlah kita semua 
bertobat dan memohon kepada Tuhan agar kita boleh diberi bijaksana 
mendidik, agar anak-anak kita memuliakan Tuhan dan mendatangkan faedah 
bagi orang lain.

Kita harus memikirkan bagaimana menanamkan konsep "ideal-man" yang 
bisa diidam-idamkan oleh anak atau murid-murid kita sehingga dari 
kecil, mereka sudah dipupuk di dalam suasana bagaimana mereka mengejar 
ke arah sasaran yang indah ini. Paulus menegaskan bahwa Kristus 
menjadi sasaran kita. Berarti "ideal-man" itu adalah diri Kristus 
sendiri. Paulus seumur hidupnya bekerja untuk memuliakan Kristus dan 
ia berusaha sekuat tenaga untuk menjadi serupa seperti Kristus. Ia 
berjuang untuk menyatakan kemuliaan Kristus sehingga Kristus terus-
menerus dibesarkan, baik melalui hidup maupun matinya. Itulah 
pelayanan. Pelayanan berarti, baik di dalam hidup maupun matiku, aku 
tetap memuliakan Kristus dan hidup sesuai dengan Kristus sehingga 
setiap orang yang melihat aku akan melihat Kristus hadir, sehingga 
kemuliaan-Nya dinyatakan kepada mereka.

Sebelum Kristus hadir, begitu banyak konsep tentang manusia ideal 
diutarakan oleh manusia, tetapi ketika Kristus hadir, semua konsep itu 
kini mewujud dalam diri Kristus. Di dalam diri Kristus tersimpan 
segala kebijaksanaan Allah yang terwujud di dalam daging. Oleh karena 
itu, Ia dapat berkata, "Barangsiapa melihat Aku, ia melihat Bapa yang 
mengutus Aku. Barangsiapa percaya kepada-Ku, ia bukan percaya kepada-
Ku, tetapi percaya kepada Bapa yang mengutus Aku." Berikut ini hal-hal 
yang perlu diperhatikan pendidik Kristen untuk membawa anak-anak 
memiliki watak Kristus.

1. Cermin Kemuliaan Allah

Seorang guru Kristen harus bisa memaparkan kesempurnaan, keindahan, 
dan kemuliaan Kristus untuk menjadi ide sasaran Saudara dan sekaligus 
ide sasaran murid. Dengan demikian, pembentukan karakter Kristen bisa 
dimungkinkan terjadi. Sejak kecil, murid harus melihat sesuatu yang 
menarik dia dan memberikan inspirasi kepadanya, yang merangsang dan 
memotivasi dia, sehingga ia tahu bahwa ia tidak boleh mundur. Ia harus 
memiliki keyakinan, yaitu jika orang lain bisa mencapai prestasi 
mereka, mengapa saya tidak bisa mencapai prestasi saya. Ibu saya 
selalu mendorong saya untuk belajar lebih baik dan tidak pernah puas. 
Kalimat-kalimat ibu saya yang begitu sedikit selalu merangsang pikiran 
saya. Saya menjadi anak yatim pada usia 3 tahun. Ibu saya membesarkan 
saya dengan susah payah. Ia selalu merangsang saya dengan kalimat-
kalimat, "Jangan cepat puas, jangan mundur, engkau harus mengembangkan 
dirimu sendiri." Ibu saya memakai kalimat-kalimat yang kembali saya 
pakai untuk anak-anak saya: "Saya tidak akan ikut menentukan hari 
depanmu, saya tidak akan memilihkan jodoh bagimu, dan saya tidak akan 
menentukan arah profesimu. Engkau harus bertanggung jawab, minta 
kepada Tuhan untuk memberikan kepadamu kebijaksanaan agar engkau 
mempunyai prinsip Alkitab untuk memilih, lalu menempuh jalan itu 
dengan berani." Inilah perbedaan antara orang Kristen dan orang bukan 
Kristen. Orang bukan Kristen selalu peduli prestasi, keuangan, agar 
anak-anaknya bisa mencari uang sebanyak mungkin. Itulah ukuran 
kesuksesan mereka. Jika uang adalah standar, Yesus adalah Pribadi yang 
paling gagal! Apabila ukuran kesuksesan adalah pengakuan dan 
penerimaan oleh banyak orang, Yesus yang mati dipaku di atas kayu 
salib adalah Pribadi yang paling gagal! Namun, justru ketika Yesus 
Kristus berada di kayu salib, Ia berkata, "Sudah selesai! Genaplah!" 
Ini merupakan suatu pandangan filsafat pendidikan Kristen yang sama 
sekali berbeda dari pandangan dunia. Kita mempunyai sasaran, kita 
mempunyai ide, yaitu ide Tuhan, yang lebih tinggi dari semua ide 
manusia, untuk menjadi ide kita hidup di dalam dunia. Ada perbedaan 
besar antara: aku mempunyai cita-citaku, dengan aku yang sesuai dengan 
ideal yang harus kucapai.

2. Sasaran Pendidikan

Konfusius mempunyai prinsip yang sangat besar dengan membedakan antara 
orang terhormat (gentleman/ideal--man) dan orang kecil (orang rendah, 
orang yang hatinya sempit, yang tidak memiliki keagungan jiwa dan 
wataknya). Dunia ini mempunyai dua macam pribadi. Satu, golongan orang 
memiliki sasaran dan keanggunan hidup. Orang seperti ini mempunyai 
visi, beban, pengabdian, dan moral di dalam diri lebih daripada 
sekadar jasmani di luar. Orang-orang seperti inilah yang akan 
menentukan arah sejarah dan akan mengetuk hati nurani orang lain. 
Orang lain akan ikut menangis apabila mereka menangis, dan orang lain 
akan turut tertawa apabila mereka sukses. Mereka akan menjadikan orang 
lain terharu dan rela berkorban demi sesuatu yang bernilai lebih 
tinggi. Inilah manusia ideal, menjadi manusia seperti yang seharusnya. 
Konfusius mengatakan bahwa orang-orang seperti ini mempunyai ciri 
khusus, yaitu mencari kebenaran lebih daripada sekadar mencari 
makanan.

Dunia sekarang ini hanyalah merupakan dunia yang sedang mengejar, 
mencari makan, mencari promosi jabatan, mencari kesenangan dunia, 
tetapi pada akhirnya, justru karena menginginkan kedudukan yang 
tinggi, mereka menggeser posisi orang lain, berlaku munafik, atau 
memakai segala cara yang jahat untuk menjatuhkan orang lain. Orang-
orang seperti ini sering memiliki gelar yang tinggi, mungkin sampai 
Ph.D. atau doktor-doktor yang lain. Jika mereka mempunyai kesempatan 
mendapatkan pengisian otak yang paling besar, tetapi hati nurani 
mereka masih penuh dengan kejahatan, maka pendidikan telah gagal 
total.

Tempat yang paling tidak adil justru di pengadilan. Ini berarti bahwa 
orang bisa belajar hukum setinggi mungkin secara akademis, tetapi 
hukum ternyata tidak berhasil mengontrol mereka untuk mencapai 
keadilan. Hukum hanya menjadi suatu alat yang dipermainkan oleh para 
ahli hukum untuk menjatuhkan orang lain. Ahli hukum adalah ahli-ahli 
yang mengerti hukum dan di tengah-tengah hukum berbuat sesuatu yang 
melanggar hukum, tetapi tetap tidak dihukum. Bukankah pengadilan 
seharusnya menjadi tempat yang menegakkan keadilan? Akan tetapi, 
sering kali pengadilan justru menjadi tempat yang paling berani 
menghujat keadilan, menjadi tempat yang paling tidak adil. Inilah 
hasil pendidikan.

Bukankah Alkitab merupakan sumber pengajaran firman Tuhan? Namun, 
mengapa orang-orang Farisi yang paling banyak menghafal Alkitab justru 
yang paling berani membunuh Yesus di atas kayu salib? Sebab, agama 
telah diperalat. Secara akademis, mereka mencapai tuntutan yang 
diminta, tetapi secara fakta, mereka sangat miskin dan gagal.

Mengapa begitu banyak anak-anak ahli pendidikan, para profesor yang 
besar, hidup tidak beres? Mengapa banyak anak-anak pendeta yang hidup 
tidak beres? Mengapa begitu banyak kaum awam, yang tidak banyak 
belajar teologi, anak-anaknya begitu mencintai Tuhan? Mengapa banyak 
janda, ibu yang lemah, tidak mempunyai cukup uang untuk mendidik, 
anak-anaknya ternyata begitu sukses? Semua ini tidak mudah dijawab. Di 
tengah ketidakmengertian ini, pada akhirnya saya berani berdiri untuk 
mendidik para guru, sekalipun saya bukan doktor pendidikan karena saya 
tahu bahwa bobot lebih penting daripada sekadar gelar akademis atau 
diakui di dalam sekolah saja. Saya ingin menjalankan suatu revolusi di 
bidang pendidikan ini supaya pendidikan kembali melihat apa yang 
diinginkan oleh Tuhan. Bagaimana menjadi manusia ideal (Ideal Man)? 
Jika Saudara membaca karya-karya Konfusius, konsepnya tentang manusia 
ideal muncul terus-menerus. Orang-orang kecil hanya mementingkan 
untung rugi, tetapi orang terhormat akan memperbincangkan apa yang 
benar dan tidak benar.

Kalau gereja ribut hanya karena gagal mau menjadi pemimpin, pemimpin 
gereja seperti itu lebih parah dibandingkan dengan para pemimpin 
sekuler di dunia. Jika satu gereja bertengkar karena dipilih jadi 
majelis atau tidak, pendidikan Kristen telah gagal sama sekali. 
Pendidikan harus membentuk pribadi. Kalau pendidikan tidak membentuk 
pribadi, pendidikan belum dapat disebut sebagai pendidikan. Biarlah 
kita yang sudah mendengar dan menerima hal ini, diberikan kekuatan dan 
kuasa untuk mengubah arah baru pendidikan di sekolah-sekolah tempat 
Saudara berada.

Diambil dan disunting dari:
Judul buku: Seni Membentuk Karakter Kristus
Judul asli artikel: Cermin Kemuliaan Allah
Penulis: Dr. Mary Setiawani dan Pdt. Dr. Stephen Tong
Penerbit: Lembaga Reformed Injili Indonesia, 1995
Halaman: 92 -- 96


             BAHAN MENGAJAR: MELAKUKAN FIRMAN TUHAN
                     Ditulis oleh: Santi T.

Bacaan: "Peringatkanlah agar mereka itu berbuat baik, kaya di dalam 
kebajikan, suka memberi dan membagi." (1 Timotius 6:18)

Bahan permainan:
1. Makanan kecil (bekal yang dibawa dari rumah).
2. Alat-alat tulis.
3. Apa saja yang dibawa anak-anak SM saat sekolah minggu.

Catatan: Bahan ini hanya untuk fasilitas permainan saja dan tidak akan 
diambil oleh anak-anak SM yang lain.

Tujuan:
1. Merangsang anak-anak SM untuk berpikir kreatif.
2. Menolong anak-anak SM untuk mengambil keputusan yang benar.
3. Melatih anak-anak SM untuk melakukan perbuatan baik.
4. Menerapkan prinsip-prinsip firman Tuhan dalam hidup sehari-hari.

Langkah-langkah permainan:
1. Mintalah anak-anak SM untuk berdiri berurutan dan membentuk 
   lingkaran. Guru SM ikut berdiri dalam barisan lingkaran tersebut.
2. Guru SM membacakan ayat 1 Timotius 6:18 dengan keras dan 
   menyebutkan kata kunci dalam ayat ini: berbuat baik, suka memberi 
   dan membagi.
3. Anak-anak SM boleh memilih salah satu kata kunci dan 
   memperagakannya kepada teman di sebelahnya, begitu seterusnya. 
   Permainan akan berhenti apabila ada anak yang tidak memperagakan 
   kata kunci yang dipilihnya. Contoh:
   - Anak 1 memilih kata "suka memberi", lalu anak 1 memberi roti 
     kepada teman di sebelahnya.
   - Anak 2 memilih kata "membagi", lalu anak 2 membagi roti itu 
     menjadi dua bagian dan memberikan yang sebagian kepada teman 
     di sebelahnya lagi.
   - Anak 3 memilih kata "berbuat baik", lalu anak 3 memberikan roti 
     tersebut kepada teman di sebelahnya sehingga ia tidak makan roti 
     itu.

Penutup:

Ketika kita membaca dan merenungkan ayat firman Tuhan, marilah kita 
melakukannya dengan sungguh-sungguh dan menerapkannya dalam hidup 
sehari-hari. Seseorang yang menerapkan firman Tuhan dalam kehidupan 
sehari-hari akan menjadi cermin kasih Kristus kepada sesama.


          MUTIARA GURU: IDENTITAS BARU DI DALAM KRISTUS

"Karena kamu telah dilahirkan kembali bukan dari benih yang fana, 
tetapi dari benih yang tidak fana, oleh firman Allah, yang hidup dan 
yang kekal.", 1 Petrus 1:23

Ketika kita menyadari identitas kita sebagai anak Tuhan, kita tidak 
lagi diperhamba oleh apa yang berasal dari dunia dan Iblis. Sebelum 
kita diangkat menjadi anak oleh Tuhan, kita terkurung di bawah 
perbudakan. Beberapa mental budak: takut, malu, merasa tidak layak, 
dan perasaan yatim piatu.

Iblis menaruh roh perbudakan ini di dalam orang yang tidak mengenali 
identitasnya sebagai anak-anak Bapa di surga. Namun, Yesus datang 
memerdekakan kita dari perbudakan itu. Dia mengangkat kita menjadi 
anak-anak kesayangan-Nya. Dia memberikan kita identitas yang baru, 
bukan lagi sebagai budak, melainkan sebagai ANAK.

Banyak anak-anak TUHAN masih berkata, "Oh, apalah arti saya ini. Saya 
hanya cacing tanah. Saya hanya sampah dunia ini." Benar, jika kita 
hidup tanpa YESUS, tetapi jika kita sudah LAHIR BARU (Roma 10:9-10), 
bukan itu yang firman Tuhan katakan mengenai identitas diri kita. 
Firman Tuhan mengatakan kita adalah ciptaan yang baru.

Di dalam kita ada Roh yang sama yang telah membangkitkan Yesus dari 
antara orang mati (Roma 8:11) dan Roh yang ada di dalam kita adalah 
Roh yang jauh lebih kuat daripada semua roh yang ada di dunia ini (1 
Yohanes 4:4). Di dalam Kristus, Saudara dan saya memiliki kuasa untuk 
mengusir roh jahat, menginjak kalajengking, membangkitkan orang mati, 
dan menyembuhkan orang sakit. Inilah identitas kita yang baru di dalam 
Kristus.

Diambil dan disunting seperlunya dari:
Nama situs: Proud to Shine
Alamat URL: http://proudtoshine.com/2014/wordpress/?p=1957
Penulis artikel: Tidak dicantumkan
Tanggal akses: 24 Juni 2014


                 STOP PRESS: PUBLIKASI BIO-KRISTI

Dari penciptaan manusia yang pertama, Adam, hingga hari ini entah 
berapa banyak tokoh yang Tuhan pakai untuk menggenapi rencana-Nya di 
dunia. Banyak tokoh Alkitab dan orang-orang Kristen di dunia yang 
menorehkan karya-karya mereka dan memberikan dampak yang besar dalam 
sejarah kehidupan manusia. Siapa saja mereka itu? Untuk mendapatkan 
jawaban atas pertanyaan ini, silakan daftarkan diri Anda sebagai 
pelanggan publikasi Bio-Kristi. Publikasi ini hadir untuk 
memperkenalkan para tokoh Alkitab dan tokoh dunia yang memiliki kaitan 
dengan kehidupan kekristenan. Dengan berlangganan publikasi Bio-Kristi 
yang terbit setiap hari Senin minggu pertama dan ketiga, Anda akan 
menerima informasi berharga khususnya tentang riwayat dan karya yang 
ditinggalkan oleh para tokoh berjasa di dunia. Anda berminat? Caranya 
mudah, silakan kirimkan alamat email Anda ke kontak kami di < 
biografi(at)sabda.org >.


Kontak: binaanak(at)sabda.org
Redaksi: Davida, Santi T., dan Elly
Berlangganan: subscribe-i-kan-binaanak(at)hub.xc.org
Berhenti: unsubscribe-i-kan-binaanak(at)hub.xc.org
Arsip: http://sabda.org/publikasi/e-binaanak/arsip/
BCA Ps. Legi Solo, No. 0790266579, a.n. Yulia Oeniyati
(c) 2014 -- Yayasan Lembaga SABDA < http://ylsa.org >

 

© 1997-2016 Yayasan Lembaga SABDA (YLSA)
Isi boleh disimpan untuk tujuan pribadi dan non-komersial. Atas setiap publikasi atau pencetakan wajib menyebutkan alamat situs SABDA.org sebagai sumber dan mengirim pemberitahuan ke webmaster@sabda.org